[zamanku] Pancasila itu berhala!!
Pancasila itu berhala!! H A R A M !! --- Pada Sel, 2/6/09, Reporter Milist menulis: Dari: Reporter Milist Judul: [zamanku] Pancasila - Dongeng mengharukan Kepada: Tanggal: Selasa, 2 Juni, 2009, 8:47 PM Pancasila - Dongeng mengharukan Selasa, 2 Juni 2009 Sering kita lupa bahwa tanggal 1 Juni adalah hari lahir Pancasila dasar Negara kita yang saat ini menapaki usia ke – 64 th, – apalagi saat ini kita tengah berada di pusaran hiruk pikuknya – aneka kepentingan, kampanye kekuatan menuju kekuasaan – maka keberadaan nilai luhur Pancasila menjadi nomor ke sekian, alias nomor buncit… bahkan terlupakan – itu bagi yang tua, saya tidak tahu bagaimana untuk para pemuda, remaja dan generasi muda Indonesia di berbagai pelosok penjuru tanah air. Maka saat ini kita bangga ada beberapa bahkan tidak sedikit anak-anak bangsa yang merasa terpanggil untuk memenuhi tugas pengabdian bagi kelangsungan dan kelestarian bangsa Indonesia. Maka nilai-nilai dasar Negara menjadi penting untuk di gelorakan dan di eksplore/digali lebih mendalam lagi. Seperti disampaikan oleh Yurnaldi di harian Kompas, seusai menonton tampilnya para seniman sadar kebangsaan – atau para seniman negarawan sebagai berikut: “…/Tanah kami tanah kaya/ laut kami laut kaya/ Kami tidur di atas emas/ Berenang di atas minyak/ Tetapi bukan kami punya” (Nyayian “Suara dari kemiskinan” ciptaan Franky Sahilatua) Nyanyian Franky itu mengantar Garin Nugroho “Mendongeng untuk Bangsa” di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Senin 1/6 malam. “sebuah dongeng gabungan atara visi, pengalaman, emosi, empati, dan cara berpihak terhadap masalah masyarakat” ujar Garin. Dongeng tentang kemiskinan yang dikisahkan oleh Garin membuat bulu kuduk berdiri. Sebelumnya Garin sempat bercerita bahwa di tengah hingar bingar politik saat ini, kita justru kehilangan civic forum dan cara menyampaikan nilai bangsa, yaitu Pancasila. Maka, dongeng Pancasila sebagai sebagai salah satu seri Dongeng Bangsa adalah cara menumbuhkan nilai civic forum, justru ketika masyarakat politik terkikis oleh politik uang, citra, konsumerisme dan kekuasaan itu sendiri. Masyarakat yang tak cukup respek pada nilai dasar seperti Pancasila karena hanya dianggap dongeng. Mengharukan Kolabirasi Garin dan Franky menyampaikan dongeng tidak saja mengharukan, tetapi juga “mencubit” siapa saja dengan pedih dan dalam. Franky dengan syair-syair lagunya yang sarat dengan tema sosial kemasyarakatan, yang saat ini kerap dimainkan di panggung-oanggung musik nonkomersial, dipadu dongeng-dongeng lokal dan global Garin yang sarat kritik pedas setelah berkaca pada realitas negeri ini. Saat menggambarkan masyarakat Papua, diceritakan peristiwa 15 tahun lalu ketika masyarakat Papua dengan mudah memanfaatkan alam. Ada seorang pemuda yang setiap Senin mengambil biji kemiri. Selasa menangkap ikan di sungai. Rabu, kamis, dan hari-hari selanjutnya diisi dengan aktifitas yang berbeda. Kini, aktivistas tersebut tak bisa dilaksanakan lagi seiring dengan hancurnya alam Papua. Sumber daya alam Papua di eksploitasi dan tidak membawa manfaat apa-apa buat masyarakat Papua. Namun, masyarakat Papua yang tidak ikut merusak alam malah dipinggirkan dan dianggap tidak bisa mengikuti perkembangan zaman… Begitu juga ketika Garin berkisah soal Nusa Tenggara. Franky membawakan lagu “Ika No’o Nio”, cerita soal ikan dan kelapa. Garin bercerita soal upacara adat untuk berterima kasih kepada orangtuanya. Di hadapan masyarakat, anak yang sudah jauh merantau dan berhasil mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tuanya. Garin menceritakan, ada empat anak yang telah berhasil meraih gelar sarjana di perguruan tinggi terkemuka di Pulau Jawa berkat perjuangan dan kerja keras orangtuanya. Ibu bapaknya mengutang beras, pinjam garam, dan pinjam uang untuk biaya sekolah anak-anaknya. Ketika sudah berhasil dan kembali ke desa untuk mengikuti upacara adat terima kasih, banyak anak yang sangat bangga pada perjuangan orangtuanya. Mereka bersyukur dan berterima kasih akan jerih payah orangtuanya. Namun, tradisi berterima kasih ini tidak dilakukan para elite politik… Seusai dongeng dari timur, Garin juga mendongeng soal pertumbuhan ekonomi; sepotong buah apel dari Malang. Kisah betapa produk impor membanjiri negeri ini. “Kita adalah makelar-makelar dari perampok kehidupan untuk diri kita. Kita budak dari Paman Sam,” ujarnya. Mengalahkan Amerika Setelah sesi pertama, pengamat politik Sukardi Rinakit menyampaikan cerita global, tentang cita-cita anak China dan India. Sejak kecil mereka sudah disosialisasikan, bukan indoktrinasi, bagaimana tahun 2020 mengalahkan Amerika Serikat. “Ketika anak kelas VI SD di China ditanya apa cita-citanya, mereka menjawab mengalahkan Amerika. Menguasai hardware mengalahkan Amerika,” ujarnya. Sementara budayawan Radhar Panca dahana berkisah bagaimana bangsa ini diisi keragaman 460 suku dan 750 bahasa. “Bisa bersatu karena ke
[zamanku] Lasiman: Dari Misionaris Jadi Dai
Drs. H. Wakhid Rosyid Lasiman, MA (Willibrordus Romanus) Setelah melakukan berbagai penelitian dan diskusi yang panjang tentang kebenaran baik dengan tokoh Katolik maupun Islam, Lasiman, mantan misionaris yang juga tetangga dari Mbah Marijan, yang tinggal di dekat Gunung Merapi, Yogyakarta itu alkhirnya mengucapkan syahadat. Ia pun berusaha untuk mengembalikan mereka yang pernah dimurtadkannya. Berikut kisahnya: Aku dulu seorang penganut Katolik . Nama kecilku Lasiman. Aku lahir dari orang tua kejawen. Namun sejak kecil dididik secara formal di sekolah Katolik di samping Gereja di Sleman Yogyakarta. Aku pun mendapat pendidikan agama Katolik. Alhasil aku menjadi penganut Katolik. Aku diberi nama baptis Willibrordus. Kemudian diberi nama baptis kader penguatan Romanus. Selanjutnya aku belajar di sekolah guru milik yayasan Katolik yang didirikan tahun 1822. Aku dididik menjadi guru misi, sehingga aktivitas yang ada selalu terkait dengan kegiatan misi Katolik seperti melatih teater untuk tampil di Natalan, Paskah, dan lainnya. Aku pun aktif di tim koor lagu-lagu Katolik, acara-acara Natal, Paskah, dalam rangka dakwah misi Katolik lainnya. Guru-guru sekolah Katolik saat itu dapat pembinaan khusus sebagai guru misionaris. Kami dilatih dari Keuskupan Agung Semarang dan dari Gereja Pintaran di Yogya. Kami mendapat pelatihan terkait kurikulum pendidikan, dan bagaimana mengajar di sekolah-sekolah untuk mengaburkan keislaman para siswa melalui pendidikan sejarah. Kami diajarkan bahwa yang menyebarkan agama Islam di Indonesia itu bukan hanya 9 wali tapi 10 wali yang salah satunya itu Syekh Siti Jenar. Syeikh Siti Jenar itu mengenalkan istilah manunggaling kaulo gusti, menyatunya tuhan dan manusia. Diajarkan di dunia ini, bahwa yang menyatunya tuhan dan manusia yang paling hebat dan melebihi Syekh Siti Jenar adalah menyatunya Tuhan Allah dengan Yesus. Jadi diajarkan bahwaYesus itu wujudnya manusia tapi rohnya Allah. Tugas seorang misionaris yang paling prinsip adalah mengubah orang Indonesia yang mayoritas Muslim ini menjadi orang-orang Nasrani. Salah satunya itu melalui lembaga pendidikan. Makanya wajar meski UU Sisdiknas ini sudah diundangkan tapi nyatanya belum dipraktekkan di Yayasan Katolik dan Kristen. Hal itu bisa dibaca di buku saya berjudul Kristenisasi Berkedok Islam. Pada 1977 setelah dilatih di Keuskupan Semarang untuk menyebarkan Katolik di Jawa Barat, aku kemudian ditempatkan di Garut. Ketika di Garut lah aku bertemu dengan Profesor Dr Anwar Musyaddad, di Pondok Pesantren Musyaddadiyah. Beliau saat itu adalah Rektor IAIN Bandung. Kami berdialog tentang kebenaran yang ada. Kebetulan beliau juga paham tentang Kristologi dan perbandingan agama. Kebiasaan dialog tentang kebenaran sebenarnya aku lakukan juga ketika aku sekolah di Kemaritiman dan Sospol UGM waktu itu. Dialog merupakan salah satu cara bagaimana untuk mengkristenkan mahasiswa. Masuk Islam Dialog juga aku lakukan dengan para pimpinan Katolik. Karena banyak hal yang ingin aku pertanyakan dan butuh jawaban yang memuaskan seperti perbedaan Katolik dan Protestan, dosa warisan dan lainnya. Ketika aku belajar Tafsir di Katolik kemudian belajar tafsir Al Kitab Kristen, banyak perbedaan di antara keduanya. Tafsir Al kitab di Katolik lebih rendah dibandingkan Protestan. Perbedaan antara Katolik dan Kristen itulah yang aku diskusikan dengan pimpinan-pimpinanku saat itu, namun itu tidak bisa terjawab. Setelah berdialog lama dengan Profesor Anwar Musyaddah akhirnya aku pun masuk Islam. Aku secara resmi mengikrarkan syahadat di Kantor Depag Yogyakarta, 15 April 1980. Aku mememukan kebenaran di Islam. Dari hasil dialog dan penelitian itu aku memperoleh kesimpulan bahwa orang yang hidup itu pasti mati, mati itu harus membawa kebenaran, kebenaran itu ada di kitab suci dan kitab yang benar itu Alquran. Setelah masuk Islam aku kemudian belajar di sebuah pesantren di Cirebon. Aku ingin mendalami Islam lebih dalam. Aku melihat begitu banyak orang yang mengaku Islam tapi mereka tidak mendalami Islam. Itu tantangan ketika aku hidup di lingkungan Islam. Aku ingin berislam secara ilmiah Karena memang aku sudah biasa dilatih seperti itu di sekolah misi Katolik. Aku pikir kalau berislam dengan tidak ilmiah itu omong kosong. Tapi setelah aku belajar di pesantren, aku rasa itu tidak cukup. Hingga akhirnya aku kuliah mengambil sarjana muda di IAIN Cirebon. Tapi di IAIN juga tidak cukup. Akhirnya aku pikir aku harus selalu mempelajari Islam. Aku kemudian pulang ke Yogja dan melanjutkan kuliah di S1. Selanjutnya melanjutkan belajar di psikologi Islam di UMJ dengan tesis konversi agama yang diuji beberapa professor. Dalam tesis itu dibahas bagaimana orang Islam yang haji bisa masuk Kristen dan aktivis Kristen bisa tobat. Setelah aku paham Islam, dan tahu kewajiban dalam Islam itu berdakwah maka aku pun mendakwahkan kebenaran itu ke orang-orang. Tantangan Banyak tantangan kuhadapi setelah masuk Is
[zamanku] Hukum Melibatkan Diri dalam Perayaan Natal dan Perayaan Agama Lainnya
Hukum Melibatkan Diri dalam Perayaan Natal dan Perayaan Agama Lainnya HTI-Press. Perayaan Natal Bersama yang melibatkan umat Islam masih saja marak terjadi. Kendati Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa haramnya umat Islam terlibat dalam perayaan Natal, namun banyak yang tidak mengindahkan fatwa itu. Bahkan, hampir tidak ada perayaan Natal Bersama yang tidak dihadiri pejabat publik atau tokoh politik. Toleransi dan persatuan kerapkali dijadikan sebagai dalihnya. Keadaan semakin runyam ketika ada sejumlah ’ulama’ atau ’tokoh Islam’ yang melegitimasi sikap tersebut dengan berbagai dalil yang telah disimpangkan sedemikian rupa. Bagaimana sesunguhnya hukum melibatkan diri dalam perayaan natal dan hari raya agama-agama lainnya? Haram Hadir dalam Perayaan Kufur Pada dasarnya, Islam telah melarang kaum muslim melibatkan diri di dalam perayaan hari raya orang-orang kafir, apapun bentuknya. Melibatkan diri di sini mencakup aktivitas: mengucapkan selamat, hadir di jalan-jalan untuk menyaksikan atau melihat perayaan orang kafir, mengirim kartu selamat, dan lain sebagainya. Sedangkan perayaan hari raya orang kafir di sini mencakup seluruh perayaan hari raya, perayaan orang suci mereka, dan semua hal yang berkaitan dengan hari perayaan orang-orang kafir (musyrik maupun ahlul kitab). Ketentuan ini didasarkan pada firman Allah swt; وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا (الفرقان: 72). Menurut sebagian besar mufassir, makna kata al-zûr (kepalsuan) di sini adalah syirik (Imam al-Syaukani, Fath al-Qadîr, juz 4, hal. 89). Beberapa mufassir seperti Abu ‘Aliyah, Thawus, Muhammad bin Sirrin, al-Dhahhak, al-Rabi’ bin Anas, dan lainnya, memaknai al-zûr di sini adalah hari raya kaum Musyrik. Lebih luas, Amru bin Qays menafsirkannya sebagai majelis-majelis yang buruk dan kotor (Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, juz 3, hal. 1346). Sedangkan kata lâ yasyhadûna, menurut jumhur ulama’ bermakna lâ yahdhurûna al-zûr, tidak menghadirinya (Imam al-Syaukani, Fath al-Qadîr, juz 4, hal. 89). Memang ada yang memahami ayat ini berkenaan dengan pemberian kesaksian palsu (syahâdah al-zûr) yang di dalam Hadits Shahih dikatagorikan sebagai dosa besar. Akan tetapi, dari konteks kalimatnya, lebih tepat dimaknai lâ yahdhurûnahu, tidak menghadirinya. Dalam frasa berikutnya disebutkan: وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا “Dan apabila mereka melewati (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya” (QS al-Furqan [25]: 72). Dengan demikian, keseluruhan ayat ini memberikan pengertian bahwa mereka tidak menghadiri al-zûr. Dan jika mereka melewatinya, maka mereka segera melaluinya, dan tidak mau terkotori sedikit pun oleh nya (lihat Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, juz 3, hal. 1346). Berdasarkan ayat ini pula, banyak fuqaha’ yang menyatakan haramnya menghadiri menghadiri perayaan hari raya kaum kafir. Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Kaum Muslim telah diharamkan untuk merayakan hari raya orang-orang Yahudi dan Nasrani. “ (Ibnu Tamiyyah, Iqtidhâ’ al-Shirâth al-Mustaqîm, hal.201). Imam Baihaqi menyatakan, “Jika kaum muslim diharamkan memasuki gereja, apalagi merayakan hari raya mereka.” (Ibnu Tamiyyah, Iqtidhâ’ al-Shirâth al-Mustaqîm, hal.201). Imam al-Amidi dan Qadli Abu Bakar al-Khalal menyatakan,”Kaum Mmuslim dilarang keluar untuk menyaksikan hari raya orang-orang kafir dan musyrik.” (Ibnu Tamiyyah, Iqtidhâ’ al-Shirâth al-Mustaqîm, hal.201). Al-Qadhi Abu Ya’la al-Fara’ berkata, “Kaum Muslim telah dilarang untuk merayakan hari raya orang-orang kafir atau musyrik”. (Ibnu Tamiyyah, Iqtidhâ’ al-Shirâth al-Mustaqîm, hal. 201) Imam Malik menyatakan, “Kaum Muslim telah dilarang untuk merayakan hari raya orang-orang musyrik atau kafir, atau memberikan sesuatu (hadiah), atau menjual sesuatu kepada mereka, atau naik kendaraan yang digunakan mereka untuk merayakan hari rayanya. Sedangkan memakan makanan yang disajikan kepada kita hukumnya makruh, baik diantar atau mereka mengundang kita.” (Ibnu Tamiyyah, Iqtidhâ’ al-Shirâth al-Mustaqîm, hal. 201). Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengatakan, “Sebagaimana mereka (kaum Musyrik) tidak diperbolehkan menampakkan syiar-syiar mereka, maka tidak diperbolehkan pula bagi kaum Muslim menyetujui dan membantu mereka melakukan syiar itu serta hadir bersama mereka. Demikian menurut kesepakatan ahli ilmu.” (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Ahkâm Ahl al-Dzimmah, juz 1. hal. 235). Abu al-Qasim al-Thabari mengatakan, “Tidak diperbolehkan bagi kaum Muslim menghadiri hari raya mereka karena mereka berada dalam kemunkaran dan kedustaan (zawr). Apabila ahli ma’ruf bercampur dengan ahli munkar, tanpa mengingkari mereka, maka ahli ma’ruf itu sebagaimana halnya orang yang meridhai dan terpengaruh dengan kemunkaran itu. Maka kita takut akan turunnya murka Allah atas jama’ah mereka, yang meliputi secara umum. Kita berlindung kepada Allah
[zamanku] Hanya Khilafahlah yang Bisa Menghentikan Kebiadaban Israel !!
Hanya Khilafahlah yang Bisa Menghentikan Kebiadaban Israel Biadab! Itulah kata paling tepat untuk menggambarkan serangan udara Israel ke Rafah di Selatan Gaza, Palestina pada Sabtu 27 Desember lalu. Bagian dari wilayah Palestina yang dikuasai kelompok Hamas ini memang terus menjadi target Israel. Setelah berbulan-bulan diblokade oleh tentara Israel sedemikian rupa hingga warga Palestina yang tinggal di wilayah itu mengalami kesulitan pasokan bahan bakar, listrik, air dan juga makanan, kini Israel menggempurnya dengan menembakkan 30 misil ke wilayah yang nyaris tidak mepunyai sistem pertahanan yang berarti itu. Lebih 300 orang tewas dan 800 lainnya terluka. Puluhan bangunan hancur. Ini adalah aksi kesekian kali yang menjadi bukti kebiadaban Zionis Israel. Tidak hanya itu, Israel pun telah menyiapkan 6500 tentara cadangannya untuk melakukan serangan darat. Berkenaan dengan hal ini, Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan: 1. Tindakan brutal Israel ini jelas merupakan tindakan biadab, yang bukan hanya harus dikecam dan dikutuk dengan keras, tetapi juga harus dihadapi dan dilawan dengan kekuatan yang sama. Sesungguhnya protes yang dilakukan oleh umat Islam di sejumlah negeri Arab pada hari Ahad (28/12/2008) menunjukkan, bahwa mereka sesungguhnya ingin melakukan itu, dan dengan izin Allah mereka mampu mengalahkan Israel, namun para penguasa merekalah yang justru menjadi penghalang. Bukan hanya itu, para penguasa mereka jugalah yang telah menutup pintu perbatasan Palestina dengan negara mereka, sehingga anak-anak, kaum perempuan dan orang tua pun menjadi sasaran pembantaian brutal Israel. 2. Terhadap serangan brutal itu, AS dan negara-negara Barat justru memaklumi tindakan Israel, padahal serangan brural ini nyata-nyata merupakan tindakan terorisme, dan melanggar HAM. Ini membuktikan, bahwa HAM hanyalah omong kosong, yang hanya diperuntukkan buat AS dan sekutunya, tapi tidak untuk warga Palestina dan umat Islam. Serangan biadab Israel itu juga menunjukkan bahwa global war on terrorism itu hanyalah kedok untuk memerangi Islam. Bila sungguh-sungguh ingin memerangi teroris, mengapa tindakan ini dibiarkan dan para pejabat Israel yang bertanggung jawab juga tidak disebut teroris? 3. Menyerukan kepada penguasa negeri-negeri Muslim untuk bersatu mengerahkan kekuatan militernya untuk menghentikan kebiadaban Israel dan melindungi warga Palestina di sana. Bila tidak, berarti para penguasa negeri-negeri Muslim telah mengkhianati Allah, Rasul dan orang-orang Mukmin, dengan membiarkan terjadinya pembantaian terhadap warga Palestina. 4. Menyerukan kepada umat Islam untuk secara sungguh-sungguh berjuang demi tegaknya Khilafah, karena hanya Khilafahlah yang mampu menyatukan 1,4 milyar umat Islam di seluruh dunia dengan segenap potensi yang dimilikinya. Dengan kekuatan itulah, mereka akan memiliki kekuatan untuk melindungi diri, termasuk melawan kebiadaban seperti yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina sekarang ini. Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto Apakah wajar artis ikut Pemilu? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers. http://id.answers.yahoo.com
[zamanku] Tobatlah, Peluk Islam
Bapak Atau Ibu Muskitawati, masih hidup tah? Pakai nama Islam lagi untuk menghina Islam?Tobatlah dan Peluk Islam atau neraka Jahannam menunggu anda!!-Edi AzkaDari: Hafsah Salim Topik: [zamanku] Re: 88,5 % Percaya Ekonomi Islam U/ Dunia Kepada: zamanku@yahoogroups.com Tanggal: Sabtu, 20 Desember, 2008, 8:16 PM Yang percaya itu dunia mana ??? Mana ada yang percaya ekonomi Islam dimasyarakat yang memiliki pendidikan ekonomi ??? Ngelindur jangan disini. Cina ekonominya maju tak pernah merencanakan mau mengganti dengan ekonomi Islam, juga India, juga Amerika, juga Russia, juga Jepang, semua negara2 didunia tak ada yang tertarik ekonomi Islam, bahkan justru Syariah Islam yang juga mencakup ekonomi Islam sekarang ini justru diperangi seluruh dunia karena terror2nya kepada semua negara2 didunia yang bergabung dalam "War on Terror". Ekonomi Islam itu adalah merampok seperti sunnah nabi yang merampoki para pedagang Yahudi. Ekonomi Islam merampok dan menjarah toko2 cina, dan sesama umat seperti yang dialami umat Islam Ahmadiah. Dan ciri2 ekonomi merampok dan menjarah ini sudah terkenal menjadi ciri2 khas ekonomi Islam diseluruh dunia sejak zaman nabi masih hidup. Ekonomi Islam didunia Islam dikenal sebagai ekonomi Syariah, tapi dinegara yang bukan Islam dinamakan EKONOMI PENJARAH. Ny. Muslim binti Muskitawati. --- In zama...@yahoogroups .com, eddyansyah rasyaad lubis wrote: > > > Poling Al-Jazeera: > 88,5% Percaya > Sistem Ekonomi Islam yang Paling Baik untuk Diterapkan di Dunia. > > Syabab.Com - Setelah krisis keuangan global melanda, sistem keuangan apakah yang anda percaya paling baik untuk diterapkan di dunia? Begitulah bunyi pertanyaan poling yang al-Jazeera baru-baru ini. Hasil poling selama sepekan dari tanggal 19/10/2008 hingga 26/10/2008 menunjukkan bahwa 88,5% dari 29.486 responden menjawab sistem keuangan Islam. Sementara responden yang memilih sistem keuangan kapitasli hanya 5,0% dan yang memilih sistem keuangan komunis sebanyak 6,5%. > > Sistem ekonomi Kapitalisme saat ini sedang tenggelam, setelah sebelumnya sistem komunis terkubur, kini hanya Islam saja satu solusi ampuh dan bebas dari berbagai krisis. Karena memang sistem Islam ini berasal dari Alloh Yang Mahatahu. Tak salah bila sebagian mengatakan, "kapitalisme di ujung tanduk, khilafah di depan mata." > > Di saat akhir-akhir keruntuhan Khilafah dulu, umat Islam terpesona dengan peradaban Barat hingga mereka mengabaikan institusi politik yang telah memayungi mereka berabad lamanya. Kebangkitan Barat dengan ideologi kapitalisme dilihat sebagai satu kemajuan baru dunia yang berdasarkan pada konsep kebebasan. Umat lalu mulai meninggalkan Islam dan mengejar kemewahan dunia yang dijarkan oleh para kapitalis. Sementara hukum-hukum Islam yang berasal dari Allah Swt. dan Khilafah sebagai institusi penegaknya mulai diabaikan. > > > Setelah keruntuhan Khilafah, peradaban Barat masuk secara drastis ke dalam kehidupan umat Islam dan pandangan hidup umat mulai berubah kepada kecintaan duniawi. Akhirnya, umat Islam kehilangan arah dan mulai lupa untuk apa sebenarnya mereka diciptakan. Kemewahan dunia yang ditawarkan oleh Kapitalis di bawah kebebasan berekonomi membutakan mata mereka kepada akhirat. Lalu mereka terperosok kepada lembah kehinaan karena mengambil Kapitalis sebagai cara hidup dengan meninggalkan Islam. > > Namun, mereka yang sadar akan hal ini tidak berdiam diri. Beberapa ulama dan mereka para mukhlisin, tak henti-hentinya menyampakan kerusakan Kapitalisme dan memberikan pencerahan pada sistem yang benar, Islam. Ide Islam pun menjadi perbincangan, baik di negeri-negeri Muslim maupun di Barat. Hingga mulailah kesadaran umat akan Islam mulai tumbuh kembali. > > Kini, di tengah-tengah kegoncangan sistem Kapitalisme, umat mulai sadar bahwa ada satu sistem lain yang dapat menyelamatkan mereka. Setelah melihat dengan mata kepala mereka sendiri, bahwa Kapitalisme lambat laut menuju kematiannya, umat mulai mencari penyelamat mereka. Tidak ada lagi sistem yang benar-benar mampu manjadi penyelamat, kecuali sistem yang berasal dari Sang Pencipta, Alloh-lah Yang Mahatahu. > > Jajak pendapat yang dilakukan oleh Al-Jazeera di atas menunjukkan betapa umat kini merindukan sistem ekonomi yang bebas dari krisis dan goncanan, yakni sistem ekonomi Islam. Hanya saja, mungkinkah sistem ekonomi Islam tersebut akan tegak secara sempurna, sementara sistem-sistem lainnya masih berkiblat pada Kapitalisme? Tentu saja, tak mungkin. Sudah saatnya, kaum Muslim dan umat manusia di dunia ini dalam segala aspek kembali kepada sistem yang berasal dari-Nya, dan hal tersebut akan sempurna tegak hanya dengan keberdaan Khilafah Rasyidah yang akan datang kembali, Insya Allah, demikialah janji-Nya. [m/syabab.com] > > > > > >
[zamanku] Fatwakanlah Syariat Islam, Bukan Haramnya Golput!!
Fatwakanlah Wajibnya Menerapkan Syariah Islam! Golput haram? Itulah salah satu isu yang mengemuka baru-baru ini. Awalnya adalah Hidayat Nur Wahid (HNW) yang menggagas agar MUI mengeluarkan fatwa ‘haram’ bagi siapa saja yang atidak menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2009. HNW, yang mantan Presiden PKS dan kini Ketua MPR-RI, tentu punya alasan. Dalam sebuah acara dialog di sebuah televisi swasta tadi malam (TVOne, 15/12/08), HNW mengulang kembali alasan mengapa dirinya mendorong MUI untuk mengeluarkan fatwa haram bagi golput. Ia menyatakan, berdasarkan UU yang ada, memilih memang hak. Namun, dalam konteks mewujudkan kemaslahatan, menurutnya Pemilu harus terwujud, dan itu tidak mungkin terjadi jika masyarakat ramai-ramai golput. Demikian kira-kira alasan ‘rasional’ HNW. Namun, langkah ini kemudian memicu pro-kontra. Sebagian partai peserta Pemilu mendukungnya. Bahkan ada ormas Islam dan sejumlah kyai yang sudah mengeluarkan fatwa tentang haramnya golput. Sebagian yang lain menganggap tindakan demikian ‘tidak cerdas’. Bahkan mereka menilai fatwa ‘golput haram’ menyesatkan serta melanggar hak warga negara dan hak asasi pemilih. “Harusnya politisi menunjukkan mereka ini layak untuk dipilih dan dipercaya. Jadi, jangan lewat fatwa, tetapi lewat karya yang konkret.” Demikian komentar pengamat politik Arya Bima (13/12/2008). Kerisauan Penikmat Demokrasi Terlepas dari pro-kontra yang segera muncul pasca gagasan HNW ini, boleh jadi, hal itu didorong oleh kerisauan HNW terhadap maraknya golput dalam sejumlah Pilkada di berbagai daerah. Dalam Pilkada yang tiga hari sekali diselenggarakan di seluruh Indonesia, rata-rata jumlah golput di berbagai provinsi mencapai 38-40 persen. Sejumlah Pilkada pada tahun 2008 bahkan ”dimenangi” oleh golput. Golput di Pilkada Jawa Barat, misalnya, mencapai 33%; Jawa Tengah 44%; Sumatera Utara 43%; Jatim (putaran I) 39,2% dan (putaran II) 46%. Angka Golput pada sejumlah Pilkada kabupaten/kota pun banyak yang mencapai 30%–40%, bahkan lebih. Gejala ini diperkirakan terus berlangsung hingga Pemilu 2009 nanti. Bahkan dalam Pilpres 2009, golput diperkirakan meningkat menjadi sekitar 40 persen, lebih tinggi daripada saat Pilpres 2004 yang ‘hanya’ mencapai 20 persen. Tentu maraknya golput ini sangat merisaukan sebagian pihak yang berkepentingan dengan Pesta Demokrasi 2009. Pasalnya, Pemilu dianggap kurang sukses jika berjalan lancar tetapi minim partisipasi masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya. Sebab, jika golput menjadi ‘pemenang’, penguasa atau wakil rakyat yang terpilih tentu dianggap kurang legitimated. Wajarlah jika kemudian sebagian politikus menggunakan berbagai cara demi mewujudkan ambisi politiknya pada Pemilu 2009. Kampanye dan iklan politik pun kemudian dilakukan dengan jor-joran. Tujuannya jelas untuk mendulang suara pemilih sebanyak-banyaknya. Namun, sekali lagi, itu tidak akan terjadi jika masyarakat banyak yang golput. Karena itulah, ada yang kemudian ‘tergoda’ untuk menggunakan ‘bahasa agama’, yakni ‘fatwa’ untuk kepentingan politiknya dan partainya dalam Pemilu 2009. Seolah-olah, ‘perang terhadap golput’ harus dilancarkan, di antaranya melalui fatwa MUI. Fatwa diharapkan menjadi ‘jurus ampuh’ yang bisa mencairkan kebekuan dan kejumudan sikap masyarakat terhadap demokrasi. Jadinya, ‘fatwa’ sekadar dijadikan alat untuk kepentingan politik pragmatis individu maupun parpol peserta Pemilu, bukan untuk kemaslahatan umat, apalagi untuk alasan-alasan yang bersifat syar’i; seperti untuk tegaknya syariah Islam di Indonesia. Alasan di Balik Golput Maraknya golput tentu bukan sekadar gejala kebetulan. Sebab, saat ini masyarakat tampaknya mulai ‘melek politik’. Masyarakat mulai sadar, bahwa demokrasi tidak menjanjikan apa-apa; tidak kemakmuran, kesejahteraan apalagi keadilan. Demokrasi hanya menjanjikan kemiskinan dan penderitaan. Demokrasi yang katanya menempatkan kedaulatan rakyat di atas segala-galanya justru sering ‘mempecundangi’ rakyat. Suara—bahkan jeritan hati—rakyat sering dikalahkan oleh suara para wakilnya di DPR. Misal: saat semua rakyat sepakat menolak kenaikan harga BBM, para wakilnya di DPR justru menyetujuinya. Yang menyakitkan, kebijakan menaikkan harga BBM ini, di samping diberlakukan pada saat kehidupan masyarakat yang serba sulit, juga disinyalir demi memenuhi desakan para pengusaha minyak asing di dalam negeri. Saat rakyat menolak privatisasi dan penjualan BUMN kepada pihak asing, para wakil rakyat di DPR justru semangat mendukungnya. Para wakil rakyatlah yang juga ‘berjasa’ dalam mengesahkan sejumlah UU yang justru berpotensi merugikan rakyat seperti UU Migas, UU SDA, UU Penanaman Modal, UU Listrik (meski kemudian dibatalkan oleh MK), dll. Di sisi lain, penguasa yang dipilih langsung oleh rakyat juga sering lebih berpihak kepada para pemilik modal ketimbang kepada rakyat. Contoh kecil, lihatlah rakyat korban Lumpur Lapindo, yang sudah lebih dari dua tahun diabaikan begitu saja dan dibiarkan menderi
[zamanku] 63 Persen Remaja Pernah Berhubungan Seks, Buah Buruk dari Sekularisme!
63 Persen Remaja Pernah Berhubungan Seks, Buah Buruk dari Sekularisme! HTI-Press. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan, sekitar 63 persen remaja usia sekolah SMP dan SMA di Indonesia mengaku sudah pernah melakukan hubungan seks dan 21 persen di antaranya melakukan aborsi. Menurut Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN, M Masri Muadz, data itu merupakan hasil survai oleh sebuah lembaga survai yang mengambil sampel di 33 provinsi di Indonesia pada 2008. Saat Peluncuran layanan pesan singkat elektronik (SMS) Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja di Serang, Banten, Jumat, Masri mengatakan, persentasi remaja yang pernah berhubungan seks pra nikah tersebut naik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Berdasar data penelitian pada 2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, Ujungpandang, ditemukan sekitar 47 hingga 54 persen remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum nikah. “Perilaku seks bebas remaja saat ini sudah cukup parah. Peranan agama dan keluarga sangat penting mengantisipasi perilaku remaja tersebut,” katanya. Ada beberapa faktor yang menurut Masri telah mendorong mereka melakukan hubungan seks pra nikah, di antaranya pengaruh liberalisme dan pergaulan bebas, kemudian lingkungan dan keluarga, serta pengaruh perkembangan media massa. Dengan prilaku buruk itu, para remaja sekarang rentan terhadap risiko gangguan kesehatan seperti penyakit HIV/AIDS, penggunaan narkoba, serta penyakit lainnya. Data Departemen Kesehatan hingga September 2008 menyebutkan, dari 15.210 penderita AIDS atau orang yang hidup dengan HIV/AIDS di Indonesia 54 persennya adalah remaja. Sungguh laporan ini sangat mengerikan. Betapa di negeri Muslim terbesar ini, perilaku seks bebas di luar nikah yang tiada lain merupakan aktivitas perzinahan telah mengancam generasi muda negeri ini. Semua itu tidak terlepas dari sekularisme yang telah dipaksakan di negeri ini. Banyak solusi yang ditawarkan, hanya disayangkan tidak menyentuh akar persoalan munculnya aktivitas yang dibenci oleh Allah Swt. tersebut, yakni dipaksakannya sekularisme di negeri ini. Tentu, solusi apa pun yang diberikan, selama sekularisme diterapkan dan Islam ditinggalkan, maka kerusakkan-kerusakkan itu akan tetap terjadi. Padahal perzinahan merupakan pengundang azab-Nya. “Jika zina dan riba sudah menyebar di suatu kampung maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan azab Allah atas diri mereka sendiri”. (HR al-Hakim, al-Baihaqi dan ath-Thabrani). Tidakkah kita merenungkan firman Allah berikut: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (TQS. Thaha: 124) Sudah saatnya, kita kembali kepada Islam yang diterapkan melalui metode Khilafah Rasyidah. Institusi inilah yang akan menjaga kehormatan manusia serta menyelamatkan remaja dari kehancuran. (nl/hti/ant) Berbagi video sambil chatting dengan teman di Messenger. Sekarang bisa dengan Yahoo! Messenger baru. http://id.messenger.yahoo.com
[zamanku] 88,5 % Percaya Ekonomi Islam U/ Dunia
Poling Al-Jazeera: 88,5% Percaya Sistem Ekonomi Islam yang Paling Baik untuk Diterapkan di Dunia. Syabab.Com - Setelah krisis keuangan global melanda, sistem keuangan apakah yang anda percaya paling baik untuk diterapkan di dunia? Begitulah bunyi pertanyaan poling yang al-Jazeera baru-baru ini. Hasil poling selama sepekan dari tanggal 19/10/2008 hingga 26/10/2008 menunjukkan bahwa 88,5% dari 29.486 responden menjawab sistem keuangan Islam. Sementara responden yang memilih sistem keuangan kapitasli hanya 5,0% dan yang memilih sistem keuangan komunis sebanyak 6,5%. Sistem ekonomi Kapitalisme saat ini sedang tenggelam, setelah sebelumnya sistem komunis terkubur, kini hanya Islam saja satu solusi ampuh dan bebas dari berbagai krisis. Karena memang sistem Islam ini berasal dari Alloh Yang Mahatahu. Tak salah bila sebagian mengatakan, "kapitalisme di ujung tanduk, khilafah di depan mata." Di saat akhir-akhir keruntuhan Khilafah dulu, umat Islam terpesona dengan peradaban Barat hingga mereka mengabaikan institusi politik yang telah memayungi mereka berabad lamanya. Kebangkitan Barat dengan ideologi kapitalisme dilihat sebagai satu kemajuan baru dunia yang berdasarkan pada konsep kebebasan. Umat lalu mulai meninggalkan Islam dan mengejar kemewahan dunia yang dijarkan oleh para kapitalis. Sementara hukum-hukum Islam yang berasal dari Allah Swt. dan Khilafah sebagai institusi penegaknya mulai diabaikan. Setelah keruntuhan Khilafah, peradaban Barat masuk secara drastis ke dalam kehidupan umat Islam dan pandangan hidup umat mulai berubah kepada kecintaan duniawi. Akhirnya, umat Islam kehilangan arah dan mulai lupa untuk apa sebenarnya mereka diciptakan. Kemewahan dunia yang ditawarkan oleh Kapitalis di bawah kebebasan berekonomi membutakan mata mereka kepada akhirat. Lalu mereka terperosok kepada lembah kehinaan karena mengambil Kapitalis sebagai cara hidup dengan meninggalkan Islam. Namun, mereka yang sadar akan hal ini tidak berdiam diri. Beberapa ulama dan mereka para mukhlisin, tak henti-hentinya menyampakan kerusakan Kapitalisme dan memberikan pencerahan pada sistem yang benar, Islam. Ide Islam pun menjadi perbincangan, baik di negeri-negeri Muslim maupun di Barat. Hingga mulailah kesadaran umat akan Islam mulai tumbuh kembali. Kini, di tengah-tengah kegoncangan sistem Kapitalisme, umat mulai sadar bahwa ada satu sistem lain yang dapat menyelamatkan mereka. Setelah melihat dengan mata kepala mereka sendiri, bahwa Kapitalisme lambat laut menuju kematiannya, umat mulai mencari penyelamat mereka. Tidak ada lagi sistem yang benar-benar mampu manjadi penyelamat, kecuali sistem yang berasal dari Sang Pencipta, Alloh-lah Yang Mahatahu. Jajak pendapat yang dilakukan oleh Al-Jazeera di atas menunjukkan betapa umat kini merindukan sistem ekonomi yang bebas dari krisis dan goncanan, yakni sistem ekonomi Islam. Hanya saja, mungkinkah sistem ekonomi Islam tersebut akan tegak secara sempurna, sementara sistem-sistem lainnya masih berkiblat pada Kapitalisme? Tentu saja, tak mungkin. Sudah saatnya, kaum Muslim dan umat manusia di dunia ini dalam segala aspek kembali kepada sistem yang berasal dari-Nya, dan hal tersebut akan sempurna tegak hanya dengan keberdaan Khilafah Rasyidah yang akan datang kembali, Insya Allah, demikialah janji-Nya. [m/syabab.com] Jatuh cinta itu seperti apa ya rasanya? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com