Re: Ekonomi Gotong Royong -- [Keuangan] PANCASILA

2009-10-06 Terurut Topik Andi MF Avandy
Contoh ekonomi gotong royong misalnya korupsi berjamaah Kolusi berasaskan 
kekeluargaan nepotisme (hubungan famili dan kroni2). 
Andi MF Avandy
Sent from my BlackBerry® smartphone



=
Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com 
-
Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join 
http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
-
Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
=
Perhatian :
- Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor 
posting sebelumnya
- Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota 
yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas
- Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan 
ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com 
mailto:ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Ekonomi Gotong Royong -- [Keuangan] PANCASILA

2009-10-05 Terurut Topik Bali da Dave
Barangkali soal pancasila agak jauh dari masalah ekonomi, barangkali lebih 
dekat kalau membahas ekonomi gotong-royong:

Definisi gotong royong: 
An enormous inventory of highly specific and often quite intricate
institutions for effecting the cooperation in work, politics, and
personal relations alike, vaguely gathered under culturally charged and
fairly well indefinable value-images--rukun ("mutual adjustment"), gotong 
royong ("joint bearing of burdens"), tolong-menolong ("reciprocal 
assistance")--governs social interaction with a force as sovereign as it is 
subdued.[1]
Javanese culture is stratified by social class and by level of
adherence to Islam. ...Traditional Javanese culture does not emphasize
material wealth. ...There is respect for those who contribute to the
general village welfare over personal gain. And the spirit of gotong royong, or 
volunteerism, is promoted as a cultural value. 

Definisi diatas diambil dari wikipedia.

Konsep ekonomi gotong-royong rupanya memiliki beberapa poin signifikan:
1. Joint bearing of burden, beban berat ditanggung bersama.
2. Volunteerism. sukarela/tidak dibayar
3. Tujuannya untuk mencapai 'general village welfare'

Dari sini kita bisa dapat analisa bahwa partisipasi dan 'awareness' masyarakat 
terhadap apa yang dianggap penting bagi daerah (lokal atau kalau diperluas 
negara). Analisa ini mengarah pada peran negara dalam kehidupan masyarakat.

Sudah menjadi debat umum tentang perlu atau tidaknya peran pemerintah. Yang 
mendukung peran pemerintah dalam hidup negara umumnya menunjukkan bahwa 
individu secara sendiri tidak bisa melakukan banyak hal dalam mengerjakan 
hal-hal besar, atau sebagai pemusatan energi masyarakat untuk menjaga hal-hal 
umum masyarakat. Dengan demikian masing-masing individu masyarakat bisa lebih 
berfokus pada kemampuannya masing-masing. Sementara pihak yang kontra umumnya 
berfokus pada kenyataan bahwa konsentrasi energi itu akan memberikan kekuasaan 
"power" pada pihak-pihak yang seharusnya menggunakan energi itu untuk 
kepentingan rakyat.

Perdebatan ini sering dibawa pada era ekonomi, dimana pemerintah di-"minta" 
untuk menaikkan taraf hidup masyarakat. Berhubungan dengan supplier luar untuk 
mengolah hasil sumber daya bumi/komoditas, dan menggunakan hasilnya untuk 
sebaik-baik kepentingan masyarakat. Atau juga misalnya dalam hal krisis 
ekonomi, pemerintah diharap untuk mencari pinjaman agar proyek-proyek yang 
diharapkan dapat memulihkan putaran roda ekonomi bisa dijalankan (economic 
stimulus).

Sementara pihak yang kontra pun memandang bahwa kuasa ini bisa dikorupsi. Uang 
rakyat masuk ke kantong orang penguasa dan bukannya digunakan untuk 
kesejahteraan rakyat. Untuk permisalan saja, uang hasil menambang minyak, 
apakah harus digunakan untuk mensubsidi masyarakat ataukan menggunakan harga 
pasar tapi uangnya digunakan untuk membangun rumah sakit, sekolahan, atau yang 
lain-lainnya.

Dari sini kita lihat bahwa ekonomi yang berdasarkan gotong royong ternyata 
melakukan terobosan dimana masyarakat bergerak sendiri (gerakan dari bawah) 
dimana masyakat mengenal ada suatu usaha yang perlu dilakukan untuk mencapai 
kesejahteraan bersama dan mereka melakukan gerakan grass-root secara sukarela. 
Contoh kecilnya barangkali dalam hal dukungan dana bencana alam. MAsing-masing 
dengan sukarela menyumbang agar penderita dapat tertolong.

Konsep ini bisa diubah menjadi konsep "corporate/profit seeking" dimana setiap 
orang membayar uang premi secara rutin agar pihak yang menderita bisa ditolong 
lewat uang premi yang terkumpul. Konsep ini sedang diupayakan Obama untuk 
memperbaiki sistem kesehatan Amerika.

Tentu saja sistem-sistem ini bisa memiliki 'bug' atau kelemahan. Misalnya saja 
dalam menyalurkan dana donasi bantuan bencana, siapa yang bisa dipercaya dan 
kompeten untuk mengalokasikan dana bantuan tersebut. Dalam sistem asuransi pun, 
prinsip gotong-royong ini juga punya masalah karena ternyata insentif profit 
membuat perusahaan asuransi sering mangkir dan mencari-cari alasan teknis agar 
mereka tidak usah membayarkannya.

Jadi konsep asal gotong-royong pun secara konseptual dasarnya adalah juga 
dipraktikkan di luar negeri, walaupun detil-detil yang memotivasi masyarakat 
untuk ikut serta bisa berbeda-beda. DI Indonesia kerekatan sosial adalah sumber 
kekuatan gotong-royong, maka bila kita rasakan bahwa tetangga dan masing-masing 
pekerja semakin mengarah ke masyarakat urban yang lebih individual, maka 
kekuatan gotong-royong menjadi semakin lemah dan tidak bisa lagi diharapkan 
untuk menjadi sumber peningkatan kesejahteraan umum. Tentang bagaimana perilaku 
sosial masyarakat bisa direkatkan kembali, tentu bukan bidang ilmu ekonomi tapi 
lebih merupakan bidang ilmu sosiologi.



 

















  
__
Get more done like never before with Yahoo!7 Mail.
Learn more: http://au.overview.mail.yahoo.com/