Anggota DPR aja ada yang belum ber-NPWP. 
 
APA KATA DUNIA ?

  






Jumat, 02/10/2009 00:00 WIB
Waduh, 60% anggota DPR belum ber-NPWP
Waduh. Sontak asa yang semula ingin saya amanahkan kepada 560 anggota Dewan 
Perwakilan Rakyat dan 128 anggota Dewan Perwakilan Daerah sirna begitu 
mengetahui fakta sekitar 60% para legislator dan senator periode 2009-2014 
belum memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP).

Boleh saja ada yang beranggapan tidak ada hubungannya kepemilikan NPWP itu 
dengan kinerja DPR dan DPR mendatang.

Cuma, bagi saya, punya atau tidaknya NPWP bisa menggambarkan tingkat kepedulian 
seseorang terhadap persoalan besar di negeri ini yaitu menyangkut ekonomi.

Data Direktorat Jenderal Pajak tentang NPWP itu tentu valid karena telah 
dilakukan cross check data yaitu dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) tentang 
nama-nama anggota DPR dan DPD terpilih hasil Pemilu 2009 dengan data base milik 
Ditjen Pajak.

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Humas Ditjen Pajak Djoko Slamet Surjoputro 
menjelaskan rendahnya kepemilikan NPWP di kalangan anggota dewan yang baru 
disebabkan oleh kepemilikan NPWP tidak disyaratkan dalam pendaftaran calon 
legislator pada Pemilu 2009.

Djoko, di sela-sela pelantikan anggota DPR dan DPD kemarin, meminta agar para 
anggota dewan baru tersebut secara sukarela mendaftarkan diri untuk mengurus 
NPWP guna memberikan tauladan kepada masyarakat luas.

Pada saat acara pelantikan anggota DPR dan DPD, kemarin, Ditjen Pajak membuka 
gerai pajak di dalam gedung DPR dan mobil keliling untuk pendaftaran NPWP dan 
informasi perpajakan bagi anggota dewan dan seluruh pegawai di lingkungan 
Ditjen Pajak.

Namun, berdasarkan pengamatan Bisnis, sedikit sekali anggota dewan yang 
mendatangi gerai tersebut. Anggota DPD-nya cuma dua orang tapi kalau anggota 
DPR-nya belum ada. Kebanyakan pegawai di sini [DPR] yang daftar NPWP,? kata 
salah seorang petugas gerai pajak.

Pengamat pajak dari Tax Center UI Danny Septriadi menilai rendahnya kepemilikan 
NPWP di kalangan anggota dewan yang baru tersebut merupakan kondisi yang ironis 
mengingat mereka adalah wakil rakyat. ?Seharusnya ada syarat administratif 
minimal berapa tahun tidak hanya memiliki NPWP tetapi juga melaporkan SPT PPh 
orang pribadi.

Suara pesimistis

Tanpa fakta tentang NPWP itu pun, kita tahu tidak sedikit kelompok yang 
pesimistis dengan kinerja DPR dan DPD anyar ini, meski kini lembaga terhormat 
itu didominasi orang muda.

Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia Sebastian Salang 
termasuk pihak yang menyimpan keraguan akan adanya perubahan di Senayan.

Orang muda biasanya progresif, lebih peka terhadap perubahan. Tetapi perlu 
diingat bahwa faktor usia bukan poin utama. Kinerja Dewan juga ditentukan oleh 
peta politik. Bagaimanapun juga nantinya fraksi akan tunduk pada partai, 
ujarnya.

Sebastian khawatir dominasi fraksi-fraksi pendukung koalisi pasangan Presiden 
terpilih Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono dapat menghambat sikap kritis 
dari parlemen.

Wakil rakyat saat ini perlu menggenjot kinerja untuk menghapus citra mereka 
yang terlanjur buruk dan merebut kembali kepercayaan publik yang kadung hilang, 
salah satunya akibat ulah anggota Dewan yang terseret kasus korupsi.

Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch Ibrahim Fahmy 
Badoh, yang juga tergabung dalam Koalisi Penegak Citra DPR, berpendapat kasus 
korupsi di parlemen disebabkan oleh lemahnya aturan internal DPR yang 
memungkinkan banyaknya rapat-rapat tertutup di luar Senayan.

Problem substansial lainnya, menurut Ibrahim, terletak pada ketiadaan aturan 
main yang jelas terkait konflik kepentingan pejabat negara yang secara 
bersama-sama memegang jabatan bisnis sekaligus sebagai pejabat negara.

Dari kasus DPR terbukti bahwa jabatan publik digunakan untuk akumulasi 
kepentingan bisnis dan dilakukan dengan cara-cara korup. Anggota Dewan yang 
baru harus berbenah dan berupaya keras untuk mengubah wajah DPR, ujarnya.

Saya yakin para legislator dan senator itu tentu mendengar suara yang meragukan 
kinerja mereka -apalagi mereka yang benar-benar orang baru atau para selebritas 
yang memainkan peran baru.

Memang, tidak hanya gres, penghuni Senayan banyak yang cantik, ganteng, dan 
lucu. Mereka adalah para selebiritas yang sukses merintis jalan duduk di kursi 
empuk Senayan.

Sebut saja Vena Melinda, Rachel Maryam, Angelina Sondakh, Rieke Diah Pitaloka, 
Nurul Arifin, Okky Asokawati, Eko Patrio, Adjie Massaid, Primus Yustisio, 
Tantowi Yahya, Deddy Gumelar alias Miing, Jamal Mirdad, hingga Nova Rianti 
Yusuf sang novelis.

Akibatnya, Gedung DPR dan DPD tidak lagi menjadi domain wartawan politik dan 
hukum, tetapi juga para pemburu berita infotainmen.

Sebagian masyarakat menilai kehadiran para artis di Senayan hanya sebagai 
kelompok penggembira dan meragukan kapasitas mereka.

Seperti menjawab pesimisme itu, artis cantik Vena Melinda dari Partai Demokrat 
yang baru saja dilantik berjanji segera membangun rumah aspirasi ( Vena Melinda 
Center ).

?Saya ingin sesegera mungkin bekerja menunaikan tugas sesuai janji kampanye 
kemarin, kata mantan Puteri Indonesia itu.

Jamal Mirdad dari Partai Gerindra, hanya menanggapi hal tersebut dengan 
senyuman. Terlepas dari pandangan adanya kelompok baru sebagai penggembira, 
tentunya kami ingin memberikan kontribusi yang lebih kepada masyarakat.

Optimisme juga muncul dari politisi muda asal PDI Perjuangan, Puan Maharani. 
Saya yakin anggota dewan yang baru bisa menyesuaikan diri dan lebih berkualitas 
dibandingkan dengan sebelumnya.

Okelah, kita kebelakangkan dulu urusan NPWP, pesimisme, dan selebritas. 
Mengutip data Jurnal Sidang MPR RI Edisi No.3/ 2009, dari jumlah total anggota 
DPR periode 2009-2014 seharusnya kita memang bisa berharap banyak dengan DPR 
dan DPD periode sekarang, seperti yang disuarakan Puan.

Lebih dari 650 anggota DPR periode sekarang merupakan lulusan sarjana strata 
satu (S1) sebanyak 49,5% persen dan lulusan pascasarjana (S2) 41,1%.

Komposisi pada DPR yang lalu terdiri atas 49,1% anggota merupakan lulusan S1 
dan 33,6% orang lulusan S2.

Jadi, kita tunggu saja. (eries.adlin @bisnis.co.id)

Reportase: Achmad Aris, Siti Munawaroh, Ratna Ariyanti



Oleh Sutan Eries Adlin

Wartawan Bisnis Indonesia
bisnis.com

URL : http://web.bisnis. com/edisi- cetak/edisi- harian/1id139639 .html


© Copyright 1996-2009 PT Jurnalindo Aksara Grafika
 















      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke