[Keuangan] Product murah China - dan apa yg harus kita lakukan (was: No Trust Society)

2007-03-01 Thread Arry Kusnadi
Bung Bob,

Anda membuat interesting point disini, "bentuk penjajahan baru oleh 
negara maju terhadap negara2 cheap labour". 

Kapitalis pasti no problem dgn ungkapan diatas berhubung itulah yg 
namanya free market. Jangan lupa membanjirnya produk China juga 
terjadi di Indonesia. Saya jadi tertarik dgn pendapat teman2 di milis 
ini, apa yg harus kita perbuat untuk menghadapi soal ini.

Saya sendiri terus terang kehabisan akal hahahehehe.

"Bob Hardian" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>   From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com 
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Arry 
Kusnadi
>   Sent: Friday, 2 March 2007 10:01 AM
>   To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
>   Subject: [Keuangan] Re: No Trust Society
>   
> > Bung Nazar,
> > seandainya rumput2 itu tidak bergoyang :-). Ketika Anda mention 
> > tentang barang pengganti saya jadi teringat 2 film dokumentari yg 
> > saya tonton dalam beberapa waktu lalu. 

> Betul bung Arry, minggu yang lalu saya juga nonton film sejenis di 
SBS.
> Di situ digambarkan bagaimana kehidupan para buruh china begitu 
menyedihkan.
> Ada majikan yang menyediakan akomodasi buat buruhnya dengan 
menjejalkan satu kamar yang sangat kecil untuk diisi 6 orang. 
Kemajuan ekonomi china saat ini sangat ditopang dengan dengan buruh 
yang sangat murah (kadang2 sampai tidak manusiawi).
> Kadang saya berpikir, apakah kemajuan ekonomi china sekarang ini 
sudah dinikmati oleh rakyatnya? Atau dengan membanjirnya barang2 
china di negara2 maju saat ini, merupakan salah satu bentuk 
penjajahan negara maju tehadap cheap labour di china?
> 
> Salam,
> Bob



[Keuangan] Product murah China - dan apa yg harus kita lakukan (was: No Trust Society)

2007-03-01 Thread iwidana
Justru masalah tenaga kerja adalah satu key issue yang harus dipecahkan
pemerintah RI jika ingin FDI masuk. Jangan dulu bicara soal harga murah,
produktifitas bla bla bla...  disatu sisi Pengusaha memandang bahwa
peraturan (UU 13/2003) yang ada sekarang terlalu memberi ruang  (berpihak)
kepada pekerja. Disisi lain Pekerja merasa bahwa Pengusaha selalu cenderung
bersikap sewenang-wenang, sehingga peraturan itu perlu.
Kita tentu tak ingin Pekerja di tekan sebagaimana terjadi di China, tapi
kita tak ingin pekerja "ngelunjak" seperti kecendrungan yang terjadi
sekarang di kantong2 industri seperti Tanggerang, Cimahi dst.

Akan tetapi contoh dalam kehidupan masih menunjukkan kondisi laten seperti
diatas. Misalnya, mo naikkan UMR (sekarang UMK) 10% saja sudah suah banget.
Padahal yang namanya UMK di Jateng, paling2 600 ribu-an. Di Jakarta saja
masih kurang dari sejuta, naik 10% kan cuma 60 -100 rb? FYI, UMK itu
dihitung dari kebutuhan FISIK minimum seorang pekerja (bujang, belum
berkeluarga), bukan kebutuhan HIDUP minimum (apalagi dihitung dengan istri
dan anak-anaknya). Kita sering baca, ketika order turun para pengusaha
tiba2 kabur entah kemana, meninggalkan assets perusahaan yang sudah jadi
jaminan di bank, dan pekerja yang belum dibayar gajinya. Sering banget lah
kejadian itu..  Sebaliknya pekerja juga banyak yang maling, ngak
convinience dikit demo, ngajak teman2 nya dari pabrik lain, lalu ngerusak
assets perusahaan dst.

Saya sepakat bila ada yang bilang "no trust society" memang happen di
negeri kita.

Sistem ekonomi emamng kompleks dan saling interdependensi.  Persoalan
diatas adalah contoh klasik "ayam dan telur", belum lagi jika kita kaitkan
dengan pertumbuhan ekonomi, demokrasi bla bla...  Saya pernah tulis dalam
salah satu Editorial AKI di millis ini (yang sekarang sedang vakum), bahwa
setau TEROBOSAN BESAR harus  melalui terobosan kecil.  Sayang bagi politisi
terobosan kecil tidak menarik, karena level of leverage yang ditimbulkan
tak akan significant. Makanya kalopun cuma terobosan kecil di buat
seakan-akan menjadi besar (dibesar-besarkan), sehingga malah gagal di tahap
pra implementasi. Contoh nya ketika ada ide untuk membuat semacam asuransi
bagi pekerja yang mengcover selain kecelakan, kematian juga mengcover
unemployment, kesehatan dll gagal di tahap wacana. Apa salah salah,
ya... asuransi pekerja mungkin termsuk katagori TEROBOSAN BESAR. Wah kalo
gitu kita memang ngak qualified melakukan tindakan apapun


Oka Widana
5237788, 5237999 ext. 1827




 
  "Arry Kusnadi"
 
  <[EMAIL PROTECTED]>To:   
AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
  Sent by:   cc:
 
  [EMAIL PROTECTED]Subject:  [Keuangan] Product 
murah China - dan apa yg harus kita lakukan (was: No Trust 
  ogroups.com Society)  
 

 

 
  03/02/2007 08:18 AM   
 
  Please respond to 
 
  AhliKeuangan-Indonesia
 

 

 




Bung Bob,

Anda membuat interesting point disini, "bentuk penjajahan baru oleh
negara maju terhadap negara2 cheap labour".

Kapitalis pasti no problem dgn ungkapan diatas berhubung itulah yg
namanya free market. Jangan lupa membanjirnya produk China juga
terjadi di Indonesia. Saya jadi tertarik dgn pendapat teman2 di milis
ini, apa yg harus kita perbuat untuk menghadapi soal ini.

Saya sendiri terus terang kehabisan akal hahahehehe.

"Bob Hardian" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of 

[Keuangan] Product murah China - dan apa yg harus kita lakukan (was: No Trust Society)

2007-03-01 Thread iwidana
Justru masalah tenaga kerja adalah satu key issue yang harus dipecahkan
pemerintah RI jika ingin FDI masuk. Jangan dulu bicara soal harga murah,
produktifitas bla bla bla... disatu sisi Pengusaha memandang bahwa
peraturan (UU 13/2003) yang ada sekarang terlalu memberi ruang (berpihak)
kepada pekerja. Disisi lain Pekerja merasa bahwa Pengusaha selalu cenderung
bersikap sewenang-wenang, sehingga peraturan itu perlu.
Kita tentu tak ingin Pekerja di tekan sebagaimana terjadi di China, tapi
kita tak ingin pekerja "ngelunjak" seperti kecendrungan yang terjadi
sekarang di kantong2 industri seperti Tanggerang, Cimahi dst.

Akan tetapi contoh dalam kehidupan masih menunjukkan kondisi laten seperti
diatas. Misalnya, mo naikkan UMR (sekarang UMK) 10% saja sudah suah banget.
Padahal yang namanya UMK di Jateng, paling2 600 ribu-an. Di Jakarta saja
masih kurang dari sejuta, naik 10% kan cuma 60 -100 rb? FYI, UMK itu
dihitung dari kebutuhan FISIK minimum seorang pekerja (bujang, belum
berkeluarga), bukan kebutuhan HIDUP minimum (apalagi dihitung dengan istri
dan anak-anaknya). Kita sering baca, ketika order turun para pengusaha
tiba2 kabur entah kemana, meninggalkan assets perusahaan yang sudah jadi
jaminan di bank, dan pekerja yang belum dibayar gajinya. Sering banget lah
kejadian itu.. Sebaliknya pekerja juga banyak yang maling, ngak
convinience dikit demo, ngajak teman2 nya dari pabrik lain, lalu ngerusak
assets perusahaan dst.

Saya sepakat bila ada yang bilang "no trust society" memang happen di
negeri kita.

Sistem ekonomi emamng kompleks dan saling interdependensi. Persoalan
diatas adalah contoh klasik "ayam dan telur", belum lagi jika kita kaitkan
dengan pertumbuhan ekonomi, demokrasi bla bla... Saya pernah tulis dalam
salah satu Editorial AKI di millis ini (yang sekarang sedang vakum), bahwa
setau TEROBOSAN BESAR harus melalui terobosan kecil. Sayang bagi politisi
terobosan kecil tidak menarik, karena level of leverage yang ditimbulkan
tak akan significant. Makanya kalopun cuma terobosan kecil di buat
seakan-akan menjadi besar (dibesar-besarkan), sehingga malah gagal di tahap
pra implementasi. Contoh nya ketika ada ide untuk membuat semacam asuransi
bagi pekerja yang mengcover selain kecelakan, kematian juga mengcover
unemployment, kesehatan dll gagal di tahap wacana. Apa salah salah,
ya... asuransi pekerja mungkin termsuk katagori TEROBOSAN BESAR. Wah kalo
gitu kita memang ngak qualified melakukan tindakan apapun

Oka Widana
5237788, 5237999 ext. 1827

"Arry Kusnadi"
<[EMAIL PROTECTED]> To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Sent by: cc:
[EMAIL PROTECTED] Subject: [Keuangan] Product murah China - dan
apa yg harus kita lakukan (was: No Trust
ogroups.com Society)


03/02/2007 08:18 AM
Please respond to
AhliKeuangan-Indonesia



Bung Bob,

Anda membuat interesting point disini, "bentuk penjajahan baru oleh
negara maju terhadap negara2 cheap labour".

Kapitalis pasti no problem dgn ungkapan diatas berhubung itulah yg
namanya free market. Jangan lupa membanjirnya produk China juga
terjadi di Indonesia. Saya jadi tertarik dgn pendapat teman2 di milis
ini, apa yg harus kita perbuat untuk menghadapi soal ini.

Saya sendiri terus terang kehabisan akal hahahehehe.

"Bob Hardian" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Arry
Kusnadi
> Sent: Friday, 2 March 2007 10:01 AM
> To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Subject: [Keuangan] Re: No Trust Society
>
> > Bung Nazar,
> > seandainya rumput2 itu tidak bergoyang :-). Ketika Anda mention
> > tentang barang pengganti saya jadi teringat 2 film dokumentari yg
> > saya tonton dalam beberapa waktu lalu.

> Betul bung Arry, minggu yang lalu saya juga nonton film sejenis di
SBS.
> Di situ digambarkan bagaimana kehidupan para buruh china begitu
menyedihkan.
> Ada majikan yang menyediakan akomodasi buat buruhnya dengan
menjejalkan satu kamar yang sangat kecil untuk diisi 6 orang.
Kemajuan ekonomi china saat ini sangat ditopang dengan dengan buruh
yang sangat murah (kadang2 sampai tidak manusiawi).
> Kadang saya berpikir, apakah kemajuan ekonomi china sekarang ini
sudah dinikmati oleh rakyatnya? Atau dengan membanjirnya barang2
china di negara2 maju saat ini, merupakan salah satu bentuk
penjajahan negara maju tehadap cheap labour di china?
>
> Salam,
> Bob

The contents of this e-mail and attachments are confidential and subject to
legal privilege. If you are not the intended recipient, you are strictly
prohibited and may be unlawful to use, copy, store, distribute, disclose or
communicate any part of it to others and you are obliged to return it
immediately to sender or notify us and delete the e-mail and any
attachments from your system. PT BANK PERMATA TBK and subsidiaries do not
accept liability for loss or damage resulting from computer viruses. The
integrity of e-mail across the internet cannot be guaranteed and PT BANK
PERMATA TBK will not accept liability for any claims arisin

Re: [Keuangan] Product murah China - dan apa yg harus kita lakukan (was: No Trust Society)

2007-03-01 Thread Arry Kusnadi
Oka, kalau mengenai contoh klasik "ayam dan telur", gw bakal milih 
ayam duluan lah hehaehehe. Paling tidak bisa lebih banyak dapatnya.

Upah buruh di Indonesia sebenarnya semakin mahal bila dilihat dari 
tidak begitu produktivitasnya outcome yg dihasilkan. Tapi kalau kita 
lihat negara2 Asean sebenarnya upah buruh paling murah ada di 
Indonesia, namun kita lihat begitu banyak permasalahan di dalam 
negeri sehingga pada akhirnya membuat total biaya produksi di 
Indonesia menjadi lebih mahal daripada misalnya di Malaysia, maka 
sudah dapat dipastikan si investor secara common sense pasti akan 
memilih Malaysia sebagai negara tujuan pertama untuk penanaman modal.

Kenapa saya bilang upah buruh di Indonesia sebenarnya semakin mahal, 
karena adanya UMK itu! Tingkat upah jelas akibatnya menjadi semakin 
meningkat tapi tetap saja dgn kualitas sumber daya manusia yg tidak 
meningkat alias tetap rendah termasuk rendahnya penguasaan atas 
teknologi, sehingga semakin memperburuk keunggulan komparatif 
Indonesia dalam tenaga kerja.

Upah yg rendah plus minimnya semangat belajar hal2 yg baru 
menghasilkan produk yg berkualitas buruk, coba dimulai lagi dgn
upah yg semakin meningkat plus tetap minimnya semangat belajar hal2 
yg baru menghasilkan investor hengkang ke luar Indonesia.

Regards,
Arry

[EMAIL PROTECTED] wrote:
>
> Justru masalah tenaga kerja adalah satu key issue yang harus 
dipecahkan
> pemerintah RI jika ingin FDI masuk. Jangan dulu bicara soal harga 
murah,
> produktifitas bla bla bla...  disatu sisi Pengusaha memandang bahwa
> peraturan (UU 13/2003) yang ada sekarang terlalu memberi ruang  
(berpihak)
> kepada pekerja. Disisi lain Pekerja merasa bahwa Pengusaha selalu 
cenderung
> bersikap sewenang-wenang, sehingga peraturan itu perlu.
> Kita tentu tak ingin Pekerja di tekan sebagaimana terjadi di China, 
tapi
> kita tak ingin pekerja "ngelunjak" seperti kecendrungan yang terjadi
> sekarang di kantong2 industri seperti Tanggerang, Cimahi dst.
> 
> Akan tetapi contoh dalam kehidupan masih menunjukkan kondisi laten 
seperti
> diatas. Misalnya, mo naikkan UMR (sekarang UMK) 10% saja sudah suah 
banget.
> Padahal yang namanya UMK di Jateng, paling2 600 ribu-an. Di Jakarta 
saja
> masih kurang dari sejuta, naik 10% kan cuma 60 -100 rb? FYI, UMK itu
> dihitung dari kebutuhan FISIK minimum seorang pekerja (bujang, belum
> berkeluarga), bukan kebutuhan HIDUP minimum (apalagi dihitung 
dengan istri
> dan anak-anaknya). Kita sering baca, ketika order turun para 
pengusaha
> tiba2 kabur entah kemana, meninggalkan assets perusahaan yang sudah 
jadi
> jaminan di bank, dan pekerja yang belum dibayar gajinya. Sering 
banget lah
> kejadian itu..  Sebaliknya pekerja juga banyak yang maling, ngak
> convinience dikit demo, ngajak teman2 nya dari pabrik lain, lalu 
ngerusak
> assets perusahaan dst.
> 
> Saya sepakat bila ada yang bilang "no trust society" memang happen 
di
> negeri kita.
> 
> Sistem ekonomi emamng kompleks dan saling interdependensi.  
Persoalan
> diatas adalah contoh klasik "ayam dan telur", belum lagi jika kita 
kaitkan
> dengan pertumbuhan ekonomi, demokrasi bla bla...  Saya pernah tulis 
dalam
> salah satu Editorial AKI di millis ini (yang sekarang sedang 
vakum), bahwa
> setau TEROBOSAN BESAR harus  melalui terobosan kecil.  Sayang bagi 
politisi
> terobosan kecil tidak menarik, karena level of leverage yang 
ditimbulkan
> tak akan significant. Makanya kalopun cuma terobosan kecil di buat
> seakan-akan menjadi besar (dibesar-besarkan), sehingga malah gagal 
di tahap
> pra implementasi. Contoh nya ketika ada ide untuk membuat semacam 
asuransi
> bagi pekerja yang mengcover selain kecelakan, kematian juga 
mengcover
> unemployment, kesehatan dll gagal di tahap wacana. Apa salah 
salah,
> ya... asuransi pekerja mungkin termsuk katagori TEROBOSAN BESAR. 
Wah kalo
> gitu kita memang ngak qualified melakukan tindakan 
apapun
> 
> 
> Oka Widana
> 5237788, 5237999 ext. 1827
> 
> 
> 
> 
  
   
>   "Arry 
Kusnadi"  
   
>   <[EMAIL PROTECTED]>To:   AhliKeuangan-
[EMAIL PROTECTED]
>   Sent by:   
cc:   
  
>   [EMAIL PROTECTED]Subject:  
[Keuangan] Product murah China - dan apa yg harus kita lakukan (was: 
No Trust 
>   ogroups.com 
Society)  
 
> 
  
   

Re: [Keuangan] Product murah China - dan apa yg harus kita lakukan (was: No Trust Society)

2007-03-02 Thread wkasman
Rekan-rekan AKI,
Untuk meramaikan milis tercinta kita ini, saya akan coba-coba mengemukakan 
pendapat tentang masalah ini.
Menghadapi banjirnya produk China secara khusus dan produk teknologi impor 
lainnya, rasanya 'dream' untuk ikut bersaing dalam pengembangan 
produk-produk teknologi (untuk pasar lokal atau internasional) rasanya 
memang pupus sudah. Tapi kiranya, juga masih ada celah kecil yang terbuka, 
yaitu dengan memperkuat teknologi level yang lebih rendah (bukan teknologi 
design & enjineering), tetapi teknologi maintenance and repair. Untuk itu 
diperlukan semacam perlindungan pasar lokal terhadap produk-produk yang 
tidak memiliki pelayanan purna jual, dan inclusive mewajibkan transfer of 
technology untuk teknologi level maintenance and repairnya. Teknologi level 
ini merupakan basis pengembangan efisiensi pembelian produk, dan dapat 
menjadi basis untuk mengembangkan produk di level copy (bajak) dan copy & 
develop (bajak tidak kentara). Gagasan seperti ini pernah saya diskusikan 
waktu saya berkunjung ke Korea Selatan (KAIST) dan mereka mengatakan bahwa 
hal ini adalah langkah awal yang ditempuh Korea waktu memulai proses 
industrialisasi. Hal yang sama juga dilakukan oleh Jepang, Taiwan dan bahkan 
RRC. Jadi ceritanya - sebaiknya kita memulai strategi industrialisasi yang 
baru, yaitu kembali ke titik nol lagi.
Beberapa langkah sudah saya coba, antara lain mengembangkan Standar 
Pelayanan Purna Jual melalui Pustan Departemen Perdagangan (proses untuk 
menjadi SNI masih menunggu BSN). Lalu Puslitbang Dep. Perdagangan juga 
sedang mau bantu untuk pengkajian tentang masalah pelayanan purna jual ini. 
Mudah-mudahan kebijakan yang masif tentang masalah ini nantinya bisa 
terkristalisasi.

Satu sisi lain kalau kita memulai strategi industrialisasi dari titik nol, 
adalah mempersiapkan sumber daya manusia. Rasanya langkah untuk 
berpartisipasi dalam pengembangan dan sosialisasi teknologi maintenance and 
repair juga perlu dilakukan. Upaya yang telah saya coba adalah dengan 
mengembangkan standar-standar kompetensi personil teknisi (dhi 
elektro-mekanik), juga sedang saya coba (walaupun beratnya luar biasa).

Singkatnya, saya mengusulkan kembali ke titik nol lagi untuk strategi 
industrialisasi kita. Ada pendapat?

Salam/W. Kasman



- Original Message - 
From: Arry Kusnadi
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Sent: Friday, March 02, 2007 8:18 AM
Subject: [Keuangan] Product murah China - dan apa yg harus kita lakukan 
(was: No Trust Society)


Bung Bob,

Anda membuat interesting point disini, "bentuk penjajahan baru oleh
negara maju terhadap negara2 cheap labour".

Kapitalis pasti no problem dgn ungkapan diatas berhubung itulah yg
namanya free market. Jangan lupa membanjirnya produk China juga
terjadi di Indonesia. Saya jadi tertarik dgn pendapat teman2 di milis
ini, apa yg harus kita perbuat untuk menghadapi soal ini.

Saya sendiri terus terang kehabisan akal hahahehehe.

"Bob Hardian" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Arry
Kusnadi
> Sent: Friday, 2 March 2007 10:01 AM
> To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Subject: [Keuangan] Re: No Trust Society
>
> > Bung Nazar,
> > seandainya rumput2 itu tidak bergoyang :-). Ketika Anda mention
> > tentang barang pengganti saya jadi teringat 2 film dokumentari yg
> > saya tonton dalam beberapa waktu lalu.

> Betul bung Arry, minggu yang lalu saya juga nonton film sejenis di
SBS.
> Di situ digambarkan bagaimana kehidupan para buruh china begitu
menyedihkan.
> Ada majikan yang menyediakan akomodasi buat buruhnya dengan
menjejalkan satu kamar yang sangat kecil untuk diisi 6 orang.
Kemajuan ekonomi china saat ini sangat ditopang dengan dengan buruh
yang sangat murah (kadang2 sampai tidak manusiawi).
> Kadang saya berpikir, apakah kemajuan ekonomi china sekarang ini
sudah dinikmati oleh rakyatnya? Atau dengan membanjirnya barang2
china di negara2 maju saat ini, merupakan salah satu bentuk
penjajahan negara maju tehadap cheap labour di china?
>
> Salam,
> Bob




Re: [Keuangan] Product murah China - dan apa yg harus kita lakukan (was: No Trust Society)

2007-03-02 Thread irmec
Ketika aku reply email mas Christ ttg. trust society, yg aku lagi 
respond sebenarnya contoh yg dipakai untuk menggambarkan ketidak-
adaannya "trust" di masyarakat kita. 

Masalah trust ialah masalah evolusi suatu masyarakat. Dan, ngak tahu 
apa itu human nature bhw manusia cenderung serakah, konsep trust itu 
lebih sering ngak jalan dalam skala yg gede. 

Rasanya aku pernah cerita ttg. evolusi perdagangan Eropa di abad 
pertengahan. Saat itu didominasi oleh Maghribi (kata prof. Avner 
Greif dari Stanford; pedagang ini org Yahudi yang beragama Islam). 
Dari Yahudi, mereka megang prinsip "all israel is responsible for 
every member". Dari Islam, mereka paham ttg. konsep umma (ibu?). Apa 
yg terjadi ialah kontrol sosial diantara mereka. Setiap ada yg 
curang, langsung berita menyebar, dan yg curang lsg diisolasi oleh 
komunitas ini. 

Saat itu, muncul juga pedagang2 Genoa. Mereka cenderung lebih 
individualistik. Akibatnya, tidak sedikit yg curang. (Ingat dong 
cerita Shakespeare ttg. pedagang Venesia?). 

Anehnya, akhirnya Maghribi kalah bersaing dgn Genoa. Kenapa? Karena 
semakin complex & luas cakupan perdagangang, semkain sulit melakukan 
kontrol sosial. Sementara itu para pedagang2 Genoa yg 
sudah "berpengalaman makan/dimakan" mulai bikin mekanisme 
kesepakatan hukum. Dan, ini menjadikan mereka lebih mampu 
beradaptasi dgn dunia baru, ketika perdagangan meluas. 

Akhirnya, menurutku, trust jalan dalam skala yg kecil (itu mungkin 
bisa menjelaskan kredit tanpa anggunan M. Yunus di Bangladesh), tapi 
sulit jalan dalam skala gede. Apalagi negara. Aplg dgn track record 
dimana pemerintah lebih sering abuse kepercayaan rakyat.


Cheer


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

> 
> Saya sepakat bila ada yang bilang "no trust society" memang happen 
di
> negeri kita.
> 
> Sistem ekonomi emamng kompleks dan saling interdependensi.  
Persoalan
> diatas adalah contoh klasik "ayam dan telur", belum lagi jika kita 
kaitkan
> dengan pertumbuhan ekonomi, demokrasi bla bla...  Saya pernah 
tulis dalam
> salah satu Editorial AKI di millis ini (yang sekarang sedang 
vakum), bahwa
> setau TEROBOSAN BESAR harus  melalui terobosan kecil.  Sayang bagi 
politisi
> terobosan kecil tidak menarik, karena level of leverage yang 
ditimbulkan
> tak akan significant. Makanya kalopun cuma terobosan kecil di buat
> seakan-akan menjadi besar (dibesar-besarkan), sehingga malah gagal 
di tahap
> pra implementasi. Contoh nya ketika ada ide untuk membuat semacam 
asuransi
> bagi pekerja yang mengcover selain kecelakan, kematian juga 
mengcover
> unemployment, kesehatan dll gagal di tahap wacana. Apa salah 
salah,
> ya... asuransi pekerja mungkin termsuk katagori TEROBOSAN BESAR. 
Wah kalo
> gitu kita memang ngak qualified melakukan tindakan 
apapun
> 
> 
> Oka Widana
> 5237788, 5237999 ext. 1827