[Keuangan] Seminar Accounting application erp Accpac

2007-03-27 Thread M.Ichsanul Anam
Salam Hormat kepada Moderator,
dan salam kenal utk rekan2 milis,

Berikut ini saya informasikan, perusahaan tempat saya bekerja berencana 
mengadakan seminar tentang accounting application ERP Accpac yg rencananya akan 
diadakan di middle mei, agenda nya memperkenalkan sekaligus pelatihan mengenai 
"Aplikasi Akunting Accpac yg terintegrasi dalam sistem ERP", untuk waktu & 
tempat menyusul sekalian dibuatkan draft invitationnya...( rumor yg saya 
dengar, hotel peninsula atau le meridian, tp blm diputuskan management)...saya 
pikir sambil menyusun draft undangan selesai, bagi rekan2 milis yg berencana 
ikut dlm seminar, silahkan registerasi dulu by email, via japri (spy tdk 
mengganggu lintas milis )...

Terima kasih
Anam
0817 0733 705


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Naik pesawat. Kenapa tidak?

2007-03-27 Thread Poltak Hotradero
At 01:50 PM 3/27/2007, you wrote:

>Poltak Hotradero wrote:
>Bung Arry,
>
>1. Tentang korelasi negatif -- berapa besar ukuran sample yang pantas?
>seratus? dua ratus? seribu? Bung Arry tentu perlu ikut
>mempertimbangkan volume populasi yang mencapai lebih dari 20 JUTA per
>TAHUN.
>
>Kuantitatif JUGA adalah masalah common sense.
>
>
>Arry: Bung Poltak, lah kita bukannya bicara tentang 100 per cent armada
>komersial pesawat terbang di Indonesia yg tidak memenuhi standard
>penerbangan. Apakah itu tidak cukup menunjukkan fakta populasi yg sudah
>menyeluruh, yg real? Kuantitatif jelas masalah common sense, tapi jadi
>waste of resources bila fakta2 sudah jelas, untuk apa lagi statisik bila
>the whole population data memang sudah jelek? Ibarat gajah dipelupuk
>mata tidak kelihatan tapi semut diseberang lautan terlihat jelas.

=
Bung Arry,

Adalah fakta bahwa 22 JUTA orang setiap tahun TIDAK MATI di pesawat 
Indonesia sepanjang sekian tahun lalu.  Saya tidak ambil pusing bahwa 100% 
tidak lulus KRITERIA SATU standar penerbangan (yang kriteria-nya juga 
seharusnya kita bongkar di sini - isinya apa saja dan mencakup apa saja).

Anda permasalahkan 100% yang tidak lulus kriteria 1 (whatever it is... cuma 
ICAO tidak mempermasalahkan ketidak lulusan kriteria 1 ini)  - sementara 
saya permasalahkan bahwa 99,999% penumpang tidak ada yang mati di pesawat. 
Realistis saja lah... mana sih yang lebih penting bagi penumpang?

Dan coba kita lebih realistis lagi dari sisi finansial... Siapa yang paling 
keberatan kalau fatalitas transportasi penerbangan Indonesia sedemikian 
tinggi?  Perusahaan Asuransi.  Mereka akan ogah memberi asuransi pada 
penumpang penerbangan Indonesia kalau ternyata tidak sebanding dengan 
penerimaan premi.  Tapi kenyataannya?  Premi Asuransi Transportasi versus 
coverage klaim -- masih menunjukkan bahwa resiko transportasi udara di 
Indonesia relatif rendah ketimbang moda transportasi lainnya.

=

> > 2. Apakah ini berarti supaya selamat kita harus selalu cuci tangan
> > setiap 15 menit hanya karena kuman flu bisa bertahan hidup di gagang
> > pintu selama 45 menit? Jelas ada batas redundancy dalam soal
> > keamanan. Contohnya: bawa ban cadangan 2 biji, atau bawa timing belt
> > setengah lusin... (pernah perhatikan bahwa sepeda motor tidak pernah
> > bawa ban cadangan?)
> >
> > Tugas kita adalah mengkritisi standar keselamatan yang sudah disusun
> > birokrat. Tidak harus menolak - tetapi kita akan jadi bodoh kalau
> > cuma percaya begitu saja.
> >
>Arry: Saya lihat disini sudah ada bias tentang birokrasi. Saya
>persilahkan yg lain untuk menjawab.

=
Mungkin saya bias soal birokrasi... tapi pada banyak sekali kejadian -- 
MEMANG birokrasi lah yang jadi akar masalah.  Soal usia pesawat itu yang 
dicanangkan DirJen Perhubungan Udara - itu saja sudah menunjukkan gagapnya 
birokrasi dalam menghadapi masalah.
=

> > 3. Sejauh masih bernama alat transportasi dan masih menyangkut
> > keselamatan penumpang -- maka masih tetap dalam wilayah apel.
> > Kelangkaan dan pilihan - adalah selalu masalah ekonomi.
> >
> > Kalau ternyata fatalitas pesawat terbang jauh lebih tinggi daripada
> > metromini (dan tidak ada cara lain untuk menurunkannya) ya mungkin
> > Garuda lebih baik mengoperasikan metromini...
> > 
> >
>Arry: Masalahnya memang bagaimana caranya men compare pesawat terbang
>dgn metromini? apakah masuk akal itu?

=
Bisa saja dengan menghitung fatalitas per kilometer perjalanan per penumpang.
=


> > Jadi soal standar keselamatan kita harus lebih teliti, hati-hati, dan
> > tidak langsung gegabah mendakwa bahwa tiket murah hanya semata-mata
> > karena yang dikorbankan adalah keselamatan. Ini prejudice yang
> > langsung menghinggapi orang Indonesia ketika melihat harga tiket
> > penerbangan jadi murah.
> > 
> >
>Arry: Saya kira kita perlu bukti apa lagi bahwa demi cost saving mereka
>(baca: budget carrier) mengorbankan standard keselamatan? Sekarang gini
>sajalah, Garuda yg merupakan flag carrier penerbangan di Nusantara
>ternyata standard keselamatan hanya mencapai Category 2! Apakah Garuda
>merupakan budget carrier? Dengan bertubinya kecelakaan pesawat terbang
>di nusantara apakah "unfair" bila orang Indonesia mengatakan sudah
>terjadi trade-off dgn keselamatan mereka di udara?

=
Bung Arry, konsep "flag carrier" itu sudah usang.  Itu peninggalan jaman 
transportasi era kapal laut (yang kemudian diadopsi oleh transportasi udara).

Setelah deregulasi angkutan udara di Amerika akhir 1970-an maka terjadi 
lonjakan jumlah penumpang dan boom bisnis penerbangan yang kemudian meluas 
ke seluruh dunia.  Perhatikan kata DEREGULASI -- karena ini terkait dengan 
debirokratisasi pasca pemerintahan presiden Carter.  Model bisnis 
transportasi udara pun sudah berubah secara radikal -- kebanyakan pesawat 
tidak lagi dimiliki oleh perusahaan penerbangan -- melainkan diperoleh 
secara leasing dari perusahaan seperti GECAS dan ILFC.  GECAS saja punya 
inventory 1342

Re: [Keuangan] Naik pesawat. Kenapa tidak?

2007-03-27 Thread irmec
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Poltak Hotradero"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Bung Enda,
> 
> Kalau memang issue-nya adalah soal PENINGKATAN keamanan -- ini menjadi
> menarik.  Karena kita harus ada trade off.  (dan karena ekonomi adalah
> masalah trade off -- maka hal ini seharusnya juga menjadi masalah
> ekonomi).  Tapi di mana batas ekonomisasi rasa aman dan nyaman?
> 
> Contohnya: Supaya lancar dalam perjalanan di mobil kita selalu
> menyediakan satu ban cadangan.  Tapi kita tahu persis bahwa ban mobil
> kita ada empat.  Bisa saja kan yang bocor lebih dari satu dalam satu
> waktu?  Apakah itu berarti kita harus bawa dua ban cadangan?  atau
> malah empat ban cadangan?  (efisiensi bahan bakar kendaraan kita pasti
> melorot drastis akibat tambahan beban-beban ini)
> 
> Atau lebih radikal lagi -- bagaimana kalau mengembangkan ban yang
> tahan bocor...?  Sekalipun harga ban itu 20 kali lebih mahal daripada
> ban biasa?
> 
> Tapi apakah yang begini harus juga diwajibkan oleh pemerintah?
> Apa bukan malah berarti menyodorkan diri pada monster jelek dan dungu
> bernama birokrasi?  Birokrasi, seperti biasa akan menghadirkan lebih
> banyak masalah baru - ketimbang menuntaskan masalah asal...
> 
> 

Bung Poltak,

Sebenarnya proses design pesawat (& juga alat2 transport lain) dan
pengembangannya sudah dilakukan dgn banyak memperhitungkan faktor
keamanan. Beban mesti dikalikan dgn safety factor, beberapa critical
equipment pake redudant, dlsb. Semuanya harus comply dgn regulasi FAA.
 Dan, industri pesawat sgt konservatif dalam hal safety (suatu hal yg
bagus). 

Jd kalau FAA, manufaktur, ngak protes misalnya satu maskapai
memperbanyak jumlah penumpang, dng memperbanyak seat (MENGURANGI
kenyaman), sebenarnya ngak ada problem yg serius. 

Dalam kasus Adam Air, dan maskapai yg menawarkan tikt murah, menurutku
OK2 aja. Yg harus diperhatiin ialah maintenance & regulasi tiap kali
terbang (yg udah disepakati - yg ujung2nya jg sering berhubungan dgn
keamanan). Aku ngak pake kata nyaman, lho...soalnya ada harga ada
kenyamanan. YG ngak bisa ditawar sebenarnya ialah keamanan. Ini bukan
semata bagi penumpang, juga bayangkan msalnya kecelakaan di medan, yg
nimpa penduduk di daratan. 

AKu ngak harap bhw pemerintah ngatur tarif bawah lagi. tapi jelas
safety harus prioritas. Jd regulasi safety harus dipisah dari bisnis.
Kecelakaan ngak selama datang karena part besar (misalnya, space
shuttle NASA yg meledak itu gara2 simple part ring karet O di motor
solid rocket. 

Kasus ini sudah muncul beberapa kali sebelumnya (15 dari 25 misi
terbang), tapi dianggap sebagai acceptable. sialnya ketika penerbangan
tersebut (1986) terjadi, pas lagi ada angin geser yg keras yg
menyebabkan terjadinya bending yang acceptable pada sambungan2 motor
solid rocket tsb. Akibatnya, yah..booom.. [kecelakaan tsb jg
menunjukkan bhw human error ngak selalu terjadi di pesawat, tapi di
kantor..]

Akhirnya menurutku, kecelakaan2 tsb banyak disebabkan lebih pada
faktor human error di darat; misalnya tingkat kelelahan pilot,
mengabaikan maintenance. 

Cheer
Enda




Re: [Keuangan] Naik pesawat. Kenapa tidak?

2007-03-27 Thread rudi
Saya sependapat dengan Bang Poltak, sehingga nyali saya untuk menggunakan  
jasa pesawat terbang pun tidak jadi menciut akibat berita rentetan  
kecelakaan pesawat terbang yang saya dengar. Sebagai tambahan, ketakutan  
orang naik pesawat terbang juga didramatisir oleh berita yang tidak  
berimbang. Ketika sebuah pesawat penumpang mengalami pecah ban di runway  
ketika mendarat maupun lepas landas, maka dapat dipastikan keesokan  
harinya akan menjadi berita besar di koran2. Tetapi ketika sebuah metro  
mini mengalami kecelakaan fatal dengan sejumlah korban tewas, maka  
beritanya cukup 1 atau 2 kolom di koran ibukota.

Saya tidak tahu pasti apakah karena penumpang pesawat terbang adalah  
'orang yang lebih mampu membayar' sehingga layak mendapat porsi  
pemberitaan lebih dibandingkan dengan penumpang metro mini yang 'kurang  
mampu membayar'.

Salam,


Rud

On Mon, 26 Mar 2007 20:13:28 +0800, Poltak Hotradero <[EMAIL PROTECTED]>  
wrote:

> Sejak rentetan kejadian insiden pesawat terbang di Indonesia --
> tiba-tiba saja pamor penerbangan di Indonesia jadi sama suramnya
> dengan prospek karir profesional penari perut penderita diabetes yang
> sedang hamil 9 bulan. Paranoid massal.
>
> Seolah-olah lebih gampang mati naik pesawat ketimbang overdosis obat  
> cacing.
>
> Bukan sekadar ingin beda - tapi saya nggak merasa ada alasan cukup
> waras buat takut naik pesawat. Andai saja ada angkutan pesawat trayek
> Slipi-Semanggi, sejauh harga tiketnya rasional (diukur berdasarkan
> km/orang - seperti tarif argo taksi) - saya akan lebih rela naik
> pesawat pergi dan pulang kantor ketimbang naik kendaraan apapun. Adam
> Air? Garuda? Lion Air? Batavia Air? Bouraq? Monggo.
>
> Belagu? Nggak dong. Karena semua itu pake hitungan. Itu yang
> membedakan duduk tenang versus terkencing-kencing di kursi pesawat...
>
> Gimana hitungannya? Sederhana saja, saya pakai data dari Biro Pusat
> Statistik yang memuat jumlah penumpang udara dalam negeri di Indonesia
> setiap tahunnya. Di buku Statistik Indonesia edisi 2005/2006 ditulis
> bahwa jumlah penumpang pesawat reguler berjadwal pada tahun 2004
> adalah 22,8 Juta penumpang. Bandingkan dengan angka tahun 2000 yang
> cuma 8,6 Juta penumpang. Itu belum memperhitungkan penumpang luar
> negeri yang jumlahnya sekitar 5 juta orang. Secara umum volume
> angkutan udara dalam negeri di Indonesia tahun 2004 adalah 42,8 Milyar
> Kilometer-Orang. OK saya ngalah -- angka penumpang luar negeri kita
> abaikan dulu untuk sementara...
>
> Nah sekarang kita bandingkan angka penumpang tadi dengan jumlah korban
> tewas akibat kecelakaan pesawat udara. Secara umum tahun 2004 membawa
> korban 26 orang, tahun 2005 104 orang (seluruhnya dari kecelakaan
> pesawat Mandala yang stall mungkin gara-gara 2,7 ton durian), tahun
> 2006 12 orang, dan tahun 2007 sejauh ini membawa korban 124 orang.
>
> Andai kita menggunakan angka paling besar 124 orang korban dibagi
> dengan angka jumlah penumpang tahun 2004 (yaitu 22,8 Juta orang -
> padahal tiap tahun angka ini tumbuh rata-rata di atas 10%) maka kita
> akan menemukan sesuatu. Hasilnya? Tingkat fatalitas angkutan udara di
> Indonesia adalah: 5,43 per sejuta penumpang -- atau sama dengan
> tingkat fatalitas 0,000543%.
>
> Maksudnya? Andaikan anda tiap hari bolak-balik naik pesawat - maka
> secara statistik anda baru akan mati karena kecelakaan udara setelah
> 503 tahun! Lebih lama dari jaman sebelum Jan Pieterszoon Coen mendarat
> di Batavia sampai ke ulang tahun ke 100 Mbah Suharto... Pendek kata,
> jauh lebih mungkin Angelina Sondakh menang Hadiah Nobel ketimbang anda
> mati di pesawat dalam rentang umur manusia normal...
>
> Anda pasti ngeyel dan bilang: si Poltak itu bodoh sekali... masak dia
> nggak ikut memperhitungkan jarak tempuh...? Semakin jauh jarak tempuh
> pasti semakin beresiko. Anda berjalan ke pagar depan rumah
> dibandingkan dengan pergi ke kantor atau ke Nusa Kambangan -- pasti
> tingkat resikonya berbeda-beda... (kecuali kalau anda sedang "berumah"
> di Nusa Kambangan).
>
> OK... OK Kita ikut perhitungkan jarak. Kita membagi angka
> fatalitas dengan menggunakan satuan kilometer-penumpang.
>
> Kalau menggunakan angka itu -- maka fatalitas transportasi udara
> adalah 2,8 per semilyar km-orang. Gambarannya? Kalau anda naik pesawat
> keliling dunia (40 ribu km) setiap bulan (angka di mana Phileas Fogg
> jadi kelihatan terlalu udik alias kurang kosmopolitan) -- maka hidup
> anda baru berakhir di dalam puing-puing pesawat setelah anda menjajal
> naik pesawat dan keliling dunia selama 719 tahun!
>
> Mengerikan? Ya tentu saja -- karena setiap kali melewati Jalan Tol Dr.
> Ir. Sedyatmo menuju ke Bandara Sukarno-Hatta dan melihat papan korban
> jiwa kecelakaan di dekat pintu tol - lalu membandingkannya dengan
> angka fatalitas di atas - kemungkinan anda mati karena kecelakaan lalu
> lintas saat menuju bandara - adalah puluhan ribuan kali lebih besar
> daripada kemungkinan mati karena kecelakaan pesawat! Mengapa? Jalan
> Tol ke Bandara cuma 14,3 kil

Re: [Keuangan] Naik pesawat. Kenapa tidak?

2007-03-27 Thread irmec
Aku baru baca lebih teliti tulisan bung Poltak. Aku jd ketawa sendiri.
Ini bung Poltak sebenarnya ngomong ttg. airlines, atau financial
market? Dan, jd ketawa sendiri dgn respon psikologis yg dihasilkan..

Aku ambil angka yg dimainkan bung Poltak. 
> > Indonesia adalah: 5,43 per sejuta penumpang -- atau sama dengan
> > tingkat fatalitas 0,000543%.> > secara statistik anda baru akan
mati karena kecelakaan udara setelah
> > 503 tahun! 

Dgn kata lain, bung Poltak pengen bilang kemungkinan terjadinya
kematian karena kecelakaan sgt2 kecil. Aku lupa pernah dikasih bung
Poltak jg probabilitas terjadinya market crash seperti thn 87 sekian
ribu (atau ratus) tahun yah...

Tapi itu toch terjadi jg (black swan problem). Melihat respon, kupikir
bung Poltak sebenarnya lagi mainin dan dapat data baru (?) bhw jika
kita berhubungan dgn konsekuensi yg mungkin dihadapi sendiri...kita
jadi lebih berhati2 (dan menutup kemungkinan failure - hal yg ngak
pernah akan bisa dicapai)...ketimbang kalau konsekuensi itu sebenarnya
konsekuensi org lain. 

touche buat bung Poltak

Cheer
Enda

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, rudi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> > Indonesia adalah: 5,43 per sejuta penumpang -- atau sama dengan
> > tingkat fatalitas 0,000543%.
> >
> > Maksudnya? Andaikan anda tiap hari bolak-balik naik pesawat - maka
> > secara statistik anda baru akan mati karena kecelakaan udara setelah
> > 503 tahun! Lebih lama dari jaman sebelum Jan Pieterszoon Coen mendarat




[Keuangan] FW: INFO VIRUS

2007-03-27 Thread member
 

Mudah2an bisa memberi informasi 

 

Visit our website 

http://www.kramabali.com

 

VIRUS PALING JAHAT DARI YANG PERNAH ADA 

Sebuah virus baru sudah ditemukan, dan digolongkan oleh Microsoft sebagai
yang paling merusak! Virus itu baru ditemukan pada hari Minggu siang yang
lalu oleh McAfee, dan belum ditemukan vaksin untuk mengalahkannya.

Virus ini merusak Zero dari Sektor hard disc, yang menyimpan fungsi
informasi-informasi terpenting. Virus ini berjalan sebagai berikut : secara
otomatis virus ini akan terkirim ke semua nama dalam daftar alamat anda
dengan judul "Sebuah Kartu Untuk Anda" ( Une Carte Pour Vous , atau A Card
For You ); begitu kartu virtual itu terbuka, virus itu akan
membekukan komputer sehingga penggunanya harus memulainya kembali; kalau
anda menekan CTRL+ALT+DEL atau perintah untuk restart, virus itu akan
merusak Zero dari Sektor Boot hard disk, sehingga hard disk akan rusak
secara permanen. 

Menurut CNN, virus itu dalam beberapa jam sudah menimbulkan kepanikan di New
York . Peringatan ini telah diterima oleh pegawai Microsoft sendiri. Jangan
membuka e-mail dengan judul "Sebuah kartu virtual untuk Anda" ( Une Carte
Virtuelle Pour Vous atau A Virtual Card For You ). 

Kirimkan pesan ini kepada semua teman anda. Saya rasa bahwa sebagian besar
orang, seperti saya sendiri, lebih suka mendapat peringatan ini 25 kali
daripada tidak sama sekali. 

AWAS!!! 
Jangan terima kontak " pti_bout_de_ chou @hotmail.com". Ini virus yang akan
memformat komputer anda.

Kirimkan pesan ini ke semua orang yang ada di dalam daftar alamat anda.
Kalau anda tidak melakukannya dan salah seorang teman anda memasukkannya
dalam daftar alamatnya, komputer anda juga akan terkena!!!

 

 



[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] Fw: [OOT]Humor Cara minta izin untuk poligami mo tau gak caranya baca aja!

2007-03-27 Thread member
Just forward e-mail 

 

Visit our website 

http://www.kramabali.com

  _  

From: e-ketawa@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Mayrosi 
Wibawa (Mr)
Sent: Wednesday, March 28, 2007 8:44 AM
To: e-ketawa@yahoogroups.com
Subject: e-ketawa :-) Fw: Terusan: Fw: Cara minta izin untuk poligami mo tau 
gak caranya baca aja!

 

  



> > Subject: FW: Cara minta izin untuk poligami mo tau gak caranya, baca aja!
> >
> >
> >>
> >> PENTING NIH...
> >> >
> >> > Cara minta izin untuk poligami mo tau gak caranya baca aja!
> >> >
> >> >
> >> > Puisi suami yg minta ijin poligami :
> >> >
> >> > Istriku,
> >> > jika engkau bumi, akulah matahari
> >> > aku menyinari kamu
> >> > kamu mengharapkan aku
> >> > ingatlah bahtera yg kita kayuh, begitu penuh riak gelombang
> >> > aku tetap menyinari bumi, hingga kadang bumi pun silau
> >> > lantas aku ingat satu hal
> >> > bahwa Tuhan mencipta bukan hanya bumi, ada planet lain yg juga
> >> > mengharap aku sinari
> >> > Jadi..
> >> > relakanlah aku menyinari planet lain, menebar sinarku
> >> > menyampaikan faedah adanya aku, karna sudah kodrati
> >> > dan Tuhan pun tak marah...
> >> >
> >> > Balasan Puisi sang istri ...
> >> >
> >> > Suamiku,
> >> > bila kau memang mentari, sang surya penebar cahaya
> >> > aku rela kau berikan sinarmu kepada segala planet yg pernah TUHAN
> >> > ciptakan karna mereka juga seperti aku butuh penyinaran dan akupun
> >> juga
> >> > tak akan merasa kurang dengan pencahayaanmu
> >> > AKAN TETAP..
> >> > bila kau hanya sejengkal lilin yg berkekuatan 5 watt, jangan
bermimpi
> >> > menyinari planet lain!!!
> >> > karna kamar kita yg kecil pun belum sanggup kau terangi
> >> > bercerminlah pd kaca di sudut kamar kita, di tengah remang-remang
> >> > pencahayaanmu yg telah aku mengerti utk tetap menguak mata
> >> > coba liat siapa dirimu... MENTARI atau lilin ?
> >> >
> >> > PLS DEH...!!!
> >> >
> >> >
> >> > ( Serius Amat bacanya??)
> >> > :-)
> >> >
> >> >
> >> >
> >>
> >
> >
> >
>
>
>

 

  _  

Kunjungi halaman depan Yahoo! 
  Indonesia 
yang baru! 

 



[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Naik pesawat. Kenapa tidak?

2007-03-27 Thread ardi
Kenapa koran mendramatisir berita kecelakaan pesawat, selain karena 
kepentingan bisnis media untuk menarik perhatian pembelinya, juga karena 
ekspetasi masyarakat atas safety pada moda transportasi udara adalah sangat 
tinggi. Ingat loh bahwa pesawat terbang adalah kreasi manusia yang melawan 
hukum alam (gravitasi bumi). Apa yang naik pasti akan turun. Nah masyarakat 
mengharapkan "turunnya" ini dengan selamat tidak langsung mencium bumi. 
Pesawat pecah ban, pesawat yang badannya patah/bengkok saat mendarat, adalah 
berita yang menarik untuk didengar oleh masyarakat, dalam arti negatif, 
yaitu siapa yang salah kali ini..

 Lain cerita dengan metromini, tidak ada yg mengharapkan tingkat safety yang 
tinggi dari metromini, Jadi kecelakaan mereka tidak "terlalu mengganggu" dan 
penumpang yang celaka juga tidak akan menuntut yang bukan2, asuransi 
misalnya. Ekpektasi yang rendah atas safety di metromini tidak terlalu 
menarik bagi koran untuk ditulis besar2, tidak ada yang baca, tidak ada yang 
peduli.

Ardi

- Original Message - 
From: "rudi" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Tuesday, March 27, 2007 3:35 AM
Subject: Re: [Keuangan] Naik pesawat. Kenapa tidak?


> "Sebagai tambahan, ketakutan
> orang naik pesawat terbang juga didramatisir oleh berita yang tidak
> berimbang. Ketika sebuah pesawat penumpang mengalami pecah ban di runway
> ketika mendarat maupun lepas landas, maka dapat dipastikan keesokan
> harinya akan menjadi berita besar di koran2. Tetapi ketika sebuah metro
> mini mengalami kecelakaan fatal dengan sejumlah korban tewas, maka
> beritanya cukup 1 atau 2 kolom di koran ibukota."
>



=
Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com/
-
Ingin improve kemampuan English Anda? Atau berbagi dgn berinteraksi atau 
mengkoreksi English dgn sesama? Join for free lifelong english lesson di
sharing_english_lesson-subscribe@@yahoogroups.com
-
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


[Keuangan] January Effect

2007-03-27 Thread Irvany Ikhsan
Bang Poltak

serius nih January effect dkk sudah masuk liga
dongenagan. termasuk EMH..? sy pernah ngomong dikelas
doktoral soal ini (skrg cuti kuliah krn males ngebahas
jurnal2 yg menurut sy bayak salahnya), tapi dosen2 UI
itu keukeuh bahwa jurnal2 tsb adalah jurnal yg baik..
jarang loh bang yg punya pandangan spt abang


thanks

Irvany Ikhsan 

Cara Mudah Jadi Trilyuner
http://offshorefinancialcentre.blogspot.com


[Keuangan] Jual Tanah 13.776 meter

2007-03-27 Thread may may
Jual tanah 13.776 meter persegi , 20 km dari kawasan industri 
EJIP/HYUNDAY/DELTA SILICON/NEWTON hanya 120 rb/meter ...NEGO
Cocok buat pabrik / gudang / sekolah / mall / rumah sakit atau pertokoan .
Dikelilingi oleh 7 kompleks perumahan karyawan dan penduduk ...ramai sekali 
tembus arah Bogor / BSD.
Info : 081585890700



 
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! mempunyai perlindungan terbaik terhadap spam. 
http://id.mail.yahoo.com/

[Non-text portions of this message have been removed]