Re: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80

2008-05-18 Terurut Topik agung budiyanto
wajar aja pak, benda langka kalau dibutuhin juga harganya  bisa berubah2



- Original Message 
From: "[EMAIL PROTECTED]" <[EMAIL PROTECTED]>
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, May 13, 2008 10:25:36
Subject: RE: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80


Sulit memastikan (atau menghentikan? ) kehendak bandar kalau dia
sekaligus bisa mengontrol volum produksi minyak. 

Strateginya bukan dengan meng-close keuntungan (membuat harga minyak
turun sehingga membuat pemegang forward rugi). Tapi bisa dengan
merancang harga naik terus sehingga bisa menerbitkan kontrak-kontrak
forward lagi dengan harga yang semakin mahal. Untungnya malah berlipat
ganda. 

Dari transaksi forward, dia untung (karena harga masa depan lebih tinggi
dari harga kini,- ya simpen aja tuh minyak di gudang). Dari transaksi
spot dia juga untung (karena harga minyak di pasaran semakin jauh
melampaui biaya produksi yang tidak berubah).

Dan satu yang lucu: kalau dipikir-pikir, demand minyak dunia kan tidak
banyak berubah? Stabil. Lalu kenapa harganya naik terus? :) Coba kita
pikirkan bersama-sama.

Salam,

 Original Message --------
Subject: Re: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80
From: "Amitz Sekali" <[EMAIL PROTECTED] com>
Date: Mon, May 12, 2008 9:08 am
To: AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com

--- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, "Amitz Sekali"
<[EMAIL PROTECTED] ..> wrote:
>
> Sebenarnya tidak masalah loh kalau kontrak forward dikeluarkan oleh si
> produsen minyak, paling tidak dari sisi pembeli non-spekulan. Bagi
> tipe pembeli seperti ini, mereka gak pusing kalau harga spot saat
> forward berlaku itu lebih tinggi atau lebih rendah. Pokoknya mereka
> sudah terjamin mendapatkan minyak sebesar X pada harga X, mereka sudah
> puas karena yang dikejar itu kepastian, bukan untung se-besar2-nya
> (atas minyak).
> 
> Lagipula, dari sisi produsen minyak itu sendiri, yang dikejar kan
> untung keseluruhan, bukan untung di forward contract saja. Pikiran
> produsen minyak terlalu picik kalau mereka sengaja menurunkan harga
> (dengan cara menaikkan produksi) untuk membuat forward yang mereka
> jual tidak berharga. Atau dengan kata lain, pikiran produsen minyak
> terlalu picik kalau mereka sengaja secara khusus membuat "rugi"
> pembeli forward contract dengan mengorbankan total keuntungan (dan
> keuntungan masa depan) dengan cara menjual minyak lebih banyak
> (akibatnya lebih murah). Mungkin sih, tapi rasanya perlu alasan yang
> lebih khusus yang memerlukan teori konspirasi lebih jauh..
> 
> Produsen umumnya menjual forward contract agar barangnya terjamin
> terjual dengan harga yang pantas. Sepintar2-nya produsen mempermainkan
> harga, paling banter yang bisa mereka lakukan (mengasumsikan kondisi
> ideal seperti informasi bebas, dsb) adalah melakukan price
> discrimination, yaitu mengenali konsumen yang rela membayar lebih dan
> mengenakan harga yang lebih tinggi. Kalau saya tidak salah ingat,
> istilahnya adalah memerah "demand surplus".

Setelah saya google, ternyata istilah yang benar adalah "consumer
surplus". Consumer surplus adalah selisih antara harga jual saat itu
dengan harga tertinggi yang rela dibayarkan oleh konsumen. Atau dengan
kata lain, consumer surplus adalah keuntungan yang didapat konsumen
karena harga pasaran saat itu lebih rendah dari harga tertinggi yang
konsumen rela bayar.

Eniwei, setelah saya pikir2 ulang, kelihatannya dinamika jual beli
forward contract itu rumit. Kalau produsen minyak memang sudah punya
rencana untuk menurunkan harga jual (sebagai akibat dari menjual lebih
banyak), penjualan forward contract oleh produsen minyak di satu sisi
membuat produsen bisa men-konsumsi sebagian consumer surplus sebagai
keuntungan tambahan. Tapi di sisi lain, ruang untuk "meng-abuse"
consumer surplus konsumen yang butuh kepastian melalui pembelian
contract, jadi makin kecil karena harga yang rendah sulit dibuat lebih
rendah lagi tanpa mengorbankan total keuntungan.

Produsen minyak bisa saja menurunkan produksi (berakibat kenaikan
harga) agar ruang untuk "meng-abuse" consumer surplus tambah besar
lagi. Tapi minyak yang sudah terlanjur banyak dan murah, menyebabkan
efek penurunan produksi kurang efektif (karena stok tetap lumayan
banyak). Akhirnya mungkin sikap menaikturunkan harga (dengan
menaikturunkan produksi) bisa2 malah merugikan produsen minyak..
Mungkin tergantung elastisitas harga minyak..

Semestinya, pada akhirnya sulit bagi produsen minyak untuk meng-abuse
customer meskipun mereka menjual forward contract. Mestinya.. Mungkin
kalau ada rekan2 yang punya hitung2-an tepatnya, sanggahan, atau
komentar tentang dinamika forward contract, tolong berbagi?

Trims.

Salam,



Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80

2008-05-18 Terurut Topik agung budiyanto
pak malam ini sudah mencapai 126 USD


- Original Message 
From: Amitz Sekali <[EMAIL PROTECTED]>
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Sent: Monday, May 12, 2008 23:08:05
Subject: Re: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80


--- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, "Amitz Sekali"
<[EMAIL PROTECTED] ..> wrote:
>
> Sebenarnya tidak masalah loh kalau kontrak forward dikeluarkan oleh si
> produsen minyak, paling tidak dari sisi pembeli non-spekulan. Bagi
> tipe pembeli seperti ini, mereka gak pusing kalau harga spot saat
> forward berlaku itu lebih tinggi atau lebih rendah. Pokoknya mereka
> sudah terjamin mendapatkan minyak sebesar X pada harga X, mereka sudah
> puas karena yang dikejar itu kepastian, bukan untung se-besar2-nya
> (atas minyak).
> 
> Lagipula, dari sisi produsen minyak itu sendiri, yang dikejar kan
> untung keseluruhan, bukan untung di forward contract saja. Pikiran
> produsen minyak terlalu picik kalau mereka sengaja menurunkan harga
> (dengan cara menaikkan produksi) untuk membuat forward yang mereka
> jual tidak berharga. Atau dengan kata lain, pikiran produsen minyak
> terlalu picik kalau mereka sengaja secara khusus membuat "rugi"
> pembeli forward contract dengan mengorbankan total keuntungan (dan
> keuntungan masa depan) dengan cara menjual minyak lebih banyak
> (akibatnya lebih murah). Mungkin sih, tapi rasanya perlu alasan yang
> lebih khusus yang memerlukan teori konspirasi lebih jauh..
> 
> Produsen umumnya menjual forward contract agar barangnya terjamin
> terjual dengan harga yang pantas. Sepintar2-nya produsen mempermainkan
> harga, paling banter yang bisa mereka lakukan (mengasumsikan kondisi
> ideal seperti informasi bebas, dsb) adalah melakukan price
> discrimination, yaitu mengenali konsumen yang rela membayar lebih dan
> mengenakan harga yang lebih tinggi. Kalau saya tidak salah ingat,
> istilahnya adalah memerah "demand surplus".

Setelah saya google, ternyata istilah yang benar adalah "consumer
surplus". Consumer surplus adalah selisih antara harga jual saat itu
dengan harga tertinggi yang rela dibayarkan oleh konsumen. Atau dengan
kata lain, consumer surplus adalah keuntungan yang didapat konsumen
karena harga pasaran saat itu lebih rendah dari harga tertinggi yang
konsumen rela bayar.

Eniwei, setelah saya pikir2 ulang, kelihatannya dinamika jual beli
forward contract itu rumit. Kalau produsen minyak memang sudah punya
rencana untuk menurunkan harga jual (sebagai akibat dari menjual lebih
banyak), penjualan forward contract oleh produsen minyak di satu sisi
membuat produsen bisa men-konsumsi sebagian consumer surplus sebagai
keuntungan tambahan. Tapi di sisi lain, ruang untuk "meng-abuse"
consumer surplus konsumen yang butuh kepastian melalui pembelian
contract, jadi makin kecil karena harga yang rendah sulit dibuat lebih
rendah lagi tanpa mengorbankan total keuntungan.

Produsen minyak bisa saja menurunkan produksi (berakibat kenaikan
harga) agar ruang untuk "meng-abuse" consumer surplus tambah besar
lagi. Tapi minyak yang sudah terlanjur banyak dan murah, menyebabkan
efek penurunan produksi kurang efektif (karena stok tetap lumayan
banyak). Akhirnya mungkin sikap menaikturunkan harga (dengan
menaikturunkan produksi) bisa2 malah merugikan produsen minyak..
Mungkin tergantung elastisitas harga minyak..

Semestinya, pada akhirnya sulit bagi produsen minyak untuk meng-abuse
customer meskipun mereka menjual forward contract. Mestinya.. Mungkin
kalau ada rekan2 yang punya hitung2-an tepatnya, sanggahan, atau
komentar tentang dinamika forward contract, tolong berbagi?

Trims.

Salam,



Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



Balasan: Re: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80

2008-05-18 Terurut Topik Jerry Matanari
Benar :) Minyak jadi seleb. Ampun minah, hehehe


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, jeffrey sandra 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> Minyak... minyak... minyak, wah bener-bener jadi seleb yang 
namanya minyak sekarang nih ya. Both minyak goreng n minyak BBM. 
Cuma mereka beda segmen. Kalo minyak goreng perhatian yang dominan 
dari ibu2 rumah tangga (pasar tradisional), laen lagi BBM (minyak 
mentah) yang lebih jadi perhatian capital market (walau bentar lagi 
akan berimbas juga ke pasar tradisional ya... kalo jadi naek "minggu 
depan").
> 
> Tadi pagi kabarnya hit US$ 128 pbr boss... Yang ane baca sih, ini 
emang kelakuan spekulan, yang secara ngga langsung ikut ngendali'in 
aliran "bahan asep kenalpot" itu. Ada juga yang menjelaskan dengan 
pendekatan politik middle east yang sengaja nahan minyaknya, dengan 
berbagai modus operandi. BUT well, God knows lah yee... what's gonna 
be...
> 
> Yang menerik emang perdiksi Lemhan Bro' itu ya. Yang bilang kalo 
harga minyak bisa "drop" ke kisaran US$ 80. Kalo menurut saya 
pribadi itu SANGAT MUNGKIN  terjadi kaleee ye, syaratnya kalo Jim 
Carey jadi persident of USA :). Maksud saya berat deh kayaknye, kalo 
ngeliat tren belakangan. (pesimistic ye gue).
> 
> Salam
> 
> Jeffrey
> 
> Amitz Sekali <[EMAIL PROTECTED]> wrote: ---
 In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, jerry.matanari@ wrote:
>  >
>  > Ya seperti yang Bapak katakan, waktulah yang bisa membuktikan..
>  >  
>  > Sempat tersentil ide di pikiran saya :  Apa yang akan terjadi 
bila
>  > kontrak forward dibandari oleh produsen minyak? Artinya 
produsen minyak
>  > berperan ganda: berperan sebagai bandar forward, sekaligus yang
>  > mengendalikan produksi minyak..
>  >  
>  > Hehe.. who's the speculant, who's the investor, and who's the 
analyst?
>  > Tak lupa pertanyaan: who's the boss here? :)
>  >  
>  > Peace,
>  
>  Sebenarnya tidak masalah loh kalau kontrak forward dikeluarkan 
oleh si
>  produsen minyak, paling tidak dari sisi pembeli non-spekulan. Bagi
>  tipe pembeli seperti ini, mereka gak pusing kalau harga spot saat
>  forward berlaku itu lebih tinggi atau lebih rendah. Pokoknya 
mereka
>  sudah terjamin mendapatkan minyak sebesar X pada harga X, mereka 
sudah
>  puas karena yang dikejar itu kepastian, bukan untung se-besar2-nya
>  (atas minyak).
>  
>  Lagipula, dari sisi produsen minyak itu sendiri, yang dikejar kan
>  untung keseluruhan, bukan untung di forward contract saja. Pikiran
>  produsen minyak terlalu picik kalau mereka sengaja menurunkan 
harga
>  (dengan cara menaikkan produksi) untuk membuat forward yang mereka
>  jual tidak berharga. Atau dengan kata lain, pikiran produsen 
minyak
>  terlalu picik kalau mereka sengaja secara khusus membuat "rugi"
>  pembeli forward contract dengan mengorbankan total keuntungan (dan
>  keuntungan masa depan) dengan cara menjual minyak lebih banyak
>  (akibatnya lebih murah). Mungkin sih, tapi rasanya perlu alasan 
yang
>  lebih khusus yang memerlukan teori konspirasi lebih jauh..
>  
>  Produsen umumnya menjual forward contract agar barangnya terjamin
>  terjual dengan harga yang pantas. Sepintar2-nya produsen 
mempermainkan
>  harga, paling banter yang bisa mereka lakukan (mengasumsikan 
kondisi
>  ideal seperti informasi bebas, dsb) adalah melakukan price
>  discrimination, yaitu mengenali konsumen yang rela membayar lebih 
dan
>  mengenakan harga yang lebih tinggi. Kalau saya tidak salah ingat,
>  istilahnya adalah memerah "demand surplus".
>  
>  >  Original Message 
>  > Subject: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 
80
>  > From: Heri Setiono 
>  > Date: Sun, May 11, 2008 5:18 am
>  > To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
>  > 
>  > 
>  > Minggu, 11/05/2008 15:30 WIB
>  > Harga Minyak Bisa di US$ 80
>  > Dadan Kuswaraharja - detikFinance
>  > 
>  
>  > Arab Saudi juga diperkirakan akan menaikkan produksinya setelah 
pesta
>  > pemilihan presiden di AS selesai. Jika Arab Saudi membuka keran 
minyak,
>  > dalam kata lain, harga minyak akan turun. "Suka ada sejarahnya 
dalam
>  > peningkatan produksi. Produksi minyak selalu meningkat beberapa 
bulan
>  > setelah pemilihan presiden AS," ujar Crandell.
>  > ( ddn / ddn )
>  
>  Hubungan yang menarik dan mengundang teori konspirasi :-)
>  
>  Yang sekarang ini menarik bagi saya adalah pernyataan SBY tentang
>  keluarnya Indonesia dari OPEC. Saya melihatnya sebagai teknik dia 
agar
>  Indonesia punya pilihan tambahan dalam mengeruk keuntungan atau
>  memotong kerugian perubahan harga minyak, salah satunya karena 
OPEC
>  membatasi produksi minyak anggotanya.
>  
>  
>  
>
> 
>
> -
> Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di 
Yahoo! Answers
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




RE: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80

2008-05-14 Terurut Topik jerry . matanari
Terimakasih atas komentar Bapak.
Komentar saya cukup mengulangi point disclaimer yang sudah tertulis di
email sebelumnya:

"
 : Think out of the box. Skenario yang saya kemukakan di atas
bisa terjadi kalau kondisinya relevan. Kalau kondisinya berubah,
strategi pun berubah

 
Salam :)


 Original Message 
Subject: Re: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80
From: "Amitz Sekali" <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Tue, May 13, 2008 11:05 pm
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

> Yah, tidak apa-apa Pak. Biar saya jelaskan yang saya maksud.
> Harga sekarang $ 126/bbl. Harga masa depan $ 134/bbl. Biaya penyimpanan
> $ 4/bbl.
> Dengan menimbun minyak, pemilik/bandar tinggal ongkang-ongkang kaki bisa
> dapet duit gratis $4/bbl. Betul?

Betul, tapi keuntungan itu bisa didapat tanpa perlu menerbitkan
forward contract kan?

> Bagaimana caranya produsen minyak bisa beruntung? Kalau memang harga
> naik ya produsen minyak untung, tapi bukan karena forward contract
> tersebut.
> 
> 
> Dengan menahan minyak, harga jadi naik. Mungkin nanti malah jadi >
> $134/bbl. Dan kalau didukung oleh kondisi: misalnya ada shock atau
> serangan teroris ke pipeline minyak. Ekspektasi pasar naik lagi. Minyak
> ditahan lagi. Lalu forward yang dijual laku diterbitkan pada excercise
> price yg lebih tinggi lagi. Dan begitu seterusnya.

Jadi dengan kata lain, produsen minyak bisa menjual forward contract
yang harga contractnya tinggi sekali, karena konsumen takut harga
minyak akan naik luar biasa tinggi.

Itu intinya kan produsen minyak men-konsumsi "consumer surplus", di
mana produsen dengan forward contractnya bisa mengenali konsumen yang
rela membeli harga yang lebih tinggi (paling tidak demi sebuah
kepastian harga).

Tapi saya tidak bisa melihat bagaimana skema ini bisa berulang-ulang
terjadi menjadi "Dan begitu seterusnya". Skema ini cuma terjadi kalau
ada event besar, itupun tidak bisa berulang-ulang. Itu kan sama
seperti taktik dagang di mana dikatakan karena ada event besar, harga
akan naik tinggi sehingga konsumen diajak membeli sebanyak-banyaknya.
Kalau satu dua event besar terbukti tidak mengakibatkan kenaikan
harga, ya konsumen tidak akan tertipu lagi.

Jadi kesimpulannya, produsen minyak yang sekaligus menjual forward
contract, bukanlah kombinasi mengerikan yang bisa mengerjai konsumen
seenaknya.

> Kalau dari sudut teknik/strategi derivatif, Bapak mungkin pernah
> mendengar ada teknik-teknik yang disebut strategi rolling, averaging,
> dst. Apa yang saya kemukakan ini mirip dengan strategi averaging atau
> domino berantai.
> 
> 
> Kalau dari apa yang saya baca selama ini, demand dari Cina meningkat..
> 
> Mm..Bukankah sejak dua-tiga tahun yang lalu juga sudah meningkat ya Pak?
> Sekarang saya tanya,
> tahun berapa sih sebenarnya tingkat pertumbuhan ekonomi Cina yang
> tertinggi sepuluh tahun terakhir? Tahun ini? Bukan.

Kan intinya permintaan meningkat, tidak peduli meningkatnya berapa
pesat..

> Salam :)
> 
Salam,






Re: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80

2008-05-13 Terurut Topik Amitz Sekali
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

> Yah, tidak apa-apa Pak. Biar saya jelaskan yang saya maksud.
> Harga sekarang $ 126/bbl. Harga masa depan $ 134/bbl. Biaya penyimpanan
> $ 4/bbl.
> Dengan menimbun minyak, pemilik/bandar tinggal ongkang-ongkang kaki bisa
> dapet duit gratis $4/bbl. Betul?

Betul, tapi keuntungan itu bisa didapat tanpa perlu menerbitkan
forward contract kan?

> Bagaimana caranya produsen minyak bisa beruntung? Kalau memang harga
> naik ya produsen minyak untung, tapi bukan karena forward contract
> tersebut.
> 
> 
> Dengan menahan minyak, harga jadi naik. Mungkin nanti malah jadi >
> $134/bbl. Dan kalau didukung oleh kondisi: misalnya ada shock atau
> serangan teroris ke pipeline minyak. Ekspektasi pasar naik lagi. Minyak
> ditahan lagi. Lalu forward yang dijual laku diterbitkan pada excercise
> price yg lebih tinggi lagi. Dan begitu seterusnya.

Jadi dengan kata lain, produsen minyak bisa menjual forward contract
yang harga contractnya tinggi sekali, karena konsumen takut harga
minyak akan naik luar biasa tinggi.

Itu intinya kan produsen minyak men-konsumsi "consumer surplus", di
mana produsen dengan forward contractnya bisa mengenali konsumen yang
rela membeli harga yang lebih tinggi (paling tidak demi sebuah
kepastian harga).

Tapi saya tidak bisa melihat bagaimana skema ini bisa berulang-ulang
terjadi menjadi "Dan begitu seterusnya". Skema ini cuma terjadi kalau
ada event besar, itupun tidak bisa berulang-ulang. Itu kan sama
seperti taktik dagang di mana dikatakan karena ada event besar, harga
akan naik tinggi sehingga konsumen diajak membeli sebanyak-banyaknya.
Kalau satu dua event besar terbukti tidak mengakibatkan kenaikan
harga, ya konsumen tidak akan tertipu lagi.

Jadi kesimpulannya, produsen minyak yang sekaligus menjual forward
contract, bukanlah kombinasi mengerikan yang bisa mengerjai konsumen
seenaknya.

> Kalau dari sudut teknik/strategi derivatif, Bapak mungkin pernah
> mendengar ada teknik-teknik yang disebut strategi rolling, averaging,
> dst. Apa yang saya kemukakan ini mirip dengan strategi averaging atau
> domino berantai.
> 
> 
> Kalau dari apa yang saya baca selama ini, demand dari Cina meningkat..
> 
> Mm..Bukankah sejak dua-tiga tahun yang lalu juga sudah meningkat ya Pak?
> Sekarang saya tanya,
> tahun berapa sih sebenarnya tingkat pertumbuhan ekonomi Cina yang
> tertinggi sepuluh tahun terakhir? Tahun ini? Bukan.

Kan intinya permintaan meningkat, tidak peduli meningkatnya berapa pesat..

> Salam :)
> 
Salam,




RE: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80

2008-05-13 Terurut Topik Wawan Taufiq Nasich

Saya cuma komentari bagian ini : 

--- [EMAIL PROTECTED] wrote:

> Dan satu yang lucu: kalau dipikir-pikir, demand
> minyak dunia kan tidak
> banyak berubah? Stabil. Lalu kenapa harganya naik
> terus? :) Coba kita
> pikirkan bersama-sama.
> 
> 
> Salam,

Ngga usah capek2 mikir deh ...

Demmand memang cenderung stabil tapi SUPPLY kan
terbatas.

Kalau kata guru ekonomi SMA saya dulu mah katanya ada
yg di sebut SUMBER TERBAHARUKAN dan TIDAK
TERBAHARUKAN.

Hehehe -- tapi SMA saya di desa sih, di kota mungkin
lain pelajarannya.

Its mostly about SUPPLY CONSTRAINTS. 

Kalau kita menggali EMAS, dari jaman PURBA sampai
sekarang, BARANG nya mungkin masih ada. Karena kita
kan tidak makan EMAS.

Tapi kalau MINYAK, ya langsung ANGUS jadi ASEP.

Kecuali ada bahan SUBSTITUSI lain atau TEKNOLOGI baru
yang memungkinkan penggunakan energy alternative.




  

Be a better friend, newshound, and 
know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.  
http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ


Balasan: Re: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80

2008-05-13 Terurut Topik jeffrey sandra

Minyak... minyak... minyak, wah bener-bener jadi seleb yang namanya minyak 
sekarang nih ya. Both minyak goreng n minyak BBM. Cuma mereka beda segmen. Kalo 
minyak goreng perhatian yang dominan dari ibu2 rumah tangga (pasar 
tradisional), laen lagi BBM (minyak mentah) yang lebih jadi perhatian capital 
market (walau bentar lagi akan berimbas juga ke pasar tradisional ya... kalo 
jadi naek "minggu depan").

Tadi pagi kabarnya hit US$ 128 pbr boss... Yang ane baca sih, ini emang 
kelakuan spekulan, yang secara ngga langsung ikut ngendali'in aliran "bahan 
asep kenalpot" itu. Ada juga yang menjelaskan dengan pendekatan politik middle 
east yang sengaja nahan minyaknya, dengan berbagai modus operandi. BUT well, 
God knows lah yee... what's gonna be...

Yang menerik emang perdiksi Lemhan Bro' itu ya. Yang bilang kalo harga minyak 
bisa "drop" ke kisaran US$ 80. Kalo menurut saya pribadi itu SANGAT MUNGKIN  
terjadi kaleee ye, syaratnya kalo Jim Carey jadi persident of USA :). Maksud 
saya berat deh kayaknye, kalo ngeliat tren belakangan. (pesimistic ye gue).

Salam

Jeffrey

Amitz Sekali <[EMAIL PROTECTED]> wrote: --- In 
AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
 >
 > Ya seperti yang Bapak katakan, waktulah yang bisa membuktikan..
 >  
 > Sempat tersentil ide di pikiran saya :  Apa yang akan terjadi bila
 > kontrak forward dibandari oleh produsen minyak? Artinya produsen minyak
 > berperan ganda: berperan sebagai bandar forward, sekaligus yang
 > mengendalikan produksi minyak..
 >  
 > Hehe.. who's the speculant, who's the investor, and who's the analyst?
 > Tak lupa pertanyaan: who's the boss here? :)
 >  
 > Peace,
 
 Sebenarnya tidak masalah loh kalau kontrak forward dikeluarkan oleh si
 produsen minyak, paling tidak dari sisi pembeli non-spekulan. Bagi
 tipe pembeli seperti ini, mereka gak pusing kalau harga spot saat
 forward berlaku itu lebih tinggi atau lebih rendah. Pokoknya mereka
 sudah terjamin mendapatkan minyak sebesar X pada harga X, mereka sudah
 puas karena yang dikejar itu kepastian, bukan untung se-besar2-nya
 (atas minyak).
 
 Lagipula, dari sisi produsen minyak itu sendiri, yang dikejar kan
 untung keseluruhan, bukan untung di forward contract saja. Pikiran
 produsen minyak terlalu picik kalau mereka sengaja menurunkan harga
 (dengan cara menaikkan produksi) untuk membuat forward yang mereka
 jual tidak berharga. Atau dengan kata lain, pikiran produsen minyak
 terlalu picik kalau mereka sengaja secara khusus membuat "rugi"
 pembeli forward contract dengan mengorbankan total keuntungan (dan
 keuntungan masa depan) dengan cara menjual minyak lebih banyak
 (akibatnya lebih murah). Mungkin sih, tapi rasanya perlu alasan yang
 lebih khusus yang memerlukan teori konspirasi lebih jauh..
 
 Produsen umumnya menjual forward contract agar barangnya terjamin
 terjual dengan harga yang pantas. Sepintar2-nya produsen mempermainkan
 harga, paling banter yang bisa mereka lakukan (mengasumsikan kondisi
 ideal seperti informasi bebas, dsb) adalah melakukan price
 discrimination, yaitu mengenali konsumen yang rela membayar lebih dan
 mengenakan harga yang lebih tinggi. Kalau saya tidak salah ingat,
 istilahnya adalah memerah "demand surplus".
 
 >  Original Message 
 > Subject: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80
 > From: Heri Setiono <[EMAIL PROTECTED]>
 > Date: Sun, May 11, 2008 5:18 am
 > To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 > 
 > 
 > Minggu, 11/05/2008 15:30 WIB
 > Harga Minyak Bisa di US$ 80
 > Dadan Kuswaraharja - detikFinance
 > 
 
 > Arab Saudi juga diperkirakan akan menaikkan produksinya setelah pesta
 > pemilihan presiden di AS selesai. Jika Arab Saudi membuka keran minyak,
 > dalam kata lain, harga minyak akan turun. "Suka ada sejarahnya dalam
 > peningkatan produksi. Produksi minyak selalu meningkat beberapa bulan
 > setelah pemilihan presiden AS," ujar Crandell.
 > ( ddn / ddn )
 
 Hubungan yang menarik dan mengundang teori konspirasi :-)
 
 Yang sekarang ini menarik bagi saya adalah pernyataan SBY tentang
 keluarnya Indonesia dari OPEC. Saya melihatnya sebagai teknik dia agar
 Indonesia punya pilihan tambahan dalam mengeruk keuntungan atau
 memotong kerugian perubahan harga minyak, salah satunya karena OPEC
 membatasi produksi minyak anggotanya.
 
 
 
   

   
-
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! 
Answers

[Non-text portions of this message have been removed]



RE: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80

2008-05-13 Terurut Topik jerry . matanari
Saya juga sebenarnya bingung maksudnya Pak Jerry itu bagaimana
sehingga produsen minyak yang merangkap penerbit forward contract bisa
meraup keuntungan khusus.

Kalau dari awal bisa merancang harga naik terus, kenapa repot2
menerbitkan kontrak. Kan malah rugi menerbitkan kontrak kalau harga
naik terus (dengan asumsi naiknya tidak terprediksi pembeli), sebab
harga spot di masa depan akan lebih tinggi daripada harga contract,
yang berarti si produsen terpaksa menjual minyaknya sesuai harga
contract yang saat itu di bawah harga spot. Kalaupun naiknya
terprediksi, berarti harga forward contract akan sama dengan harga
spot masa depan, yang artinya forward contract yang dijual itu tidak
menghasilkan apa2.
-
Yah, tidak apa-apa Pak. Biar saya jelaskan yang saya maksud.
Harga sekarang $ 126/bbl. Harga masa depan $ 134/bbl. Biaya penyimpanan
$ 4/bbl.
Dengan menimbun minyak, pemilik/bandar tinggal ongkang-ongkang kaki bisa
dapet duit gratis $4/bbl. Betul?



Bagaimana caranya produsen minyak bisa beruntung? Kalau memang harga
naik ya produsen minyak untung, tapi bukan karena forward contract
tersebut.


Dengan menahan minyak, harga jadi naik. Mungkin nanti malah jadi >
$134/bbl. Dan kalau didukung oleh kondisi: misalnya ada shock atau
serangan teroris ke pipeline minyak. Ekspektasi pasar naik lagi. Minyak
ditahan lagi. Lalu forward yang dijual laku diterbitkan pada excercise
price yg lebih tinggi lagi. Dan begitu seterusnya.

Kalau dari sudut teknik/strategi derivatif, Bapak mungkin pernah
mendengar ada teknik-teknik yang disebut strategi rolling, averaging,
dst. Apa yang saya kemukakan ini mirip dengan strategi averaging atau
domino berantai.


Kalau dari apa yang saya baca selama ini, demand dari Cina meningkat..

Mm..Bukankah sejak dua-tiga tahun yang lalu juga sudah meningkat ya Pak?
Sekarang saya tanya,
tahun berapa sih sebenarnya tingkat pertumbuhan ekonomi Cina yang
tertinggi sepuluh tahun terakhir? Tahun ini? Bukan.

Salam :)

Disclaimer: Think out of the box. Skenario yang saya kemukakan di atas
bisa terjadi kalau kondisinya relevan. Kalau kondisinya berubah,
strategi pun berubah.





Re: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80

2008-05-13 Terurut Topik Amitz Sekali
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
>
> Sulit memastikan (atau menghentikan?) kehendak bandar kalau dia
> sekaligus bisa mengontrol volum produksi minyak. 
> 
> Strateginya bukan dengan meng-close keuntungan (membuat harga minyak
> turun sehingga membuat pemegang forward rugi). Tapi bisa dengan
> merancang harga naik terus sehingga bisa menerbitkan kontrak-kontrak
> forward lagi dengan harga yang semakin mahal. Untungnya malah berlipat
> ganda. 

Saya juga sebenarnya bingung maksudnya Pak Jerry itu bagaimana
sehingga produsen minyak yang merangkap penerbit forward contract bisa
meraup keuntungan khusus.

Kalau dari awal bisa merancang harga naik terus, kenapa repot2
menerbitkan kontrak. Kan malah rugi menerbitkan kontrak kalau harga
naik terus (dengan asumsi naiknya tidak terprediksi pembeli), sebab
harga spot di masa depan akan lebih tinggi daripada harga contract,
yang berarti si produsen terpaksa menjual minyaknya sesuai harga
contract yang saat itu di bawah harga spot. Kalaupun naiknya
terprediksi, berarti harga forward contract akan sama dengan harga
spot masa depan, yang artinya forward contract yang dijual itu tidak
menghasilkan apa2.

> Dari transaksi forward, dia untung (karena harga masa depan lebih tinggi
> dari harga kini,- ya simpen aja tuh minyak di gudang). Dari transaksi
> spot dia juga untung (karena harga minyak di pasaran semakin jauh
> melampaui biaya produksi yang tidak berubah).

Bagaimana caranya produsen minyak bisa beruntung? Kalau memang harga
naik ya produsen minyak untung, tapi bukan karena forward contract
tersebut.

> Dan satu yang lucu: kalau dipikir-pikir, demand minyak dunia kan tidak
> banyak berubah? Stabil. Lalu kenapa harganya naik terus? :) Coba kita
> pikirkan bersama-sama.

Kalau dari apa yang saya baca selama ini, demand dari Cina meningkat..

Salam,



RE: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80

2008-05-12 Terurut Topik jerry . matanari
Sulit memastikan (atau menghentikan?) kehendak bandar kalau dia
sekaligus bisa mengontrol volum produksi minyak. 

Strateginya bukan dengan meng-close keuntungan (membuat harga minyak
turun sehingga membuat pemegang forward rugi). Tapi bisa dengan
merancang harga naik terus sehingga bisa menerbitkan kontrak-kontrak
forward lagi dengan harga yang semakin mahal. Untungnya malah berlipat
ganda. 

Dari transaksi forward, dia untung (karena harga masa depan lebih tinggi
dari harga kini,- ya simpen aja tuh minyak di gudang). Dari transaksi
spot dia juga untung (karena harga minyak di pasaran semakin jauh
melampaui biaya produksi yang tidak berubah).
 
Dan satu yang lucu: kalau dipikir-pikir, demand minyak dunia kan tidak
banyak berubah? Stabil. Lalu kenapa harganya naik terus? :) Coba kita
pikirkan bersama-sama.


Salam,


 Original Message 
Subject: Re: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80
From: "Amitz Sekali" <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Mon, May 12, 2008 9:08 am
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Amitz Sekali"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Sebenarnya tidak masalah loh kalau kontrak forward dikeluarkan oleh si
> produsen minyak, paling tidak dari sisi pembeli non-spekulan. Bagi
> tipe pembeli seperti ini, mereka gak pusing kalau harga spot saat
> forward berlaku itu lebih tinggi atau lebih rendah. Pokoknya mereka
> sudah terjamin mendapatkan minyak sebesar X pada harga X, mereka sudah
> puas karena yang dikejar itu kepastian, bukan untung se-besar2-nya
> (atas minyak).
> 
> Lagipula, dari sisi produsen minyak itu sendiri, yang dikejar kan
> untung keseluruhan, bukan untung di forward contract saja. Pikiran
> produsen minyak terlalu picik kalau mereka sengaja menurunkan harga
> (dengan cara menaikkan produksi) untuk membuat forward yang mereka
> jual tidak berharga. Atau dengan kata lain, pikiran produsen minyak
> terlalu picik kalau mereka sengaja secara khusus membuat "rugi"
> pembeli forward contract dengan mengorbankan total keuntungan (dan
> keuntungan masa depan) dengan cara menjual minyak lebih banyak
> (akibatnya lebih murah). Mungkin sih, tapi rasanya perlu alasan yang
> lebih khusus yang memerlukan teori konspirasi lebih jauh..
> 
> Produsen umumnya menjual forward contract agar barangnya terjamin
> terjual dengan harga yang pantas. Sepintar2-nya produsen mempermainkan
> harga, paling banter yang bisa mereka lakukan (mengasumsikan kondisi
> ideal seperti informasi bebas, dsb) adalah melakukan price
> discrimination, yaitu mengenali konsumen yang rela membayar lebih dan
> mengenakan harga yang lebih tinggi. Kalau saya tidak salah ingat,
> istilahnya adalah memerah "demand surplus".

Setelah saya google, ternyata istilah yang benar adalah "consumer
surplus". Consumer surplus adalah selisih antara harga jual saat itu
dengan harga tertinggi yang rela dibayarkan oleh konsumen. Atau dengan
kata lain, consumer surplus adalah keuntungan yang didapat konsumen
karena harga pasaran saat itu lebih rendah dari harga tertinggi yang
konsumen rela bayar.

Eniwei, setelah saya pikir2 ulang, kelihatannya dinamika jual beli
forward contract itu rumit. Kalau produsen minyak memang sudah punya
rencana untuk menurunkan harga jual (sebagai akibat dari menjual lebih
banyak), penjualan forward contract oleh produsen minyak di satu sisi
membuat produsen bisa men-konsumsi sebagian consumer surplus sebagai
keuntungan tambahan. Tapi di sisi lain, ruang untuk "meng-abuse"
consumer surplus konsumen yang butuh kepastian melalui pembelian
contract, jadi makin kecil karena harga yang rendah sulit dibuat lebih
rendah lagi tanpa mengorbankan total keuntungan.

Produsen minyak bisa saja menurunkan produksi (berakibat kenaikan
harga) agar ruang untuk "meng-abuse" consumer surplus tambah besar
lagi. Tapi minyak yang sudah terlanjur banyak dan murah, menyebabkan
efek penurunan produksi kurang efektif (karena stok tetap lumayan
banyak). Akhirnya mungkin sikap menaikturunkan harga (dengan
menaikturunkan produksi) bisa2 malah merugikan produsen minyak..
Mungkin tergantung elastisitas harga minyak..

Semestinya, pada akhirnya sulit bagi produsen minyak untuk meng-abuse
customer meskipun mereka menjual forward contract. Mestinya.. Mungkin
kalau ada rekan2 yang punya hitung2-an tepatnya, sanggahan, atau
komentar tentang dinamika forward contract, tolong berbagi?

Trims.

Salam,


 



Re: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80

2008-05-12 Terurut Topik Amitz Sekali
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "Amitz Sekali"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Sebenarnya tidak masalah loh kalau kontrak forward dikeluarkan oleh si
> produsen minyak, paling tidak dari sisi pembeli non-spekulan. Bagi
> tipe pembeli seperti ini, mereka gak pusing kalau harga spot saat
> forward berlaku itu lebih tinggi atau lebih rendah. Pokoknya mereka
> sudah terjamin mendapatkan minyak sebesar X pada harga X, mereka sudah
> puas karena yang dikejar itu kepastian, bukan untung se-besar2-nya
> (atas minyak).
> 
> Lagipula, dari sisi produsen minyak itu sendiri, yang dikejar kan
> untung keseluruhan, bukan untung di forward contract saja. Pikiran
> produsen minyak terlalu picik kalau mereka sengaja menurunkan harga
> (dengan cara menaikkan produksi) untuk membuat forward yang mereka
> jual tidak berharga. Atau dengan kata lain, pikiran produsen minyak
> terlalu picik kalau mereka sengaja secara khusus membuat "rugi"
> pembeli forward contract dengan mengorbankan total keuntungan (dan
> keuntungan masa depan) dengan cara menjual minyak lebih banyak
> (akibatnya lebih murah). Mungkin sih, tapi rasanya perlu alasan yang
> lebih khusus yang memerlukan teori konspirasi lebih jauh..
> 
> Produsen umumnya menjual forward contract agar barangnya terjamin
> terjual dengan harga yang pantas. Sepintar2-nya produsen mempermainkan
> harga, paling banter yang bisa mereka lakukan (mengasumsikan kondisi
> ideal seperti informasi bebas, dsb) adalah melakukan price
> discrimination, yaitu mengenali konsumen yang rela membayar lebih dan
> mengenakan harga yang lebih tinggi. Kalau saya tidak salah ingat,
> istilahnya adalah memerah "demand surplus".

Setelah saya google, ternyata istilah yang benar adalah "consumer
surplus". Consumer surplus adalah selisih antara harga jual saat itu
dengan harga tertinggi yang rela dibayarkan oleh konsumen. Atau dengan
kata lain, consumer surplus adalah keuntungan yang didapat konsumen
karena harga pasaran saat itu lebih rendah dari harga tertinggi yang
konsumen rela bayar.

Eniwei, setelah saya pikir2 ulang, kelihatannya dinamika jual beli
forward contract itu rumit. Kalau produsen minyak memang sudah punya
rencana untuk menurunkan harga jual (sebagai akibat dari menjual lebih
banyak), penjualan forward contract oleh produsen minyak di satu sisi
membuat produsen bisa men-konsumsi sebagian consumer surplus sebagai
keuntungan tambahan. Tapi di sisi lain, ruang untuk "meng-abuse"
consumer surplus konsumen yang butuh kepastian melalui pembelian
contract, jadi makin kecil karena harga yang rendah sulit dibuat lebih
rendah lagi tanpa mengorbankan total keuntungan.

Produsen minyak bisa saja menurunkan produksi (berakibat kenaikan
harga) agar ruang untuk "meng-abuse" consumer surplus tambah besar
lagi. Tapi minyak yang sudah terlanjur banyak dan murah, menyebabkan
efek penurunan produksi kurang efektif (karena stok tetap lumayan
banyak). Akhirnya mungkin sikap menaikturunkan harga (dengan
menaikturunkan produksi) bisa2 malah merugikan produsen minyak..
Mungkin tergantung elastisitas harga minyak..

Semestinya, pada akhirnya sulit bagi produsen minyak untuk meng-abuse
customer meskipun mereka menjual forward contract. Mestinya.. Mungkin
kalau ada rekan2 yang punya hitung2-an tepatnya, sanggahan, atau
komentar tentang dinamika forward contract, tolong berbagi?

Trims.

Salam,



Re: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80

2008-05-11 Terurut Topik Amitz Sekali
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
>
> Ya seperti yang Bapak katakan, waktulah yang bisa membuktikan..
>  
> Sempat tersentil ide di pikiran saya :  Apa yang akan terjadi bila
> kontrak forward dibandari oleh produsen minyak? Artinya produsen minyak
> berperan ganda: berperan sebagai bandar forward, sekaligus yang
> mengendalikan produksi minyak..
>  
> Hehe.. who's the speculant, who's the investor, and who's the analyst?
> Tak lupa pertanyaan: who's the boss here? :)
>  
> Peace,

Sebenarnya tidak masalah loh kalau kontrak forward dikeluarkan oleh si
produsen minyak, paling tidak dari sisi pembeli non-spekulan. Bagi
tipe pembeli seperti ini, mereka gak pusing kalau harga spot saat
forward berlaku itu lebih tinggi atau lebih rendah. Pokoknya mereka
sudah terjamin mendapatkan minyak sebesar X pada harga X, mereka sudah
puas karena yang dikejar itu kepastian, bukan untung se-besar2-nya
(atas minyak).

Lagipula, dari sisi produsen minyak itu sendiri, yang dikejar kan
untung keseluruhan, bukan untung di forward contract saja. Pikiran
produsen minyak terlalu picik kalau mereka sengaja menurunkan harga
(dengan cara menaikkan produksi) untuk membuat forward yang mereka
jual tidak berharga. Atau dengan kata lain, pikiran produsen minyak
terlalu picik kalau mereka sengaja secara khusus membuat "rugi"
pembeli forward contract dengan mengorbankan total keuntungan (dan
keuntungan masa depan) dengan cara menjual minyak lebih banyak
(akibatnya lebih murah). Mungkin sih, tapi rasanya perlu alasan yang
lebih khusus yang memerlukan teori konspirasi lebih jauh..

Produsen umumnya menjual forward contract agar barangnya terjamin
terjual dengan harga yang pantas. Sepintar2-nya produsen mempermainkan
harga, paling banter yang bisa mereka lakukan (mengasumsikan kondisi
ideal seperti informasi bebas, dsb) adalah melakukan price
discrimination, yaitu mengenali konsumen yang rela membayar lebih dan
mengenakan harga yang lebih tinggi. Kalau saya tidak salah ingat,
istilahnya adalah memerah "demand surplus".

>  Original Message 
> Subject: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80
> From: Heri Setiono <[EMAIL PROTECTED]>
> Date: Sun, May 11, 2008 5:18 am
> To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> 
> 
> Minggu, 11/05/2008 15:30 WIB
> Harga Minyak Bisa di US$ 80
> Dadan Kuswaraharja - detikFinance
> 

> Arab Saudi juga diperkirakan akan menaikkan produksinya setelah pesta
> pemilihan presiden di AS selesai. Jika Arab Saudi membuka keran minyak,
> dalam kata lain, harga minyak akan turun. "Suka ada sejarahnya dalam
> peningkatan produksi. Produksi minyak selalu meningkat beberapa bulan
> setelah pemilihan presiden AS," ujar Crandell.
> ( ddn / ddn )

Hubungan yang menarik dan mengundang teori konspirasi :-)

Yang sekarang ini menarik bagi saya adalah pernyataan SBY tentang
keluarnya Indonesia dari OPEC. Saya melihatnya sebagai teknik dia agar
Indonesia punya pilihan tambahan dalam mengeruk keuntungan atau
memotong kerugian perubahan harga minyak, salah satunya karena OPEC
membatasi produksi minyak anggotanya.



RE: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80

2008-05-11 Terurut Topik jerry . matanari
Ya seperti yang Bapak katakan, waktulah yang bisa membuktikan..
 
Sempat tersentil ide di pikiran saya :  Apa yang akan terjadi bila
kontrak forward dibandari oleh produsen minyak? Artinya produsen minyak
berperan ganda: berperan sebagai bandar forward, sekaligus yang
mengendalikan produksi minyak..
 
Hehe.. who's the speculant, who's the investor, and who's the analyst?
Tak lupa pertanyaan: who's the boss here? :)
 
Peace,

 Original Message 
Subject: [Keuangan] Lehman Brothers : Harga Minyak Bisa di US$ 80
From: Heri Setiono <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Sun, May 11, 2008 5:18 am
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com


Minggu, 11/05/2008 15:30 WIB
Harga Minyak Bisa di US$ 80
Dadan Kuswaraharja - detikFinance

Jakarta - Analis Goldman Sachs boleh memperkirakan harga minyak mencapai
US$ 200 di penghujung tahun. Namun analis dari Lehman Brothers punya
teori lain. Harga minyak tahun depan akan terus menyurut hingga US$ 80
per barel meski saat ini harga minyak sudah mencapai di atas US$ 125.
Lho kok bisa?
Menurut analis Lehman Brothers harga minyak bisa kembali turun karena
permintaan dunia yang melemah dan negara eksportir besar yakni Arab
Saudi akan memompa lebih banyak minyak dari perut bumi.
Ahli-ahli minyak Arab Saudi saat ini tengah membuat beberapa proyek yang
bisa meningkatkan cadangan minyak negara teluk ini hingga 1,3 juta barel
per hari, atau melebihi dari perkiraan penambahan permintaan minyak
global tahun depan sebanyak 900.000 barel per hari. Saat ini jumlah
produksi minyak Arab Saudi sekitar 10 juta barel per hari. Laporan
Lehman ini berbeda jauh dengan prediksi Goldman Sachs yang melaporkan
harga minyak bisa menembus US$ 200. Hal ini terjadi karena negara
pengekspor minyak mempertahankan produksinya. Memang, hanya waktu yang
bisa membuktikan siapa yang benar, Lehman atau Goldman Sachs.
Analis Lehman James Crandell menyebutkan sejumlah analisis yang
memperkuat bahwa harga minyak akan menukik tajam. 

Pertama permintaan minyak China yang meningkat gara-gara pelaksanaan
Olimpiade bisa diserap oleh pasar. 

Kemudian yang kedua Iran masih memiliki cadangan minyak sebanyak 28 juta
barel yang belum disuling dan dimurnikan, dan kini tengah menunggu
dipasarkan. "Jika 28 juta barel ini sampai masuk di cadangan minyak
mentah Amerika, di pasar ini bakal banyak pihak yang kalah dalam kontrak
minyak," ujar James Crandell, analis pasar energi dari
Lehman seperti dikutip Forbes, Minggu (11/5/2008).

Arab Saudi juga diperkirakan akan menaikkan produksinya setelah pesta
pemilihan presiden di AS selesai. Jika Arab Saudi membuka keran minyak,
dalam kata lain, harga minyak akan turun. "Suka ada sejarahnya dalam
peningkatan produksi. Produksi minyak selalu meningkat beberapa bulan
setelah pemilihan presiden AS," ujar Crandell.
( ddn / ddn )


-