[WongBanten] Enam Tahun Bertopeng

2007-05-26 Thread WongBanten
Enam tahun berlalu sudah,
Enam tahun pula kita berkutat dengan kesibukan
masing-masing,
Idealisme di awal berdirinya Provinsi,
Sirna ditelan kegelapan.

Satu dua letupan terdengar,
Secepat angin meniup hilang tak terdengar.




Sementara kebanyakan orang tua sibuk mewarisi anak
turunannya dengan harta yang berlimpah, tanah dan 

rumah mewah, gelar yang tinggi dipersiapkan tanpa
terfikir untuk mewarisi keteladanan dan budi 

pekerti yang tinggi. Lalu apa yang kita akan pilih
untuk mewarisi anak turunan kita kelak? Apa yang 

akan kita torehkan guna tanah tercinta ini kelak?

Setelah sembuh dari sakit yang membuat saya harus
merasakan empuknya tempat tidur rumah sakit untuk 

yang pertama kalinya, saya menyempatkan diri mengantar
puteri saya untuk menari bersama sanggar 

Raksa Budaya di Hari Ulang Tahun Taman Mini Indonesia
Indah di jakarta.

Pikiran saya tiba-tiba tertarik kembali kebelakang
setelah mendengar sepatah kata dari Wakil Manager 

TMII yang menyebutkan bahwa telah disiapkan sebidang
tanah untuk Provinsi Banten. Mata terpejam, 

otak me"rewind" kejadian-kejadian masa lalu. Ada yang
kurang

Yah. Ada yang kurang. Bahkan ini sangat penting
sebagai identitas suatu kelompok. Kita belum punya 

jati diri! Baik secara de facto dan de jure memang
kita belum punya jati diri. Dari fakta yang ada 

kita masih bingung dengan bahasa yang akan dimunculkan
sebagai bahasa Banten. Jawa Serang atau 

Sunda? Atau keduanya? secara hukum, belum ada perda
yang menguatkan hal tersebut.

Seburuk apapun seharusnya pada tahun-tahun pertama
Provinsi Banten terbentuk, perangkat yang 

mengatur semua itu telah dipersiapkan dengan matang.
Apa yang menyebabkan orang dari daerah lain 

jika bertemu kita langsung dapat menyebutkan, "Dari
Banten ya mas" Ga ada itu,... Ga adaa,. 

(Harun Al Jaim)

Orang luar lebih mengenal Baduy ketimbang Bantennya
persis sama ketika orang luar lebih mengenal 

Bali dari pada Indonesianya. Banten lebih parah lagi
karena sebagian orang yang belum pernah 

berkunjung ke Banten akan "melihat" Banten sebagai
sebuah tempat yang gelap, masih terbelakang, 

banyak jagoan dan penuh dengan mistis/santet. Eh
tambah dua lagi 'ding' sebagai sarang teroris dan 

pabrik narkoba. Bayangkan itu!!!

Semua berjalan mulus tanpa ada "perlawanan" dari
masyarakat Banten sendiri. Sebagian masyarakatnya 

justru bangga disebut sebagai tempat penuh
mistis/santet, bangga disebut sebagai jagoan. Dan 

sepertinya kita-kita yang dulu berjuang juga seakan
ikut menghilang hingga ucapan dari Wakil manager 

TMII itu menyentak saya.

Islami Kulitnya
Ketika orang makan kacang atau kuaci biasanya akan
memilih kulit yang baik dengan perkiraan isinya 

juga baik. Tapi kenyataannya sering kecewa karena
biarpun kulitnya baik namun isinya kering, keriput 

bahkan pahit dan busuk. Jika dapat yang pahit biasanya
orang penasaran untuk mencari lagi dan lagi. 

Orang makan durian ketika membeli sudah tidak peduli
dengan kulitnya yang tajam dan rupanya yang 

buruk. Yang jelas perjanjiannya "Saya beli kalau
matang dan manis". Orang cari isinya, bukan 

kulitnya. Kita sering makan durian tapi berperilaku
seperti pemakan kacang atau kuaci.

Dalam perjalannya, semua kebijakan yang diambil hampir
dipastikan haruslah berlandaskan Islami. 

Hingga akhirnya bingung sendiri bahkan sekarang
menjadi blunder. Bayangkan saja dalam kenyataannya 

provinsi yang menggunakan motto "Iman Taqwa" dalam
putaran pertamanya saja sudah menyeret Gubernur 

dan pimpinan DPRD Provinsi Banten. Benar atau salah
demikian yang terjadi dan terbaca. Sementara 

banyak yang menghambur-hamburkan uang untuk urusan tak
jelas, diperempatan lampu merah anak jalanan 

masih bertambah. Ketimpangan-ketimpangan lain yang
pasti dirasakan.

Teringat ketika saya memenangi sayembara Logo Provinsi
Banten (Juara 1 dan 3), ketika tidak lama 

setelah dipublikasikan, langsung mencuat motto Banten
itu tidak Islami. Ketika itu saya menggunakan 

"Nagari Rahayu Jaya Santika" Ramailah dan berlombalah
menggolkan motto yang "Islami" dengan 

Darussalam, Iman Taqwa dan lainnya. Ketika itu bola
panas selalu berpindah antara legislatif dan 

eksekutif. Akhirnya judul lagu dangdut yang terpilih
kata Gola Gong.

Dalam "wawancara" dengan radio Sigma Stain Serang
ketika itu, saya tidak diberi kesempatan untuk 

menjelaskan asal usul motto pemenang, namun digiring
untuk mengakui bahwa motto itu tidak Islami. 

Ketika saya tanyakan dimana ketidak Islaminya motto
tadi, mereka enggan meneruskan "wawancara". 

Bahkan setelah mengetahui siapa yang menang,
hingga detik ini saya belum pernah menerima piagam 

yang meyatakan kemenangan tersebut. Padahal sangat
saya idam-idamkan karena menjadi bukti otentik 

untuk anak cucu saya kelak. Bayangkan juara mewarnai
tingkat TK juga mendapat setifikat. Sebenarnya 

"pengakuan" itu yang lebih saya harapkan. Karena bagi
saya, dimana bumi dipijak disana langit 

dijunjung. Bukan dimana bumi dipijak saya diinjak.

Itu adalah sekedar contoh yang saya alami sendi

Re: [WongBanten] Enam Tahun Bertopeng

2007-05-26 Thread gongmedia cakrawala
Huahaha..., Jaya Santika mulai bersemangat lagi.
  Soal logo iman dan taqwa, saya pernah bikin eseinya, ya.
  tapi, entah dimana. ya, saya setuju. Logo "Iman dan Taqwa' itu judul lagu 
dangdut.
  bisa juga dibawain sambil goyang pinggul. "Iman da Taqwa' dijual 
dipinggir-pinggir jalan.
  Lihat itu asaul husna di jalan protokol. Kata dongdot, "Kutunggu kau di 
ar-rahman!"
   
  Saya pernah melontarkan dagelan, "Banten ini diperkosa oleh Sunan Gunung Jati 
dan Maulanan Hasanudin. Kita ini adalah anak-anak haram sejarah Banten yang tak 
jelas jati dirinya." Hehehe jangan terlalu serius ditanggapi. Bonie Tryana 
yang bukan Syam'un, pasti opunya jawabannya.
   
  tetap semangat
  gg

WongBanten <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Enam tahun berlalu sudah,
Enam tahun pula kita berkutat dengan kesibukan
masing-masing,
Idealisme di awal berdirinya Provinsi,
Sirna ditelan kegelapan.

Satu dua letupan terdengar,
Secepat angin meniup hilang tak terdengar.

Sementara kebanyakan orang tua sibuk mewarisi anak
turunannya dengan harta yang berlimpah, tanah dan 

rumah mewah, gelar yang tinggi dipersiapkan tanpa
terfikir untuk mewarisi keteladanan dan budi 

pekerti yang tinggi. Lalu apa yang kita akan pilih
untuk mewarisi anak turunan kita kelak? Apa yang 

akan kita torehkan guna tanah tercinta ini kelak?

Setelah sembuh dari sakit yang membuat saya harus
merasakan empuknya tempat tidur rumah sakit untuk 

yang pertama kalinya, saya menyempatkan diri mengantar
puteri saya untuk menari bersama sanggar 

Raksa Budaya di Hari Ulang Tahun Taman Mini Indonesia
Indah di jakarta.

Pikiran saya tiba-tiba tertarik kembali kebelakang
setelah mendengar sepatah kata dari Wakil Manager 

TMII yang menyebutkan bahwa telah disiapkan sebidang
tanah untuk Provinsi Banten. Mata terpejam, 

otak me"rewind" kejadian-kejadian masa lalu. Ada yang
kurang

Yah. Ada yang kurang. Bahkan ini sangat penting
sebagai identitas suatu kelompok. Kita belum punya 

jati diri! Baik secara de facto dan de jure memang
kita belum punya jati diri. Dari fakta yang ada 

kita masih bingung dengan bahasa yang akan dimunculkan
sebagai bahasa Banten. Jawa Serang atau 

Sunda? Atau keduanya? secara hukum, belum ada perda
yang menguatkan hal tersebut.

Seburuk apapun seharusnya pada tahun-tahun pertama
Provinsi Banten terbentuk, perangkat yang 

mengatur semua itu telah dipersiapkan dengan matang.
Apa yang menyebabkan orang dari daerah lain 

jika bertemu kita langsung dapat menyebutkan, "Dari
Banten ya mas" Ga ada itu,... Ga adaa,. 

(Harun Al Jaim)

Orang luar lebih mengenal Baduy ketimbang Bantennya
persis sama ketika orang luar lebih mengenal 

Bali dari pada Indonesianya. Banten lebih parah lagi
karena sebagian orang yang belum pernah 

berkunjung ke Banten akan "melihat" Banten sebagai
sebuah tempat yang gelap, masih terbelakang, 

banyak jagoan dan penuh dengan mistis/santet. Eh
tambah dua lagi 'ding' sebagai sarang teroris dan 

pabrik narkoba. Bayangkan itu!!!

Semua berjalan mulus tanpa ada "perlawanan" dari
masyarakat Banten sendiri. Sebagian masyarakatnya 

justru bangga disebut sebagai tempat penuh
mistis/santet, bangga disebut sebagai jagoan. Dan 

sepertinya kita-kita yang dulu berjuang juga seakan
ikut menghilang hingga ucapan dari Wakil manager 

TMII itu menyentak saya.

Islami Kulitnya
Ketika orang makan kacang atau kuaci biasanya akan
memilih kulit yang baik dengan perkiraan isinya 

juga baik. Tapi kenyataannya sering kecewa karena
biarpun kulitnya baik namun isinya kering, keriput 

bahkan pahit dan busuk. Jika dapat yang pahit biasanya
orang penasaran untuk mencari lagi dan lagi. 

Orang makan durian ketika membeli sudah tidak peduli
dengan kulitnya yang tajam dan rupanya yang 

buruk. Yang jelas perjanjiannya "Saya beli kalau
matang dan manis". Orang cari isinya, bukan 

kulitnya. Kita sering makan durian tapi berperilaku
seperti pemakan kacang atau kuaci.

Dalam perjalannya, semua kebijakan yang diambil hampir
dipastikan haruslah berlandaskan Islami. 

Hingga akhirnya bingung sendiri bahkan sekarang
menjadi blunder. Bayangkan saja dalam kenyataannya 

provinsi yang menggunakan motto "Iman Taqwa" dalam
putaran pertamanya saja sudah menyeret Gubernur 

dan pimpinan DPRD Provinsi Banten. Benar atau salah
demikian yang terjadi dan terbaca. Sementara 

banyak yang menghambur-hamburkan uang untuk urusan tak
jelas, diperempatan lampu merah anak jalanan 

masih bertambah. Ketimpangan-ketimpangan lain yang
pasti dirasakan.

Teringat ketika saya memenangi sayembara Logo Provinsi
Banten (Juara 1 dan 3), ketika tidak lama 

setelah dipublikasikan, langsung mencuat motto Banten
itu tidak Islami. Ketika itu saya menggunakan 

"Nagari Rahayu Jaya Santika" Ramailah dan berlombalah
menggolkan motto yang "Islami" dengan 

Darussalam, Iman Taqwa dan lainnya. Ketika itu bola
panas selalu berpindah antara legislatif dan 

eksekutif. Akhirnya judul lagu dangdut yang terpilih
kata Gola Gong.

Dalam "wawancara" dengan radio Sigma Stain Serang
ketika it