[ac-i] Kekasihku Maya
Fana nama gadis yang berlari pada sebuah tempat disurga, mengajaku berkelana dibumi, apakah aku akan bertanya untuk apa kita disini kekasih, jika surga lebih baik buat kita? Fana mengajakku berlari sekencang mungkin meninggalkan surga pertama, tempat kami bercinta, dan menujukan arah kelanaku yang seakan tanpa tepi sebelum pertemuan, pada perjamuan cintaMu. Fanakah kini dirimu kekasih, yang letih kukejar dalam sunyiku, sembunyi sendiri. Adakah kau tuang air hayat ketika letihku berulang, sedang pengembaraan ditengah perburuan tak henti menggumam dalam sebutkan satu kata tak henti berkali bak air, kekasih, menderas, menggelombang menerpa hampa pada ruang, ketika kau sebut perjalananku gombalku belaka, kekasih, tipuan dari bibir rayuanku. kau pikir cintaku semu, dimana Tuhan yang lebih kekal dari jasadku, dari sukmaku yang mengembang disemesta raya, ataukah ruhku selain Allahu azza wa zala. Fana namamu, perempuanku, masihkah tertipu pandangan pada hampa langkahmu, ketika kau tak pernah sadari sepiku tanpamu, ketika lelaki perkasa itu kau sebut robb….berketentuan pada kuasa, agung pada singgasana dan istana, tak henti kau maki aku lelaki yang lena pada bidadariMu. Fana nama perempuanku, bayangan yang menyelinap pada sunyiku, mengelepar seakanku berlari darimu, ketika aku begitu dekat, seakan jauh terlihat dariNya. Fana perempuanku, pergilah kejabalrahman menangislah, menghiba, mendera diri pada isak tangis tak berkesudahan, sebelum rengkuh cintaku, yang kau sebut fana, semu belaka, katamu, ketika kubertingkah pada hatimu yang lena, sekan kutak memanjakanmu, kekasih. Fana perempuanku, masihkah kau sadariku, jika kau tak bersamaku. makaku bersamaNya, menangislah mintalah aku sekali lagi mendekapmu, sebagaimana mula pertama pada hamparan takbertepi yang kekal diri, pada surgaMu, yaa Allahu azza wa zalla. Fana perempuanku, jika pertemuan telah menjadi semu, meski hampa, nyataku ciptaanMu, tak lebih kekal dari waktu dimayapada, hingga sesaat lewat, adalah aku yang tak sempat, dihadapamu, ketika kutak lagi berjarak bersamaNya. Cintailah ciptaanKu, sebagaimana mencintaiNya, kasihiKu sebagaimana kukasihiMu. Fana perempuanku, bangunkanku, jika fajar surga menyelinap dari balik tirai jendela, disini tak ada waktu berburu, tak ada kelana jika semua telah terlihat begitu terbiasa, tak ada aku(ego), tak ada hasrat, tak ada selainKu, ku selalu bersamaMu, kekasih. http://sadoell777.ning.com Selalu bersama teman-teman di Yahoo! Messenger. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
[ac-i] invitation Indonesian sculpture exhibition Erasmus Huis Jakarta
http://geo.yahoo.com/serv?s=97359714/grpId=20949820/grpspId=1705171464/ msgId=4079/stime=1231919856/nc1=3848585/nc2=5579905/nc3=5541754 Sculpture Exhibition 'The Spirit of Interaction Right-click here to download pictures. To help protect your privacy, Outlook prevented automatic download of this picture from the Internet. BLOCKED::http://www.mfa.nl/views/shared/images/extra/logo_rec hts.gif Erasmus Huis, Jl. H.R. Rasuna Said, Kav. S-3, Kuningan, Jakarta, 021 - 524 1069 Wednesday, 14 January, 18.00 Sculpture exhibition The Spirit of Interaction will be opened by the Minister of Foreign Affairs of the Netherlands, Mr Maxime Verhagen The curator, Dolorosa Sinaga, was thrilled with the idea to organize a sculpture exhibition using both the gallery space and the refurbished courtyard and garden of Erasmus Huis She invited 12 sculptors from Jakarta, Bandung and Yogyakarta who all had shown their professional commitment as a sculptor Everyone would actually create a piece of art for the sake of interaction. It could mean an interpretation of space interactions but it could also be read as an interaction of feeling and form of social and cultural background. Visitors are hoped to experience great interaction with all the works in both spaces. The curator intends to strengthen the spirit of interaction which all of us endlessly strive to achieve. Participating artists: AB Soetikno, Abdi Setiawan, Ade Arti, Amalia Radjab, Anusapati, Awan Simatupang, Budi Santoso, Hardiman Radjab, Innes Indreswari, Taufan AP, Titarubi, Yani MS 15 January - 14 February Sculpture exhibition The Spirit of Interaction Opening hours: Monday - Thursday: 09.00 - 16.00, Friday: 09.00 - 14.00, Saturday 10.00 - 13.00 Free admission Help save paper! Do you really need to print this email? Dit bericht kan informatie bevatten die niet voor u is bestemd. Indien u niet de geadresseerde bent of dit bericht abusievelijk aan u is toegezonden, wordt u verzocht dat aan de afzender te melden en het bericht te verwijderen. De Staat aanvaardt geen aansprakelijkheid voor schade, van welke aard ook, die verband houdt met risico's verbonden aan het elektronisch verzenden van berichten. This message may contain information that is not intended for you. If you are not the addressee or if this message was sent to you by mistake, you are requested to inform the sender and delete the message. The State accepts no liability for damage of any kind resulting from the risks inherent in the electronic transmission of messages.
Re: [ac-i] Yang Keren dan Terkendali
Adi apa kabar? Gak nang Suroboyo neh ta? salm dan sukses juga untuk temen-temen Bandung. Aki juga dah baca ulasannya di Majalah Tempo. Top bgt. ra -Original Message- From: senikampret senikamp...@yahoo.com To: artculture-indonesia@yahoogroups.com Date: Sun, 11 Jan 2009 06:05:30 - Subject: [ac-i] Yang Keren dan Terkendali Yang Keren dan Terkendali Minggu, 11 Januari 2009 | 01:23 WIB Wicaksono Adi Siapa pun yang rajin nonton pameran seni rupa kontemporer tak akan heran ketika melihat karya seni yang terbuat dari benda sehari-hari seperti kursi, batu bata, lampu kelap-kelip plus efek ini itu, foto-foto, tulisan dan gambar oret-oretan di dinding, barang-barang bekas (asli dan tiruan), atau tayangan video yang berisi potongan-potongan adegan yang diulang-ulang dan sejenisnya. Benda-benda yang dirakit dalam bentuk tertentu itu lazim disebut seni instalasi. Almarhum Profesor Sudjoko punya istilah seni pepasang buat seni semacam itu. Belakangan anggapan seni instalasi muncul lantaran para seniman tidak puas dan tidak percaya lagi terhadap media atau segala wujud artistik kuno yang disebut seni murni. Bagi mereka, seni rupa dapat dibuat dari apa saja dan dapat berlangsung di mana saja: ruang pameran, ruang makan, tempat tidur, jalan raya, etalase, kamar mandi, layar komputer, pematang sawah, tepi sungai, kuburan dan sebagainya dan sebagainya. Tubuh, politik, mistik, metafisika, ice cream, jazz, dangdut, jender, iklan sabun, dan demo masak dapat ditampilkan secara serempak tanpa perlu takut apakah semua percampuran itu nyambung atau tidak. Bukankah dunia kita hari ini memang tampil dalam bentuk serpihan yang fragmentatif, penuh ambiguitas, kontradiksi, dan paradoks? Bukankah semua hal di sekeliling kita nongol begitu saja, satu sama lain banyak yang enggak nyambung? Lalu bagaimana merangkum segala yang acak-acakan, saling bertentangan, terpotong-potong dan muncrat sana sini itu dalam karya seni? Sebagian seniman menjawab: Ya sudah, tampilin saja segala yang enggak nyambung dan berserakan itu sebagaimana adanya. Enggak perlu dipoles-poles. Dan seniman lain yang memuja laku penciptaan seni rupa sebagai upaya untuk keluar dari kebuntuan seni murni akan bilang: Menciptakan seni dengan mengembangkan berbagai elemen baru semacam itu bukan perkara sepele. Ada banyak alasan untuk melakukannya, termasuk kebutuhan seni untuk merepresentasikan realitas sekaligus tidak terjebak pada bentuk-bentuk representasi yang justru membatasi realitas itu sendiri. Bagi mereka penggunaan serbamedia dalam seni rupa selain untuk merangkum serbarealitas yang silang sengkarut acak-acakan enggak keruan, juga didorong oleh tendensi tertentu yang mengacu pada faktor-faktor dominan dan dianggap penting dalam art world yang melingkupinya, termasuk kebutuhan pasar. Keyakinan semacam ini biasanya berlaku pada seniman kontemporer yang sudah mapan. Kebanyakan dari mereka adalah lulusan ISI dan tinggal di Yogyakarta yang cenderung berkarya dalam situasi mbentoyong alias terbungkuk-bungkuk memanggul beban estetik tertentu. Tapi semangat mbentoyong itu tidak selalu diikuti oleh pemahaman yang memadai mengenai wacana seni rupa kontemporer itu sendiri. Seniman Jogja memang cenderung memiliki skill yang oke, tapi mereka biasanya hanya mengandalkan bakat alam. Minat baca mereka tergolong rendah. Dan ketika melihat beberapa pameran seniman muda Bandung saya melihat bahwa mereka lebih rileks dan enggan mendramatisir tendensi atau beban kesenimanan semacam itu. Seniman muda Bandung cenderung tidak mbentoyong. Tapi bukan berarti mereka tak peduli dengan berbagai terobosan yang dibuka oleh perkembangan paradigma estetik terkini. Minat baca mereka relatif lebih baik ketimbang seniman Jogja. Sikap rileks itu kembali tampak pada pameran Bandung Art Now (Galeri Nasional, Jakarta, 7-17 Januari 2009). 26 seniman (individu dan kelompok, mayoritas belajar seni rupa di ITB) rame-rame datang ke Jakarta di bawah komando kurator Aminudin TH Siregar. Pada acara pembukaan datang juga kontingen berduyun-duyun menyewa banyak bus hingga Galeri Nasional penuh sesak oleh anak-anak muda gaul dan kul dan keren. Ada kurator Rizki A Zaelani sebagai bapak guru yang gemuk (dan suka menulis dengan mengutip buku-buku bahasa Inggris), lalu seniman-kurator Asmudjo J Irianto sebagai dosen yang sangat gaul (dan suka nongkrong di mal), pake topi dan kacamata model anak band masa kini. Suasana gaul Di kampus ITB para kurator dan dosen muda ini membawa suasana gaul ke ruang kelas, asyik berbaur dengan para mahasiswi yang mirip cover girl seperti Syagini Ratnawulan (yang juga sangat akrab dengan pemikiran mutakhir model filsafat posmo dan buku-buku seni terpenting). Sebagian dari mereka memperlakukan berbagai pemikiran berat itu sebagaimana mengunyah permen atau menelan ice cream. Tentu tampang mereka berbeda dengan seniman Jogja yang biasanya anak petani atau keluarga agraris pedalaman. Begitu masuk ISI jadi gondrong
Re: [ac-i] nenek moyang ku seorang pelaut
setubuh gan.. ini punya nenek moyang cina aja banga... gw aja yg nenek moyang nya seorang eplaut biasa aja tuh From: BJD. Gayatri bgayatr...@yahoo.co.uk To: artculture-indonesia@yahoogroups.com Sent: Tuesday, January 13, 2009 11:48:53 PM Subject: Re: [ac-i] nenek moyang ku seorang pelaut ada!! sesungguhnya bukan hanya nenek moyang kita saja yang pelaut. sampai sekarang pun, sebagian bangsa indonesia, terutama dari belahan timur Indonesia, merupakan bangsa pelaut. Mereka melaut dengan kapal kecil kira-kira ukuran 3 meter x 18 meter, hingga Hong Kong bahkan semenanjung Korea. Saya pernah jumpa pelaut-pelaut Indonesia yang gagah berani, yang pernah mengalami sapuan ombak besar di laut cina selatan dan salah satu pahanya habis dimakan ikan hiu bercerita, bagaimana berada di laut, antara hidup dan mati. mereka berasal dari daerah WaKaToBi (khususnya yang saya temui berasal dari kota Wanci / Wangi-wangi) Padahal, mereka sekedar berjualan rempah dan komoditi lain dari Sulawesi Tenggara lalu bertukar dengan benda-benda elektronik untuk dijual di daerah WaKaToBi tersebut. Barangkali, kawan-kawan masih ingat, kerusuhan di Ambon sebagian warga Ambon yang keturunan pulau Buton, segera dapat melarikan diri, karena,..--untungny a-.. mereka tidak pernah melupakan budaya bahari mereka. Sehingga, mereka tidak silap untuk hendak memiliki mobil atau sepeda motor. Ukuran transportasi bagi suku-suku seperti Bugis atau Buton adalah seberapa besar kapal atau seberapa banyak kapal mereka punya, sehingga, ketika pecah kerusuhan, sebagian dari mereka dapat langsung mengungsi ke pulau asal mereka di P. Buton, misalnya P. Buton saat itu merupakan daerah penampungan pengungsi (IDP) yang cukup besar. Saya kira, lagu itu bukan cuma mitos, bahwa nenek moyangku pelaut. Namun hingga sekarang, sebagian bangsa Indonesia adalah pelaut. Sayangnya, karena Jawanisasi yang dilakukan Orde Baru itu, maka budaya laut yang kita punya, tidak pernah tampil ke permukaan. Moga informasi ini berguna Tabik Gayatri --- On Tue, 13/1/09, ketua_iblis pelican_production@ yahoo.com wrote: Subject: [ac-i] nenek moyang ku seorang pelaut Date: Tuesday, 13 January, 2009, 12:50 PM ada yg maungomentarin ga nenek moyangku seorang pelaut
RE: [ac-i] nenek moyang ku seorang pelaut
Bangga dengan nenek moyang kita cerminan kita menghargai org2 yg berjuang dan mendahului kita.. Ga ada yg salah dgn hal itu.. Kebanggaan yg berlebihan (dan norak), itu yg krg baik.. Terlalu 'biasa' (sampai2 lupa pada asal usulnya) jg hal yg krg baik.. - From: artculture-indonesia@yahoogroups.com [mailto:artculture-indone...@yahoogroups.com] On Behalf Of izul pelican Sent: 14. tammikuuta 2009 18:16 To: artculture-indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [ac-i] nenek moyang ku seorang pelaut setubuh gan.. ini punya nenek moyang cina aja banga... gw aja yg nenek moyang nya seorang eplaut biasa aja tuh From: BJD. Gayatri bgayatr...@yahoo.co.uk To: artculture-indonesia@yahoogroups.com Sent: Tuesday, January 13, 2009 11:48:53 PM Subject: Re: [ac-i] nenek moyang ku seorang pelaut ada!! sesungguhnya bukan hanya nenek moyang kita saja yang pelaut. sampai sekarang pun, sebagian bangsa indonesia, terutama dari belahan timur Indonesia, merupakan bangsa pelaut. Mereka melaut dengan kapal kecil kira-kira ukuran 3 meter x 18 meter, hingga Hong Kong bahkan semenanjung Korea. Saya pernah jumpa pelaut-pelaut Indonesia yang gagah berani, yang pernah mengalami sapuan ombak besar di laut cina selatan dan salah satu pahanya habis dimakan ikan hiu bercerita, bagaimana berada di laut, antara hidup dan mati. mereka berasal dari daerah WaKaToBi (khususnya yang saya temui berasal dari kota Wanci / Wangi-wangi) Padahal, mereka sekedar berjualan rempah dan komoditi lain dari Sulawesi Tenggara lalu bertukar dengan benda-benda elektronik untuk dijual di daerah WaKaToBi tersebut. Barangkali, kawan-kawan masih ingat, kerusuhan di Ambon sebagian warga Ambon yang keturunan pulau Buton, segera dapat melarikan diri, karena,..--untungny a-.. mereka tidak pernah melupakan budaya bahari mereka. Sehingga, mereka tidak silap untuk hendak memiliki mobil atau sepeda motor. Ukuran transportasi bagi suku-suku seperti Bugis atau Buton adalah seberapa besar kapal atau seberapa banyak kapal mereka punya, sehingga, ketika pecah kerusuhan, sebagian dari mereka dapat langsung mengungsi ke pulau asal mereka di P. Buton, misalnya P. Buton saat itu merupakan daerah penampungan pengungsi (IDP) yang cukup besar. Saya kira, lagu itu bukan cuma mitos, bahwa nenek moyangku pelaut. Namun hingga sekarang, sebagian bangsa Indonesia adalah pelaut. Sayangnya, karena Jawanisasi yang dilakukan Orde Baru itu, maka budaya laut yang kita punya, tidak pernah tampil ke permukaan. Moga informasi ini berguna Tabik Gayatri --- On Tue, 13/1/09, ketua_iblis pelican_production@ yahoo.com wrote: Subject: [ac-i] nenek moyang ku seorang pelaut Date: Tuesday, 13 January, 2009, 12:50 PM ada yg maungomentarin ga nenek moyangku seorang pelaut
[ac-i] Lidhie Art Forum Bawa 3 Monolog ke Probolinggo
“ PIDATO BOSS PADA RUMAH DAN TETESAN “ “Apa kamu percaya kalau kamu tertawa tapi sebenarnya kamu menangis ..? tidak ..? kalau begitu kamu bahagia. Tidak seperti kami, tidak seperti robot ini, bangkai ini, badut besar ini..! kami harus tetap yakin dan setia meskipun tahu semua ini salah. Kamu dengar ..? kami bahkan tidak punya hak untuk merasa berdosa , itu tabu ..!!. sebagaimana semua sistim, ini adalah pembunuhan diri, tapi kami tidak berhak mati , kami harus hidup, karena kami harus menang. “ Sebuah petikan naskah Boss karya Putu wijaya” Riang sorak ramai ketika itu , langit mulai menggumpal dengan awan hitam “ tak terasa hari telah menginjak malam! Sebuah sanggar teater yang sederhana telah melakukan aktivitas (latihan) ketika itu, sebuah proses running tiga naskah monolog yang disutradarai oleh Bagus Mahayasa mewarnai suasana di Jl. Benteng Pancasila 62 Kota Mojokerto setiap hari. Tiga naskah monolog ini dimainkan oleh tiga orang aktor masing-masing Mach. Novianto dalam naskah “Boss” karya Putu Wijaya, pendiri teater Mandiri Jakarta. Naskah Boss ini ditulis dan dihadiahkan untuk almarhum Alimin Lasasi yang meninggal pada tanggal 28 september 1989, Ia merupakan salah satu aktor terbaik dari Teater Mandiri. Buyung Akhirul Akbar dalam naskah “Pidato” Karya Putu Fajar Arcana, seorang wartawan seni budaya harian Kompas dan Siti Mafruka dalam naskah “Rumah dan Tetesan” karya Riris K. Toha Sarumpaet, seorang guru besar tetap di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Ketiga reperoar akan ditampilkan sekaligus pada satu panggung oleh Lidhie Art Forum dan berlangsung satu hari saja. Dalam naskah Pidato karya Putu Fajar Arcana, Buyung Akhirul Akbar berperan sebagai sesosok pemuda yang telah dirasuki oleh roh seorang korban kekejaman masa pemberontakan PKI, yang mana ia tidak suka dengan hal yang berbau politik dimana ia menganggap bahwa orang-orang politik merupakan orang yang suka mencla-mencle. Seorang politikus yang dengan mudah mengumbar impian pada rakyat kecil yang mengatakan pada mereka bahwa mereka sanggup melepaskan penderitaan rakyat kecil yang selama ini dijerat hutang oleh para tuan tanah. Dengan tubuh yang diperankan oleh Buyung inilah ia mencoba berpidato dihadapan semua orang untuk menyampaikan semua hal yang menjadi keluhannya saat itu. Sedangkan naskah Rumah dan Tetesan yang diperankan oleh Siti Mafruka, berbicara tentang seorang Ibu yang berperan dalam rumah tangga yang harus ia jalani sendiri tanpa seorang suami yang menemaninya dalam kehidupan. Ia harus berkorban untuk kedua anak yang dicampakkan dan dibiarkan oleh sang Ayah serta kehilangan kasih sayang. Dia tak sanggup memikirkan apa yang terjadi pada anak-anaknya hanya dengannya, Ia merasa, bagaimana impian mencapai tertinggi tidak sepenuhnya membuat dia lengkap. Siti Mafruka disini mencoba menggambarkan seorang Ibu yang bingung memahami posisi seorang Ibu dalam rumah tangga , tapi meski demikian akhirnya Ia menemukan bahwa ternyata bukan sebuah keluarga kokoh, Ia mendamba bahagia banyak orang, karena bahagia adalah kita semua, yang menerima dan yang menyerahkan, yang serumah dengan perbedaan. Dalam naskah Boss karya Putu Wijaya yang diperankan oleh Mach. Novianto ini bercerita tentang kesenjangan antara Boss dan bawahannya di dalam suatu pekerjannya. Tersiksa dengan apa yang telah dilakukan oleh si Boss tersebut dan merasa cemburu dengan bawahannya. Hidup yang tidak tenang telah dialami terus setiap hari, kadang terasa jenuh dengan pekerjaannya, kadang merasa tidak nyaman dengan hidupnya yang telah dijalani. Kekhawatiran yang dialaminya seperti terjerat, terperosok ke dalam lubang pikirannya yang dalam dan jauh. Kesulitan yang terhindar oleh si bawahan ternyata sudah tak terbendung lagi bahwa ia harus tutup mulut tak peduli apa dan siapa yang ada dihadapannya. Pentas monolog tiga naskah ini merupakan salah satu agenda pentas keliling 5 kota yang dipimpin oleh Adrian Dwi C sebagai pimpinan produksi. Kelima kota tersebut adalah Probolinggo, Nganjuk, Pasuruan, Ponorogo, dan Blitar. Agenda pementasan keliling ini merupakan agenda rutin dari sanggar Lidhie Art Forum (LAF) Mojokerto yang dipimpin oleh Bagus Mahayasa. Probolinggo adalah kota pertama yang akan dijadikan tempat pentas pertama mereka. Dengan menjalin kerja sama dengan pihak SMAN 4 Probolinggo, tiga naskah monolog ini akan dipentaskan di aula SMAN 4 Probolinggo yang beralamat di Jl. Slamet Riyadi Kanigaran Probolinggo pada hari Minggu tanggal 25 Januari 2008 pukul 19.00 WIB. Disamping agenda pentas keliling 5 kota ini, Lidhie Art Forum (LAF) Mojokerto memliki agenda rutin lainnya seperti workshop keaktoran, diklat teater pelajar, dialog budaya, dll. Untuk lebih menjalin hubungan dengan pihak Lidhie Art Forum (LAF) Mojokerto dapat lewat contact person Lidhie Art Forum (LAF) Mojokerto : 0856 486 10191 (Buyung), 0852 308 88303 (Siti Mafruka), 0856 457 45176 (Adrian Dwi C) atau e-mail pada alamat : komunitas_laf...@yahoo.co.id atau add as friend via alamat
[ac-i] Percobaan
tes...tes...tes Mohon Ijin ikut berpartisipasi. Terimakasih.
[ac-i] Ginglimus
Yang kucermati dari balik rumpun awan ini, hati mereka yang terkapar oleh gundukan cerutu dan keju dua kakiku, katanya, dengan tank-tank mereka telah mereka buntungi di serpihan tembok-tembok air mata kalian dan gorong-gorong rahasia rahim perempuan kalian, bendera itu memang berkibar nanti tanpa tiang dan temali lagi Yang kucermati dari balik rumpun awan ini, beringin pekat bergerombol sekejab Tumbuh di lembah-lembah dekapan tangan yang biasanya bocah kalian bermain petak umpat dengan perawi magrib Secondong matahari di balik punggung dada kalian mereka ingat sebuah pintu kamar, di mana salib kayu dan segambar rajutan renda deretan alif tergantung bertuliskan: Inilah pintu rumah ruh kami ! Pintu yang kami tidak perlu mengenali gerigi anak kunci lagi. Seperti petani purba di tengah ladangnya, kami bebas memetik anggur dan mengerat roti Yang kucermati dari balik rumpun awan ini, mereka hendak menyusun bata demi bata tembok itu kembali Berbentuk kubus dengan kubah bintang enam di atas lontar wahyu yang dirancang rudal mati mereka bilang: Dua kakimu telah pincang! Dan usiamu hanya sejengkal siang, selunglai ilalang Yang kucermati dari rumpun awan ini, Gaza, tidak kurang dari seratus utas pelepah kurma derap-derap kuda berpanji hitam itu berlomba-lomba mengepungmu, seperti bocah-bocah debu yang mendatangiku, datanglah padaku ! Sesungguhnya aku masih menyimak Di balik rumpun awan tebal ini tungkai kakiku tetap berdiri di rima lintang dua tanganku tidak kurang dari seratus utas pelepah kurma, Gaza kalian pasti menabuh rebana putih di tengah lingkar poros lidah api mastnawi Yang kukatakan dari balik rumpun awan ini, Mendekatlah padaku, hai tepian bibir yang hendak rekah basah kembali, mendekatlah padaku, hai arus mata yang rebah pasrah blalang_kupukupu http://asharjunandar.wordpress.com http://asharjunandar.wordpress.com
[ac-i] Lagi : Sumberboto, Mojowarno.
Radar Mojokerto [ Kamis, 15 Januari 2009 ] Merunut Sejarah Wana Wisata Sumberboto, Desa Japanan, Kecamatan Mojowarno, Jombang Basis Militer Pejuang, Dulu Diberi Nama Sumber Pangkat Semula, wana wisata ini merupakan tempat pemandian biasa. Setelah proklamasi kemerdekaan, muncul sebuah organisasi angkatan muda kehutanan dari korps karyawan kehutanan. Di lokasi ini pula sebuah monumen dijadikan tonggak sejarah perjuangan pada tahun 1945 dan 1948 bagi pasukan Wanara dan warga kehutanan sekitar. BINTI ROHMATIN, Jombang --- PADA tanggal 27 Agustus 1947 silam, Angkatan Muda Kehutanan yang terdiri atas korps karyawan kehutanan menyebut sebagai pasukan Wanara beranggotakan 39 orang. Pasukan ini kemudian membaktikan diri pada Ibu Pertiwi. Hanya menggunakan senjata seadanya, bambu runcing dan pedang. Pasukan Wanara berkekuatan 1 Divisi dibawah komando Sudomo dan Soekiman sebagai kepala staf. Saat itu, pasukan mendapat pengesahan khusus dari Panglima Jenderal Soedirman yang komandonya berpusat di Jogjakarta. Salah satu pasukannya di Jawa Timur, berada di Jombang dari Batalyon III dibawah komando Soedjarwo (mantan Menteri Kehutanan). Saat itu pemandian Sumberboto dijadikan tempat persenjataan pasukan Wanara dengan menghasilkan jenis peluru, granat, bom dan jenis senjata yang lain. Untuk melengkapi kebutuhan perang melawan penjajah Belanda. Pasukan ini hidup serba memprihatinkan sehari makan sehari tidak, di pemandian yang masih berupa hutan belantara. Hampir setiap hari, pasukan ini membuka sejumlah bom peninggalan penjajah Jepang untuk diolah menjadi peluru dan granat. Namun, upaya ini membawa musibah diluar dugaan. Pada tanggal 12 April 1948, tiba-tiba bom seberat 500 kg yang dibuka itu meledak hingga menewaskan lima anggota pasukan Wanara. Lokasi ledakan bom ini kemudian dijadikan monumen Sumberboto yang dilengkapi dua patung prajurit, yang bertengger sampai sekarang. ''Saat diresmikan Pak Djarwo disebut sebagai Sumber Pangkat, dengan harapan seluruh anggotanya bisa mendapat kelayakan hidup dengan pangkat dan gelar yang tinggi,'' tutur Slamet. Sejak saat itu kemudian banyak warga dari berbagai daerah yang mengultus wana wisata sebagai sarana mencari keberuntungan nasib. Tidak sedikit pengunjung yang datang hanya sekedar mengambil air sumber ini untuk berbagai tujuan. Nama Sumber Pangkat itu, paparnya, berawal dari keberuntungan nasib yang dialami Soedjarwo sebagai komandan Batalyon III, yang luput dari musibah ledakan bom. Saat itu, Soedjarwo lolos dari maut. Meski dia saat itu hanya berada sekitar 15 meter dari tempat ledakan bom. Seiring dengan perkembangan jaman, lokasi pemandian ini dikembangkan sebagai wana wisata, lengkap dengan bangunan kolam renang, wisma, pendap, bumi perkemahan, MCK dan sarana rekreasi keluarga. Sayangnya, berpuluh tahun wana wisata ini kurang mendapat penanganan optimal. Pola pengaturan lokasi juga kurang maksimal. Ini ditambah dengan kebiasaan buruk pengunjung yang membuang sampah sembarangan. Sehingga lokasinya terkesan kumuh dengan penataan ala kadarnya. Padahal wana wisata ini menyimpan panorama estetika alami dengan nilai historis tinggi. Bukan tidak mungkin, wana wisata ini menjadi wisata alternatif yang cukup menjanjikan. Bisa dijadikan sarana outbound yang menyenangkan, ajang penelitian pelaku pendidikan dan melepas lelah dengan bersantai sejenak. (lal) Bupati: PIM Layak Diteruskan Gotrah Siapkan Somasi Kades Sayangkan Aksi Pemukulan Bing Wan Masih Misterius Tiga Penjudi Sabung Ayam Diciduk Diperiksa Polantas, Kakek Tewas Mendadak BKD Akan Ambil Tindakan Dua Pengedar Koplo Dibekuk Bantuan Puluhan RT Nyantol RSUD dr Wahidin Soediro Husodo setelah Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bang Yos Ziarah di Makam Raden Wijaya Pengecer Togel di Ringkus Polisi Ramai-ramai Copot Sendiri Amel Akhirnya Berpulang Peserta KB Meningkat Tahu Bebas Formalin Beri Kontribusi Pendapatan 55 Persen Counter Ponsel Dibobol Parkir Depan Kantor, Motor Amblas HALAMAN KEMARIN Melihat Pedagang Bunga di Bantaran Sungai Brantas Oknum PNS Edarkan Upal Pelayanan Kecamatan Trawas Dikeluhkan Bandar Togel Mojowarno Lolos Merunut Sejarah Wana Wisata Sumberboto, Mojowarno, Jombang MAN 5 Bakar Spanduk, MAN 1 Teatrikal Masih Ada Bakso Dicampur Boraks Penjual Terancam Sanksi Pidana Penipuan Bermodus Undian Marak Lagi Polisi Amankan Miras tanpa Izin Yahoo! Toolbar kini dilengkapi Anti-Virus dan Anti-Adware gratis. Download Yahoo! Toolbar sekarang. http://id.toolbar.yahoo.com
[ac-i] Bang Yos sowan ke Pendiri Majapahit
Radar Mojokerto [ Kamis, 15 Januari 2009 ] Bang Yos Ziarah di Makam Raden Wijaya MOJOKERTO - Mendekati pelaksanaan pemilihan Presiden RI dan Pemilu 2009 makin banyak saja pejabat atau mantan pejabat negara yang mengunjungi makam petinggi Kerajaan Majapahit. Salah satunya dilakukan salah satu calon presiden (capres) Sutiyoso atau yang biasa dipanggil Bang Yos. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengunjungi makam Raden Wijaya Kartarajasa Jayawardhana di Siti Inggil Dusun Kedungwulan, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, kemarin. Bang Yos yang didampingi istrinya Setyarini juga menyempatkan diri untuk berdoa dan menyiramkan bunga di depan makam pendiri Majapahit itu. Kedatangan Sutiyoso kemarin disambut antusias warga setempat. Tidak hanya mengelu-elukan nama capres yang didukung Partai Indonesia Sejahtera (PIS) itu, namun dia disambut dengan tarian kuda lumping warisan Majapahit. Menurutnya, kedatangannya ke makam Siti Inggil merupakan bagian penutup dari rangkaian kunjungan safari Indonesia Pantang Menyerah dengan tema Penyelamatan Aset Budaya Bangsa. ''Makam ini memang menjadi pamungkas kami dalam safari Indonesia. Selain kunjungan yang pertama, bagi kami makam sejarah seperi Raden Wijaya ini bagian kekayaan sejarah yang harus dijaga dan dilestarikan, ujarnya di hadapan masyarakat. Menurut Bang Yos, dengan kekayaan yang dimiliki, khususnya kawasan Trowulan yang dikenal sebagi obyek wisata potensial karena terdapat berbagai macam situs kerajaan, tidak semestinya terjadi perusakan. Seperti yang terjadi saat pelaksanaan pembangunan Pusat Informasi Majapahit (PIM). Sebab, dibanding negara lain seperti Singapura atau Brunei Darussalam, Indonesia masih memiliki banyak situs kerajaan atau peninggalan Majapahit dengan nilai tinggi. ''Dibandingkan Monas, Majapahit ini jauh lebih mahal. Makanya kalau PIM itu merusak situs sejarah harus segera dihentikan, terangnya. Disinggung mengenai peluangnya menduduki kursi RI I (Presiden, Red) pada Pilpres 2009, dia karena diusung partai gurem, dia mengaku tetap optimistis. Meski enggan menyebut berapa anggaran kampanye yang akan dikeluarkan, namun baginya pendekatan kepada masyarakat melalui Safari Indonesia Pantang Menyerah dinilainya cukup efektif untuk mengenalkan diri. ''Makanya saya rasa sosialisasi langsung kepada masyarakat tidak masalah. Yang penting mereka tahu bentuk fisik saya, tidak hanya sekedar mimpi dan melihar dari televisi, paparnya dengan didampingi Ketua DPP PIS Budiyanto. (ris/yr) Bupati: PIM Layak Diteruskan Gotrah Siapkan Somasi Kades Sayangkan Aksi Pemukulan Bing Wan Masih Misterius Tiga Penjudi Sabung Ayam Diciduk Diperiksa Polantas, Kakek Tewas Mendadak BKD Akan Ambil Tindakan Dua Pengedar Koplo Dibekuk Bantuan Puluhan RT Nyantol RSUD dr Wahidin Soediro Husodo setelah Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Pengecer Togel di Ringkus Polisi Ramai-ramai Copot Sendiri Amel Akhirnya Berpulang Merunut Sejarah Wana Wisata Sumberboto, Desa Japanan, Kecamatan Mojowarno, Jombang Peserta KB Meningkat Tahu Bebas Formalin Beri Kontribusi Pendapatan 55 Persen Counter Ponsel Dibobol Parkir Depan Kantor, Motor Amblas HALAMAN KEMARIN Melihat Pedagang Bunga di Bantaran Sungai Brantas Oknum PNS Edarkan Upal Pelayanan Kecamatan Trawas Dikeluhkan Bandar Togel Mojowarno Lolos Merunut Sejarah Wana Wisata Sumberboto, Mojowarno, Jombang MAN 5 Bakar Spanduk, MAN 1 Teatrikal Masih Ada Bakso Dicampur Boraks Penjual Terancam Sanksi Pidana Penipuan Bermodus Undian Marak Lagi Polisi Amankan Miras tanpa Izin Ada Naruto, Sandra Dewi dan MU di Yahoo! Indonesia Top Searches 2008. http://id.promo.yahoo.com/topsearches2008
[ac-i] Trowulan
PROPOSALDear Moderator, Mohon ijin menyampaikan seruan ini demi menyelamatkan aset pusaka budaya bangsa. Terima kasih. TRI WULANG UNTUK TROWULAN Pernyataan sikap dan tuntutan Petro Majapahit untuk pelestarian Situs Trowulan 1. Bahwa Situs Trowulan adalah situs yang sangat penting bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan, serta sejarah bangsa Indonesia. Oleh karena itu Situs Trowulan harus dilestarikan dengan cara-cara yang benar sesuai dengan prinsip-prinsip pelestarian. 2. Bahwa setiap bentuk perusakan tidak dibenarkan, baik yang dilakukan oleh individu maupun lembaga, lebih-lebih pemerintah, sebagaimana disebutkan dalam UU RI No.5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dan peraturan perundang-undangan yang mengikutinya. 3. Bahwa setiap pengembangan dan pengelolaan Benda Cagar Budaya dan Kawasan Cagar Budaya harus melibatkan sebanyak mungkin pemangku kepentingan (stakeholders) dan masyarakat sekitar. Berkenaan dengan telah terjadinya perusakan Situs Trowulan, maka kami menuntut: 1. Pemerintah, dalam hal ini Menteri Kebudayaan dan Pariwisata beserta seluruh jajaran di bawahnya, harus segera menjelaskan secara terbuka tentang proyek Majapahit Park kepada publik dengan rinci. 2. Pemerintah harus menghentikan proyek Majapahit Park, dan proyek-proyek pengembangan Kawasan Cagar Budaya lainnya yang menggunakan modus serupa. 3. Pemerintah harus mengembalikan seperti semula (rehabilitasi) kondisi situs yang rusak akibat pengembangan Majapahit Park. Kesalahan dalam pelaksanaan pembangunan Majapahit Park sangat fatal karena telah menghancurkan aset pusaka budaya bangsa sehingga telah melukai hati bangsa Indonesia, dan menginjak-injak prinsip pelestarian yang seharusnya diteladankan oleh pemerintah sebagai pemegang mandat seluruh rakyat Indonesia. Bukan sebaliknya, pemerintah justru memberi contoh buruk dengan merusaknya. Jika pemerintah tidak mengindahkan seruan ini, maka rakyat Indonesia berhak melakukan class action, menuntut pertanggungjawaban pemerintah melalui jalur hukum. Sebagai rakyat Indonesia, kami yang menyampaikan seruan ini bersedia duduk bersama dan ikut memberikan sumbangan pemikiran demi tercapainya tujuan pelestarian pusaka budaya Indonesia yang berkelanjutan. Yogyakarta, 9 Januari 2009 Petro Majapahit (Peduli Trowulan - Masyarakat Jogjakarta Pemerhati Pelestarian Situs Budaya) 1. Forum Pelestarian Lingkungan Budaya Yogyakarta (Forum Jogja) 2. Dewan Pertimbangan Pelestarian Warisan Budaya Yogyakarta (DP2WB) 3. Jogja Heritage Society 4. Center for Heritage Conservation, Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Univ. Gadjah Mada 5. Green Map Indonesia 6. Kerupuk (Komunitas Peduli Ruang Publik Kota) Yogyakarta 7. Senthir, the Youth Spirit of Jogja Heritage Society 8. Bonang Foundation 9. Yayasan Kanthil Kotagede Anggi MinarniDharma Gupta Sekretaris Forum Jogja Ketua Forum Jogja 1
[ac-i] PIM relokasi!
PIM Majapahit Akhirnya Pindah KOMPAS/YURNALDI Benda Cagar Budaya Wringin Lawang di Trowulan, Jawa Timur. Pintu Gerbang Kerajaan Majapahir. / KOMPAS- Kamis, 15 Januari 2009 | 03:06 WIB JAKARTA, KAMIS--Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik mengatakan, pembangunan Pusat Informasi Majapahit (PIM) akhirnya dipindahkan ke tempat lain. Kita akan merelokasi Pusat Informasi Majapahit itu, kata Menbudpar Jero Wacik dalam jumpa pers di kantornya di Jakarta, Rabu. Keputusan untuk memindahkan PIM tersebut, katanya, merupakan salah satu hasil kesimpulan rapat antara pihak Depbudpar yang dipimpin Menbudpar, kalangan Arkeolog yang diwakili oleh Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia Prof Dr Mundardjito, kalangan arsitek dan perwakilan proyek pembangunan PIM pada Selasa (13/1) malam. Menbudpar mengatakan, pemidahan PIM akan tetap berada di kawasan situs Majapahit Trowulan dengan mencari lahan yang tidak ada peninggalan purbakalanya. Atas usulan pak Mundardjito, PIM akan dipindah pada areal yang memang sudah rusak oleh penggalian, tetapi lahan itu bukan milik pemerintah, katanya. Oleh karena itu, pihaknya mengusahakan untuk membeli tanah tersebut dengan meminta persetujuan DPR. Menbudpar mengakui salah satu kesalahan pembangunan PIM adalah membangun pada tanah milik pemerintah di areal situs Trowulan yang ternyata di bawahnya terdapat benda-benda peninggalan Majapahit. Kesimpulan hasil rapat lainnya yaitu pembangunan PIM sudah dihentikan, dan pembentukan tim evaluasi pembangunan PIM yang diketuai oleh Mundarjito serta rehabilitasi situs Majapahit yang rusak karena pembangunan PIM itu. Rehabilitasi akan dilakukan semaksimal mungkin, kata Menbudpar. Sedangkan tim evaluasi pembangunan PIM terdiri dari 10 orang termasuk ketua Mundardjito terdiri dari perwakilan arkeolog, arsitek, depbudpar dan LSM setempat. Anggota tim tersebut yaitu Dr Daud Aris Tanudirdjo (Arkeolog UGM), Arya Adieta (IAI/Ikatan Arsitek Indonesia), Osrifoel Oesman (IAI), Anam Anis (LSM Gotnan Wilwatikta, Mojokerto), Gatot Gautama (Kasubdit Perlindungan Peninggalan Bawah Air Depbudpar), Junus Satrio (Kepala Pusat Litbang Kapuslitbang Kebudayaan Depbudpar) dan Sonny Chr Wibisono (Kabid Data dan Publikasi Puslitbang Arkeologi Depbudpar). Menbudpar mengatakan, pembangunan PIM itu tidak ada kaitannya dengan menjelang Pemilu 2009 atau sengaja untuk merusak situs purbakala Majapahit. Justru pembangunan PIM, katanya, bertujuan mengangkat sejarah kebesaran Majapahit dan agar bisa menjadi daya tarik masyarakat dan wisman, maka masyarakat Trowulan akan diuntungkan dan bisa beralih dari pembuat batu bata dan perusak situs menjadi rantai pariwisata Taman Majapahit. Sedangkan Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia Prof Dr Mundardjito mengatakan kasus ini menjadi pelajaran berharga bahwa pembangunan di suatu situs purbakala harus hati-hati agar tidak merusak situs itu sendiri. Dia mengatakan perlu dibuat suatu aturan yang jelas bagi pembangunan atau pemugaran situs purbakala karena kerusakan baik yang disengaja maupun tidak seringkali terjadi di berbagai situs purbakala di Indonesia.(ANT) JY Apakah wajar artis ikut Pemilu? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers. http://id.answers.yahoo.com