[ac-i] kineforum: DISKUSI SOUNDTRACK FILM KONSER MUSIK di Teater Kecil TIM / 30 MAR 2008 / 16.00-20.00
INVITATION Kineforum Dewan Kesenian Jakarta mempersembahkan PROGRAM DISKUSI KONSER MUSIK di Bulan Film Nasional 2008 Hari / tanggal : Minggu, 30 Maret 2008 Waktu : 16.00 - 20.00 Tempat : Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Jl. Cikini Raya 73, Jakarta Pusat Melanjutkan program Sejarah adalah Sekarang | History is Now tahun 2007, tahun 2008 ini kineforum kembali mengadakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari pemutaran film Indonesia klasik dan kontemporer yang dikumpulkan oleh para kurator muda, pameran Sejarah Bioskop Indonesia, peluncuran katalog film nasional tahun 2008 dan program diskusi serta konser musik film selama bulan Maret 2008 untuk merayakan Hari Film Nasional* http://us.f310.mail.yahoo.com/ym/Compose?YY=61071amp;y5beta=yesamp;y5beta=yesamp;inc=25amp;order=downamp;sort=dateamp;pos=0amp;view=amp;head=amp;box=Inbox#_ftn1 . Sebagai acara penutup rangkaian kegiatan Bulan Film Nasional 2008, kineforum mengadakan program diskusi tentang Soundtrack Film Nasional dan konser musik yang menampilkan beberapa band yang pernah terlibat dalam pembuatan soundtrack film. Berikut dibawah ini keterangan tentang program diskusi dan konser musik. PROGRAM DISKUSI Tema : Soundtrack Film Nasional Moderator : Wenz Rawk (jurnalis Rolling Stone Indonesia) Pembicara : - Eros Djarot (Pembuat soundtrack film Badai Pasti Berlalu) - Aghi Narrotama (Penata Musik Film) -Thoersi Argeswara (Penata Musik Film) -Denny Sakrie (kritikus musik) -David Tarigan (pengamat musik, A R Aksara Records) Pada Januari 2008 lalu album Badai Pasti Berlalu dinobatkan sebagai album musik Indonesia terbaik sepanjang masa. Album ini menempati peringkat teratas dari 150 album Indonesia terbaik sepanjang masa oleh Majalah Rolling Stone Indonesia. Pengakuan terhadap album ini, yang merupakan soundtrack film berjudul sama, merupakan pengakuan yang amat penting terhadap musik film Indonesia. Sekarang, saat film Indonesia makin banyak mengisi layar-layar bioskop, perkembangan musik film juga ikut berkembang dengan pesat. Melalui diskusi ini kita akan membicarakan perkembangan musik film Indonesia dari sudut pandang pengamat musik serta pelaku industri musik dan para pembuat film. PROGRAM KONSER MUSIK Band : - White Shoes The Couples Company - Anda - Zeke The Popo SCHEDULE 16.00 - 18.00Diskusi 18.00 - 18.20 Coffee Break 18.30 - 19.00 White Shoes The Couples Company 19.00 - 19.30 Anda 19.30 - 20.00 Zeke The Popo GRATIS. TEMPAT TERBATAS. KAPASITAS Teater Kecil TIM : 250 kursi. For more information: http://kineforum.wordpress.com/ Lisabona Rachman 0811824951 Indra Ameng 0818817548 Kineforum Studio 1 Studio 21 TIM Jl. Cikini Raya 73, Jakarta Pusat T : 021 â 3162780 E : [EMAIL PROTECTED] * Tanggal 30 Maret tiap tahun diperingati sebagai Hari Film Nasional Indonesia. Hari itu tahun 1950, adalah hari pertama produksi film Darah dan Doa karya Usmar Ismail. Meskipun produksi dan pemutaran film di Indonesia sudah mulai sejak tahun 1926, tapi karya ini diakui sebagai karya pertama setelah Indonesia menjadi bangsa merdeka pasca pengakuan kedaulatan Republik Indonesia. - Never miss a thing. Make Yahoo your homepage. - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
[ac-i] catatan bantimurung: inisiatif sastra dari makassar [1]
Catatan Bantimurung: INISIATIF SASTRA DARI MAKASSAR 1. Kegiatan bersastra di Makassar sering sering kudengar dari syohibku Halim HD, budayawan asal Banten yang bolak-balik berada dan tinggal untuk sementara waktu di ibukota propinsi Sulawesi Selatan [Sulsel] ini. Saban ketemu, Halim selalu dengan gairah berkisah tentang potensi sastra daerah dan isi kandungannya yang belum tergarap penuh. Hal ini bukan hanya terdapat Sulsel tapi juga di daerah-daerah seperti Kalimantan Timur misalnya. Tutur Halim sambil memberiku contoh-contoh kongkretnya. Apa yang dikatakan oleh Halim HD ini kusaksikan ujudnya dalam sebuah Festival sastra-seni internasional yang berlangsung di Balai Budaya Solo beberapa tahun silam. Festival ini turut dimeriahkan oleh pentas oleh grup-grup sastra-seni dari berbagai kota seperti Tegal, Pekalongan. Masih tercatat baik di ingatanku, bahwa karya-karya orisinal yang dipanggungkan secara isi, berbicara tentang kerusakan lingkungan, tentang kehidupan daerah, politik dan ekonomi. Isi ini dituangkan dalam bentuk yang artistik. Menyaksikan pergelaran oleh grup-grup dari kota-kota kecil yang pada masa remajaku bisa dikatakan tandus dari kegiatan kesenian, ingatanku segera melayang ke tuntutan Lembaga Kebudayaan Rakyat [Lekra] kepada para anggotanya. Dalam berkesenian, Lekra menuntut kepada para anggotanya agar senantiasa berpatokan pada dua tinggi: tinggi mutu ideologi dan tinggi taraf artistiknya. Meluas dan meninggi, memadukan unsur baik tradisi dengan kekinian yang revolusioner. Melalui pertunjukan di Balai Budaya Solo malam Frestival Internasional beberapa tahun silam itu, aku melihat bahwa apa yang dituntut oleh Lekra kepada para anggotanya di atas telah diterapkan oleh para seniman dari komunitas-komunitas sastra-seni daerah. Sekalipun mereka bekerja dan berkaya tanpa slogan.Ketika pulang, pikiranku masih terpancang pada apa yang kusaksikan di pertunjukkan tersebut. Pikirku, tidak salah-salah juga mengatakan bahwa sastrawan-seniman adalah anak zamannya, jurubicara zamannya, nurani bangsa dan negerinya. Di bawah tindasan yang betapa pun sengitnya, kadang harus mempertaruhkan nyawa, mereka adalah suara nurani yang tak terbungkamkan tak obah arus mengalir mencari muara dan laut. Sedangkan suara nurani bangsa dan negeri ini, sering berhadapan dengan kebijakan dan sikap penyelenggara negara. Suara nurani adalah suara keadilan, mimpi manusiawi anak manusia. Sementara kepentingan penyelenggara negara sering bertentangan dengan mimpi manusiawi sekali pun dengan pun mengatasnamai bangsa dan kemanusiaan. Karena itu sering kukatakan bahwa sastra-seni adalah republik berdaulat dan sering berhadapan dengan republik politik. Lebih lanjut, aku melihat bahwa sastrawan-seniman pada galibnya adalah manusia sadar, manusia yang berwawasan, manusia yang banyak tahu, manusua yang berpendiriandan jelas berpihak. Manusia begini oleh Pramoedya A. Toer dikatakan seniscayanya berdiri setapak lebih dahulu dari orang kebanyakan. Ia bisa berdiri setapak di depan bukan karena zenialitasnya tapi karena ia banyak tahu dan tahu lebih dahulu zamannya, demikian ujar seorang penulis dari Amerika Serikat. Dalam hal ini jadinya ada dua unsur yaitu unsur tingkat kualitas pengetahuan, wawawan , pendirian sastrawan-seniman dan kadar pengungkapan diri dlam bentuk karya. Yang terakhir ini adalah masalah keterampilan atau skill know how. Kerasukan dua kualitas inilah yang disebut oleh Lekra sebagai dua tinggi. Berangkat dari pandangan ini dan bahwa sastrawan-seniman adalah warga republik berdaulat saastra-seni maka aku sepakat bahwa proses kreatif dalam penulisan sastra memang tidak bisa dibingkai oleh batasan-batasan di luar sastra. Yang disentuh oleh inisiatif ini adalah pengorganisasian kerja kreatif tersebut, bukan karya kreatifnya sendiri. Hanya kesepakatanku ini dibatasi oleh hanya. Hanya ini bahwa sekali pun penulisan sastra memang tidak bisa dibingkai oleh batasan-batasan di luar sastra , tapi penulis tidak menutup mata pada dunia dan kehidupan dan asyik dengan diri sendiri, memandang diri sendiri dan keasyikannya sebagai gantang penakar kebenaran. Sikap yang oleh penyair Perancis Paul Eluard disebut sebagai sikap anak raja atau pangeran.Tapi benar juga bahwa sikap menutup mata ini pun hak sang penulis yang tidak bisa diganggugugat. Sementara pembaca yang berdaulat pun berhak menentukan sikap dan memberi angka pada karya-karya yang disuguhkan kepada mereka. Kalau penglihatanku benar, sejarah kelahiran sastra-seni selain memerlukan kemerdekaan dan kebebasan berpikir dan berkarya, sebagai syarat utama, para seniman karya lisan dan tertulis, juga tidak terpisah dari masyarakatnya. Karena itu mereka bisa jadi anak zaman dan nurani masyarakat zamannya. Membuang bingkai, termasuk bingkai nurani manusiawi dalam berkesenian barangkali akan menjadikan karya-karya itu mata damak beripuh yang
[ac-i] Re: Acara baca karya novel in progress The Blue Widow/diskusi Historical Memory of 1965 Indonesia, Amsterdam 30 Maret 2008
- Original Message - From: laksmi pamuntjak To: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] Cc: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, March 29, 2008 4:15 PM Subject: Acara baca karya novel in progress The Blue Widow/diskusi Historical Memory of 1965 Indonesia, Amsterdam 30 Maret 2008 Untuk melihat informasi acara diskusi Historical Memory of 1965 Indonesia dan pembacaan novel in progress Laksmi Pamuntjak, The Blue Widow di Amsterdam, tanggal 30 November 2008, mohon tengok: http://www.perdu.nl/agenda.cfm atau http://www.perdu.nl Laksmi Pamuntjak +90858297 (Singapore), +62815 1147 3506 (Indonesia) www.laksmipamuntjak.com -- Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
[ac-i] Nusantara Symphony Pentaskan Karya Komponis Dunia
30/03/08 05:20 Nusantara Symphony Pentaskan Karya Komponis Dunia Jakarta (ANTARA News) - Nusantara Symphony Orchestra (NSO) di Jakarta, Sabtu malam, menggelar konser musik klasik karya para komponis dunia dalam tema Viva Vienna bersama konduktor dari Tokyo National Universiti of Fine Arts and Music, Hikotaro Yazaki. Konser kali ini merupakan konser pertama NSO di tahun 2008 dan kembali mengajak konduktor kelas dunia untuk berkolaborasi dengan NSO. Tujuan kami adalah untuk mewujudkan impian bahwa Indonesia menjadi orkestra kelas dunia, diterima dan disegani oleh negara-negara tetangga di Asia, ujar Pemimpin Nusantara Symphony Orchestra, Miranda S Goeltom dalam pidato sambutannya. Konser yang berlangsung di Balai Sarbini Concert Hall, Jakarta, ini menghadirkan karya Franz Schubert dalam Symphony no.9 in C major The Great, Wolfgang Amadeus Mozart dalam Symphony no.41 in C major Jupiter, dan Johan Strauss Jr. dalam Die Fladermaus Overture. Sementara itu Direktur Eksekutif NSO, Aida Swenson mengungkapkan Viva Vienna dipilih menjadi tema dalam konser kali ini karena komposisi ketiga komposer dunia tersebut lahir di Wina, Austria. Konser dibuka dengan repertoar karya Johan Strauss Jr. Die Fladermaus Overture. Strauss (1825-1899) terkenal sebagai Raja Wals pada saat dansa Wals sangat populer dan digemari. Komposisi ini didahului bunyi Big Bang atau bunyi musik yang besar dan bergemuruh yang dimaksudkan agar para penonton menjadi tenang dan memperhatikan penampilan di panggung. Karya Mozart (1756-1791) menyusul pada bagian inti dari konser ini. Karya simfoni Jupiter ini merupakan karya Mozart yang paling besar. Komposisi ini dimulai dengan perbedaan antara bunyi keras dan lembut dari seluruh orkes dan dijawab oleh kelembutan alat musik gesek. Di bagian akhir konser ini karya Franz Schubert (1797-1828) The Great dimulai dengan suatu tema besar untuk alat tiup horn yang menuju suatu tempo allegro penuh dengan gerakan ritmis. Sang konduktor, Hikotaro Yazaki terlihat enerjik dan ekspresif di atas panggung. Maestro Yazaki merupakan Guest Principal Conductor NSO dan sebelumnya juga Principal conductor Norwegian Radio Orchestra, Hofer Symphoniker di Jerman, serta tampil di Eropa bersama Royal Philharmonic Orchestra, BBC Orchestras, Oslo Philharmonic, dan Ochestre de Lyon. NSO merupakan didirikan tahun 1988 di bawah Yayasan Nusantara yang dipimpin Pia Alisjahbana. NSO beranggotakan lebih dari 60 musisi muda dan senior yang secara profesional dipersiapkan untuk tampil di pentas nasional hingga internasional.(*) http://www.antara.co.id/arc/2008/3/30/nusantara-symphony-pentaskan-karya-komponis-dunia/ mediacare http://www.mediacare.biz