Re: [Keuangan] Tamatan SD Lebih Bisa Jadi Wirausaha Dibanding Sarjana
Artikel ini salah kutip, ada lonjakan pengangguran, atau data Kementrian nakertrans/BPS yang salah? Ia menyatakan pengangguran di tingkat lulusan SLTA/SMK saat ini mencapai 25 juta orang, untuk tingkat lulusan diploma mencapai 3 juta orang dan lulusan sarjana mencapai 3,8 juta orang. Sedangkan untuk lulusan SD justru lebih fleksibel dengan bisa menciptakan pekerjaan atau paling tidak menganggur dengan bekerja di sektor informal. Kebetulan saya lagi mengcompile data tenaga kerja daerah, jadi sekalian saja ngambil data Angkatan Kerja tahun 2008 dari situs http://www.nakertrans.go..id/ seperti ini Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah SD 34.258.590 24.101.931 58.360.521 S M T P 14.170.254 7.392.684 21.562.938 S M T A 16.123.986 7.854.325 23.978.311 AKADEMI/DIPLOMA 1.577.634 1.602.839 3.180.473 UNIVERSITAS 2.694.617 1.700.587 4.395.204 Jumlah 68.825.081 42.652.366 111.477.447 Data Pengangguran Terbuka BPS (Feb 2009) menunjukkan ini No. Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan 2009 (Feb) 1 Tidak/Belum Pernah Sekolah/Belum Tamat SD 2 620 049 2 Sekolah Dasar 2 054 682 3 SLTP 2 133 627 4 SMTA 1 337 586 5 Diploma I/II/III/Akademi 486 399 6 Universitas 626 621 Total 9 258 964 Jadi data statistik mana yang benar? Maaf kalau OOT. Salam, Reza From: Firman Surbakti firm...@dwac-ca.com To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Sent: Wed, February 10, 2010 3:45:13 PM Subject: RE: [Keuangan] Tamatan SD Lebih Bisa Jadi Wirausaha Dibanding Sarjana Sperti kata pepatah.impian bernilai Rp 1,- ..tapi Realisasi/Tindakan bernilai Rp 1 milyar..(bener nggak yah pepatah ini ..paling tidak pesannya sampai hehe) Manusia semakin pintar ...semakin tahu yang namanya Risiko..sedangkan yg nggak sekolah..tidak terlalu banyak tahu mengenai Risiko.. Makanya sangat logis bagi saya .orang yg tidak sekolah ..lebih berani membuka bisnis ..dibandingkan yg sekolah tinggi-tinggi .walaupun risiko bangkrut juga besar ..namun yg berhasil juga tidak sedikit. Regards Firman _ From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:ahlikeuangan-indone...@yahoogroups.com] On Behalf Of Muh. Nurul Falah Sent: Wednesday, February 10, 2010 1:36 PM To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Tamatan SD Lebih Bisa Jadi Wirausaha Dibanding Sarjana Mengutip ucapan Purdi Chandra di salah satu seminarnya : Kalau kuliah jangan sampai dapat IPK yg gede, tapi bergaullah dengan mereka yang ber IPK gede. Setelah lulus, rekrut mereka menjadi karyawan Anda. Karena kalau Anda ber IPK gede, maka bawaannya ingin menjadi karyawan perusahaan saja. [?] Seorang kawan sempat berpikir untuk membakar seluruh ijasahnya (mulai SD s/d master) dengan harapan dia tidak lagi mengandalkan ijasah tersebut benar-benar full all out dalam berwiraswasta... entahlah apakah ini jadi dilaksanakan olehnya atau tidak [?] Pada 10 Februari 2010 13:11, Ical Moci ical.m...@gmail. mailto:ical.moci%40gmail.com com menulis: Buat saya, menjadi karyawan atau berwirausaha itu hanyalah masalah pilihan hidup. Tapi kalau melihat data makronya, kok jadi malu nih sama diri sendiri :-( === Rabu, 10/02/2010 11:53 WIB *Tamatan SD Lebih Bisa Jadi Wirausaha Dibanding Sarjana * *Suhendra* - detikFinance ** * Jakarta* - Kementerian Pendidikan Nasional mencatat tren penciptaan lapangan kerja oleh para lulusan sekolah dasar (SD) lebih tinggi dari pada lulusan perguruan tinggi dan SLTA. Padahal lulusan pendidikan tinggi justru diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja dan menarik kesempatan kerja bagi orang lain. Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal dalam acara Temu Nasional Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (10/2/2010). Ternyata anak-anak tamatan SD lebih mampu memberikan pekerjaan bagi orang lain, katanya. Hal ini sungguh ironis, menurutnya semakin tinggi pendidikan seseorang seharusnya bisa mampu menciptakan pekerjaan dan membawa orang lain untuk bekerja. Kemana larinya lulusan perguruan tinggi kita? Kebanyakan menjadi guru dan karyawan, katanya. Ia menyatakan pengangguran di tingkat lulusan SLTA/SMK saat ini mencapai 25 juta orang, untuk tingkat lulusan diploma mencapai 3 juta orang dan lulusan sarjana mencapai 3,8 juta orang. Sedangkan untuk lulusan SD justru lebih fleksibel dengan bisa menciptakan pekerjaan atau paling tidak menganggur dengan bekerja di sektor informal. Tingkat pengangguran di SMK dan SMA cukup besar,walaupun tahun 2009 turun, kecuali yang SMA. Yang menakutkan justru pengangguran di tingkat pendidikan tinggi, ucapnya. Menurutnya penciptaan kewirausahaan menjadi solusi bagi para lulusan pergurun tinggi atau SLTA yang masih mengganggur. Diharapkan dengan demikian rasio kewirausahaan Indonesia yang saat ini masih 0,8% dari jumlah penduduk bisa terus meningkat. Ke depannya yang saat ini 0,8% paling tidak bisa naik menjadi 2%, hingga menjadi 5%,
Re: [Keuangan] Ladang Gas Dikuasai Asing Indonesia Tidak Berdaya Atur Pasokan Gas
Apakah ini akan berujung menjadi impor pupuk seperti impor pupuk urea 500.000 ton tahun lalu? Kalau impor pupuk lalu pupuknya disubsidi mantap sepertinya hehehe. Salam, Reza From: dyahanggitasari dyahanggitas...@yahoo.com To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Sent: Wed, February 3, 2010 5:34:10 PM Subject: Re: [Keuangan] Ladang Gas Dikuasai Asing Indonesia Tidak Berdaya Atur Pasokan Gas Pasokan Gas, Dirjen Migas Diminta Lapor SBY VIVAnews By Heri Susanto, Elly Setyo Rini - Kamis, 21 Januar VIVAnews - Menteri Perindustrian MS Hidayat mendesak agar Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita Herawati Legowo segera melaporkan kepada Presiden terkait kepastian jaminan pasokan gas. Menteri Perindustrian baru saja SMS, minta saya bisa tidak lapor ke Presiden siang ini. Saya bilang belum bisa karena belum selesai, kata Evita dalam Workshop Revitalisasi Industri Pupuk di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Kamis, 21 Januari 2010. Lebih lanjut Evita menjelaskan, hingga saat ini, masih saja terjadi ketidaksepakatan penentuan harga pembelian dan penjualan gas. Dari pihak pabrik pupuk, minta reasonable saat ke bank. Tapi dari produsen gas juga ada batasan minimum ke pemerintah dan batasan minimum supaya gas bisa keluar dari dalam perut bumi, ujarnya. Sehingga, kata dia, penentuan harga gas melibatkan tiga kepentingan, yakni pemerintah, produsen gas, dan produsen pupuk. Kalau masalah harga gas ini tidak bisa diselesaikan, harus ada yang berkorban. Satu-satunya yang harus berkorban yakni pemerintah, ujarnya. Namun, pengorbanan dari pemerintah, menurutnya, harus jelas dan disepakati bersama. Untuk memastikan pasokan gas cukup bagi kebutuhan dalam negeri, pemerintah telah mengeluarkan aturan domestic market obligation (DMO). Produsen migas diwajibkan mengalokasikan 25 persen bagian dari kontraktor dari keseluruhan produksi. Karena bagian kontraktor sebanyak 30 persen, dan sisanya pemerintah maka yang harus diserahkan 17,5 persen dari produksi, kata dia. Menteri Perindustrian MS Hidayat menjelaskan, dalam rangka memenuhi kebutuhan pupuk yang meningkat, industri dituntut untuk menaikkan produktivitas. Revitalisasi industri pupuk masuk dalam program 100 hari. Dengan adanya revitalisasi, diharapkan kapasitas produksi industri pupuk urea akan meningkat dari 8,05 juta ton menjadi 10,4 juta ton, kata Hidayat dalam sambutan yang dibacakan Wakil Menteri Perindustrian Alex W Retraubun. [Non-text portions of this message have been removed]
Bls: [Keuangan] REFRESH... apa yg mereka katakan ttg CENTURY pd saat krisis 2008...? Hmmm..
Saya sudah baca blog di kompasiana ini. Sangat menarik menyimak komentar para politisi dan pengamat. Jangan-jangan karena berkaitan dengan uang, mereka sangat cepat merubah kata-kata. Sebenarnya apa definisi dari krisis ekonomi dan krisis pasar modal? apakah pasar modal yang bearish itu adalah krisis atau gejala krisis? Mohon pencerahan dari rekan-rekan. Maklum definisi para politisi sukar dimengerti. Salam, Reza Dari: NARTO virtual.ar...@gmail.com Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Sab, 26 Desember, 2009 12:42:37 Judul: [Keuangan] REFRESH... apa yg mereka katakan ttg CENTURY pd saat krisis 2008...? Hmmm.. sorry mgkn OOT, tp ini berkaitan dgn yg lg rame skrg ini.. Sistemik Century..! kebetulan saya ketemu link blog yg memuat berita ttg wawancara dgn para pengamat ekonomi, anggota DPR, dan tokoh politik..! menarik sekali apa yg mereka katakan dulu.. dan apa yg mereka katakan skrg..! hehehe.. kyknya ada benarnya, klo ingatan orang Indonesia katanya cukup pendek,.. gampang lupa.. ato mereka pura-pura lupa.. here it is the link.. == Sistemik ato tidak sistemik..? tergantung kepentingan yg bicarahttp://polhukam.kompasiana.com/2009/12/24/google-vs-politikus-mabok-ludah-krisis-ga-sih-woi/ Cheers.. [Non-text portions of this message have been removed] = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links Mulai chatting dengan teman di Yahoo! Pingbox baru sekarang!! Membuat tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
Bls: [Keuangan] Kasus Bank Century: Istilah Sistemik yang bersayap - KKG
Menarik kalau kasus seperti Bank Century dijadikan materi case study kelas-kelas ekonomi (atau kelas politik/hukum untuk soal sekundernya hehehe) Anyway, saya hanya penasaran saja bagaimana cara mengkalkulasi korelasi kemungkinan rush dengan terpuruknya kondisi Bank Century pada waktu itu. IMHO, 6,7 triliun rupiah bukan jumlah yang kecil. Apakah jumlah tersebut adalah harga yang cukup untuk menjaga emosi masyarakat? atau kepanikan pemegang kebijakan? Dari: EKO KERTAJAYA id050_...@ag.co.id Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Kam, 12 November, 2009 15:20:02 Judul: Re: [Keuangan] Kasus Bank Century: Istilah Sistemik yang bersayap - KKG klo benar begitu, berarti sah2 saja mensekunderkan kondisi riil apapun century, utk mengkover memburuknya indikator makro, meski relevansinyapun dng variabel rush blm tentu signifikan. - Original Message - From: Poltak Hotradero To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Sent: Thursday, November 12, 2009 12:35 PM Subject: Re: [Keuangan] Kasus Bank Century: Istilah Sistemik yang bersayap - KKG At 10:04 AM 11/12/2009, you wrote: Saya rasa yang dilakukan oleh Pak Boediono (dan BI) adalah untuk MENCEGAH meluasnya resiko sistemik. Karena pada akhir 2008 anda tentu tahu sendiri seperti apa tekanan di sektor perbankan. - Harga SUN saja sampai terdepresiasi hampir 30%. - Cadangan devisa turun 12% hanya dalam waktu 3 bulan. - Nilai tukar rupiah melemah. - Nilai ekspor jeblok. - CDS Indonesia naik tajam mencapai rekor. Dan kita tahu selanjutnya bahwa bank besar seperti Bank Danamon dan Bank Panin membukukan rugi yang cukup besar akibat exposure di atas. Belum lagi beberapa bank kecil dan menengah lainnya yang juga mengalami penarikan oleh nasabah. Kalau memang menyelamatkan Bank Century dapat mencegah terjadinya rush dan menjaga tingkat kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan dan mencegah terjadinya rush - lantas apa alasannya hal itu tidak perlu dilakukan? Atau memang kita boleh-boleh saja bereksperimen dengan emosi masyarakat? Di saat surat utang pemerintah saja terdiskon sampai hampir 30%...? Masalah apakah di dalam Bank Century isinya duit siapa -- itu soal sekunder. Bisa diselidiki dan diperiksa belakangan. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana agar masalah terisolasi dan tidak merembet ke bank-bank lain yang posisinya juga kritis. Dan menurut saya Pak Boediono sudah melakukan hal yang benar dalam mencegah perluasan resiko sistemis. yg tersirat dari pak kwik adalah pertanyaan apakah fakta kuantitatif yg dipakai pak budiono ttg century reliabel utk sampai pd konklusi sistemik yg debatable. - Original Message - From: Poltak Hotradero To: mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.comAhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Sent: Thursday, November 12, 2009 9:19 AM Subject: Re: [Keuangan] Kasus Bank Century: Istilah Sistemik yang bersayap - KKG At 08:20 AM 11/12/2009, you wrote: Mantan Menko Ekuin ini mungkin lupa soal Herstatt Risk. Beliau juga mungkin lupa soal efek apa saja yang terjadi saat ada bank yang ditutup di tengah iklim ekonomi yang tidak pasti. Soal Herstatt Risk ya boleh saja lupa, toh beliau belajarnya akuntansi BUKAN ekonomi makro. (Kalau masih ada yang dengar beliau komentar soal ekonomi makro, wah saya nggak tau siapa yang salah) Tetapi kalau sampai lupa soal efek penutupan bank -- itu namanya keterlaluan. Dan bukankah Mantan Menko Ekuin ini juga yang dulu saat krisis moneter - sempat menakut-nakuti masyarakat dengan mengatakan deposito masyarakat akan diganti dengan obligasi sehingga akhirnya terjadi panik massal dan masyarakat melakukan penarikan besar-besaran di berbagai bank. Sungguh Mantan Menko Ekuin yang tidak bertanggung jawab. (atau mungkin karena mabuk akibat terlalu banyak baca buku-buku John Perkins?) PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL TBK. DISCLAIMER: This email and any files transmitted with it are confidential and intended solely for the use of the individual or entity to whom they are addressed. If you have received this email in error please notify the system manager. This message contains confidential information and is intended only for the individual named. If you are not the named addressee you should not disseminate, distribute or copy this e-mail. Please notify the sender immediately by e-mail if you have received this e-mail by mistake and delete this e-mail from your system. If you are not the intended recipient you are notified that disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. [Non-text portions of this message have been removed] PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL TBK. DISCLAIMER: This email and any files transmitted with it are
Bls: [Keuangan] OOT: Penganggur Bergelar
Ketika membaca tulisan dibawah saya juga tersentil, karena saat ini sedang menyiapkan aplikasi MBA untuk meningkatkan karir. Saya pikir memang beberapa pekerjaan membutuhkan gelar sebagai persyaratan yang harus dipenuhi dan tidak ada yang salah jika memang berusaha meningkatkan kemampuan lalu mendapatkan gelar sebagai bonus. Yang cukup menyedihkan adalah ketika sedang dalam tugas merekrut karyawan baru, saya menemui beberapa kandidat mengirimkan ijazah palsu. Kalau yang gelarnya banyak tapi gagal membuktikan kualifikasinya sih sudah biasa.Celakanya jika yang demikian direkrut, berapapun investasi yang dibuat untuk mengembangkannya, bisa dipastikan ROI-nya negatif dan mempersulit justifikasi pengembangan karyawan lain karena dianggap tidak layak secara keuangan. Salam, Reza Dari: anton ms wardhana ari.am...@gmail.com Kepada: ahlikeuangan-indonesia AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Sabtu, 26 September, 2009 14:46:24 Judul: [Keuangan] OOT: Penganggur Bergelar entah kenapa tapi menurut saya tulisan di bawah ini benar bukan jarang kita dengar dari orang tua kita (atau orang tuanya orang tua kita deeh kalo ente merasa masih muda ;p) bahwa jaman dulu orang sangat menghargai titel yang disandang: apakah dia Kanjeng Raden Mas Tumenggung, Gusti Pangeran Bendoro Haryo, atau mungkin gelar keningratan atau kesukuan lain (maaf saya ngga berani ambil contoh lain --takut salah) atau mungkin Doktorandus, Diploma Ingenieur, Master Ingenieur dll dll Hampir sama saja, sekarang pun kita berjuang keras untuk mendapatkan titel akademis S.E, S.H, S.T.. atau lebih lebih M.M, M.B.A atau yang ingin mendapatkan titel profesional seperti Ak., BAP atau CPA, CMA, BKP, ChFC untuk dunia keuangan.. engga tau kalo dunia yang lain.. Dk.P (dukun pijat), Dk.By (dukun bayi), Th.P (Thay Pak = Dukun Alam Gaib) ah udah ah.. takut salah.. ;p *BR,* *Sdr (Saudara) Ari AMS, J.Ng (Juara Ngecap), M.P (Master of Puppet), C.Alm (Calon Almarhum)* http://cetak.kompas..com/read/xml/%202009/09/24/02422099/penganggur.bergelar *Penganggur Bergelar*Kamis, 24 September 2009 | 02:42 WIBSatryo Soemantri Brodjonegoro Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, penganggur yang sarjana telah mencapai lebih dari 600.000. Keadaan ini jauh lebih berbahaya daripada penganggur yang bukan sarjana karena dapat menimbulkan masalah sosial. Berbagai upaya telah ditempuh guna mengatasi hal ini, tetapi tiap tahun angka pengangguran meningkat. Beberapa pihak lalu mencari kambing hitam penyebab pengangguran massal tersebut. Tanggalkan gelar Masyarakat kita sudah terbius dengan kehausan akan gelar. Setiap orang ingin mempunyai gelar sebanyak mungkin, ada yang melalui pendidikan, ada yang membeli gelar. Seolah seseorang menjadi tidak berharga jika tidak mempunyai gelar. Hanya masyarakat miskin yang tidak mempunyai gelar karena tidak mampu membayar pendidikan dan tidak mampu membeli gelar. Perguruan tinggi menangkap gejala ini dengan menyediakan berbagai layanan untuk mendapatkan gelar, baik melalui pendidikan sebenarnya maupun seadanya, bahkan dengan menjual gelar. Perguruan tinggi membutuhkan uang, sedangkan masyarakat yang mampu akan rela membayar untuk mendapatkan gelar. Maka, terjadilah perpaduan yang menyesatkan. Mudahnya memperoleh gelar membuat masyarakat berduyun- duyun ”lulus” dari perguruan tinggi dengan menyandang gelar tanpa dibarengi keahlian atau kompetensi. Ketika mencari peluang kerja, mereka tidak memenuhi syarat sehingga terjadilah penganggur bergelar. Seharusnya mereka segera menanggalkan gelarnya karena tidak bermanfaat sama sekali. Penjenjangan Perusahaan swasta dan industri menerapkan pola rekrutmen pegawai berdasarkan kemampuan/kompetensi, tidak semata- mata berdasarkan gelar. Para calon pegawai ketat diseleksi secara ketat melalui uji kemampuan/kompetensi disesuaikan jenis pekerjaan yang akan ditangani. Adapun untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS), seleksi hanya dilakukan terhadap gelar yang dimiliki calon pegawai, tanpa ada uji kemampuan/kompetensi. Karena sebagian besar masyarakat masih amat ingin menjadi PNS, mereka semua memburu gelar dengan berbagai cara, termasuk dengan memalsukan ijazah. Penjenjangan karier di PNS juga hanya memerhatikan masa kerja dan gelar. Bagi mereka yang sudah bergelar S-2 atau magister akan dapat dipromosi ke golongan lebih tinggi, bahkan bagi mereka yang sudah bergelar S-3 atau doktor dapat dipromosi ke golongan tertinggi. Badan Kepegawaian Negara dan Kantor Menneg PAN menganggap para penyandang gelar itu mempunyai kemampuan memadai. Padahal, kenyataannya mereka hanya memburu gelar melalui berbagai cara, termasuk cara tidak wajar, yaitu membeli gelar atau mengikuti kelas jauh, kelas eksekutif, kelas Sabtu-Minggu, kelas paralel, kelas ekstensi, dan berbagai macam nama lain. Lengkap sudah kekalutan yang ada di Indonesia ini tentang gelar. Masyarakat amat terbius dengan gelar, pendidikan hanya sebatas formalitas untuk memberi gelar para ”lulusan” dan
Bls: [Keuangan] Re: Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair !
Saya setuju jika pendidikan ekonomi tidak hanya dititikberatkan pada fakultas ekonomi saja. Apalagi jika kita melihat kualitas pendidikan, kurikulum hanyalah salah satu komponen dari sistem pendidikan. Justru saya kok miris melihat perdebatan antara ekonomi neolib dan kerakyatan. Ketiga calon presiden sekarang dulunya satu kabinet dan sesuai dengan posisi mereka sebagai politisi, apakah memunculkan perdebatan semu tentang sistem ekonomi ini hanya untuk menarik perhatian saja? IMHO, capres2 ini hanya caper dengan melabeli diri sistem ekonomi. Kebetulan beberapa minggu lalu, saya mengamati kondisi labor market di Indonesia. Dengan mayoritas angkatan kerja bekerja di sektor informal serta mayoritas pendidikannya adalah lulusan SD ditambah hanya sekitar 5 persen dari total angkatan kerja di sektor formal bergaji diatas 5jt, apakah strategi kampanye dengan menggunakan kombinasi kata ekonomi dan rakyat itu adalah strategi kampanye yang efektif ketimbang label neo liberalisme yang seakan-akan pro konglomerasi? AFAIK, kok sejauh ini belum ada capres yang menjanjikan peningkatan kualitas labor market atau setidaknya menambah jumlah angkatan kerja di sektor formal? Mohon maaf kalau OOT. Salam, Reza Dari: nazar naza...@gmail.com Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Selasa, 26 Mei, 2009 19:57:04 Topik: [Keuangan] Re: Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair ! Dalam istilah ekonomi, ada kurva lingkaran setan. Dimana, apapun kebijakan yang diambil tetap tidak akan merubah pertumbuhan ekonomi. Lingkaran setan ini juga bisa terjadi pada dunia politik pemerintahan. Ini adalah wacana, bukan berarti ekonomi dan politik indonesia berada dalam lingkaran setan itu. Toh, kalau setan-setan itu tau nanti dia marah gentayangan. O ya, kalau masalah kurikulum tidak hanya di fakultas ekonomi saja. Karena pelaku bisnis, politisi dan pemerintah bukan hanya anak2x fakultas ekonomi. Salam --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesaw...@... wrote: terhadap semua itu kita berharap pada hukum. produk hukum yg baik, yakni UU, bisa diawali dg memilih anggota legislatif yg baik. di tahap ini sedikit banyak tentu kita sudah berkontribusi bukan? lalu kita jg perlu pemerintah yg paham tugasnya, maka perlu juga memilih pemimpin yg bisa menerjemahkan berbagai harapan itu dlm aturan main yg baik. sebenarnya kita masih punya harapan, mengingat kita masih sering bicara ttg baik. menyalakan lilin di kegelapan saya kira lebih baik daripada sekedar mengutuk kegelapan itu. Ya mari kita awasi terus kiprah para anggota legislatif. Sudah banyak saluran bisa dipakai, media massa, LSM, atau membuat tulisan. kalau yg normatif belum terlaksana, tentu saja tetap ada harapan. salah satunya adalah mendorong perbaikan kurikulum di fakultas ekonomi, tidak melulu memelajari aliran mainstream tetapi jg ke aliran heterodoks dan yg lain. salam Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer [Non-text portions of this message have been removed]