[zamanku] Pancasila itu berhala!!

2009-09-03 Terurut Topik eddyansyah rasyaad lubis
Pancasila itu berhala!! H A R A M !!

--- Pada Sel, 2/6/09, Reporter Milist  menulis:

Dari: Reporter Milist 
Judul: [zamanku] Pancasila - Dongeng mengharukan
Kepada: 
Tanggal: Selasa, 2 Juni, 2009, 8:47 PM












 
 





  Pancasila - Dongeng mengharukan 
Selasa, 2 Juni 2009 
Sering kita lupa bahwa tanggal 1 Juni adalah hari lahir Pancasila dasar Negara 
kita yang saat ini menapaki usia ke – 64 th, – apalagi saat ini kita tengah 
berada di pusaran hiruk pikuknya – aneka kepentingan, kampanye kekuatan menuju 
kekuasaan – maka keberadaan nilai luhur Pancasila menjadi nomor ke sekian, 
alias nomor buncit… bahkan terlupakan – itu bagi yang tua, saya tidak tahu 
bagaimana untuk para pemuda, remaja dan generasi muda Indonesia di berbagai 
pelosok penjuru tanah air. 

Maka saat ini kita bangga ada beberapa bahkan tidak sedikit anak-anak bangsa 
yang merasa terpanggil untuk memenuhi tugas pengabdian bagi kelangsungan dan 
kelestarian bangsa Indonesia. Maka nilai-nilai dasar Negara menjadi penting 
untuk di gelorakan dan di eksplore/digali lebih mendalam lagi. 

Seperti disampaikan oleh Yurnaldi di harian Kompas, seusai menonton tampilnya 
para seniman sadar kebangsaan – atau para seniman negarawan sebagai berikut: 

“…/Tanah kami tanah kaya/ 
laut kami laut kaya/ 
Kami tidur di atas emas/ 
Berenang di atas minyak/ 
Tetapi bukan kami punya” 
(Nyayian “Suara dari kemiskinan” ciptaan Franky Sahilatua) 
Nyanyian Franky itu mengantar Garin Nugroho “Mendongeng untuk Bangsa” di 
Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Senin 1/6 malam. “sebuah dongeng gabungan atara 
visi, pengalaman, emosi, empati, dan cara berpihak terhadap masalah masyarakat” 
ujar Garin. 

Dongeng tentang kemiskinan yang dikisahkan oleh Garin membuat bulu kuduk 
berdiri. Sebelumnya Garin sempat bercerita bahwa di tengah hingar bingar 
politik saat ini, kita justru kehilangan civic forum dan cara menyampaikan 
nilai bangsa, yaitu Pancasila. 

Maka, dongeng Pancasila sebagai sebagai salah satu seri Dongeng Bangsa adalah 
cara menumbuhkan nilai civic forum, justru ketika masyarakat politik terkikis 
oleh politik uang, citra, konsumerisme dan kekuasaan itu sendiri. Masyarakat 
yang tak cukup respek pada nilai dasar seperti Pancasila karena hanya dianggap 
dongeng. 

Mengharukan 
Kolabirasi Garin dan Franky menyampaikan dongeng tidak saja mengharukan, tetapi 
juga “mencubit” siapa saja dengan pedih dan dalam. 

Franky dengan syair-syair lagunya yang sarat dengan tema sosial kemasyarakatan, 
yang saat ini kerap dimainkan di panggung-oanggung musik nonkomersial, dipadu 
dongeng-dongeng lokal dan global Garin yang sarat kritik pedas setelah berkaca 
pada realitas negeri ini. 

Saat menggambarkan masyarakat Papua, diceritakan peristiwa 15 tahun lalu ketika 
masyarakat Papua dengan mudah memanfaatkan alam. Ada seorang pemuda yang setiap 
Senin mengambil biji kemiri. Selasa menangkap ikan di sungai. Rabu, kamis, dan 
hari-hari selanjutnya diisi dengan aktifitas yang berbeda. 

Kini, aktivistas tersebut tak bisa dilaksanakan lagi seiring dengan hancurnya 
alam Papua. Sumber daya alam Papua di eksploitasi dan tidak membawa manfaat 
apa-apa buat masyarakat Papua. Namun, masyarakat Papua yang tidak ikut merusak 
alam malah dipinggirkan dan dianggap tidak bisa mengikuti perkembangan zaman… 

Begitu juga ketika Garin berkisah soal Nusa Tenggara. Franky membawakan lagu 
“Ika No’o Nio”, cerita soal ikan dan kelapa. Garin bercerita soal upacara adat 
untuk berterima kasih kepada orangtuanya. Di hadapan masyarakat, anak yang 
sudah jauh merantau dan berhasil mengucapkan terima kasih kepada kedua orang 
tuanya. 

Garin menceritakan, ada empat anak yang telah berhasil meraih gelar sarjana di 
perguruan tinggi terkemuka di Pulau Jawa berkat perjuangan dan kerja keras 
orangtuanya. Ibu bapaknya mengutang beras, pinjam garam, dan pinjam uang untuk 
biaya sekolah anak-anaknya. 

Ketika sudah berhasil dan kembali ke desa untuk mengikuti upacara adat terima 
kasih, banyak anak yang sangat bangga pada perjuangan orangtuanya. Mereka 
bersyukur dan berterima kasih akan jerih payah orangtuanya. Namun, tradisi 
berterima kasih ini tidak dilakukan para elite politik… 

Seusai dongeng dari timur, Garin juga mendongeng soal pertumbuhan ekonomi; 
sepotong buah apel dari Malang. Kisah betapa produk impor membanjiri negeri 
ini. “Kita adalah makelar-makelar dari perampok kehidupan untuk diri kita. Kita 
budak dari Paman Sam,” ujarnya. 

Mengalahkan Amerika 
Setelah sesi pertama, pengamat politik Sukardi Rinakit menyampaikan cerita 
global, tentang cita-cita anak China dan India. Sejak kecil mereka sudah 
disosialisasikan, bukan indoktrinasi, bagaimana tahun 2020 mengalahkan Amerika 
Serikat. 

“Ketika anak kelas VI SD di China ditanya apa cita-citanya, mereka menjawab 
mengalahkan Amerika. Menguasai hardware mengalahkan Amerika,” ujarnya. 

Sementara budayawan Radhar Panca dahana berkisah bagaimana bangsa ini diisi 
keragaman 460 suku dan 750 bahasa. “Bisa bersatu karena ke

[zamanku] Lasiman: Dari Misionaris Jadi Dai

2009-02-11 Terurut Topik eddyansyah rasyaad lubis

Drs. H. Wakhid Rosyid Lasiman, MA (Willibrordus Romanus)

Setelah melakukan berbagai penelitian dan diskusi yang panjang tentang 
kebenaran baik dengan tokoh Katolik maupun Islam, Lasiman, mantan misionaris 
yang juga tetangga dari Mbah Marijan, yang tinggal di dekat Gunung Merapi, 
Yogyakarta itu alkhirnya mengucapkan syahadat. Ia pun berusaha untuk 
mengembalikan mereka yang pernah dimurtadkannya. Berikut kisahnya: 

Aku dulu seorang penganut Katolik . Nama kecilku Lasiman. Aku lahir dari orang 
tua kejawen. Namun sejak kecil dididik secara formal di sekolah Katolik di 
samping Gereja di Sleman Yogyakarta. Aku pun mendapat pendidikan agama Katolik. 
Alhasil aku menjadi penganut Katolik. Aku diberi nama baptis Willibrordus. 
Kemudian diberi nama baptis kader penguatan Romanus.

Selanjutnya aku belajar di sekolah guru milik yayasan Katolik yang didirikan 
tahun 1822. Aku dididik menjadi guru misi, sehingga aktivitas yang ada selalu 
terkait dengan kegiatan misi Katolik seperti melatih teater untuk tampil di 
Natalan, Paskah, dan lainnya. Aku pun aktif di tim koor lagu-lagu Katolik, 
acara-acara Natal, Paskah, dalam rangka dakwah misi Katolik lainnya. 

Guru-guru sekolah Katolik saat itu dapat pembinaan khusus sebagai guru 
misionaris. Kami dilatih dari Keuskupan Agung Semarang dan dari Gereja Pintaran 
di Yogya. Kami mendapat pelatihan terkait kurikulum pendidikan, dan bagaimana 
mengajar di sekolah-sekolah untuk mengaburkan keislaman para siswa melalui 
pendidikan sejarah. Kami diajarkan bahwa yang menyebarkan agama Islam di 
Indonesia itu bukan hanya 9 wali tapi 10 wali yang salah satunya itu Syekh Siti 
Jenar. Syeikh Siti Jenar itu mengenalkan istilah manunggaling kaulo gusti, 
menyatunya tuhan dan manusia. Diajarkan di dunia ini, bahwa yang menyatunya 
tuhan dan manusia yang paling hebat dan melebihi Syekh Siti Jenar adalah 
menyatunya Tuhan Allah dengan Yesus. Jadi diajarkan bahwaYesus itu wujudnya 
manusia tapi rohnya Allah. 

Tugas seorang misionaris yang paling prinsip adalah mengubah orang Indonesia 
yang mayoritas Muslim ini menjadi orang-orang Nasrani. Salah satunya itu 
melalui lembaga pendidikan. Makanya wajar meski UU Sisdiknas ini sudah 
diundangkan tapi nyatanya belum dipraktekkan di Yayasan Katolik dan Kristen. 
Hal itu bisa dibaca di buku saya berjudul Kristenisasi Berkedok Islam. 

Pada 1977 setelah dilatih di Keuskupan Semarang untuk menyebarkan Katolik di 
Jawa Barat, aku kemudian ditempatkan di Garut. Ketika di Garut lah aku bertemu 
dengan Profesor Dr Anwar Musyaddad, di Pondok Pesantren Musyaddadiyah. Beliau 
saat itu adalah Rektor IAIN Bandung. Kami berdialog tentang kebenaran yang ada. 
Kebetulan beliau juga paham tentang Kristologi dan perbandingan agama. 

Kebiasaan dialog tentang kebenaran sebenarnya aku lakukan juga ketika aku 
sekolah di Kemaritiman dan Sospol UGM waktu itu. Dialog merupakan salah satu 
cara bagaimana untuk mengkristenkan mahasiswa.

 

Masuk Islam

Dialog juga aku lakukan dengan para pimpinan Katolik. Karena banyak hal yang 
ingin aku pertanyakan dan butuh jawaban yang memuaskan seperti perbedaan 
Katolik dan Protestan, dosa warisan dan lainnya. Ketika aku belajar Tafsir di 
Katolik kemudian belajar tafsir Al Kitab Kristen, banyak perbedaan di antara 
keduanya. Tafsir Al kitab di Katolik lebih rendah dibandingkan Protestan. 
Perbedaan antara Katolik dan Kristen itulah yang aku diskusikan dengan 
pimpinan-pimpinanku saat itu, namun itu tidak bisa terjawab. 

Setelah berdialog lama dengan Profesor Anwar Musyaddah akhirnya aku pun masuk 
Islam. Aku secara resmi mengikrarkan syahadat di Kantor Depag Yogyakarta, 15 
April 1980. Aku mememukan kebenaran di Islam. Dari hasil dialog dan penelitian 
itu aku memperoleh kesimpulan bahwa orang yang hidup itu pasti mati, mati itu 
harus membawa kebenaran, kebenaran itu ada di kitab suci dan kitab yang benar 
itu Alquran.

Setelah masuk Islam aku kemudian belajar di sebuah pesantren di Cirebon. Aku 
ingin mendalami Islam lebih dalam. Aku melihat begitu banyak orang yang mengaku 
Islam tapi mereka tidak mendalami Islam. Itu tantangan ketika aku hidup di 
lingkungan Islam. Aku ingin berislam secara ilmiah Karena memang aku sudah 
biasa dilatih seperti itu di sekolah misi Katolik. Aku pikir kalau berislam 
dengan tidak ilmiah itu omong kosong. Tapi setelah aku belajar di pesantren, 
aku rasa itu tidak cukup. Hingga akhirnya aku kuliah mengambil sarjana muda di 
IAIN Cirebon. Tapi di IAIN juga tidak cukup. Akhirnya aku pikir aku harus 
selalu mempelajari Islam. 

Aku kemudian pulang ke Yogja dan melanjutkan kuliah di S1. Selanjutnya 
melanjutkan belajar di psikologi Islam di UMJ dengan tesis konversi agama yang 
diuji beberapa professor. Dalam tesis itu dibahas bagaimana orang Islam yang 
haji bisa masuk Kristen dan aktivis Kristen bisa tobat. Setelah aku paham 
Islam, dan tahu kewajiban dalam Islam itu berdakwah maka aku pun mendakwahkan 
kebenaran itu ke orang-orang.

 

Tantangan

Banyak tantangan kuhadapi setelah masuk Is

[zamanku] Hukum Melibatkan Diri dalam Perayaan Natal dan Perayaan Agama Lainnya

2009-01-12 Terurut Topik eddyansyah rasyaad lubis

Hukum Melibatkan Diri dalam Perayaan Natal dan Perayaan Agama Lainnya

HTI-Press. Perayaan Natal Bersama yang melibatkan umat Islam masih saja marak 
terjadi. Kendati Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa 
haramnya umat Islam terlibat dalam perayaan Natal, namun banyak yang tidak 
mengindahkan fatwa itu. Bahkan, hampir tidak ada perayaan Natal Bersama yang 
tidak dihadiri pejabat publik atau tokoh politik. Toleransi dan persatuan 
kerapkali dijadikan sebagai dalihnya. Keadaan semakin runyam ketika ada 
sejumlah ’ulama’ atau ’tokoh Islam’ yang melegitimasi sikap tersebut dengan 
berbagai dalil yang telah disimpangkan sedemikian rupa. 
Bagaimana sesunguhnya hukum melibatkan diri dalam perayaan natal dan hari raya 
agama-agama lainnya?

Haram Hadir dalam Perayaan Kufur
Pada dasarnya, Islam telah melarang kaum muslim melibatkan diri di dalam 
perayaan hari raya orang-orang kafir, apapun bentuknya. Melibatkan diri di sini 
mencakup aktivitas: mengucapkan selamat, hadir di jalan-jalan untuk menyaksikan 
atau melihat perayaan orang kafir, mengirim kartu selamat, dan lain sebagainya. 
Sedangkan perayaan hari raya orang kafir di sini mencakup seluruh perayaan hari 
raya, perayaan orang suci mereka, dan semua hal yang berkaitan dengan hari 
perayaan orang-orang kafir (musyrik maupun ahlul kitab).

Ketentuan ini didasarkan pada firman Allah swt;
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا 
كِرَامًا (الفرقان: 72).
Menurut sebagian besar mufassir, makna kata al-zûr (kepalsuan) di sini adalah 
syirik (Imam al-Syaukani, Fath al-Qadîr, juz 4, hal. 89). Beberapa mufassir 
seperti Abu ‘Aliyah, Thawus, Muhammad bin Sirrin, al-Dhahhak, al-Rabi’ bin 
Anas, dan lainnya, memaknai al-zûr di sini adalah hari raya kaum Musyrik. Lebih 
luas, Amru bin Qays menafsirkannya sebagai majelis-majelis yang buruk dan kotor 
(Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, juz 3, hal. 1346).
 
Sedangkan kata lâ yasyhadûna, menurut jumhur ulama’ bermakna lâ yahdhurûna 
al-zûr, tidak menghadirinya (Imam al-Syaukani, Fath al-Qadîr, juz 4, hal. 89). 
Memang ada yang memahami ayat ini berkenaan dengan pemberian kesaksian palsu 
(syahâdah al-zûr) yang di dalam Hadits Shahih dikatagorikan sebagai dosa besar. 
Akan tetapi, dari konteks kalimatnya, lebih tepat dimaknai lâ yahdhurûnahu, 
tidak menghadirinya. Dalam frasa berikutnya disebutkan:

وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Dan apabila mereka melewati (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan 
yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya” 
(QS al-Furqan [25]: 72).
 
Dengan demikian, keseluruhan ayat ini memberikan pengertian bahwa mereka tidak 
menghadiri al-zûr. Dan jika mereka melewatinya, maka mereka segera melaluinya, 
dan tidak mau terkotori sedikit pun oleh nya (lihat Imam Ibnu Katsir, Tafsir 
Ibnu Katsir, juz 3, hal. 1346).
Berdasarkan ayat ini pula, banyak fuqaha’ yang menyatakan haramnya menghadiri 
menghadiri perayaan hari raya kaum kafir. Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Kaum 
Muslim telah diharamkan untuk merayakan hari raya orang-orang Yahudi dan 
Nasrani. “ (Ibnu Tamiyyah, Iqtidhâ’ al-Shirâth al-Mustaqîm, hal.201).

Imam Baihaqi menyatakan, “Jika kaum muslim diharamkan memasuki gereja, apalagi 
merayakan hari raya mereka.” (Ibnu Tamiyyah, Iqtidhâ’ al-Shirâth al-Mustaqîm, 
hal.201).

Imam al-Amidi dan Qadli Abu Bakar al-Khalal menyatakan,”Kaum Mmuslim dilarang 
keluar untuk menyaksikan hari raya orang-orang kafir dan musyrik.” (Ibnu 
Tamiyyah, Iqtidhâ’ al-Shirâth al-Mustaqîm, hal.201).

Al-Qadhi Abu Ya’la al-Fara’ berkata, “Kaum Muslim telah dilarang untuk 
merayakan hari raya orang-orang kafir atau musyrik”. (Ibnu Tamiyyah, Iqtidhâ’ 
al-Shirâth al-Mustaqîm, hal. 201)

Imam Malik menyatakan, “Kaum Muslim telah dilarang untuk merayakan hari raya 
orang-orang musyrik atau kafir, atau memberikan sesuatu (hadiah), atau menjual 
sesuatu kepada mereka, atau naik kendaraan yang digunakan mereka untuk 
merayakan hari rayanya. Sedangkan memakan makanan yang disajikan kepada kita 
hukumnya makruh, baik diantar atau mereka mengundang kita.” (Ibnu Tamiyyah, 
Iqtidhâ’ al-Shirâth al-Mustaqîm, hal. 201).

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengatakan, “Sebagaimana mereka (kaum Musyrik) tidak 
diperbolehkan menampakkan syiar-syiar mereka, maka tidak diperbolehkan pula 
bagi kaum Muslim menyetujui dan membantu mereka melakukan syiar itu serta hadir 
bersama mereka. Demikian menurut kesepakatan ahli ilmu.” (Ibnu Qayyim 
al-Jauziyyah, Ahkâm Ahl al-Dzimmah, juz 1. hal. 235).

Abu al-Qasim al-Thabari mengatakan, “Tidak diperbolehkan bagi kaum Muslim 
menghadiri hari raya mereka karena mereka berada dalam kemunkaran dan kedustaan 
(zawr). Apabila ahli ma’ruf bercampur dengan ahli munkar, tanpa mengingkari 
mereka, maka ahli ma’ruf itu sebagaimana halnya orang yang meridhai dan 
terpengaruh dengan kemunkaran itu. Maka kita takut akan turunnya murka Allah 
atas jama’ah mereka, yang meliputi secara umum. Kita berlindung kepada Allah 

[zamanku] Hanya Khilafahlah yang Bisa Menghentikan Kebiadaban Israel !!

2009-01-12 Terurut Topik eddyansyah rasyaad lubis

Hanya Khilafahlah yang Bisa Menghentikan Kebiadaban Israel

Biadab! Itulah kata paling tepat untuk menggambarkan serangan udara Israel ke 
Rafah di Selatan Gaza, Palestina pada Sabtu 27 Desember lalu. Bagian dari 
wilayah Palestina yang dikuasai kelompok Hamas ini memang terus menjadi target 
Israel. Setelah berbulan-bulan diblokade oleh tentara Israel sedemikian rupa 
hingga warga Palestina yang tinggal di wilayah itu mengalami kesulitan pasokan 
bahan bakar, listrik, air dan juga makanan, kini Israel menggempurnya dengan 
menembakkan 30 misil ke wilayah yang nyaris tidak mepunyai sistem pertahanan 
yang berarti itu. Lebih 300 orang tewas dan 800 lainnya terluka. Puluhan 
bangunan hancur. Ini adalah aksi kesekian kali yang menjadi bukti kebiadaban 
Zionis Israel. Tidak hanya itu, Israel pun telah menyiapkan 6500 tentara 
cadangannya untuk melakukan serangan darat.
 
Berkenaan dengan hal ini, Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan:

1. Tindakan brutal Israel ini jelas merupakan tindakan biadab, yang bukan hanya 
harus dikecam dan dikutuk dengan keras, tetapi juga harus dihadapi dan dilawan 
dengan kekuatan yang sama. Sesungguhnya protes yang dilakukan oleh umat Islam 
di sejumlah negeri Arab pada hari Ahad (28/12/2008) menunjukkan, bahwa mereka 
sesungguhnya ingin melakukan itu, dan dengan izin Allah mereka mampu 
mengalahkan Israel, namun para penguasa merekalah yang justru menjadi 
penghalang. Bukan hanya itu, para penguasa mereka jugalah yang telah menutup 
pintu perbatasan Palestina dengan negara mereka, sehingga anak-anak, kaum 
perempuan dan orang tua pun menjadi sasaran pembantaian brutal Israel.
 
2. Terhadap serangan brutal itu, AS dan negara-negara Barat justru memaklumi 
tindakan Israel, padahal serangan brural ini nyata-nyata merupakan tindakan 
terorisme, dan melanggar HAM. Ini membuktikan, bahwa HAM hanyalah omong kosong, 
yang hanya diperuntukkan buat AS dan sekutunya, tapi tidak untuk warga 
Palestina dan umat Islam. Serangan biadab Israel itu juga menunjukkan bahwa 
global war on terrorism itu hanyalah kedok untuk memerangi Islam. Bila 
sungguh-sungguh ingin memerangi teroris, mengapa tindakan ini dibiarkan dan 
para pejabat Israel yang bertanggung jawab juga tidak disebut teroris?

3. Menyerukan kepada penguasa negeri-negeri Muslim untuk bersatu mengerahkan 
kekuatan militernya untuk menghentikan kebiadaban Israel dan melindungi warga 
Palestina di sana. Bila tidak, berarti para penguasa negeri-negeri Muslim telah 
mengkhianati Allah, Rasul dan orang-orang Mukmin, dengan membiarkan terjadinya 
pembantaian terhadap warga Palestina.

4. Menyerukan kepada umat Islam untuk secara sungguh-sungguh berjuang demi 
tegaknya Khilafah, karena hanya Khilafahlah yang mampu menyatukan 1,4 milyar 
umat Islam di seluruh dunia dengan segenap potensi yang dimilikinya. Dengan 
kekuatan itulah, mereka akan memiliki kekuatan untuk melindungi diri, termasuk 
melawan kebiadaban seperti yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina 
sekarang ini.
 
Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia

Muhammad Ismail Yusanto


  


  Apakah wajar artis ikut Pemilu? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers. 
http://id.answers.yahoo.com

[zamanku] Tobatlah, Peluk Islam

2008-12-21 Terurut Topik eddyansyah rasyaad lubis


Bapak Atau Ibu Muskitawati, masih hidup tah?
Pakai nama Islam lagi untuk menghina Islam?Tobatlah dan Peluk Islam atau neraka 
Jahannam menunggu anda!!-Edi AzkaDari: Hafsah Salim 
Topik: [zamanku] Re: 88,5 % Percaya Ekonomi Islam U/ Dunia
Kepada: zamanku@yahoogroups.com
Tanggal: Sabtu, 20 Desember, 2008, 8:16 PM










 







Yang percaya itu dunia mana ???

Mana ada yang percaya ekonomi Islam dimasyarakat yang memiliki

pendidikan ekonomi ???  Ngelindur jangan disini.



Cina ekonominya maju tak pernah merencanakan mau mengganti dengan

ekonomi Islam, juga India, juga Amerika, juga Russia, juga Jepang,

semua negara2 didunia tak ada yang tertarik ekonomi Islam, bahkan

justru Syariah Islam yang juga mencakup ekonomi Islam sekarang ini

justru diperangi seluruh dunia karena terror2nya kepada semua negara2

didunia yang bergabung dalam "War on Terror".



Ekonomi Islam itu adalah merampok seperti sunnah nabi yang merampoki

para pedagang Yahudi.



Ekonomi Islam merampok dan menjarah toko2 cina, dan sesama umat

seperti yang dialami umat Islam Ahmadiah.



Dan ciri2 ekonomi merampok dan menjarah ini sudah terkenal menjadi

ciri2 khas ekonomi Islam diseluruh dunia sejak zaman nabi masih hidup.



Ekonomi Islam didunia Islam dikenal sebagai ekonomi Syariah, tapi

dinegara yang bukan Islam dinamakan EKONOMI PENJARAH.



Ny. Muslim binti Muskitawati.



--- In zama...@yahoogroups .com, eddyansyah rasyaad lubis

 wrote:

>

> 

> Poling Al-Jazeera: 

> 88,5% Percaya 

> Sistem Ekonomi Islam yang Paling Baik untuk Diterapkan di Dunia. 

> 

> Syabab.Com - Setelah krisis keuangan global melanda, sistem keuangan

apakah yang anda percaya paling baik untuk diterapkan di dunia?

Begitulah bunyi pertanyaan poling yang al-Jazeera baru-baru ini. Hasil

poling selama sepekan dari tanggal 19/10/2008 hingga 26/10/2008

menunjukkan bahwa 88,5% dari 29.486 responden menjawab sistem keuangan

Islam. Sementara responden yang memilih sistem keuangan kapitasli

hanya 5,0% dan yang memilih sistem keuangan komunis sebanyak 6,5%.

> 

> Sistem ekonomi Kapitalisme saat ini sedang tenggelam, setelah

sebelumnya sistem komunis terkubur, kini hanya Islam saja satu solusi

ampuh dan bebas dari berbagai krisis. Karena memang sistem Islam ini

berasal dari Alloh Yang Mahatahu. Tak salah bila sebagian mengatakan,

"kapitalisme di ujung tanduk, khilafah di depan mata."

> 

> Di saat akhir-akhir keruntuhan Khilafah dulu, umat Islam terpesona

dengan peradaban Barat hingga mereka mengabaikan institusi politik

yang telah memayungi mereka berabad lamanya. Kebangkitan Barat dengan

ideologi kapitalisme dilihat sebagai satu kemajuan baru dunia yang

berdasarkan pada konsep kebebasan. Umat lalu mulai meninggalkan Islam

dan mengejar kemewahan dunia yang dijarkan oleh para kapitalis.

Sementara hukum-hukum Islam yang berasal dari Allah Swt. dan Khilafah

sebagai institusi penegaknya mulai diabaikan. 

> 

> 

> Setelah keruntuhan Khilafah, peradaban Barat masuk secara drastis ke

dalam kehidupan umat Islam dan pandangan hidup umat mulai berubah

kepada kecintaan duniawi. Akhirnya, umat Islam kehilangan arah dan

mulai lupa untuk apa sebenarnya mereka diciptakan. Kemewahan dunia

yang ditawarkan oleh Kapitalis di bawah kebebasan berekonomi

membutakan mata mereka kepada akhirat. Lalu mereka terperosok kepada

lembah kehinaan karena mengambil Kapitalis sebagai cara hidup dengan

meninggalkan Islam. 

> 

> Namun, mereka yang sadar akan hal ini tidak berdiam diri. Beberapa

ulama dan mereka para mukhlisin, tak henti-hentinya menyampakan

kerusakan Kapitalisme dan memberikan pencerahan pada sistem yang

benar, Islam. Ide Islam pun menjadi perbincangan, baik di

negeri-negeri Muslim maupun di Barat. Hingga mulailah kesadaran umat

akan Islam mulai tumbuh kembali.

> 

> Kini, di tengah-tengah kegoncangan sistem Kapitalisme, umat mulai

sadar bahwa ada satu sistem lain yang dapat menyelamatkan mereka.

Setelah melihat dengan mata kepala mereka sendiri, bahwa Kapitalisme

lambat laut menuju kematiannya, umat mulai mencari penyelamat mereka.

Tidak ada lagi sistem yang benar-benar mampu manjadi penyelamat,

kecuali sistem yang berasal dari Sang Pencipta, Alloh-lah Yang Mahatahu.

> 

> Jajak pendapat  yang dilakukan oleh Al-Jazeera di atas menunjukkan

betapa umat kini merindukan sistem ekonomi yang bebas dari krisis dan

goncanan, yakni sistem ekonomi Islam. Hanya saja, mungkinkah sistem

ekonomi Islam tersebut akan tegak secara sempurna, sementara

sistem-sistem lainnya masih berkiblat pada Kapitalisme? Tentu saja,

tak mungkin. Sudah saatnya, kaum Muslim dan umat manusia di dunia ini

dalam segala aspek kembali kepada sistem yang berasal dari-Nya, dan

hal tersebut akan sempurna tegak hanya dengan keberdaan Khilafah

Rasyidah yang akan datang kembali, Insya Allah, demikialah janji-Nya.

[m/syabab.com]

> 

> 

> 

> 

> 

> 

[zamanku] Fatwakanlah Syariat Islam, Bukan Haramnya Golput!!

2008-12-21 Terurut Topik eddyansyah rasyaad lubis
Fatwakanlah Wajibnya Menerapkan Syariah Islam!
Golput haram? Itulah salah satu isu yang mengemuka baru-baru ini. Awalnya 
adalah Hidayat Nur Wahid (HNW) yang menggagas agar MUI mengeluarkan fatwa 
‘haram’ bagi siapa saja yang atidak menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2009. 
HNW, yang mantan Presiden PKS dan kini Ketua MPR-RI, tentu punya alasan. Dalam 
sebuah acara dialog di sebuah televisi swasta tadi malam (TVOne, 15/12/08), HNW 
mengulang kembali alasan mengapa dirinya mendorong MUI untuk mengeluarkan fatwa 
haram bagi golput. Ia menyatakan, berdasarkan UU yang ada, memilih memang hak. 
Namun, dalam konteks mewujudkan kemaslahatan, menurutnya Pemilu harus terwujud, 
dan itu tidak mungkin terjadi jika masyarakat ramai-ramai golput. Demikian 
kira-kira alasan ‘rasional’ HNW.

Namun, langkah ini kemudian memicu pro-kontra. Sebagian partai peserta Pemilu 
mendukungnya. Bahkan ada ormas Islam dan sejumlah kyai yang sudah mengeluarkan 
fatwa tentang haramnya golput. Sebagian yang lain menganggap tindakan demikian 
‘tidak cerdas’. Bahkan mereka menilai fatwa ‘golput haram’ menyesatkan serta 
melanggar hak warga negara dan hak asasi pemilih. “Harusnya politisi 
menunjukkan mereka ini layak untuk dipilih dan dipercaya. Jadi, jangan lewat 
fatwa, tetapi lewat karya yang konkret.” Demikian komentar pengamat politik 
Arya Bima (13/12/2008).
Kerisauan Penikmat Demokrasi

Terlepas dari pro-kontra yang segera muncul pasca gagasan HNW ini, boleh jadi, 
hal itu didorong oleh kerisauan HNW terhadap maraknya golput dalam sejumlah 
Pilkada di berbagai daerah. Dalam Pilkada yang tiga hari sekali diselenggarakan 
di seluruh Indonesia, rata-rata jumlah golput di berbagai provinsi mencapai 
38-40 persen. Sejumlah Pilkada pada tahun 2008 bahkan ”dimenangi” oleh golput. 
Golput di Pilkada Jawa Barat, misalnya, mencapai 33%; Jawa Tengah 44%; Sumatera 
Utara 43%; Jatim (putaran I) 39,2% dan (putaran II) 46%. Angka Golput pada 
sejumlah Pilkada kabupaten/kota pun banyak yang mencapai 30%–40%, bahkan lebih. 
Gejala ini diperkirakan terus berlangsung hingga Pemilu 2009 nanti. Bahkan 
dalam Pilpres 2009, golput diperkirakan meningkat menjadi sekitar 40 persen, 
lebih tinggi daripada saat Pilpres 2004 yang ‘hanya’ mencapai 20 persen.

Tentu maraknya golput ini sangat merisaukan sebagian pihak yang berkepentingan 
dengan Pesta Demokrasi 2009. Pasalnya, Pemilu dianggap kurang sukses jika 
berjalan lancar tetapi minim partisipasi masyarakat untuk menggunakan hak 
pilihnya. Sebab, jika golput menjadi ‘pemenang’, penguasa atau wakil rakyat 
yang terpilih tentu dianggap kurang legitimated.

Wajarlah jika kemudian sebagian politikus menggunakan berbagai cara demi 
mewujudkan ambisi politiknya pada Pemilu 2009. Kampanye dan iklan politik pun 
kemudian dilakukan dengan jor-joran. Tujuannya jelas untuk mendulang suara 
pemilih sebanyak-banyaknya. Namun, sekali lagi, itu tidak akan terjadi jika 
masyarakat banyak yang golput. Karena itulah, ada yang kemudian ‘tergoda’ untuk 
menggunakan ‘bahasa agama’, yakni ‘fatwa’ untuk kepentingan politiknya dan 
partainya dalam Pemilu 2009. Seolah-olah, ‘perang terhadap golput’ harus 
dilancarkan, di antaranya melalui fatwa MUI. Fatwa diharapkan menjadi ‘jurus 
ampuh’ yang bisa mencairkan kebekuan dan kejumudan sikap masyarakat terhadap 
demokrasi. Jadinya, ‘fatwa’ sekadar dijadikan alat untuk kepentingan politik 
pragmatis individu maupun parpol peserta Pemilu, bukan untuk kemaslahatan umat, 
apalagi untuk alasan-alasan yang bersifat syar’i; seperti untuk tegaknya 
syariah Islam di Indonesia.
Alasan di Balik Golput

Maraknya golput tentu bukan sekadar gejala kebetulan. Sebab, saat ini 
masyarakat tampaknya mulai ‘melek politik’. Masyarakat mulai sadar, bahwa 
demokrasi tidak menjanjikan apa-apa; tidak kemakmuran, kesejahteraan apalagi 
keadilan. Demokrasi hanya menjanjikan kemiskinan dan penderitaan. Demokrasi 
yang katanya menempatkan kedaulatan rakyat di atas segala-galanya justru sering 
‘mempecundangi’ rakyat. Suara—bahkan jeritan hati—rakyat sering dikalahkan oleh 
suara para wakilnya di DPR. Misal: saat semua rakyat sepakat menolak kenaikan 
harga BBM, para wakilnya di DPR justru menyetujuinya. Yang menyakitkan, 
kebijakan menaikkan harga BBM ini, di samping diberlakukan pada saat kehidupan 
masyarakat yang serba sulit, juga disinyalir demi memenuhi desakan para 
pengusaha minyak asing di dalam negeri. Saat rakyat menolak privatisasi dan 
penjualan BUMN kepada pihak asing, para wakil rakyat di DPR justru semangat 
mendukungnya. Para wakil rakyatlah yang juga
 ‘berjasa’ dalam mengesahkan sejumlah UU yang justru berpotensi merugikan 
rakyat seperti UU Migas, UU SDA, UU Penanaman Modal, UU Listrik (meski kemudian 
dibatalkan oleh MK), dll.

Di sisi lain, penguasa yang dipilih langsung oleh rakyat juga sering lebih 
berpihak kepada para pemilik modal ketimbang kepada rakyat. Contoh kecil, 
lihatlah rakyat korban Lumpur Lapindo, yang sudah lebih dari dua tahun 
diabaikan begitu saja dan dibiarkan menderi

[zamanku] 63 Persen Remaja Pernah Berhubungan Seks, Buah Buruk dari Sekularisme!

2008-12-21 Terurut Topik eddyansyah rasyaad lubis


63 Persen Remaja Pernah Berhubungan Seks, Buah Buruk dari Sekularisme!
HTI-Press. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan, 
sekitar 63 persen remaja usia sekolah SMP dan SMA di Indonesia mengaku sudah 
pernah melakukan hubungan seks dan 21 persen di antaranya melakukan aborsi.

Menurut Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN, M Masri 
Muadz, data itu merupakan hasil survai oleh sebuah lembaga survai yang 
mengambil sampel di 33 provinsi di Indonesia pada 2008.

Saat Peluncuran layanan pesan singkat elektronik (SMS) Konsultasi Kesehatan 
Reproduksi Remaja di Serang, Banten, Jumat, Masri mengatakan, persentasi remaja 
yang pernah berhubungan seks pra nikah tersebut naik dibanding tahun-tahun 
sebelumnya.

Berdasar data penelitian pada 2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabotabek, 
Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, Ujungpandang, ditemukan sekitar 47 hingga 54 
persen remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum nikah.

“Perilaku seks bebas remaja saat ini sudah cukup parah. Peranan agama dan 
keluarga sangat penting mengantisipasi perilaku remaja tersebut,” katanya.

Ada beberapa faktor yang menurut Masri telah mendorong mereka melakukan 
hubungan seks pra nikah, di antaranya pengaruh liberalisme dan pergaulan bebas, 
kemudian lingkungan dan keluarga, serta pengaruh perkembangan media massa.

Dengan prilaku buruk itu, para remaja sekarang rentan terhadap risiko gangguan 
kesehatan seperti penyakit HIV/AIDS, penggunaan narkoba, serta penyakit lainnya.

Data Departemen Kesehatan hingga September 2008 menyebutkan, dari 15.210 
penderita AIDS atau orang yang hidup dengan HIV/AIDS di Indonesia 54 persennya 
adalah remaja.

Sungguh laporan ini sangat mengerikan. Betapa di negeri Muslim terbesar ini, 
perilaku seks bebas di luar nikah yang tiada lain merupakan aktivitas 
perzinahan telah mengancam generasi muda negeri ini. Semua itu tidak terlepas 
dari sekularisme yang telah dipaksakan di negeri ini.

Banyak solusi yang ditawarkan, hanya disayangkan tidak menyentuh akar persoalan 
munculnya aktivitas yang dibenci oleh Allah Swt. tersebut, yakni dipaksakannya 
sekularisme di negeri ini. Tentu, solusi apa pun yang diberikan, selama 
sekularisme diterapkan dan Islam ditinggalkan, maka kerusakkan-kerusakkan itu 
akan tetap terjadi. Padahal perzinahan merupakan pengundang azab-Nya.

“Jika zina dan riba sudah menyebar di suatu kampung maka sesungguhnya mereka 
telah menghalalkan azab Allah atas diri mereka sendiri”. (HR al-Hakim, 
al-Baihaqi dan ath-Thabrani).

Tidakkah kita merenungkan firman Allah berikut:

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya 
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam 
keadaan buta”. (TQS. Thaha: 124)

Sudah saatnya, kita kembali kepada Islam yang diterapkan melalui metode 
Khilafah Rasyidah. Institusi inilah yang akan menjaga kehormatan manusia serta 
menyelamatkan remaja dari kehancuran. (nl/hti/ant)


 






















  Berbagi video sambil chatting dengan teman di Messenger. Sekarang bisa 
dengan Yahoo! Messenger baru. http://id.messenger.yahoo.com

[zamanku] 88,5 % Percaya Ekonomi Islam U/ Dunia

2008-12-19 Terurut Topik eddyansyah rasyaad lubis

Poling Al-Jazeera: 
88,5% Percaya 
Sistem Ekonomi Islam yang Paling Baik untuk Diterapkan di Dunia. 

Syabab.Com - Setelah krisis keuangan global melanda, sistem keuangan apakah 
yang anda percaya paling baik untuk diterapkan di dunia? Begitulah bunyi 
pertanyaan poling yang al-Jazeera baru-baru ini. Hasil poling selama sepekan 
dari tanggal 19/10/2008 hingga 26/10/2008 menunjukkan bahwa 88,5% dari 29.486 
responden menjawab sistem keuangan Islam. Sementara responden yang memilih 
sistem keuangan kapitasli hanya 5,0% dan yang memilih sistem keuangan komunis 
sebanyak 6,5%.

Sistem ekonomi Kapitalisme saat ini sedang tenggelam, setelah sebelumnya sistem 
komunis terkubur, kini hanya Islam saja satu solusi ampuh dan bebas dari 
berbagai krisis. Karena memang sistem Islam ini berasal dari Alloh Yang 
Mahatahu. Tak salah bila sebagian mengatakan, "kapitalisme di ujung tanduk, 
khilafah di depan mata."

Di saat akhir-akhir keruntuhan Khilafah dulu, umat Islam terpesona dengan 
peradaban Barat hingga mereka mengabaikan institusi politik yang telah 
memayungi mereka berabad lamanya. Kebangkitan Barat dengan ideologi kapitalisme 
dilihat sebagai satu kemajuan baru dunia yang berdasarkan pada konsep 
kebebasan. Umat lalu mulai meninggalkan Islam dan mengejar kemewahan dunia yang 
dijarkan oleh para kapitalis. Sementara hukum-hukum Islam yang berasal dari 
Allah Swt. dan Khilafah sebagai institusi penegaknya mulai diabaikan. 


Setelah keruntuhan Khilafah, peradaban Barat masuk secara drastis ke dalam 
kehidupan umat Islam dan pandangan hidup umat mulai berubah kepada kecintaan 
duniawi. Akhirnya, umat Islam kehilangan arah dan mulai lupa untuk apa 
sebenarnya mereka diciptakan. Kemewahan dunia yang ditawarkan oleh Kapitalis di 
bawah kebebasan berekonomi membutakan mata mereka kepada akhirat. Lalu mereka 
terperosok kepada lembah kehinaan karena mengambil Kapitalis sebagai cara hidup 
dengan meninggalkan Islam. 

Namun, mereka yang sadar akan hal ini tidak berdiam diri. Beberapa ulama dan 
mereka para mukhlisin, tak henti-hentinya menyampakan kerusakan Kapitalisme dan 
memberikan pencerahan pada sistem yang benar, Islam. Ide Islam pun menjadi 
perbincangan, baik di negeri-negeri Muslim maupun di Barat. Hingga mulailah 
kesadaran umat akan Islam mulai tumbuh kembali.

Kini, di tengah-tengah kegoncangan sistem Kapitalisme, umat mulai sadar bahwa 
ada satu sistem lain yang dapat menyelamatkan mereka. Setelah melihat dengan 
mata kepala mereka sendiri, bahwa Kapitalisme lambat laut menuju kematiannya, 
umat mulai mencari penyelamat mereka. Tidak ada lagi sistem yang benar-benar 
mampu manjadi penyelamat, kecuali sistem yang berasal dari Sang Pencipta, 
Alloh-lah Yang Mahatahu.

Jajak pendapat  yang dilakukan oleh Al-Jazeera di atas menunjukkan betapa umat 
kini merindukan sistem ekonomi yang bebas dari krisis dan goncanan, yakni 
sistem ekonomi Islam. Hanya saja, mungkinkah sistem ekonomi Islam tersebut akan 
tegak secara sempurna, sementara sistem-sistem lainnya masih berkiblat pada 
Kapitalisme? Tentu saja, tak mungkin. Sudah saatnya, kaum Muslim dan umat 
manusia di dunia ini dalam segala aspek kembali kepada sistem yang berasal 
dari-Nya, dan hal tersebut akan sempurna tegak hanya dengan keberdaan Khilafah 
Rasyidah yang akan datang kembali, Insya Allah, demikialah janji-Nya. 
[m/syabab.com]





  


  Jatuh cinta itu seperti apa ya rasanya? Temukan jawabannya di Yahoo! 
Answers! http://id.answers.yahoo.com