[ac-i] Keuntungan di JAKARTA : Rabu atau Kamis 3-4 Juni sudah bisa beli PSD di GRAMEDIA!!! [1 Attachment]

2009-06-12 Terurut Topik Wajah Bercahaya
SAMBUTAN-SAMBUTAN
NOVEL “PENDEKAR SENDANG DRAJAT “ MASUK KE PERCETAKAN SENEN,KELAR "1 JUNI" dan 
beredar di toko buku GRAMEDIA mulai Rabu atau Kamis 3-4 Juni 2009
 

   

   

Toto Sonata ,
penyair,budayawan Surabaya 
: 

   

Semoga bukumu nanti jadi Best Seller!

   

   

Anas Urbaningrum ,
politikus , Ketua DPP Partai Demokrat : 

   

Selamat Cak !

   

   

Tonny Trimarsanto ,
sutradara film kelompok Garin Nugroho : 

   

Selamat sukses! Kutunggu di toko ya.

   

   

Sun’an Hadi Purnomo ,
Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan , Ketua PUALAM ( Putra Lamongan di
Jakarta ) : 

   

Semoga sukses Mas !

   

   

DR.Son Kuswadi , Staf
Khusus Menkominfo RI : 

   

Semoga sukses Pak Viddy…suksesnya melebihi “Lasykar
Pelangi”..Amn…

   

   

Pinky Saptandari , MA 
, Staf Khusus Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan :  

   

Selamat dan semoga sukses !

   

   

Drs.H.Tsalits Fahmi ,
Wakil Bupati Lamongan : 

   

Semoga sukses n barokah!

   

Yuhronur Efendi, SE,
MM, Direktur Utama Bank Daerah Lamongan :  

   

Oke Mas, mudah-mudahan lancar novelnya!

   

   

Al-Azhar , budayawan
Melayu Riau : 

   

Yup ! Semoga semuanya berjalan lancar. Selamat !

   

   

KH.Dawam, pengasuh
Ponpes Al-Ishlah Sendang Duwur , Lamongan : 

   

Semoga sukses ! Saya Dawam,orang menyebut saya kyai, saya
lahir di desa Sendang dan kakekku Sunan Drajat. Jadi,ada synkron dengan novel!

   

   

Kongso Sukoco ,
wartawan di Lombok, NTB : 

   

Selamat atas diterbitkannya karya budayawan Asia Tenggara,sahabat
zaman remajaku!

   

   

Sumindar,MSi ,pejabat
dinas kebudayaan di Samarinda, kelahiran Lamongan  :  

   

Selamat Bung ! Kutunggu edisi perdananya!

   

   

Yan Syahrial Mokhtar,
produser,pengusaha, calon mertua Jean Kelin alias Nycta Gina: 

   

Oke gua do’ain sukses !

   

   

Jumartono , pelukis
kaliber nasional dari Lamongan : 

   

Aku do’akan lancar dan sukses. Hidup bang VIDDY , pendekar
Lamongan ! 

   

   

Aly Syamsuddin Arsy ,
sastrawan Kalimantan Selatan : 

   

Wah, ikut berbahagia…semoga sukses di pasaran yaa…

   

   

DR.Zefri Ariff, dosen
dan sastrawan Brunei 
Darussalam : 

   

Assalamu alaikum, Pak Viddy,

Tahniah atas usaha penerbitan novel tersebut.

Saya menempah/memesan dua naskhah kpd sahabat MASTERA dari Brunei yang akan ke 
Jakarta pada Julai hadapan.

   

Isa Kamari ,
sastrawan Singapura : 

   

Salam,



Syabas atas terbitnya novel PENDEKAR SENDANG DRAJAT ! Asiiik!







   



   Yahoo! Mail Sekarang Lebih Cepat dan Lebih Bersih.   Rasakan bedanya! 


Akses email lebih cepat. 


 Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang 
dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! (Gratis)





   Yahoo! Mail Sekarang Lebih Cepat dan Lebih Bersih.   Rasakan bedanya! 

Mencari semua teman di Yahoo! Messenger? 
Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger dengan mudah sekarang!


Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat.
Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang!

New Image.JPG


BalasBalas Semua


  Yahoo! Upcoming: Singapore Arts Festival 2009 15 Mei - 14 Juni 2009. 
Lihat!  http://upcoming.yahoo.com/event/2166746/

Re: [ac-i] Profile Seniman

2009-06-12 Terurut Topik Kuntet Dilaga
adakah syarat-syarat khusus seseorang itu disebut seniman, apakah seniman itu 
berupa gelaran atau kita sendiri yang menggelarnya. seniman adalah manusia yang 
indah, hehehe.. ataukah manusia yang menciptakan keindahan sendiri
duh bingung nich si Mbah...

Mari-mari yang mengaku-aku sebagai Seniman jangan lupa ya kirim...

aduh maaf lagi gelo... hehehe

salam seni,
Mbah Kuntet


--- On Wed, 6/10/09, riessa wijaya  wrote:

From: riessa wijaya 
Subject: [ac-i] Profile Seniman
To: "aci milist" , "media jogja" 
, lintas...@yahoogroups.com, 
woroworosenik...@yahoogroups.com, publiks...@yahoogroups.com
Date: Wednesday, June 10, 2009, 7:44 AM
















  
  Kawan-kawan perupa,

Bila berkenan, buatlah profil anda selengkap mungkin disertai foto diri/ 
beberapa foto karya lalu diserahkan dalam bentuk CD ke Bentara Budaya Yogya 
untuk kami gunakan menambah/ mengupdate profil seniman di web Bentara Budaya.. 
(silakan lihat contoh profilnya di http://www.bentarab udaya.com/ seniman..php) 
.  

Atas kerjasama dan bantuan Anda ini kami mengucapkan terima kasih.

Salam Budaya 
Hari Budiono

   Yahoo! Mail Sekarang Lebih Cepat dan Lebih Bersih.   Rasakan bedanya! 
 

  




 

















  

[ac-i] Fw: Ardina Rasti Keliling Jawa dan Bali Peragakan Kebaya

2009-06-12 Terurut Topik BDG KUSUMO

- Original Message - 
From: Mawar Liar Merah 
To: a...@cbn.net.id ; Eva Kusuma Sundari ; Henny Hughes ; 
institut_peremp...@yahoo.com ; perempuan_mahardh...@yahoo.com ; Redaksi 
IslamLib ; Yeni Zannuba 
Cc: ANTARA ; ccde.a...@gamail.com ; HKSIS ; ICRP ; infowi ; Jajang C Noer ; 
Jurnal Perempuan ; La Luta ; Media Care ; Mirdayanti ; Monolog ; 
msan...@icipglobal.org ; nasional-l...@yahoogroups.com ; PPMUH ; Redaksi Gus 
Dur Net ; Rieke DP ; Yuyun Harmono 
Sent: Saturday, May 30, 2009 9:52 AM
Subject: [nasional-list] Ardina Rasti Keliling Jawa dan Bali Peragakan Kebaya





  Biarkanlan perempuan Indonesia bebas berbusana kebaya atau burqa, prianya 
menyandang koteka atau bergaya David Beckham. Plural, bebas, tanpa repot kan
  Ardina Rasti Keliling Jawa dan Bali Peragakan Kebaya
  Sabtu, 30 Mei 2009 | 14:23 WIB

  TEMPO Interaktif, Jakarta: Belakangan ini Ardina Rasti kerap tampil 
dengan busana feminin. Entah itu gaun maupun kebaya. Seperti saat dijumpai di 
SCTV Music Awards 2009 semalam (29/5), pemain film "Virgin" itu tampak anggun 
dengan gaun putih selutut koleksinya sendiri. Kala ditanya alasan gandrung 
tampil feminin, Ardina membeberkan dia sudah menjadi ikon Raden Sirait, 
perancang kebaya ternama Indonesia, selama tiga tahun.

  “Aku melihat rancangan Raden Sirait unik karena mengangkat kebaya dan 
batik. Sedangkan, menurutku, Raden Sirait memilihku jadi ikonnya karena dia mau 
mengangkat anak muda yang suka berkebaya dan berbatik. Saya termasuk orang yang 
suka dengan kebaya dan batik,” ungkap penyanyi yang telah mengeluarkan album 
keduanya, Pelangi, Februari lalu.

  Karena sudah menjadi icon rancangan Raden Sirait, konsekuensinya Ardina 
harus mengikuti setiap pagelaran kebaya setiap bulan. Kekasih Lucky Wija, 
mantan vokalis grup band Element, ini mengaku sudah keliling Pulau Jawa dan 
Bali untuk memeragakan kebaya. 

  Soal selera kebaya Ardina punya alasan sendiri. Ia suka kebaya dan batik 
karena adat Jawa keluarganya. Walaupun tak punya koleksi kebaya dan batik 
secara pribadi, Ardina masih dapat memakai kebaya dan batik dari koleksi 
orangtuanya.

  “Aku ingin kebaya dan batik seperti kain sari India. Itu sudah menjadi 
ciri khas India dan dikenal banyak orang. Nah, aku pengen banget kebaya dan 
batik bisa jadi salah satu simbol Indonesia. Makanya aku bercita-cita bawa 
kebaya dan batik go international,” ungkap perempuan yang lahir 6 Januari 1986 
ini.

  GLORIA NATALIA

 





Get your new Email address! 
Grab the Email name you've always wanted before someone else does!








No virus found in this incoming message.
Checked by AVG - www.avg.com 
Version: 8.5.339 / Virus Database: 270.12.46/2142 - Release Date: 05/29/09 
17:53:00


Re: [ac-i] Press rilis: Seminar & Pameran Seni Rupa "Wong Jawa Ilang Jawane", Solo

2009-06-12 Terurut Topik ipong bbj
Halo Mas Agung,

Saya mau koreksi sedikit tentang mengeja nama saya. Yang benar nama saya
adalah Ipong Purnama Sidhi. Soal sepele tapi penting. Jadi tolong diralat di
semua publikasi entah katalog, undangan, leaflet dan sebagainya. Matur
nuwun.

ipong





On 6/11/09, agung priyo wibowo  wrote:
>
>
>
> *
>
> BALAI SOEDJATMOKO
> *
>
> Jl. Slamet Riyadi 284, Solo
>
> __
> *
>
> "Wong Jawa Ilang Jawane"
>
> Seminar dan Pameran Seni Rupa
>
> Solo, 14 – 23 Juni 2009
>
>
> *
>
> Balai Soedjatmoko di Solo bekerja sama dengan House of Danar Hadi (HDH)
> pada Minggu 14 Juni 2009 akan mengadakan Seminar bertema "Wong Jawa Ilang
> Jawane", bersamaan dengan Pameran Seni Rupa juga bertema "Wong Jawa Ilang
> Jawane" yang akan berlangsung mulai 14 Juni hingga 23 Juni 2009, di Balai
> Soedjatmoko (TB Gramedia Solo) dan gadri belakang Pendapa House of Danar
> Hadi.
>
> Seminar "Wong Jawa Ilang Jawane" akan diadakan di Pendapa HDH atau yang
> dahulu lebih dikenal sebagai Ndalem Wuryaningratan, pada 14 Juni 2009 mulai
> pukul 11.00 WIB. Adapun pembicara yang akan tampil adalah Dr S Margana (UGM
> Yogyakarta), MT Arifin (budayawan Solo), dan Suparto Brata (sastrawan dari
> Surabaya).
>
> Pameran Seni Rupa dengan tema "Wong Jawa Ilang Jawane", dibuka Minggu 14
> Juni 2009, pukul 10.00 di Balai Soedjatmoko, dan akan berlangsung hingga 23
> Juni 2009, sedang di House of Danar Hadi. Pameran bersama ini diikuti 37
> perupa dari Solo, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta. Beberapa nama terkenal
> yang ikut di antaranya, Djoko Pekik, Jeihan, Teguh Ostenrik, Nasirun, Heri
> Dono, Ivan Sagito, Ipong Purnomosidhi, Samuel Indratma. Sejumlah pelukis
> dari Solo yang akan ikut serta, di antaranya Hasyim Katamsi, Dani Iswardana,
> Enggar Yuwono, Ki Gedhe Solo.
>
> *Latar*
>
> Ungkapan "Wong Jawa Ilang Jawane" sampai sekarang masih tetap aktual dan
> mendapatkan banyak tafsir. Ungkapan ini memang terkesan mengandung
> kontradiksi dan ambiguitas untuk memahami: siapa yang disebut "wong Jawa"
> itu?
>
> Kita mungkin memahami bahwa dari ungkapan itu seakan ada idealitas "wong
> Jawa" dalam berbagai dimensi. Apakah "wong Jawa" itu memiliki
> kriteria-kriteria yang baku atau permanen? -- di samping tidak tertutup
> kemungkinan terjadi proses akulturasi dengan peradaban dari suku-suku bangsa
> lain.
>
> Penetapan idealitas "wong Jawa" itu juga memiliki kemungkinan secara
> ekslusif atau inklusif dalam menghadapi arus serta spirit zaman yang
> berubah.
>
> Lantas, apa maksud "ilang Jawane"? Apakah yang hilang itu otensitas
> kepribadian dan totalitas serta konstruksi kebudayaan Jawa? Para ahli
> memiliki pelbagai argumentasi untuk memahami masalah ini, meskipun selalu
> dalam tafsir yang tak selesai.
>
> Franz Magnis Suseno menilai bahwa memahami "wong Jawa" akan mengena jika
> memakai parameter etika. Seseorang dianggap "(wong) Jawa" jika memenuhi
> tatanan etis kejawaan. Orang yang belum sanggup untuk menerima, memahami,
> dan mengamalkan nilai-nilai etis Jawa biasanya disebut sebagai "*durung*Jawa" 
> (belum Jawa).
>
> Penilaian "*durung* Jawa" ini juga menjadi fokus dari Dennis Lombard –
> ahli sejarah komprehensif asal Perancis -- tapi dengan pemahaman konteks
> kebudayaan yang lebih kompleks. Kita akan mengalami kesulitan jika
> melanjutkan pembahasan atas wacana "Wong Jawa Ilang Jawane", sebab dalam
> konteks sejarah masih tertutupi oleh tabir politis dan filosofis.
>
> Bagaimana orang menyadari bahwa ada idealitas atas realitas kejawaan?
>
> Kejawaan apa yang masih mungkin dikenali dengan bukti-bukti memadai?
>
> Kejawaan niscaya memiliki akar historis yang mengandung otensitas dan
> derivasi dari pola akulturasi terhadap berbagai peradaban yang masuk ke
> Jawa. Pelacakan atas otentisitas kejawaan itu merepotkan, tetapi
> jejak-jejaknya mungkin tampak dari proses dan hasil dari indianisasi,
> arabisasi, chinasisasi, dan pembaratan yang terjadi sekian abad.
>
> Ikhtiar untuk mencari dan merumuskan "wong Jawa" dengan kejawaan itu
> dilakukan dengan tendensi pada sisi-sisi substantif yang berbeda.
>
> Kejawaan itu antara lain dipahami dalam konteks laku kebatinan, pemahaman
> atas kekuasaan, konstruksi kebudayaan elite (keraton), resistensi kaum
> pinggiran, penciptaan dan munculnya simbol (gaya busana, arsitektur rumah,
> seni rupa), identifikasi diri terhadap tokoh dan kisah wayang, komodifikasi
> kejawaan melalui naskah-naskah tekstual (literatur), sinkretisme dengan
> pengaruh dari berbagai agama (Hindu, Buddha, Islam, Kristen), penerimaan
> kejawaan melalui folklor, serta desain kolonialisme.
>
> Barangkali yang menarik untuk dibahas pada saat ini adalah membaca serta
> menafsirkan ungkapan "Wong Jawa Ilang Jawane" dalam konteks pelanggengan
> stereotipe dan klise kebudayaan.
>
> Konteks perbandingannya adalah mempersoalkan makna munculnya identitas
> kejawaan yang selalu berubah sesuai dengan tegangan lokal maupun global
> dalam wacana mutakhir.
>
> Pendekatan yang mungkin dilakukan adalah melakukan tafsir

[ac-i] puting puisi, paha prosa, dalam penyair gema yudha dan saijah adinda

2009-06-12 Terurut Topik hudanhidayat
Kris Budiman at 10:06am June 11

kata, atau kata kata, seperti seks juga, kadang kita harus beri baju dalam 
bahasa. [...]. tonjolan daging dalam tubuh, tak nampak benar. tapi membayang. 
tonjolan puisi diselimuti baju dalam bahasa.

- cuma aih aih aih hudan idih idih idih yg bisa bikin simile kek gini. gw bgtz 
hung. i really like ur phrases.

---

gema yudha
kampanye

Share
Yesterday at 1:33am

bendera-bendera menodong bank-bank dan pundi uang
membohongi brankas dan celengan
spanduk dan poster stiker mengelem orang-orang
mereka mengejarmu mengejarku
mengincar kita di pasar-pasar
terminal hingga kamar mandi
dengan bunga sedap malam mereka mengikat boneka;
kita

140309
17.53

-

1.

atau pun dalam bahasa prosa, atau pun dalam bahasa puisi, selalu muncul kesan 
saat kita membaca sastra. kesan yang berupa pertanyaan atas pengalaman kita 
membaca sastra itu sendiri. yakni: mengapa saya lebih suka membaca puisi itu, 
ketimbang puisi ini. atau: mengapa saya lebih suka membaca prosa ini, ketimbang 
prosa itu.

resepsi pembaca atas sebuah puisi membawa "alur dalam puisi" - kenangan akan 
tiap peristiwa dan kejadian dalam benak pembaca. sebuah puisi sendiri mungkin 
memang tak menyediakan alur dalam dirinya, tapi alur itu - gugus orang, 
kejadian, konflik ataupun damai, membentuk gugus plot di benak pembaca.

kesan pembaca, atas sebuah struktur larik dalam puisi, untai menguntai kata 
kata dalam larik dan bait itu, pastilah memiliki kata kunci yang mengantarkan 
kita pada imaji atau pada imajinasi, yang membuat kita mengenang alur yang kini 
bergerak menjadi naratif dalam benak kita sendiri. kenangan timbul tenggelam, 
akan tiap kejadian, kenangan yang seolah tubuh keluar masuk dalam arus sungai. 
tubuh yang diantar oleh sintaktik kata kata dalam puisi.

bisa jadi resepsi kita tak langsung merujuk pada kenangan. tapi terpukau dengan 
daya getar yang menyambar dari bait bait puisi. bait bait yang mungkin malah 
tak menunjuk kenangan pada apapun. tapi kita terserap, karena terpukau oleh 
jalin jalin kata di sana.

kata kata yang menerebos ke dalam ruang sadar kita, masuk ke sebuah celah celah 
dalam hati, menggetar getarkan celah itu, seolah sebuah vibrator (maaf) 
menggetar getarkan vagina kita, atau penis kita. dan kita pun tergetar, tanpa 
tahu, atau harus tahu, apa makna dunia puisi itu.

kita telah mengalami "seks dalam puisi", walau puisi itu sendiri tak bicara 
tentang sepotong kelamin pun. tapi libido kata kita telah terangsang, telah 
basah oleh bukan kenangan (akibat asosiasi) tapi oleh licinnya jalin jalin kata 
di sebuah puisi.

i idih i dunia kata itu

kata, atau kata kata, seperti seks juga, kadang kita harus beri baju dalam 
bahasa. puisi menjadi seolah tubuh perempuan, atau tubuh lelaki, yang 
menjuntaikan benda dalamnya separuh, atau secara samar samar. tonjolan daging 
dalam tubuh, tak nampak benar. tapi membayang. tonjolan puisi diselimuti baju 
dalam bahasa.

sehingga seperti tubuh, puisi tak telanjang. seperti tubuh, tonjolan daging 
dalam dibalut busana. hanya samar pintil hitam kemerahan yang membayang dalam 
mata kita.

kain yang menutup badan, memang tak harus tebal, dan dijulurkan ke segenap 
badan, agar gairah mata berkejap. begitu juga dengan selimut bahasa itu: tak 
harus tebal, agar puisi tak jatuh ke dalam bahasa gelap. menjadi puisi gelap.

tapi tadi: samar samar saja. seolah ia, seolah tidak. seolah gadis jinak jinak 
merpati. seakan mau, seakan malu.

ia lari, tapi tak hendak lari. mana kala tangan kita meraih pinggingnya yang 
mungil, lalu tangan mengulur ke rambutnya, segera ia sambil mendorongkan tubuh 
ke belakang, tapi telah jatuh di pelukan kita. saat kita dekati, mata yang 
tadinya bersinar gemilang memandang, kini pelan pelan mengatup. tapi, saat kita 
hendak lebih dekat lagi, bibirnya membentuk palang di bibir kita.

begitulah dunia kata kata itu - puisi.

manipulasikah ini?
bukan.
lalu apa?
kawannya.
tapi entahlah.
seolah olah ia,
tapi kayaknya bukan ia.

mungkin sajak gema yudha di atas itu, harus dibaca secara seks dalam puisi 
seperti di atas itu juga.

2.

bujang dan gadis, perkanankan saya mengutip sebuah prosa legendaris yang lahir 
dari bumi kita: sebuah novel - mac havelaar. pengarangnya bernama multatuli - 
ia yang telah lama (nian) menderita.

saya kutip halaman 274.

"ayah saijah mempunyai seekor kerbau; dengan kerbau itulah ia mengerjakan 
sawahnya. ketika kerbau itu dirampas oleh kepala distrik parangkujang, ia 
sangat bersedih hati. ia tidak berkata sepatah kata, berhari hari lamanya. 
sebab sebentar lagi tiba musim membajak, dan ia khawatir kalau tidak cepat ia 
mengerjakan sawah, waktu menyemaipun akan lewat, dan akhirnya tidak ada padi 
yang akan dipotong untuk disimpan di dalam lumbung di rumah."

anggap saja paragraf itu bukan bagian dari novel mac havelaar, tapi kita 
renggutkan dari pohon kehidupan secara langsung. lalu hadir di depan mata kita 
seperti itu. sehingga kita tak d

[ac-i] puisi jehan, puisi saut, dan "arogansi" ilmu sastra

2009-06-12 Terurut Topik hudanhidayat
puisi jehan, puisi saut, "arogansi" ilmu sastra, dan keterbatasan dalam bahasa 
dan ilmu sastra

Share
Yesterday at 8:28pm | Edit Note | Delete


nur jehan

Gelisah Dara


Gerimis bawa kenang bait-bait luka menganga, meretas kembali asa dari ruang 
kosong yang
senantiasa mengingatkan dara pada ujung nada melodi senja. Temaram lukiskan 
kelam suguh
sajian tujuh rupa, masih saja dara menyium bau dupa dari gubuk reot tepi desa 
ketika pintal
benang masih utuh dalam genggaman, ahh dari rahim-rahim bambu ujung utara, 
berkisah dara
tentang ketiadaan bulan atas bintang, matahari atas bumi. dan hidup setelah 
mati. Tersenyum
dara sehingga kepompong matang sebelum dawai dipetik, binar mata bicara pada 
cahaya,
katanya 'benua dan samuderaku ini seperti hilang dahi, pasir tak lagi menyisir 
tempat perahu kayu menambat sauh, orang-orangan kusangka orang, burung punai 
menantang badai', diam dara
dalam khusyuk memangku dagu, kelopak mata enggan mengatup.

Fajar sembunyikan kelam, pada kokok ayam jago, pada tetes embun di daun, 
mengusir kabut
mengajak merayakan pesta musim panen tiba. Nafasnya satu-satu, seolah habis 
waktu untuk bercengkrama, detaknya...apa yang terjadi pada dara? ani-ani 
pertanda imaji, mata bajak koyak
selapis hasrat, lumpur bawa lintah benam amarah. Tak tentu dara melangkah, ke 
penjuru angin,
ke tepian angan, ke arah bekas jejak saat dara tak lagi menjadi dara. Sungai, 
batu, kayu, dan
tanah bawa amarah, benih-benih terhunus hangus, tapi dara enggan bawa berita, 
jemarinya
menari-nari di atas reruntuhan doa, mengais-ngais kalam, dan mengorek-ngorek 
bebongkah
pongah. Jam dinding, kayu lapuk penjaga mantra, dara beranjak menuju akhir, 
akhir untuk
memulai laksana berputar.

Memandang sejurus, merasa selurus, binatang malam menari-nari sambut bulan di 
empat belas
hari, takdir dara bermula disini, kunang-kunang tabuh genderang , terbang 
menuntun dara
menuju pusat cakra menyambut lahirnya sang penanda. 'Dalam gelisah dara 
bertanya' berapa
lama lagi hingga semua binasa?, menunggu apalagi hingga aku mampu meniadakan 
keniscayaan?
'. Rebah atas tanah, lentera sufi dibalik tirai bayi-bayi suci.

(11022009)

Tapaktuan, Aceh Selatan


Tabik

Puan Melayu

---

saut situmorang

hanya dari jauh
aku bisa mengakrabimu


aku pun kenal lekak liku
garis tubuhmu, warna kulitmu yang biru
mulus berkilau waktu kau
tertidur di pangkuan matahari
yang selalu gagal mencumbumu.
hanya rambutmu yang pirak perak
kau biarkan diusap usap angin
di pasir yang berhias jejak jejak kami camar
yang berburu ikan-ikan kecil nanar.

sesekali perahu perahu nelayan
robek layar
merangkak malas, tak hendak
mengusikmu, wajah wajah mereka
tak tampak gembira
walau banyak penyair memaksa
mereka bahagia. burung burung camar
yang biasanya ribut pun
kini tak lagi tertarik mendekati mereka.

kadang timbul juga hasrat menghanyutkan diri di kelembutan
napasmu. bercanda dengan naik turun
gelombang mimpimu. mungkin, jatuh cinta
pada bau tubuhmu.
yang memabukkan matahari tua itu.
tapi, tak usahlah aku memaksa diri
untuk mengakrabimu.
bulan adalah kekasihmu
yang sejati. seharian kau menunggu
membiarkan matahari bermimpi
sementara rindu kau pendam
di balik karang karang berlumut ganggang.
bulanlah cintamu
yang sejati. kau jadi hidup
di ujung ciumannya yang kejam.
dadamu bergejolak, tangan dan kakimu
menghentak waktu sang kekasih muncul penuh
dari balik tirai malam
yang mendebarkanmu.
betapa gemurunya napasmu
dalam rangkulan bulan itu! karang-karang
bergetar, hilang tampak
dalam birahi ombak, pantai
hilang pasir dan malam tenggelam
hanyut dalam badai yang seharian terpendam.

tak mau aku, laut
seperti matahari sial itu
memaksa diri untuk memabukimu.
biarlah hanya
dari jauh aku terus mengakrabimu.


--

1
puisi adalah dunia bebas tempat sang penyair bermain main dengan bahasa. kalau 
saya katakan bermain main, karena sang penyair saat menulis puisi atau saat 
memikirkan sebuah puisi, pada hakekatnya sedang menyusun ulang tiap 
perjumpaannya dengan hidup. di mana kenangan dibangkitkan atau harapan hendak 
dituliskan. atau hanya persentuhan langsung yang menjadi reaksi sebuah puisi.

saya akan menikmati sajak penyair jehan dan penyair saut situmorang ini, dengan 
pertama tama hendak menawar pengertian yang menjadi konvensi ilmu sastra, lebih 
khusus lagi pengertian yang dibangun ilmu sastra tentang puisi. tapi ingin 
mengetengahkan kemungkinan unik dari individu penikmat seni puisi tanpa 
pembatasan dari dunia ilmu (sastra).

kita tahu tipografi (juga tipologi), cara "lirik" dalam larik disusun, digelar 
ke pinggir, telah melahirkan enyambemen dalam puisi. masa istirahat dari 
rangkai kata kata - larik itu. dengan harapan terjadi tekanan makna pada larik 
yang digelar. tapi enyambemen ini, telah melahirkan patahan dalam bahasa. telah 
membuat laju bahasa tertahan (bahasa puisi saut patah patah, kata jehan syauqi 
saat membandingkan dengan bahasa puisi nur jehan).

maka eny

[ac-i] Ketika China Menginspirasi Renaisans Eropa [Majalah Madina]

2009-06-12 Terurut Topik Pustaka Alvabet

HTML clipboard


 


Ketika China Menginspirasi Eropa

 

Resensi Buku 1434 (Gavin 
Menzies)

Majalah Madina 
| No. 17/II Juni 2009 | Oleh Moh. Shofan*

 
 
 

Buku 1434, yang ditulis oleh Gavin 
Manzies, membawa pembaca naik ke atas armada China yang mengagumkan saat armada 
tersebut berlayar dari China menuju Cairo dan Florensia, dan kemudian pulang 
kembali melintasi dunia. Dengan bukti-bukti baru yang sangat meyakinkan, Gavin 
dalam buku ini memberikan informasi yang mencengangkan. Buku ini boleh dibilang 
menawarkan sejarah alternatif dari versi resmi yang berpusat di Eropa. Dalam 
buku ini, justru delegasi Cheng Ho-lah yang menunjukkan jalan menuju Renaisans.

 

Florensia–sebuah kota kecil di Italia–merupakan 
lahan subur yang ideal bagi benih-benih intelektual China. Cheng Ho dan 
armadanya telah menghabiskan waktu dua tahun untuk mempersiapkan keberangkatan 
mereka dari China dan hampir tiga tahun untuk mencapai Florensia (hal. 158). 
Dari Florensia inilah bermunculan genius-genius hanya dalam rentang waktu 
beberapa tahun saja. 

 

Hubungan antara China dan dunia Barat telah 
dimulai lama sebelum 1434. Ini terbukti dengan adanya sebuah dokumen China 
tentang keberadaan Kedutaan Besar Roma pada 166 Masehi. Sebuah buku dinasti 
Ming 
menegaskan adanya pertukaran diplomatik yang berkelanjutan antara dinasti Ming 
di China dan gereja Katholik di Italia yang dimulai sejak 1371. Setelah 1371, 
hubungan diplomasi antara China dan Eropa bagaikan jalan dua arah, dengan 
adanya 
pertukaran duta besar antara Negara Kepausan dan China.

 

Dari 1413 hingga 1470, Florensia telah 
menghasilkan serangkaian karya yang begitu megah sampai-sampai hampir enam abad 
kemudian masih sanggup membuat dunia terperangah (hal. 93). Kurang lebih pada 
masa ini, menurut sejarawan seni Bernard  Berenson, seni dan kerajinan tangan 
Asia Timur mulai menyerbu Italia. 

 

China yang saat itu merupakan peradaban yang 
secara teknologi paling maju di dunia memercikkan bunga api yang mengobarkan 
renaisans di Eropa. Renaisans membawa kegairahan yang melahirkan banyak genius 
mengagumkan. 

 

Regiomontanus–nama latin Johann Muller–adalah 
seorang genius dalam matematika dan astronomi pada masa itu. Regiomontanus 
berhasil melakukan falsifikasi tentang ramalan sistem Ptolemeus lama mengenai 
perjalanan bulan dan planet-planet, yang dinilainya tidak dapat bertahan 
terhadap penelaahan kritis. Penemuan yang paling mencengangkan adalah gagasan 
revolusioner bahwa bukanlah bumi yang berada di pusat alam semesta, melainkan 
matahari. 

 

Beberapa karya Regiomontanus tentang tabel-tabel 
sinus, trigonometri bola, serta tabel-tabel Ephemerides ab Anno, memiliki 
nilai tak terkira pentingnya dalam memungkinkan para pelaut Eropa menentukan 
garis lintang dan bujur serta posisi mereka di laut. Kegeniusan Regiomontanus 
semakin mengagumkan ketika pada 1450 ia menghasilkan peta Eropa pertama dengan 
garis lintang dan bujur yang akurat.

 

Satu hal yang patut diapresiasi, Menzies berani 
mengevaluasi prestasi sosok brilian seperti Regiomontanus tanpa tedeng 
aling-aling. Keberanian Gavin tak membuatnya takut disebut sebagai orang 
yang sombong oleh para ahli matematika profesional. Gavin dengan cerdas 
memaparkan data-data sejarah secara akurat yang telah dilakukannya selama 
bertahun-tahun. 

 

Begitulah, Gavin menunjukkan bahwa delegasi 
Cheng Ho telah membuka jalan Dunia Baru dan juga memberi bangsa Eropa 
pengetahuan yang memungkinkan mereka menghitung garis lintang dan bujur guna 
mencapai Dunia Baru. Selama periode empat puluh tahun setelah kunjungan bangsa 
China pada 1434, pengetahuan tentang alam semesta di Eropa diubah sama 
mendasarnya seperti pengetahuan tentang bumi.

 

Alam sebagai sebuah sistem rasional dapat 
dijelaskan lewat matematika. Semangat keingintahuan baru ini diterapkan pada 
semua aspek kehidupan–fisika, matematika, ilmu alam, dan teknologi, serta tidak 
ketinggalan seni dan agama. Semuanya dapat dijelaskan tanpa membutuhkan restu 
dari Gereja. Berbeda dengan kenyataan sebelumnya yang terbelenggu oleh dogma 
agama.

 

Revolusi yang lantas kita sebut sebagai 
renaisans ini dicetuskan oleh kombinasi antara penularan ilmu pengetahuan 
besar-besaran dari bangsa China ke Eropa dan kenyataan bahwa penularan itu 
terjadi dalam satu rentang masa yang singkat. Buku 1434 ini menggugah 
kesadaran kita dan mengubah cara berpikir kita dalam melihat dunia. 

 

* Moh. Shofan, Peneliti Yayasan 
Paramadina Jakarta 



 

DATA BUKU

Judul   
: 1434 
Saat Armada Besar China Berlayar ke Italia dan Mengobarkan Renaisans

Penulis   
: Gavin 
Menzies

Penerjemah : Kunti Saptoworini

Editor   : Indi 
Aunullah

Genre  : 
Sejarah

Cetakan   : I, 
April 2009

Ukuran : 15 
x 23 cm

Tebal  
: 430
halaman

Harga  : Rp. 89.000,-



==
Pustaka Alvabet
Ciputat Mas Plaza Blok B/AD
Jl. Ir

[ac-i] Drawing-PR

2009-06-12 Terurut Topik karta pustaka
P-A-M-E-R-A-N   
SEBOTOL  LAUT
PROSA DAN DRAWING YANG TERANGKUM
ENJUN JUNAEDI ATTAR
12 - 18 Juni 2009
Pendopo Karta Pustaka
 Jl. Bintaran Tengah 16, Yogyakarta
T. 0274-383792   F. 0274-377124  
E. kpust...@indosat.net.id



Laut bagi saya sesuatu yang tak terjamah namun terlampaui. Sebuah kapal hanya 
kuasa menyisirnya bahkan menyelaminya sampai dasar untuk menjadi perjalanan 
yang mengasyikkan sekaligus mendebarkan. Laut dan kapal tak bisa dipisahkan, 
dan kisah-kisah yang tersibak di antaranya menjadi penanda, yang kadang bisa 
dimengerti, kadang ia bergolak sesuka hati.

Karya seni saya adalah manifestasi dari pergolakan itu di mana totalitas diri 
bekerja dan dan ada untuk karya itu sendiri, tanpa berharap akan menjadi 
sesuatu. Di sini kutandai momen-momen dalam hidupku. Dengan karya ini 
kututurkan perjalanan hidupku. Di Riau dan di perairan Kalimantan aku berguru 
pada laut, pada kapal, pada kehidupan yang tergelar di atasnya. Inilah 
pergumulanku dalam rasa, kata dan artistika. (Enjun Junaedi Attar, 2009)

Enjun Junaedi Attar lahir di Karawang, Jawa Barat, tahun 1975. Ia mengawali 
aktivitas seninya ketika duduk di Sekolah Menengah Seni Rupa Yogyakarta tahun 
1993 hingga 1997. Dalam masa itu ia pernah belajar menggambar potret pada mas 
Daryono di Malioboro, belajar patung pada Bp. Ketut di sanggar Linang Sayang, 
dan di studio Satiaji pada Bp. Dunadi, S.Sn, serta tergabung dalam sanggar 
Taboane. Kemudian ia banyak berkarya dalam performance dan happening arts dalam 
berbagai event seni di Yogyakarta, meski masih melukis. 

Pameran tunggalnya ini mengetengahkan 22 drawing yang dibuat dalam periode 
pencariannya akan esensi hidupnya dan esensi seni yang ingin terus digelutinya 
di tahun 2005 - 2007. Pameran ini terbuka untuk umum, buka pukul 10.00 - 20.00 
wib.


--s-e-b-o-t-o-l-l-a-u-t-p-a-m-e-r-a-n-d-a-n-d-r-a-w-i-n-g-y-a-n-g-t-e-r-a-n-g-k-u-m--



[ac-i] A.Kohar Ibrahim: Dikau [1 Attachment]

2009-06-12 Terurut Topik abdul kohar ibrahim
Sajak Sajak A.Kohar Ibrahim:
Dikau
http://16j42.multiply.com/journal/item/442/
 
 
A.Kohar Ibrahim :
 
Dikau
 
(I)
 
cahya dikau datang bertandang
terang kemilau tanpa silau
senantiasa memukau
penghalau galau
dikau
penyaji kesejukan
wajah pun cerah
dikau
penyala semangat
itikad pun terpahat
dikau
penggugah gairah indah
kemesraan pun takkan punah
dikau
pengikat keharmonisan
jiwaraga pun dalam kepaduan
dikau
penyuluh jejak langkah
saling berbagi pun dalam segala
dikau
sumber inspirasi
imajinasi pun mengiringi
 
(10.06.09)
 
*
 
 
Dikau
 
(II)
 
dikau
mencuat
melejit cepat
secepatnya kilat
menyusur tinggi
kerajaan langit
menabur bibit
cahya bernas
sigap cakap
teguh setia
bijaksana
antusias
bebas
pas
 
*
 
 
Dikau
 
(III)
 
dikau
melangkah
tegak beranjak
gerak semarak
seperti bidadari
wajah berseri
lincah menari
terbang mengawang
rambut ikal panjang
selendang mayang
keliling menelusuri
planet bumi
bersama merpati
saksi sejati
dikau
terpukau
sendu galau
situasi kacau balau
perang kekerasan tiada henti
lapar dahaga kian lebar tersebar
dikau
menggugat gugah
manusiawikah manusia di ini bumi
tahu tapi tak peduli
semilyar sesamanya lapar dahaga
terancam mati tiap hari ?
dikau
menggugat gugah
manusiawikah manusia di ini bumi
tamak rakus serakah 
mengangkangi memperkosa alam indah
tanpa peduli dampak
sekian banyak hutan rimba rusak
sekian luas tinggi racun polusi
sekian banyak senjata
pembinasa manusia
diproduksi ?
dikau
rekam aneka ragam
lagak lagu manusia
layak kajian
dakwah murahan
deklarasi tipuan
citra topengan
pamer pamor
suci tapi keji
senyum bengis 
harum bau amis
keringat darah rakyat
sesama manusia
sealam dunia
planet bumi
dikau
telusuri beriring merpati
bersama sang waktu
tebarlah sebar luas
bibit bersih bernas
tumbuh merekah
segar berbuah
di alam bebas
semoga nyata
terbukti
adanya
 
13.06.09
 
*
 


  

[ac-i] seberapa tahan orang bekerja menatapi sastra di seputar kita - polemik ik ik dal

2009-06-12 Terurut Topik hudanhidayat
seberapa tahan orang bekerja menatapi sastra di seputar kita - polemik ik ik 
dalam sastra

Share
Today at 11:20am | Edit Note | Delete

Mikael Johani at 3:13pm June 2

@hudan hehehe ya juga jau sebelum kau mengemis duit utk proyek2 ngawur 
macam antologi puisi perempuanmu dari taufik razen, masak antologi deadlinenya 
cuma sehari ! itu yg namanya pelecehan perempuan !, dan jauhhh sebelum kau 
menjilat2 pantat 'penyair nugroho suxmanto' supaya kau dimasukkan pena kencana 
tahun depan ya hayooo

Saut Situmorang at 12:28am June 11

mikael,

HAHAHA...

Taufik Wijaya at 2:15am June 11

masih ada penyair sibuk bicara struktur di tengah kekacauan struktur 
berkemanusiaan dan berbangsa ini...ibarat Shela On Seven jingkrak-jingkrak 
ketika orang berkeringat dan berdarah mendesak Soeharto turun...

Saut Situmorang at 3:40am June 11

TW,

HAHAHA...


PENGANTAR

saut situmorang menulis di fbnya sebuah note dengan judul: "SEBERAPA RENDAH 
SESEORANG ITU HARUS JATUH! HAHAHA..."

kalau kita hubungankan dengan tiga komen yang saya pasang di atas (saya ambil 
dari komen di note saya "nirwan dewanto - langkah ulung seorang penyair", maka 
judul tulisan saut yang hanya "judul itu doang" (hehe baca komen bamby di bawah 
ini), maka agak jelas saut sedang menciptakan opini apa dalam ranah sastra 
indonesia kita ini.

apalagi kalau kita tarik dengan tiga tulisannya di fbnya - "sudah rujuk dengan 
tuk, hudan?", dan "cerita buat dino umahuk" serta beberapa tulisannya yang lain 
di fbnya itu, maka makin jelaslah siapakah yang dimaksudkannya dengan 
"seseorang" di sana. yakni, meminjam kata kata saut sendiri, adalah tuhan hudan 
dalam sastra.

jadi seseorang itu adalah saya sendiri - hudan hidayat, presiden negara sastra, 
sang kaisar sastra. apalagi? hihi.

saya menganggap penting pembentukan opini miring yang dilakukan saut dan kawan 
kawannya ini. penting, karena menulis sastra itu tidak mudah. penuh aral 
lintangan dan penuh aral duga dugaan.

saya sendiri dalam dua tiga hari ini, seperti dalam hari hari saya yang lain, 
selalu menghasilkan setidaknya tiga esai sehari, esai esai yang kalau 
dijumlahkan dengan dua atau tiga hari itu, berarti sudah sembilan esai. 
sembilan esai yang saya bidikkan pada semua sastrawan facebook yang sedang saya 
perjuangkan dan sedang berjuang bersama sama saya untuk meraih kepenulisan 
sastra.

bahwa saya menulis dengan menyandingkan kepada tokoh tokoh sastra indonesia 
atau dunia, itu sebuah strategi saya untuk memuliakan sastrawan facebook itu 
sendiri. bahwa mereka bersanding dengan orang seperti umar kayam, atau nirwan 
dewanto, atau goenawan mohamad. bahkan saya tak segan segan menyandingkan 
dengan orang seperti kafka, nietsche atau tagore misalnya.

bahkan saya edit tiap tulisan itu, saya rapikan dengan sedikit berletih letih, 
lalu saya selundupkan ke setidaknya empat milis yang saya ikuti. yakni milis 
apresiasi sastra, milis jurnal perempuan, milis art culute indonesia dan milis 
psikologi transformatif.

saya selundupkan dengan semua komen yang mencecah maupun komen yang memasang 
jempol.

untuk apa? untuk agar semua pengarang facebook bisa melebar tidak hanya di 
facebook, tapi ke seluruh dunia. karena milis milis itu dibaca oleh orang 
sedunia (yang mengamati sastra dan budaya indonesia).

itulah yang saya kerjakan. dan dicurinya esai saya ini oleh saut situmorang 
(kata saut sendiri lo, dan saya tahu dia sedang memainkan wacana sastra dengan 
kata dicuri itu), lalu diberinya judul yang apriori seperti itu, membuat saya 
berpikir memang publik sastra facebook pada khususnya harus mengerti apa yang 
sesungguhnya sedang terjadi, di samping mereka bertekun menulis karya seni.

soalnya bisa jadi mereka belum berteman dengan saut situmorang di dalam fb ini.

kita memang harus memperbanyak kawan. dan saut situmorang sendiri yang meminta 
agar saya mengkonfirm permintaannya untuk berteman, seperti penyair t wijaya 
juga meng add saya agar saya konfirm.

bagi saya tak mengapa: kita konfirm saja. kita harus besar dan lapang dada pada 
tiap perbedaan yang niscaya itu.

dari pihak saya tidak banyak yang perlu saya katakan lagi. yakni saya bekerja 
sajalah dengan ilmu batin sastra saya, mencari dan mengumpulkan sastra facebook 
sebagai bakti saya terhadap sastra indonesia. saya sudah kebal dengan makian, 
provokasi, hasutan, seperti saya juga sudah kebal dengan sanjungan.

haraplah diketahui: esai nirwan itu, langkah ulung seorang penyair, adalah esai 
kedua yang saya tulis tentang nirwan dan tardji, serta dino umahuk dan afrizal. 
esai pertamanya tentang nirwan juga. saya memerlukan menulis dua kali karena 
saya selalu memikirkan sastra itu, dan mana kala saya melihat ada celah lain 
yang saya tatapi dan datang pada saya kemudian, saya tak segan segan 
membelokkan semua pendapat saya.

saya tak perduli dengan pendapat orang, semisal saya tidak konsisten pandangan 
saya tentang seseorang. misal dengan puisi di buku nirwan itu. yan

[ac-i] Lowongan stand di PASAR SOBO ALOR

2009-06-12 Terurut Topik qnansha
Jogja
Gallery [JG],sebuah galeri seni rupa terletak di lokasi strategis, yakni di nol 
kilometer kota Yogyakarta [tepatnya
Alun-alun Utara] terinspirasi membuat pasar kaget, dimana kemudian kami juduli
dengan ‘PASAR SOBO ALOR’. Pasar ini
hanya berlangsung setiap Sabtu, mulai
pukul 15.00 - 21.00 WIB. Rencananya kami akan menggunakan areal selasar,
lobby, gazebo dan halaman depan kompleks Jogja Gallery, yang memuat 20 stand
yang akan kami sediakan[baik untuk stand kuliner maupun non-kuliner].
Kami
akan memulai event ini hari Sabtu, tanggal 20 Juni nanti bersamaan dengan acara
pembukaan pameran tunggal seni lukis Anang Asmara, bertema 'Decorate the Era'.
Sebagai penanda penyelenggaraan perdana, kami hanya akan menarik iuran Rp. 
30.000,-/Stand/Minggu.
 
Dengan fasilitas yang akan kami
sediakan sebagai berikut:
- Air
- Listrik
- Space 2 x 3 m
- 2 Kursi dan 2 Meja
- Promosi/publikasi [brosur dan
media online]
- Keamanan & Parkir
 
Pendaftaran Stand
Untuk
itu, kami mengundang rekan dan kolega yang memiliki usaha yang unik, berbeda
dari yang lainnya dan original untuk mengisi lowongan stand yang kami tawarkan. 
Pendaftaran lowongan stand kami buka
mulai tanggal 12 hingga 17 Juni 2009. Formulir pendaftaran dapat diambil di
Jogja Gallery, Jalan Pekapalan No 7, Alun-alun Utara Yogyakarta pada hari dan
jam kerja [[Selasa-Sabtu, jam 09.00 – 17.00 WIB]. Hubungi Saudara Aji atau
Saudari Atik. [Apabila melebihi quota, Jogja Gallery akan menyeleksi stand untuk
mendapatkan kesempatan di lain waktu].
 
Briefing
pengisi stand akan dilaksanakan 
Hari Jumat, 19 Juni 2009, jam 2 siang di Jogja
Gallery
 
 
Informasi lebih lanjut,
silakan hubungi:
Jogja
Gallery [JG]
Jalan Pekapalan No 7, Alun-Alun Utara, 
Yogyakarta 55000, Indonesia
Phone +62 274 41, 412021, 7161188
Phone/Fax +62 274 412023
Email [1] jogjagall...@yahoo.co.id
 [2] i...@jogja-gallery.com
www.jogja-gallery.com

Kami ucapkan terima kasih atas segala perhatian, kerja sama dan dukungannya.
 
Salam,
Melinda
Tutas Indini, S.Psi
Staf
Marketing dan Komunikasi


  

[ac-i] English gets millionth word on Wednesday, site says

2009-06-12 Terurut Topik BDG KUSUMO



  English gets millionth word on Wednesday, site says
a.. Story Highlights 
b.. Web site estimates English got its millionth word at 5:22 a.m. 
Wednesday

c.. English accumulates new words from other languages and from its 
global reach

d.. Linguists question group's formula, which estimates rate of new 
words

e.. English has more words than any other language, site says

  June 10, 2009 -- Updated 1328 GMT (2128 HKT) CNN

  By John D. Sutter
  CNN
   


  (CNN) -- English contains more words than any other language on the 
planet and added its millionth word early Wednesday, according to the Global 
Language Monitor, a Web site that uses a math formula to estimate how often 
words are created.

   
  The Global Language Monitor says the millionth word was added to English 
on Wednesday.

   
  The site estimates the millionth English word, "Web 2.0" was added to the 
language Wednesday at 5:22 a.m. ET. The term refers to the second, more social 
generation of the Internet. 

  The site says more than 14 words are added to English every day, at the 
current rate.

  The "Million Word March," however, has made the man who runs this 
word-counting project somewhat of a pariah in the linguistic community. Some 
linguists say it's impossible to count the number of words in a language 
because languages are always changing, and because defining what counts as a 
word is a fruitless endeavor.

  Paul J.J. Payack, president and chief word analyst for the Global 
Language Monitor, says, however, that the million-word estimation isn't as 
important as the idea behind his project, which is to show that English has 
become a complex, global language.

  "It's a people's language," he said.

  Other languages, like French, Payack said, put big walls around their 
vocabularies. English brings others in.

  "English has the tradition of swallowing new words whole," he said. 
"Other languages translate."

  Don't Miss
a.. The Global Language Monitor 
  The Internet, global commerce and global travel have accelerated the 
trend by putting English in contact with many other linguistic groups. This has 
made English more rich and more complex -- hence all of the new terms, he said.

  New English words
  Web 2.0: the second generation of the Internet 

  n00b: a new or inexperienced user, usually with technology 

  Jai Ho: an exclamation of victory, from Hindi 

  slumdog: an unkind term for a person who lives in a slum 

  cloud computing: services delivered via the Internet 

  carbon neutral: an activity that doesn't produce heat-trapping carbon 
emissions 

  Source: Global Language Monitor 
  Still, Payack says he doesn't include all new words in his count. Words 
must make sense in at least 60 percent of the world to be official, he said. 
And they must make sense to different communities of people. A new technology 
term that's only understood in Silicon Valley wouldn't count as a mainstream 
word, he said.

  His computer models check billions of Web sites -- including the Global 
Top 5,000 media sites -- dictionaries, scholarly publications and news articles 
to see how frequently words are used, he said. A word must make 25,000 
appearances to be deemed legitimate.  Learn about how other languages stack up »

  Payack said news events have also fueled the rapid expansion of English, 
which he said has more words than any other language. Mandarin Chinese comes in 
second with about 450,000 words, he said.

  English terms like "Obamamania," "defriend," "wardrobe malfunction," 
"zombie banks," "shovel ready" and "recessionista" all have grown out of recent 
news cycles about the presidential election, economic crash, online networking 
or a sports event, he said. Other languages might not have developed new terms 
to deal with such phenomena, he said.

  Language experts who spoke with CNN said they disapprove of Payack's 
count, but they agree that English generally has more words than most, if not 
all, languages.

  "This is stuff that you just can't count," said Jesse Sheidlower, editor 
at large of the Oxford English Dictionary. "No one can count it, and to pretend 
that you can is totally disingenuous. It simply can't be done."

  The Oxford English Dictionary has about 600,000 entries, Sheidlower said. 
But that by no means includes all words, he said.

  For example, Sheidlower said "great-great-great-great grandfather" could 
be considered a word, but wouldn't be in the dictionary. There's a similar 
problem with numbers, which may be counted up by their pieces -- "twenty" and 
"three" -- but not always as a group, as in "two-hundred twenty-three."

  Part of what makes determining the number of words in a language so 
difficult is that there are so many root words and their variants, said Sarah 
Thom

[ac-i] experiencing creative industry-southeastasia big graphics expo

2009-06-12 Terurut Topik ayomahar
Dear Miliser,

FGDexpo2009 sudah didepan mata, satu-satunya pameran industri grafika 
[pakaging-promotion-publishing] terbesar di asia tenggara, terintegrasi dengan 
seminar, conference dan berbagai aktivitas komunitas dan brand experience. pada 
fgdexpo yang lalu, pengunjung tercatat lebih dari 72.000 orang. meningkat dari 
sbeelumnya sebanyak lebih dari 63ribu pengunjung. dan pada fgdexpo2009 ini, 
pastikan datang dan nama anda tercatat pada database kami untuk mendapatkan 
brbagai informasi dan peluang bisnis/peluang karier. 

informasi dapat dilihat di www.fgdexpo.net ;dan / atau gabung di komunitas 
experiencing creative industry dengan add fgd expo di facebook

untuk pengiriman sms, supaya tidak salah balas, silahkan tulis dengan format:
Dear Mahar_FGDexpo, [info yang ingin didapat] [nama+kota anda]

kirim sms atau kontak melalui nomor-nomor dibawah ini:
0812 946 5511 ::: 0811 874 824 :::  0811 979 286 ::: 021-94 6969 48


thanks, regards
mahar prastowo_forum grafika digital



[ac-i] KONGKOW SASTRA BERSAMA GERSON POYK

2009-06-12 Terurut Topik helmi haska
UNDANGAN:

Festival Bataviase Nouvelles
KONGKOW SASTRA BERSAMA GERSON POYK
host: Taufik Rahzen
16 Juni 2009, Pukul: 19.00 WIB
@ Newseum Cafe, Jl. Veteran I/33, Monas (samping Istiqlal), Jakarta Pusat




  Get your new Email address!
Grab the Email name you've always wanted before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

[ac-i] SEKOLAH GAMELAN angkatan II

2009-06-12 Terurut Topik Ahmad Jalidu
Jika berkenan, mohon disebarluaskan,,,





SEKOLAH
GAMELAN Yogyakarta (angkatan II)

Komunitas
SLEnK

 

Suara miring tentang lunturnya kepedulian
generasi muda untuk menghidupkan kebudayaan tradisi telah berlangsung sejak
lama. Tidak satupun suara itu menentang pentingnya mengkampanyekan kecintaan
kepada seni budaya tradisi. Namun, masih saja keluh kesah tentang kurangnya
minat mempelajari khasanah seni budaya Jawa menggema hingga kini. 

 

ANDA pasti setuju, sekarang bukan waktunya mengeluh!!!

Sekarang
waktunya berbuat dan membuktikan secara nyata.

BUDAYA
JAWA, TIDAK PERNAH DAN TIDAK AKAN MATI…

 

Bayangkan,
ada sebuah gerakan menghidupkan kembali
kebanggaan terhadap warisan tradisi yang luhur. Bayangkan dengan jelas, ANDA 
menjadi bagian dari gerakan yang
sangat mulia itu. ANDA menjadi salah satu dari sedikit manusia luhur yang
peduli pada keluhuran budaya Jawa.

 

Sekarang wujudkan impian Anda. Wujudkan
cita-cita kejayaan budaya bangsa yang luhur. Wujudkan sebuah generasi yang
mampu mengangkat martabat bangsa sendiri… 

Sekarang juga, bergabunglah bersama orang-orang
hebat lainnya di SEKOLAH GAMELAN Komunitas SLEnK!

 

 

Komunitas SLEnK adalah lembaga independent
yang bermaksud turut menggelorakan semangat menghidupi kebudayaan nusantara
utamanta warisan seni budaya Jawa. Visi tersebut dituangkan dalam berbagai 
program
di antaranya SEKOLAH GAMELAN.

 

SEKOLAH GAMELAN, adalah sebuah program
belajar gamelan tingkat dasar yang ditujukan bagi para pemula atau bahkan yang
belum mengenal sama sekali. Melalui metode praktik yang sederhana, para peserta
diharapkan mampu memainkan beberapa gendhing-gendhing dasar sehingga akan
sangat mudah mengikuti apabila bergabung dengan komunitas gamelan yang lebih
professional maupun dalam aktifitas karawitan yang ada di berbagai kampung. 

 

PELAKSANAAN
:

Kelas GAMELAN

~ Diselenggarakan dalam 12 pertemuan @ 90
menit.

~ Kursus dilaksanakan setiap hari Senin,
Rabu dan Jumat pukul 16.00 – 17.30 WIB

~ Kelas dimulai pada tanggal 6 Juli 2009 dan
berakhir pada 31 Juli 2009.

~ Kelas dilaksanakan di Jl. Monjali, Gg
Sandel no 19. Nandan, Yogyakarta. (Belakang
Kantor AIG Life, selatan perempatan Ringroad Monjali)

 

Kelas TEMBANG

~ Diselenggarakan selama 18 pertemuan @ 90
menit

~ Kursus dilaksanalan setiap hari Minggu,
Selasa dan Kamis pukul 16.00 – 17.30 WIB

~ Kelas dimulai pada tanggal 5 Juli 2009 dan
berakhir pada 13 Agustus 2009

~ Kelas dilaksanakan di Balai Budaya
Samirono, Catur Tunggal, Yogyakarta (barat
Waroeng Steak Jl. Kolombo masuk ke selatan)

 

PENDAFTARAN
:

Kelas Gamelan dan Kelas Tembang SEKOLAH GAMELAN terbuka bagi
 masyarakat umum dengan batasan usia minimal 15 tahun.Biaya kursus adalah 
sebagai berikut :

A. 
Kelas Gamelan

Rp 120.000,00 (umum dan
Mahasiswa)

Rp 100.000,00 (Pelajar)

 

B. 
Kelas Tembang

Rp 150.000,00 (umum dan
mahasiswa)

Rp 125.000,00 (Pelajar)

 

Untuk mengikuti kedua
kelas sekaligus, Anda hanya dipungut biaya 

Rp 220.000,00 (umum dan mahasiswa) dan Rp
200.000,00 (pelajar).

 

·
Cara mendaftar : Peserta mengirimkan
biodata diri melalui email ke komunitas_sl...@yahoo.co.id
selambat-lambatnya Jumat, 3 Juli 2009 pukul 17.00 WIB

·
Biaya pendaftaran
dibayarkan pada saat kursus berjalan.

 

PENGAJAR
:

SEKOLAH GAMELAN diampu oleh Sugito HS,
seorang seniman dan praktisi budaya Jawa yang sudah berpengalaman. 

 

FASILITAS
:

Selain materi tertulis, peserta akan
mendapatkan T-Shirt Sekolah GAMELAN dan Sertifikat bukti belajar. 

 

SEKOLAH GAMELAN Yogyakarta,
diselenggakan oleh Komunitas SLEnK dan didukung oleh Balai Budaya Samirono
Yogyakarta.

Informasi lebih lanjut silakan hubungi kami.

 

Salam

 

M. Ahmad
Jalidu

(Humas dan Program)

 

Cp : 08562856610 / 087839355361

Email : komunitas_sl...@yahoo.co.id

url : http://paguyubanslenk.blogspot.com

 

 

 







  Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com. 
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

[ac-i] SIARAN PERS: Dongeng Pancasila oleh Garin Nugroho dan Franky Sahilatua

2009-06-12 Terurut Topik hanif nashrullah


Salam Budaya!

 

Dewan Kesenian Surabaya mempersembahkan ‘Dongeng Pancasila’
yang akan dibawakan oleh sutradara film, Garin Nugroho, dan musisi, Franky
Sahilatua, secara bersamaan di atas satu panggung. Acara ini terbuka untuk umum
dan gratis pada hari Senin, 15 Juni 2009, mulai pukul 19.00 hingga 22.00,di
Gedung Cak Durasim, Jl. Gentengkali 85 Surabaya. 

    ‘Dongeng
Pancasila’ diharapkan menjadi salah satu alternatif cara berkomunikasi dalam 
memberikan
pendidikan kewarganegaraan kepada masyarakat. Terlebih, di tengah hiruk pikuk 
momen
Pemilu dan Pilpres seperti saat ini---ketika masyarakat politik terkikis oleh
politik uang, citra, konsumerisme dan kekuasaan itu sendiri---yang justru 
semakin
membuat masyarakat tak cukup respek pada nilai dasar seperti Pancasila karena
hanya dianggap sebagai dongeng belaka.

    Untuk itu,
Garin Nugroho telah menyiapkan 14 cerita dongeng berisi pesan-pesan kebangsaan
yang akan dibawakan dengan cerdas dan menarik dalam durasi 120 menit. Dia akan
mengisahkan Pancasila lewat dongeng dengan kisah-kisah sederhana, seperti kisah
Soekarno, Marcopollo, Tanah Damai dan Perang, dan lain sebagainya. 

Di tengah dongeng, Franky Sahilatua
akan mendendangkan syair-syair lagunya yang dikenal sarat dengan tema sosial 
kemasyarakatan
yang selama ini kerap dimainkan di panggung-panggung musik non-komersial. Pada
setiap lagu yang dimainkan Franky itu, Garin akan mengajak hadirin mendengarkan
dongeng demi dongeng sesuai dengan tema lagu tersebut. 

Nilai kebangsaan dikomunikasikan
berdasarkan perjalanan kedua sosok seniman ini lewat dongeng. Sebuah dongeng
gabungan antara visi, pengalaman, emosi, empati dan cara berpihak terhadap
masalah-masalah masyarakat. Demikian siaran pers ini sekaligus sebagai undangan
peliputan.

 

Surabaya, 12
Juni 2009

 

a/n Dewan Kesenian Surabaya

Hanif Nashrullah




  

[ac-i] OOT : Hari Merajut Sedunia (WWKIP) 14 Juni'09 di Monas

2009-06-12 Terurut Topik asih_bgr
Ingin ikutan kumpul bersama perajut??? atau tertarik untuk belajar merajut???

temuin kita deh hari minggu, tgl 14 Juni 2009 di halaman Monas. Para Perajut 
akan berkumpul bersama (berpiknik bersama) dalam rangka Hari Merajut Sedunia 
atau dikenal dengan nama World Wide Knit in Public Day (WWKIP). Disana kita 
akan bikin rajutan2 seperti tas sekolah, tempat pensil, baju bayi, sepatu bayi 
dan lain2 yang nantinya akan disumbangkan untuk korban bencana Situ Gintung 
beberapa waktu lalu.

atau kalau belum bisa merajut, juga boleh ikutan, disana kita juga akan 
membantu untuk mengajar buat teman2 yang ingin belajar merajut.

nah ini pengumumannya yang lebih detail yaa:

WWKIP diadakan pada :

Hari, tanggal :  Minggu, 14 Juni 2009
Jam  : 09.00- 16.00 wib
Lokasi : halaman Monas (deket parkiran IRTI Monas) pintu masuk yang 
berseberangan dengan Balai Kota Jakarta
Kegiatan:  - merajut tempat pinsil, tas sekolah, perlengkapan untuk 
bayi (topi, baju, kaus kaki, dan sarung tangan)
Peserta: siapa saja, buat yang belum bisa merajut, akan diajarkan, 
jadi gak usah minder ya
Yang perlu dibawa :  - tikar dan makanan (tapi kalau gak mau bawa makanan, gak 
masalah koq, ada banyak tempat jualan makanan.

untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi ari asih di 0818 126707 atau 
Melisa di 0813 1410 1721.

ok deh ditunggu partisipasi yaa.

salam



[ac-i] Ke Kabul dengan Sisir dan Gincu

2009-06-12 Terurut Topik Bentang Pustaka
Afganistan kontemporer nyaris identik dengan fanatisme agama, miskin, dan rusuh.
Tersuruk di Asia Tengah, negeri ini berbatasan dengan Pakistan
di selatan dan timur, Cina di ujung timur, Iran di barat, serta
Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan di utara. Membentang seluas
647.500 kilometer persegi dijamuri pengunungan dengan titik tertinggi
mencapai 7.485 meter di atas permukaan laut, negeri ini dihuni
bermacam-macam suku yang 99 persen adalah penganut Islam (sekitar 80
persen Sunni dan 19 persen Syi’ah) dan 1 persen lainnya. 

Sebelum invasi Uni Soviet pada Desember 1979, perseteruan
antarsuku umum terjadi. Dan hal inilah yang hingga kini tak
berkesudahan, yang kian membara jadi konflik sipil dan perang saudara
ketika Uni Soviet menarik seluruh kekuatan militernya pada Februari
1989.
Para pejuang yang sebelumnya bahu-membahu memerangi tentara
Soviet, berbalik saling seteru. Di tengah konflik itu Mujahidin
berhasil menguasai Kabul hingga datang Taliban, faksi bersenjata lain
beranggota umumnya pelajar Islam garis keras dari madrasah-madrasah di
wilayah berpenghuni mayoritas etnis Pashtun. 

Di bawah kekuasaan Taliban, 1996-2001, ajaran Islam ditegakkan
membabi-buta. Segala sesuatu yang dianggap tak sejalan, termasuk
warisan benda seni dan budaya, diluluh-latakkan. Bahkan dua patung
Buddha raksasa warisan budaya dunia yang dipahat di bukit batu di
Provinsi Bamiyan --dikenal sebagai Patung Buddha Bamiyang --pun tak
diluputkan.
Rezim Taliban berakhir setelah serbuan tentara Amerika Serikat
dan sekutunya, dengan alasan kelompok ini melindungi Pemimpin Al
Qaedah, Osama Bin Laden, yang dituduh mengotaki serangan teroris ke
menara kembar World Trade Center New York, 11 September 2001. Kekuasaan
Taliban memang berakhir, namun gambaran Afganistan sebagai negeri
berideologi Islam tanpa kompromi, penuh mullah fanatik, perempuannya
wajib ber-burqa membungkus rapat seluruh tubuh dan terlarang
berkegiatan kecuali mengabdi pada suami dan keluarga, serta pria-pria
berjenggot haus perang menenteng AK47, telanjur terpatri di benak warga
dunia. 

Di negeri yang mengundang miris dan simpati itulah, pada 2002,
Deborah Rodriquez menginjakkan kaki bersama satu tim aktivis lembaga
swadaya masyarakat (LSM). Atas nama kemanusiaan dan peradaban mereka
datang dan ingin mengabdikan diri menolong orang-orang Afganistan
keluar dari derita yang telah beranak-pinak. 

Mereka berasal dari berbagai latar yang memang dibutuhkan di
kawasan bergolak. Dokter, perawat, insinyur sipil, para ahli sosial,
ekonomi, dan praktisi pembangunan masyarakat umumnya. Tapi Deborah yang
akrab disapa Debbie justru menjadi anomali karena berlatar pendidikan
dan profesi yang tak terbayangkan relevansinya dengan masyarakat miskin
yang tak henti didera perang: penata kecantikan.
Kabul Beauty School (Random House, April 2007) yang di
Indonesia diterbitkan dengan judul sama oleh Bentang, Maret 2009,
berkisah tentang Debbie, kecintaannya terhadap tata-menata kecantikan,
serta simpati dan empati pada perempuan Afganistan dan dunia mereka.
Ditulis bersama Kristin Ohlson --penulis Stalking the Divine
(2003) yang memenangi penghargaan nonfiksi terbaik American Society of
Journalists and Authors' 2004-- buku ini bukanlah biografi utuh. Dia
hanya fragmen dari sepenggal periode kehidupan Debbie, lika-likunya
mendirikan dan mengelolah sekolah kecantikan (dan salon) di Kabul untuk
perempuan-perempuan Afganistan korban konflik perang dan budaya. 

Dilahirkan di Holland, Michigan, Debbie mengenal tata
kecantikan sejak masa kanak-kanak dari ibunya, pemilik dan pengelola
salon di kota lahirannya. Holland bukanlah kota besar, tapi Debbie yang
“modern” dan gaul dengan cepat matang dan menjalani hidup bak roller coaster. 
Menikah di usia muda, punya dua putra, cerai, lalu menikah lagi dengan seorang 
pengkotbah keliling. 

Di antara pasang surut itu, dia memperdalam tata rambut di
akademi kecantikan, bekerja sebagai anggota satuan pengaman di penjara
perempuan, gadis pesta, masuk kelompok keagamaan, hingga menemukan
dunia baru sebagai aktivis sosial-kemasyarakatan. Aktivisme yang
sesungguhnya tak ideologis, melainkan semata pelarian dari suami kedua
yang pencemburu dan gemar menganiaya. 

Ke Kabul pun adalah percampuran antara empati terhadap
perempuan di wilayah konflik dan keinginan meninggalkan suami yang kian
lepas kontrol setelah Debbie terlibat aktivitas membantu korban 11
September 2001 di New York. Dan kesempatan itu pun tiba ketika The Care
for All Foundation (CFAF) merekrutnya sebagai salah seorang sukarelawan
ke Afganistan. 

Sepanjang 430 halaman Kabul Beauty School, Debbia dan
Kristin Ohlson (yang di edisi Indonesia tak disebutkan sekata pun)
mengajak pembaca menapaktilasi cara pandang seorang perempuan Barat
terhadap kebudayaan dan puritanisme keagamaan Afganistan. Sekolah
kecantikannya sendiri kemudian hanya jadi wahana bagi Debbie memahami,
menilai, mengakrabi, dan mencoba mencintai Afganistan. 

Mungkin lewat pengetahuan dan pemahaman terhadap derita para
peremp