[Keuangan] Re:[OOT] Transportasi Massal Versus Kemacetan
Yup, itu benar sekali. tapi yang naifnya mungkin intansi terkait & orang yang berada didalam instansi tersebut sedang enak-enak tertidur pulas. tidak memikirkan hal itu? :-) Sama kayak di tempat saya, cukup dengan membuldoser tanah pinggir jalan terus disiram batu-batu, tapi itu tidak cukup untuk memotivasi sebuah pembangunan. Banyak faktor lainnya yg secara sistematis (sistemik :-) ) mempengaruhi dan memotivasi pembangunan. NB: Kutipan status seorang teman facebook saya: Ya Allah, ada suara petir yang bersahut-sahutan. Sepertinya mau turun hujan lebat. Arahkanlah petir itu kepada pejabat yang mendzhalimi masyarakatnya. Amiin. Salam Nazar On: Tebo-Jambi --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Hardi Darjoto" wrote: > > Menambahkan pak Bali da Dave, > > Sistem angkutan massal sangat terkait dngan tata kota. Misalnya permukiman > letaknya harus terkonsentrasi cukup di bbrp titik saja, sehingga memudahkan > perencanaan titik2 pengumpulan dan penyebaran penumpang; yg akhirnya membantu > menurunkan biaya pembangunan MRT dan meningkatkan tingkat pelayanannya. > > Untuk Jakarta yg sudah menyebar seperti amuba, membangun MRT akan lebih sulit > dan mahal dibanding kota2 lainnya di dunia. Tapi menunda pembangunannya lebih > lama lagi hanya akan membuat masyarakat kota pada akhirnya kolaps dan pada > saat itu biayanya juga menjadi sangat luar biasa mahal (ekonomi dan sosial). > > Salam > Hardi > drivit av Telkomsel Björnbär® >
Re: [Keuangan] Re:[OOT] Transportasi Massal Versus Kemacetan
Menambahkan pak Bali da Dave, Sistem angkutan massal sangat terkait dngan tata kota. Misalnya permukiman letaknya harus terkonsentrasi cukup di bbrp titik saja, sehingga memudahkan perencanaan titik2 pengumpulan dan penyebaran penumpang; yg akhirnya membantu menurunkan biaya pembangunan MRT dan meningkatkan tingkat pelayanannya. Untuk Jakarta yg sudah menyebar seperti amuba, membangun MRT akan lebih sulit dan mahal dibanding kota2 lainnya di dunia. Tapi menunda pembangunannya lebih lama lagi hanya akan membuat masyarakat kota pada akhirnya kolaps dan pada saat itu biayanya juga menjadi sangat luar biasa mahal (ekonomi dan sosial). Salam Hardi drivit av Telkomsel Björnbär® = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [Keuangan] Re:[OOT] Transportasi Massal Versus Kemacetan
Transportasi massal itu menurut saya adalah suatu SISTIM yang komponennya banyak sekali. Yang pertama tentu 1. jalur MASSAL nya itu, misalnya naik kereta yang ber-gerbong-gerbong. Dan ke 2 tentu jalur PENYEBARAN/PENGUMPULANNYA. Maksudnya tentu orang yang dari rumah mau ke tempat kereta perlu di transportasikan juga. Demikian pula setelah sampai di stasiun tujuan harus bisa di sebar dengan cepat ke tujuannya masing-masing. Ini berarti ada pergerakan massal dari point A ke B (atau anggaplah dari daerah pinggiran ke pusat kota dan sebaliknya) dan bukannya tersebar merata di sepanjang daerah. Ya ini tentu berarti kalau mau menikmati sistem gerakan massal ini, harus ada banyak orang yang mengikuti gerakan massal dari titik titik yang dilayani tersebut. Atau dari segi tata kotanya memang cocok seperti itu. Entah jakarta atau kota besar lainnya memiliki pergerakan transportasi massal ini atau sebenarnya lebih menyebar? Tentu saja setelah sampai di stasiun tujuan, mencari bis penghubung atau taksi yang tidak memalak penumpang merupakan juga faktor signifikan untuk kesuksesan sistem massal --- On Fri, 26/2/10, Sonny Ardi wrote: From: Sonny Ardi Subject: Re: [Keuangan] Re:[OOT] Transportasi Massal Versus Kemacetan To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Friday, 26 February, 2010, 2:02 AM Dear all, urun rembuk juga boleh ya oom sekalian.. sepakat banget untuk infrastruktur transportasi massal memang sangat perlu di rangsang dan di galakan.. tapi itu perlu di dukung juga dengan edukasi pada masyarakat supaya orang2 beralih ke transportasi masal dari pada pribadi > Para Anggota ML AKI Yth., > > Kami sependapat bahwa infrastruktur transportasi massal perlu digalakkan di > Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Dalam jangka panjang, bukan saja > akan membuat perjalanan ke dan dari tempat kerja lebih cepat dan nyaman, > tetapi juga lebih hemat energi. Inilah pertimbangan di balik kebijakan Orde > Baru dahulu ketika memutuskan untuk menaikkan rel kereta api > Manggarai-Jakarta Kota ke atas, mengurangi kemacetan di persimpangan > jalan-jalan KA dan menghemat BBM. Salut kepada Ir. Suwarto, mantan > KaBaLitBang Dep Hub, yang dengan gigih memperjuangkan peninggian rel kereta > api Manggarai-Jakarta Kota. > > Budi Sudarsono > Ketua, Masyarakat Peduli Energi dan Lingkungan (MPEL); Sekretariat Tel. > 62-021 75906564 ; Blog: http://feea3. blogspot. com/, > Anggota, Komisi Ahli Tenaga Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional. > Res.: +6221-7243291 Fax: +6221-7396189 Mob. +62812-9601614 > > -- Preserve our money Prevent global warming Use bicycle to better world and better earth [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Re:[OOT] Transportasi Massal Versus Kemacetan
Para Anggota ML AKI Yth., Kami sependapat bahwa infrastruktur transportasi massal perlu digalakkan di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Dalam jangka panjang, bukan saja akan membuat perjalanan ke dan dari tempat kerja lebih cepat dan nyaman, tetapi juga lebih hemat energi. Inilah pertimbangan di balik kebijakan Orde Baru dahulu ketika memutuskan untuk menaikkan rel kereta api Manggarai-Jakarta Kota ke atas, mengurangi kemacetan di persimpangan jalan-jalan KA dan menghemat BBM. Salut kepada Ir. Suwarto, mantan KaBaLitBang Dep Hub, yang dengan gigih memperjuangkan peninggian rel kereta api Manggarai-Jakarta Kota. Budi Sudarsono Ketua, Masyarakat Peduli Energi dan Lingkungan (MPEL); Sekretariat Tel. 62-021 75906564 ; Blog: http://feea3.blogspot.com/, Anggota, Komisi Ahli Tenaga Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional. Res.: +6221-7243291 Fax: +6221-7396189 Mob. +62812-9601614 --- On Thu, 2/25/10, anton ms wardhana wrote: > From: anton ms wardhana > Subject: [Keuangan] [OOT] Transportasi Massal Versus Kemacetan > To: ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com > Date: Thursday, February 25, 2010, 8:21 PM > RR sekalian, > > topik ini mungkin sedikit OOT untuk milis keuangan, tapi > saya melihatnya > dari sisi bisnis-nya > > secara awam, sisi pembebasan lahan, agaknya > membebaskan lahan untuk jalur > kereta yang di "atas" lebih murah dibanding jalan tol dan > membangun jalur > kereta di "bawah". jalur kereta di atas juga menghindari > masalah lintasan > kereta kalo dia memotong jalan raya, yang artinya jalan > raya ngga perlu ada > perhentian tambahan selain lampu merah. > tapi saya tidak tahu ongkos teknologi dan harga gerbong > keretanya, soalnya > kalo mau efektif jumlah gerbongnya mesti benar2 cukup agar > bisa ontime jalan > meskipun tidak penuh.. dan semoga juga ngga ada > ongkos di atas kertas alias > mark up :) > > dari sisi awam juga, kereta harusnyanya ada peningkatan > omzet karena yang > tol pendapatan hanya 5.000 per mobil (contoh saja), > sekarang 5.000 per > orang. kalo satu mobil yang lewat tol rata2 isinya 2-3 > orang, pengusaha > kereta udah dapat 2-3x lipatnya. > di sisi lain, kereta butuh pemeliharaan ngga cuman dari > sisi jalan-nya, tapi > juga kereta nya sendiri dan fasilitas/sarana prasarana. > maka saya belum > boleh bersorak gembira ada peningkatan pendapatan 3x, sebab > saya belum tau > sisi biaya kereta berapa kalinya jalan tol :(. > > tapi, lagi-lagi ini jalan pikiran awam, kalo LRT / MRT bisa > dibuat nyaman ( > semoga lebih nyaman dari KRL Express :) mestinya sih jumlah > mobil pribadi > berkurang. jalanan jadi lebih > nyaman --nah, problemnya.. entah apa > memang > bisa sebegitu drastis (jumlahnya) dan dramatis (efek) > perbedaannya-- > > baidewe eniwe baswe, ini baru khayalan awam, tawwa :) > sebenarnya kurang tau mi saya, inie.. ini hanyalah tebak2an > logika.. mungkin > dengan sedikit bumbu "pembenaran" :) > tapi lepas dari itu, menurut saya tulisan di bawah > ini layak > dipertimbangkan di kota besar macam medan, jakarta, > bandung, semarang, > surabaya, dan makassar... toh ? > > tabik, ki > *ari.ams* > > > artikel asli: > http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/02/16/09082479/Transportasi.Massal.Versus.Kemacetan > > Transportasi Massal Versus Kemacetan > Selasa, 16 Februari 2010 | 09:08 WIB > *Oleh HARYO DAMARDONO > * > *KOMPAS.com* - ”*Light rail transit *(kereta) ini > merupakan contoh lain > pembangunan di Malaysia,” kata Sazally Saidi, Chief > Executive Officer > Lingkaran Trans Kota Holdings Berhad. Saidi adalah CEO > perusahaan jalan tol, > sementara *light rail transit *merupakan ”saingan” > jalan tol. Bukan masalah. > > Pada Desember 2009, Saidi memperlihatkan sistem jaringan > jalan tol dalam > Kuala Lumpur, Malaysia, mendatangi pusat pemantauan tol, > dan mencermati > sistem elektronik tol. Bagaimana pengoperasian jalan tol di > sana. > > Kuala Lumpur juga macet. Perlu dua polisi lalu lintas > pembuka jalan. Waktu > yang masih ada, membuat Saidi perlu memperkenalkan light > rail transit (LRT) > kepada Kuala Lumpur Convention Center. > > Perjalanan dimulai dari emplasemen Stasiun LRT Kelana Jaya. > Konstruksinya > sebangun dengan Stasiun Gambir dan Cikini, sama-sama > elevated, tetapi lebih > bersih, lebih terang, dan kedatangan kereta lebih pasti. > > Di emplasemen Stasiun Kelana Jaya itu, masyarakat berbaur. > Ada buruh, > mahasiswa, pasangan suami istri dengan empat anak, turis > beransel, serta > seorang pramugari AirAsia yang menyeret kopernya. Maukah > seorang pramugari > naik kereta rel listrik di Jakarta? > > LRT canggih. Melaju tanpa masinis, seperti kereta > antarterminal di Bandara > Changi, Singapura, atau Bandara Barajas di Madrid, Spanyol. > LRT Kuala Lumpur > buatan Bombardier. > > LRT ini bukti nyata pembangunan transportasi massal Kuala > Lumpur. Terlebih, > pada pagi dan petang hari, kemacetan menghantui jalan tol. > ”Seperti di > Jakarta, kami repot oleh keluhan pengguna tol. Mereka > protes mengapa macet