Bls: [Keuangan] Re: Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair !
Saya setuju jika pendidikan ekonomi tidak hanya dititikberatkan pada fakultas ekonomi saja. Apalagi jika kita melihat kualitas pendidikan, kurikulum hanyalah salah satu komponen dari sistem pendidikan. Justru saya kok miris melihat perdebatan antara ekonomi neolib dan kerakyatan. Ketiga calon presiden sekarang dulunya satu kabinet dan sesuai dengan posisi mereka sebagai politisi, apakah memunculkan perdebatan semu tentang sistem ekonomi ini hanya untuk menarik perhatian saja? IMHO, capres2 ini hanya caper dengan melabeli diri sistem ekonomi. Kebetulan beberapa minggu lalu, saya mengamati kondisi labor market di Indonesia. Dengan mayoritas angkatan kerja bekerja di sektor informal serta mayoritas pendidikannya adalah lulusan SD ditambah hanya sekitar 5 persen dari total angkatan kerja di sektor formal bergaji diatas 5jt, apakah strategi kampanye dengan menggunakan kombinasi kata ekonomi dan rakyat itu adalah strategi kampanye yang efektif ketimbang label neo liberalisme yang seakan-akan pro konglomerasi? AFAIK, kok sejauh ini belum ada capres yang menjanjikan peningkatan kualitas labor market atau setidaknya menambah jumlah angkatan kerja di sektor formal? Mohon maaf kalau OOT. Salam, Reza Dari: nazar naza...@gmail.com Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Selasa, 26 Mei, 2009 19:57:04 Topik: [Keuangan] Re: Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair ! Dalam istilah ekonomi, ada kurva lingkaran setan. Dimana, apapun kebijakan yang diambil tetap tidak akan merubah pertumbuhan ekonomi. Lingkaran setan ini juga bisa terjadi pada dunia politik pemerintahan. Ini adalah wacana, bukan berarti ekonomi dan politik indonesia berada dalam lingkaran setan itu. Toh, kalau setan-setan itu tau nanti dia marah gentayangan. O ya, kalau masalah kurikulum tidak hanya di fakultas ekonomi saja. Karena pelaku bisnis, politisi dan pemerintah bukan hanya anak2x fakultas ekonomi. Salam --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesaw...@... wrote: terhadap semua itu kita berharap pada hukum. produk hukum yg baik, yakni UU, bisa diawali dg memilih anggota legislatif yg baik. di tahap ini sedikit banyak tentu kita sudah berkontribusi bukan? lalu kita jg perlu pemerintah yg paham tugasnya, maka perlu juga memilih pemimpin yg bisa menerjemahkan berbagai harapan itu dlm aturan main yg baik. sebenarnya kita masih punya harapan, mengingat kita masih sering bicara ttg baik. menyalakan lilin di kegelapan saya kira lebih baik daripada sekedar mengutuk kegelapan itu. Ya mari kita awasi terus kiprah para anggota legislatif. Sudah banyak saluran bisa dipakai, media massa, LSM, atau membuat tulisan. kalau yg normatif belum terlaksana, tentu saja tetap ada harapan. salah satunya adalah mendorong perbaikan kurikulum di fakultas ekonomi, tidak melulu memelajari aliran mainstream tetapi jg ke aliran heterodoks dan yg lain. salam Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer [Non-text portions of this message have been removed]
Bls: Bls: [Keuangan] Re: Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair !
Saya setuju mas Reza. Perdebatan neolib versus kerakyatan memang cenderung mendangkal, tak masuk ke substansi, misalnya bagaimana lalu kita menciptakan strategi pencapaian kebaikan bersama secara efektif. Tapi ini kan jargon utk keperluan kampanye semata. saya sendiri tak banyak berharap pada ketiga pasangan ini. Celakanya para ekonom pun sibuk menulis dan beropini ttg 'neoliberalisme' dan mendaku seolah merekalah yg paling tahu, padahal tidak juga. Misalnya kemarin Pak The dari LIPI, pagi ini Tony Prasetyantono di Kompas, lalu pendapat Chatib Basri bahwa pandangan umum itu keliru dan hanya menunjukkan ketidakmengertian, ditambah Raden Pardede yang mengatakan bahwa semua teori ekonomi itu bagus, tergantung siapa yang mengimplementasikannya. Lho? bukankah memang ilmu2 praktis di situ letak masalahnya, soal 'siapa' yang melakukan dan 'bagaimana', bukan pertama-tama soal 'apa'. Hemat saya ada cara lain melihat fenomena neoliberalisme ini, yaitu dari teori politik dan filsafat, ini juga sangat kaya dan berkembang di Barat. benar bahwa tidak sekedar ilmu ekonomi yg perlu dirombak kurikulumnya, tapi konteks kita kan milis berbasis ilmu ekonomi, maka saya tidak bicara teologi, filsafat, atau ilmu politik. Ke depan, diperlukan satu kerangka pendekatan lintasdisiplin untuk memotret keseluruhan asumsi ttg manusia dlm kebijakan publik, karena saat bersamaan ia adalah makhluk ekonomi, politik, sosial, budaya, relijius, dan sebagainya. Merngenai fokus Anda ttg labor market saya sepakat. Mereka semua ini hidup dan besar dlm lingkup kelas borjuasi, sulit saya kira bisa bicara ttg hal2 begini, dan kita tak bisa berharap banyak. salam Dari: Reza P rezap...@yahoo.com.sg Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Selasa, 26 Mei, 2009 15:30:21 Topik: Bls: [Keuangan] Re: Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair ! Saya setuju jika pendidikan ekonomi tidak hanya dititikberatka n pada fakultas ekonomi saja. Apalagi jika kita melihat kualitas pendidikan, kurikulum hanyalah salah satu komponen dari sistem pendidikan. Justru saya kok miris melihat perdebatan antara ekonomi neolib dan kerakyatan . Ketiga calon presiden sekarang dulunya satu kabinet dan sesuai dengan posisi mereka sebagai politisi, apakah memunculkan perdebatan semu tentang sistem ekonomi ini hanya untuk menarik perhatian saja? IMHO, capres2 ini hanya caper dengan melabeli diri sistem ekonomi. Kebetulan beberapa minggu lalu, saya mengamati kondisi labor market di Indonesia. Dengan mayoritas angkatan kerja bekerja di sektor informal serta mayoritas pendidikannya adalah lulusan SD ditambah hanya sekitar 5 persen dari total angkatan kerja di sektor formal bergaji diatas 5jt, apakah strategi kampanye dengan menggunakan kombinas i kata ekonomi dan rakyat itu adalah strategi kampanye yang efektif ketimbang label neo liberalisme yang seakan-akan pro konglomerasi? AFAIK, kok sejauh ini belum ada capres yang menjanjikan peningkatan kualitas labor market atau setidaknya menambah jumlah angkatan kerja di sektor formal? Mohon maaf kalau OOT. Salam, Reza _ _ __ Dari: nazar naza...@gmail. com Kepada: AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com Terkirim: Selasa, 26 Mei, 2009 19:57:04 Topik: [Keuangan] Re: Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair ! Dalam istilah ekonomi, ada kurva lingkaran setan. Dimana, apapun kebijakan yang diambil tetap tidak akan merubah pertumbuhan ekonomi. Lingkaran setan ini juga bisa terjadi pada dunia politik pemerintahan. Ini adalah wacana, bukan berarti ekonomi dan politik indonesia berada dalam lingkaran setan itu. Toh, kalau setan-setan itu tau nanti dia marah gentayangan. O ya, kalau masalah kurikulum tidak hanya di fakultas ekonomi saja. Karena pelaku bisnis, politisi dan pemerintah bukan hanya anak2x fakultas ekonomi. Salam --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, prastowo prastowo sesaw...@.. . wrote: terhadap semua itu kita berharap pada hukum. produk hukum yg baik, yakni UU, bisa diawali dg memilih anggota legislatif yg baik. di tahap ini sedikit banyak tentu kita sudah berkontribusi bukan? lalu kita jg perlu pemerintah yg paham tugasnya, maka perlu juga memilih pemimpin yg bisa menerjemahkan berbagai harapan itu dlm aturan main yg baik. sebenarnya kita masih punya harapan, mengingat kita masih sering bicara ttg baik. menyalakan lilin di kegelapan saya kira lebih baik daripada sekedar mengutuk kegelapan itu. Ya mari kita awasi terus kiprah para anggota legislatif. Sudah banyak saluran bisa dipakai, media massa, LSM, atau membuat tulisan. kalau yg normatif belum terlaksana, tentu saja tetap ada harapan. salah satunya adalah mendorong perbaikan kurikulum di fakultas ekonomi, tidak melulu memelajari aliran mainstream tetapi jg ke aliran heterodoks dan yg lain. salam Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet
Bls: [Keuangan] Re: Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair !
Yang bener nih anda setuju? Jika iya, mari kita pukul bedug dan kentongan (kalo parlemen sih ketuk palu). Perlu diingat bahwa presiden manapun, didunia ini jika tanpa bantuan para mentri, dinas, staf dan masyarakat, tidak ada apa-apanya. Jadi ya, capres2x itu bukan satu2xnya tolak ukur pertumbuhan ekonomi. Orang2x yg berada dibelakangnya, pergaulan internasional, dan dukungan masyarakat merupakan hal yang paling penting. Inti dari pembangunan ekonomi itu adalah terbagi ratanya kekayaan dan daya beli masyarakat. Itu bisa dalam bentuk lapangan kerja dan peluang usaha/bisnis. Lapangan kerja dan bisnis yang layak dan fair tentunya. Salam nazarjb --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Reza P rezap...@... wrote: Saya setuju jika pendidikan ekonomi tidak hanya dititikberatkan pada fakultas ekonomi saja. Apalagi jika kita melihat kualitas pendidikan, kurikulum hanyalah salah satu komponen dari sistem pendidikan. Justru saya kok miris melihat perdebatan antara ekonomi neolib dan kerakyatan. Ketiga calon presiden sekarang dulunya satu kabinet dan sesuai dengan posisi mereka sebagai politisi, apakah memunculkan perdebatan semu tentang sistem ekonomi ini hanya untuk menarik perhatian saja? IMHO, capres2 ini hanya caper dengan melabeli diri sistem ekonomi. Kebetulan beberapa minggu lalu, saya mengamati kondisi labor market di Indonesia. Dengan mayoritas angkatan kerja bekerja di sektor informal serta mayoritas pendidikannya adalah lulusan SD ditambah hanya sekitar 5 persen dari total angkatan kerja di sektor formal bergaji diatas 5jt, apakah strategi kampanye dengan menggunakan kombinasi kata ekonomi dan rakyat itu adalah strategi kampanye yang efektif ketimbang label neo liberalisme yang seakan-akan pro konglomerasi? AFAIK, kok sejauh ini belum ada capres yang menjanjikan peningkatan kualitas labor market atau setidaknya menambah jumlah angkatan kerja di sektor formal? Mohon maaf kalau OOT. Salam, Reza Dari: nazar naza...@... Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Selasa, 26 Mei, 2009 19:57:04 Topik: [Keuangan] Re: Jusuf Kalla: Ekonomi Pasar : Boleh Saja , Asal Fair ! Dalam istilah ekonomi, ada kurva lingkaran setan. Dimana, apapun kebijakan yang diambil tetap tidak akan merubah pertumbuhan ekonomi. Lingkaran setan ini juga bisa terjadi pada dunia politik pemerintahan. Ini adalah wacana, bukan berarti ekonomi dan politik indonesia berada dalam lingkaran setan itu. Toh, kalau setan-setan itu tau nanti dia marah gentayangan. O ya, kalau masalah kurikulum tidak hanya di fakultas ekonomi saja. Karena pelaku bisnis, politisi dan pemerintah bukan hanya anak2x fakultas ekonomi. Salam --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesawi04@ wrote: terhadap semua itu kita berharap pada hukum. produk hukum yg baik, yakni UU, bisa diawali dg memilih anggota legislatif yg baik. di tahap ini sedikit banyak tentu kita sudah berkontribusi bukan? lalu kita jg perlu pemerintah yg paham tugasnya, maka perlu juga memilih pemimpin yg bisa menerjemahkan berbagai harapan itu dlm aturan main yg baik. sebenarnya kita masih punya harapan, mengingat kita masih sering bicara ttg baik. menyalakan lilin di kegelapan saya kira lebih baik daripada sekedar mengutuk kegelapan itu. Ya mari kita awasi terus kiprah para anggota legislatif. Sudah banyak saluran bisa dipakai, media massa, LSM, atau membuat tulisan. kalau yg normatif belum terlaksana, tentu saja tetap ada harapan. salah satunya adalah mendorong perbaikan kurikulum di fakultas ekonomi, tidak melulu memelajari aliran mainstream tetapi jg ke aliran heterodoks dan yg lain. salam Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer [Non-text portions of this message have been removed]