[ac-i] Wawancara Radio ElShinta ttg LGBT (Lesbian Gay Bisex Transex)
Transkrip wawancara dengan radio Elshinta tanggal 28 Maret 2010 - Selamat Pagi, bu Soe Tjen. Selamat Pagi. - Terkait dengan kegagalan kongres Gay Lesbian di Surabaya ini, sebenarnya bagaimana menurut bu Soe Tjen Masyarakat seharusnya menyikapi hal tersebut. Yang saya herankan dari masyarakat Indonesia adalah bila mereka bilang kalau LGBT (Lesbian gay biseksual transseksual) ini bukan bagian budaya Indonesia. Orientasi seksual ini harus ditolak karena merupakan kebudayaan asing. Ini hal yang salah kaprah bagi saya. Misalnya, di Ponorogo. Di situ ada warok, yang mempunyai gemblak yaitu lelaki muda yang biasanya cakap parasnya. Dan ini amat diterima di Ponorogo. Bahkan warok itu amat dihormati. Dan di Sulawesi, ada Bissu. Dia adalah lelaki yang mirip perempuan dan berpakaian perempuan. Dan dia adalah pendeta di sana. Mereka juga mengenal Calalai dan Calabai, yaitu gender-gender yang lain. Tidak hanya lelaki dan perempuan saja. Bahkan pada abad 17, 18 bahkan sampai awal abad ke-19, ada catatan-catatan dari misionaris Eropa tentang keberagaman orientasi seksual di Nusantara ini. Dan justru mereka ini yang mengecam bahwa orang-orang di Nusantara ini tidak bermoral. Padahal di Asia Tenggara sendiri orientasi seksual seperti itu diterima pada jaman dulu. Sekarang malah kebalikannya. Banyak orang Indonesia yang bilang kalau LGBT itu dari Barat dan tidak bermoral. Gimana ini sekarang? Jadi yang namanya moral itu sangat rancu. - Bu Soe Tjen, tapi apakah karena kebudayaan itu sudah mengakar dan sudah menjadi sebuah kultur dari masyarakat. Jadi, kalau ada LGBT yang come out atau menampilkan diri, justru ini yang dirasa mengganggu bagi mereka. Apa benar begitu, ibu Soe Tjen? Sebenarnya banyak budaya yang bukan merupakan akar dari masyarakat itu. Tidak ada budaya yang asli sama sekali – biasanya budaya sekarang sudah merupakan campuran di sana-sini dan dipengaruhi oleh berbagai budaya lain. Bahkan suatu budaya seringkali adalah comotan dari budaya lain dan Negara lain. Jadi, kalau ada yang bilang hal ini budaya asli Indonesia, aduh, ini pernyataan yang tidak masuk akal sama sekali dan bahkan bodoh sekali. Ini adalah pernyataan orang yang jarang membaca. Akhirnya inilah yang menyudutkan para LGBT ketika mereka come out, mereka akhirnya ditolak karena anggapan tidak sesuai dengan akar budaya Indonesia. Bahkan beberapa orang juga sempat bertanya apa saya ini lesbian. Saya biasanya tidak menolak dianggap lesbian. Karena menurut saya, orientasi seksual itu tidak sepatutnya dipermasalahkan. Itu hak pribadi seseorang. Kalau ada orang yang bilang saya lesbian, ya terserah. Tapi saya sekarang mau menyatakan bahwa saya adalah heteroseks yang pro-LGBT. Mengapa? Karena saat ini, saya merasa malu menjadi heteroseks, kalau heteroseks hanyalah dibuat sebagai tanda kenormalan dan bisa mengintimidasi LGBT. Karena itu sekali lagi saya menyatakan bahwa saya malu menjadi heteroseks, kalau mereka merasa mempunyai hak melecehkan para LGBT. Saya benar-benar malu. - Ibu Soe Tjen, golongan LGBT ini juga sering menerima hambatan dari golongan agama. Menurut ibu Soe Tjen ini bagaimana? Sekarang mari kita bicara tentang agama Islam dulu. Di Alquran, tidak ada pengutukan terhadap lesbian. Sama sekali tidak. Baca deh, kalau nggak percaya. Yang dipakai sebagai referensi pengutukan gay lelaki selalu Sodom dan Gomorah, dan Nabi Lut. Tapi Alquran itu ayatnya banyak sekali. Jadi tidak saja Sodom dan Gomorah saja yang seharusnya menjadi referensi. Tapi kisah Sodom dan Gomorah itu sebenarnya dipengaruhi oleh budaya saat itu dan juga interpretasi manusia yang menuliskannya juga. Dan ada beberapa hal yang aneh pada kisah itu: Pertama, kalau memang gay lelaki yang dikutuk, kenapa istri-istri mereka juga dikutuk oleh Allah? Ini mengherankan sekali. Dan dalam Islam itu ada ijtihad. Yaitu, kita berpikir sesuai dengan hati nurani dan konteks. Jadi, konteks Sodom dan Gomorah ini sebenarnya sudah tidak berlaku lagi. - Baik, tapi ini bukan cuma dari satu agama saja, ya bu Soe Tjen. Bukan hanya agama Islam tapi beberapa golongan lain juga menolak keberadaan LGBT ini dengan mengatasnamakan agama mereka. Memang, dari golongan Kristen juga banyak sekali. Sama juga, referensinya itu juga Sodom dan Gomorah itu. Jawaban saya sebenarnya hampir sama dengan di Alquran itu dan yang . . . (diputus) - Baik, bu Soe Tjen. Apakah menurut bu Soe Tjen kebudayaan LGBT ini diimpor dari luar Negeri atau dasarnya itu sudah ada di Indonesia aslinya? Seperti yang sudah saya katakan: Masalah kebudayaan itu amat rancu. Jadi kebudayaan itu tidak ada yang asli, tidak ada yang bisa disebut hal ini kebudayaan Indonesia saja. Kebudayaan itu tidak pernah dari satu sisi. Tapi, LGBT itu ada, dan sempat diterima dalam kebudayaan kita, bahkan sempat dikecam oleh pihak luar. - Bu Soe Tjen, sekarang saatnya kita terima komentar dan pertanyaan dari pendengar. Pertanyaan dan komentar: 1. Begini, mbak, saya melihat di
[ac-i] DPR D Lamongan meremehkan sektor kebudayaan
Radar Bojonegoro-Jawa pos Group [ Selasa, 20 April 2010 ] APSB Ngluruk DPRD Lamongan LAMONGAN - Sekitar 50 massa yang mengatasnamakan Aliansi Pelaku Seni Budaya (APSB) Lamongan kemarin (19/4) mendatangi kantor DPRD setempat. Mereka melakukan longmarch dari depan sekretariat Dewan Kesenian Lamongan (DKL). Mereka membawa berbagai poster dan benda-benda yang dimaksudkan sebagai kritikan. Yakni, berupa ungkal (batu asah, Red), boran (bakul, Red) dan sebagainya. Benda tersebut rencananya dikadokan kepada pimpinan dewan tapi batal. Polisi yang mengaku sebelumnya tidak mendapatkan pemberitahuan tentang aksi ini langsung datang melakukan antisipasi pengamanan. ''Saya minta yang tertib sesuai perwakilan yang disepakati,'' kata Kasatsamapta Polres Lamongan, AKP Suyanto. Perwakilan massa akhirnya diterima Ketua DPRD Makin Abbas dan Wakil Ketua DPRD Sa'im serta Ketua Komisi D Sulaiman. Hadir dalam pertemuan itu sejumlah pejabat instansi terkait. Saat audensi, koordinator APSB Rokhiem, yang juga merupakan perwakilan LKL ( Lembaga Kebudayaan Lamongan ), menyampaikan beberapa persoalan dan usulan. Di antaranya, berharap kepada dewan agar berkenan membangun kompleks gedung kesenian yang terpadu di Lamongan. Selain itu, 15 persen pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pariwisata hendaknya didistribusikan untuk pengembangan seni dan budaya Lamongan. APSB juga meminta Dewan Kesenian Lamongan (DKL) dibubarkan karena melempem atau dilaksanakan improvement internal DKL. Tuntutan ini sebelumnya diwujudkan dengan aksi APSB yang menyegel sekretariat DKL di Jalan Lamongrejo. Tuntutan terakhir, memberikan pendidikan kerakyatan, pelatihan, pembinaan, perhatian, penghargaan dan naungan kepada pelaku seni budaya khususnya pemuda Lamongan. Ketua DPRD Makin Abbas tidak serta menanggapi tuntutan APSB yang amat mulia itu. Dikatakan, apa yang disampaikan APSB akan diperhatikan. Tapi, khusus usulan agar 15 persen PAD dari sektor pariwisata diditribusikan untuk pengembangan seni jelas tidak mungkin. ''Untuk gedung kesenian juga tidak dianggarkan. Tapi, semua ini kami catat untuk dipelajari lebih lanjut,'' katanya meremehkan,padahal dirinya pernah mengucapkan janji-janji muluk mengenai kebudayaan ketika mengadakan pertemuan dengan LKL sekitar setahun sebelumnya. (idi/wid)
[ac-i] Aku akan singgah di Sanggar Budaya Tarmizi Rumah Hitam
* KOMPAS/KENEDI NURHAN Tarmizi Bergerilya dari Ruli ke Rumahitam Senin, 21 April 2008 | 00:31 WIB Ketika pertama berjumpa di Pelabuhan Pungur, Batam, agak terperangah juga melihat penampilan lelaki muda itu. Bersama anak lelakinya yang berusia 2,5 tahun, lelaki ber-”jubah” hitam dengan sedikit strip putih tipis di bagian tepi busananya itu pun tersenyum dan mengulurkan tangan. Ia mengajak bersalaman. Tarmizi dari Komunitas Seni Rumahitam,” kata lelaki berbusana serba hitam itu memperkenalkan diri. Anak lelakinya pun mengenakan setelan baju koko berwarna serba hitam, seakan ingin memberi aksentuasi pada komunitas yang ia pimpin: Rumahitam! Tarmizi bukanlah pemimpin sebuah sekte atau mengorganisasi kelompok eksklusif dengan ideologi tertentu. Simbol warna hitam sebagai ciri khas keberadaan komunitas yang ia kelola—termasuk pada sejumlah bangunan tempat tinggal, warung, dan rumah baca mereka yang juga dicat hitam—di kawasan Sekupang, Batam, hanyalah semacam penanda. ”Tak ada kaitan sama sekali dengan ideologi para anggota komunitas,” kata Tarmizi (35), lelaki kelahiran Rumbai, Riau, namun dibesarkan di kampung halaman ibunya (Nuraini) di Rao, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Adapun ayahnya, (almarhum) Saidul Nasution, berasal dari Sumatera Utara. Rumahitam sebagai anak ideologis Tarmizi memang mengandung makna simbolik. Bagi Tarmizi, ”rumahitam” adalah sebuah sudut pandang tentang Batam yang kian tak ramah pada lingkungan sosial dan budaya lokal. Di tengah atmosfer kesenian di Batam yang mandek, Tarmizi melakukan ”perlawanan” lewat puisi yang ia tulis dari balik dinding tripleks di rumah liar—masyarakat Batam menyebutnya ”ruli”—yang ia huni di kawasan Batuaji. Isinya memang lebih banyak mengungkap sisi kelam di balik gemerlap lampu warna-warni pembangunan di Pulau Batam. ”Kami di Batam memang hidup bagaikan di rumah yang hitam. Sebagian besar orang cenderung mengikuti sesuatu yang buruk, sebuah lingkungan yang hitam dan kelam. Saya merasa tinggal di sini, di rumah yang hitam itu. Tetapi, kalau mau jujur, kondisi semacam ini juga menyungkupi negeri ini: Indonesia!” kata Tarmizi. Sebagai penyair, nama Tarmizi memang belum menasional. Tetapi, label semacam itu tak begitu penting jika melihat ”ketokohan”-nya dalam konteks gerilya kesenimanannya. Ketika pembangunan kebudayaan tak mendapat tempat di tengah gemuruh mesin pabrik dan industri di Pulau Batam, warga pendatang ini justru menawarkan setitik cahaya. Sebuah komunitas seni ia dirikan pada 21 April 2000. Di tengah kegersangan Kota Batam, Tarmizi menggelorakan sebuah gerakan kebudayaan untuk mengangkat marwah Melayu. Para sopir taksi, buruh pabrik, pedagang asongan, hingga yang berstatus pegawai negeri lulusan perguruan tinggi ikut bergabung. Mereka menenggelamkan diri dalam berkesenian, di mana Melayu sebagai basisnya. Gerakan kebudayaan yang digagas dari ruang pengap di pondok tinggalnya yang beratap bahan karet bekas di kawasan Batuaji itu menemukan bentuk setelah mereka pindah ke daerah Sungai Harapan, Sekupang, pada 2001. Gerakan yang ia bangun ternyata mampu meyakinkan Ketua Otorita Batam (saat itu) Ismeth Abdullah. Tarmizi pun ”dipinjami” lahan 2,5 hektar untuk dikembangkan menjadi semacam kawasan budaya-kreatif. ”Di sinilah kami membangun ’permukiman’ baru, baik secara fisik maupun simbolik. Artinya, kawasan ini sekaligus sebagai ladang kreativitas yang harus ditanami, dipupuk, disiram, sehingga seni dan budaya (Melayu) bisa tumbuh subur,” ujar Tarmizi. Berawal dari nol Delapan tahun sudah berlalu. Selama kurun waktu itu, puluhan bahkan ratusan pencinta seni di daerah ini keluar-masuk komunitas yang ia bangun dari nol tersebut. Ketika dipinjami lahan oleh Otorita Batam, Tarmizi hanya mampu mendirikan pondok kecil berukuran sekitar 4 x 5 meter. Dinding dan atapnya pun masih terbuat dari ban bekas yang dicat warna hitam. Tak ada sumber air bersih, juga penerangan listrik. Hanya lampu teplok yang menemani malam-malam perbincangan mereka tentang masa depan Melayu di pulau industri ini. Banyak yang mencibir, tetapi Tarmizi jalan terus. Meski secara fisik jauh dari memadai untuk disebut sebagai ”pusat kebudayaan”, tetapi dari sinilah cikal bakal berkembangnya Komunitas Seni Rumahitam hingga menemukan bentuknya seperti sekarang. Kini, walau belum sepenuhnya berjaya, mereka sudah memiliki sejumlah rumah tinggal, ”wisma tamu”, panggung untuk latihan dan pementasan, rumah baca, serta warung makanan yang lebih menyerupai semacam kafe. Di sini pula beragam kegiatan disuarakan: mulai dari seni teater, tari, seni rupa, seni kriya, seni sastra, hingga upaya penggiatan seni tradisi yang ada di Batam dan sekitarnya. Nama ”Rumahitam” pun sudah laku ”dijual”. Bahkan, beberapa partai politik mulai melirik mereka untuk diminta mengisi acara kesenian di sela kegiatan pertemuan partai. ”Sebagai pribadi, kami orang-orang Komunitas Seni Rumahitam tetap independen. Undangan dari
[ac-i] Project no 5 : LIDAH BERCABANG ( Forked Tongue ) by Adhya Ranadireksa
E-Invitation Project no 5 : LIDAH BERCABANG ( Forked Tongue ) by Adhya Ranadireksa Platform3 Jl. Cigadung Raya Barat no 2 Bandung 40191 ” Bagi saya organ tubuh adalah “badan halus” yang menghubungkan tubuh luar dan ruh yang ada di dalam. Ruh tidak berkehendak, badan haluslah yang berkehendak. Kembali pada kolonialisme, bagi saya tindak penguasaan kolonialis membidik “badan halus” kita.” ” For me the body organ is the “subtle body” that connect the outer body and spirit that’s in there. Spirit is not willing, “subtle body” who willed. Back on colonialism, for me, follow the colonial powers took aim our “subtle bodies”.” –Adhya Ranadireksa All works size: 57,7 x 70,7 cm. Printed Kodak Endura Met VC. 1 edition More Info: http://infoplatform3.wordpress.com/coming-soon/project-no-5/
[ac-i] Newsletter special on Ananda Sukarlan Piano Concert, Apr 25, 7 p.m
English version below 1. Konser piano Ananda Sukarlan hari Minggu 25 April di World Theatre, British International School nanti akan dilaksanakan pada pukul 7 (tujuh) malam atau pukul 19.00 , bukan pukul 4 yang diumumkan bulan lalu. Dengan ini kami ingin mengoreksi dan mengkonfirmasi waktu konser ini. Lokasi tsb adalah di Bintaro Sektor IX (Pondok Aren) 2. Akan ada beberapa karya baru yang akan diperdanakan di konser ini, yaitu : - beberapa nomor dari buku Alicia's Second Piano Book (diterbitkan tahun depan) - beberapa nomor pendek untuk piano solo yang ditulis untuk anak-anak cacat. - satu lagu Darkness and my Lover, cuplikan dari puisi The Sleepers oleh Walt Whitman, akan dinyanyikan oleh Dani Dumadi yang juga akan membawakan lagu lainnya diiringi sang komponis sendiri yaitu : - I sit and Look Out (Walt Whitman) - Dalam Sakit (Sapardi Djoko Damono) - Berkicaulah Burungku (Eka Budianta) - Pria yang (pergi) jauh (Sapardi Djoko Damono) - Meninggalkan kandang (Eka Budianta) Biografi singkat dari Dani Dumadi (hanya bhs Inggris) ada di bawah . 3. Mohon reservasi tiket melalui sms (telpon kadang-kadang tidak masuk karena sudah mendekati hari H) ke Chendra di 0818 891038 atau email ke y...@yahoo.com . Juga ada info lebih lanjut di www.anandasukarlan.com . Sampai berjumpa hari Minggu 25 April jam 7 malam ! 1. Ananda Sukarlan's piano concert on Sunday, April 25th at the World Theatre of the British International School will be held at 7 p.m or 19.00 hrs, not at 4 p.m as announced last month through facebook. With this announcement we would like to rectify it and confirm it. The location is at Bintaro Sektor IX (Pondok Aren) 2. There will be several new pieces receiving their world premieres in this concert. They are : - some piano solo numbers from Alicia's Second Piano Book (due to be published next year) - some numbers written for disabled children (commissioned by Fundacion Musica Abierta in Spain) - a song for tenor and piano Darkness and my Lover taken from Walt Whitman's poem The Sleepers, sung by Dani Dumadi, who is also going to sing, accompanied by the composer himself, these songs : - I sit and Look Out (Walt Whitman) - Dalam Sakit (Sapardi Djoko Damono) - Berkicaulah Burungku (Eka Budianta) - Pria yang (pergi) jauh (Sapardi Djoko Damono) - Meninggalkan kandang (Eka Budianta) A short biography of Dani Dumadi can be read below. 3. Please reserve the tickets through Chendra by sms (preferable to calling by phone, since we have only one line for reservation and sometimes it is blocked due to the many phone calls) to 0818 891038 or email y...@yahoo.com . And more info at www.anandasukarlan.com . Thank you and see you on the on Sunday the 25th at 7 p.m ! Dani Dumadi, tenor Dani is an Indonesian singer who just came back from Washington D.C, United States. In this city, he took voice lessons intensively with an American tenor, Issachah Savage and recently gave a recital titled “East Meets West” with soprano Jennifer Weingartner and pianist Barbara Schelstrate at the Embassy of Indonesia. He played the role of ‘Frederic’ in Gilbert Sullivan’s operetta “the Pirates of Penzance ” and ‘Strephon’ in “Iolanthe” produced in 2008 and 2009 by the Capitol Hill Arts Workshop. During his stay in Washington D.C. , Dani joined the Master Chorale of Washington , directed by Donald McCullough, where he performed several times with them and the National Symphony Orchestra at the Kennedy Centre. He was also a member of Sonus Cura (directed by Daniel Ozment), St. Gregory Choir-and-Schola (directed by David Lang), as well as regularly served as a cantor at St. Michael the Archangel Catholic Church in Silver Spring , Maryland .
[ac-i] Apa Kata Mereka Tentang Kartini
http://www.KabariNews.com/?34796 Hari Kartini yang jatuh setiap tanggal 21 April mempunyaiarti khusus bagi kaum perempuan Indonesia.Kartini, sosok yang telah membuat perempuan Indonesia merasakan berbagai hal,yang dulu tabu dilakukan kaum perempuan. Perempuan dengan nama panjang Raden Ajeng Kartini inimemperjuangkan hak-hak perempuan yang pada masanya memiliki pilihan terbatas.Anak Bupati Jepara ini memperjuangkan pendidikan bagi perempuan pribumi. Kiniperjuangannya bisa dinikmati kaum perempuan Indonesia. Semangatnya tidak pernahpadam, bahkan ia banyak mengispirasiperempuan Indonesiauntuk terus berkarya dan maju sejajar dengan kaum pria. Apa pendapat mereka tentang Kartini? Selengkapnya klik disini attachment: kartin.jpg
[ac-i] Film Transeksual Best Short Asia Film
Salam semuanya, teman teman silahkan men-download gratis trailer film Renita Renita, film ini menjadi BEST SHORT ASIA FILM di 9th Cinemanila International Film Festival Philipines 2007 dan menjadi BEST FILM di Culture Unplugged Film Festival Mumbai 2010. Hingga saat ini film telah discreening di lebih dari 20 festival film dunia. silahkan linknya : http://www.ziddu.com/download/9602394/TonnyTrimarsantofilm-RenitaRenita.flv.html selamat mencoba salam Tonny Trimarsanto http://trimarsantofilms.com/
[ac-i] Etnis Arab kini digusur China
Ruang Putih- JAWA POS [ Minggu, 25 April 2010 ] Mbah Priok dan Etnis Arab ''Jangan ada kegaduhan di sekitar makam. Presiden mengimbau masyarakat tidak termakan isu,'' kata Habib Ali Habib Ali Zaenal bin Abdurrahman Alaydrus. Habib Ali adalah salah seorang ahli waris Al Habib Hasan Muhammad Al Haddad atau yang dikenal sebagai Mbah Priok di Koja, Tanjung Priok, yang makamnya menjadi ajang sengketa hingga memicu insiden berdarah, Rabu pekan lalu. Bersama Habib Salim bin Umar Al Attas, Habib Ali bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hanya berselang sehari setelah terjadi bentrokan antara anggota Satpol PP dan massa yang mempertahankan kawasan makam yang dikeramatkan itu. Tiga anggota Satpol PP tewas dalam bentrokan itu, sekitar 150 orang lainnya terluka, tapi PMI masih menyelidik soal ini. Ketua Umum PMI Jusuf Kalla menegaskan harus ada tindakan hukum yang tegas dan adil terhadap siapa saja yang melakukan penganiayaan, pembakaran, maupun pembunuhan pada kerusuhan Priok. Sudah lama Pemkot Jakarta Utara berencana menertibkan kawasan makam tersebut, yang sebagian tanahnya milik PT Pelindo II. Tetapi, ahli waris makam Mbah Priok menolak dengan alasan tempat itu adalah situs sejarah yang harus dirawat. Presiden sebelumnya bereaksi atas terjadinya kekerasan itu dengan menyerukan agar rencana penertiban itu distatusquokan untuk dicari cara terbaik penyelesaiannya dengan melibatkan banyak pihak yang terkait. Kedekatan SBY dengan masyarakat etnis Arab boleh jadi juga menjadi salah satu faktor di balik turun tangannya presiden dalam masalah ini. Juga diterimanya ahli waris Mbah Priok, yang disebut sebagai ulama penyebar Islam abad ke-18 di Betawi itu. Seperti diketahui, ada dua menteri keturunan Arab dalam kabinet SBY. Keduanya berasal dari golongan Alawiyin (habib atau sayid). Mereka adalah Menteri Sosial Salim Segaff Al-Jufri dan Menteri Perikanan dan Kelautan Fadel Mohammad.. Beragam komentar berseliweran setelah terjadi insiden berdarah itu di TV, koran, situs-situs internet, Facebook, dan sebagainya. Jusuf Kalla sebagai ketua umum PMI meragukan apa yang disebut sebagai ''ahli waris makam'' karena tidak ada silsilahnya. Selain itu, status tanah makam itu adalah tanah wakaf. ''Ini tanah wakaf yang dipakai untuk kuburan dan di dalamnya ada 24.000 makam. Makam ini kemudian dipindahkan di Semper,'' kata Kalla. Menurut Kalla, jika benar ada ahli waris dari makam Mbah Priok tersebut, tentu jumlahnya akan banyak sekali karena makamnya sudah ada sejak 250 tahun lalu. ''Kalau benar ada ahli warisnya, ini tanah makam sudah diwakafkan. Jadi, kalau ada yang mau mencabut wakaf tersebut, berarti itu dosa besar karena mencabut wakaf dan seketika pahalanya putus,'' kata Kalla. Namun, terlepas dari itu, ada satu topik yang tampaknya makin menarik dibicarakan, yakni eksistensi orang-orang etnis Arab di Indonesia. Siapakah Al Habib Hasan Muhammad Al Haddad atau Mbah Priok itu? Mengapa makamnya dikeramatkan? Pertanyaan ini bisa dilanjutkan lagi, ada berapa banyak habib di Indonesia? Apa beda mereka dengan orang-orang Arab yang bukan habib? Dari sejarahnya, orang-orang peranakan Arab di Indonesia umumnya berasal dari Hadramaut, bagian selatan Jazirah Arab yang dikenal sebagai Yaman. Dalam bahasa Ibrani, Hadramaut disebut Havermavt, sementara dalam Alkitab (Injil) disebut sebagai Hazarmaveth (Kejadian: 10-26-28). L.W.C. van den Berg dalam bukunya Le Hadhramout et. Les Colonies Arabes Dans L'Archipel Indien yang terbit pada 1886 mengupas panjang lebar tentang Hadramaut dan kota-kota di Indonesia yang berpenghuni orang-orang etnis Arab pada akhir abad ke-19. Tetapi, hanya sedikit orang keturunan Arab yang pernah berkunjung ke Hadramaut. M. Anis, Pemred portal Kemenegpora adalah salah seorang di antaranya yang pernah berkeliling di tanah asal kakek moyangnya itu ''Hadramaut terdiri atas dua kata, yaitu hadra berasal dari kata hadir dan maut. Siapa hadir ke sana akan menemui maut,'' tulis Anis dalam bukunya, Hadramaut (1996), mengutip penjelasan Saleh, sopir yang mengantarkannya di Hadramaut. Teori lain menyebut Hadramaut adalah nama seorang tokoh legendaris yang tak diketahui asal usulnya. Hanya tokoh itu dipercaya sebagai keturunan Ya'kub, cucu Nabi Hud yang babat alas di selatan Jazirah Arab yang kering kerontang itu. Karena alamnya yang tak bersahabat itulah orang-orang Arab di Hadramaut menjadi pengelana ke mana-mana. Mereka berlayar ke Ethiopia, Zanzibar, Kenya, India, Singapura, dan Indonesia. Ada beberapa argumen tentang kapan mereka mulai datang di Indonesia. Tetapi, gelombang besar imigran Arab diperkirakan tiba di negeri ini setelah abad ke-17. Mereka tinggal di kantong-kantong permukiman kota-kota pantai Jawa seperti Batavia (Jakarta), Cirebon, Pekalongan, Tegal, Semarang, Gresik, Surabaya, Bangil, dan sebagainya. Di antara mereka juga tinggal di kota pedalaman seperti Solo dan Jogjakarta. Sebagian kecil dari mereka bahkan sampai ke
Re: [ac-i] GRATIS Buku Panduan Manajemen Seni dari Yayasan Kelola
Saya dari pusat kajian dan perlindungan anak mohon dikirimkan tiga buku, alamat kami: Pusat kajian dan perlindungan anak (PKPA) Jln setia budi pasar 1 no 5a Medan, 20123 Pusat Kajian dan Perlindungan Anak PKPA. Menjaga Anak Indonesia -Original Message- From: Jenik Andreas jenikandr...@yahoo.com Date: Mon, 19 Apr 2010 07:18:04 To: artculture-indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [ac-i] GRATIS Buku Panduan Manajemen Seni dari Yayasan Kelola Yth Yayasan Kelola, Saya juga tertarik dengan buku tersebut, mohon bisa mengirimkan 3 buku tersebut ke Jenik Andreas, GTZ IS GITEWS, Menara BCA, Jl. MH. Thamrin no.1 Lt.46, Jakarta 10310. Sebelumnya kami ucapkan terima kasih banyak. Salam, Jenik Andreas From: putu satria kusuma psatriakus...@yahoo.com To: artculture-indonesia@yahoogroups.com Sent: Mon, April 19, 2010 9:24:58 AM Subject: Re: [ac-i] GRATIS Buku Panduan Manajemen Seni dari Yayasan Kelola Yth yayasan Kelola: Mohon kami dikirimi buku 3 buah buah buku terbitan yayasan Kelola antara lain buku Panduan Manajemen Seni dari Yayasan Kelola. alamat kami : Sanggar Kampung Seni Banyuning Jl. Gempol no. 85 Singaraja Bali No. Hp. 08124660567 hormat : Putu Satria Kusuma Trimakasih From: kurie_suditomo@ yahoo.com kurie_suditomo@ yahoo.com To: artculture-indonesi a...@yahoogroups. com; i...@keloka. or.id Sent: Sat, April 17, 2010 4:17:39 PM Subject: Re: [ac-i] GRATIS Buku Panduan Manajemen Seni dari Yayasan Kelola Mohon juga dikirim ke Sarasvati Art Management, suite 4802, Menara BCA Grand Indonesia, Jl. MH Thamrin no. 1, Jakarta 10310. Terimakasih banyak, Kurie Suditomo Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Nurdin Kalim ka...@mail.tempo. co.id Date: Thu, 15 Apr 2010 19:27:53 +0700 To: artculture-indonesi a...@yahoogroups. com Subject: Re: [ac-i] GRATIS Buku Panduan Manajemen Seni dari Yayasan Kelola Kalau tak keberatan, mohon kami di Komunitas Seni TEMPO (Majalah TEMPO, Koran Tempo, dan Tempointeraktif) dikirimi 3 buku tersebut ke alamat kami: Nurdin Kalim Majalah TEMPO Jalan Proklamasi No 72 Jakarta Pusat 10320 Kami mengucapkan banyak2 terimakasih. Salam. Choirul Anwar wrote: Saya Rully Anwar wartawan radio Suara Surabaya yang banyak meliput seni budaya, tertarik dengan buku yang diterbitkan yayasan kelola, mohon bisa kami dikirim buku berikut ini, *1. Perencanaan dan Pengelolaan Event dan Festival, 2. Pameran Keliling;Sebuah Panduan Praktis untuk Galeri dan Museum Seni Indonesia dan 3. Panduan Pengembangan Budaya Masyarakat.* Adapun alamat kami: Radio Suara Surabaya Jalan Wonokitri Besar 40/C Surabaya C 0811347466 T 31-5683040 -Original Message- From: abdul malik filantrophi@ yahoo.com To: Banyumili_kebudayaa n...@yahoogroups. com, artculture-indonesi a...@yahoogroups. com, jambore_kebudayaan@ yahoogroups. com, pojokteater@ yahoogroups. com, ngobrolin_teater@ yahoogroups. com, forum_teater_ indonesia@ yahoogroups. com, woroworosenikita@ yahoogroups. com, komunitas_merapi@ yahoogroups. com, dik...@yahoogroups. com, mediac...@yahoogrou ps.com, lintas...@yahoogrou ps.com, peremp...@yahoogrou ps.com, jurnali...@yahoogro ups.com, media-jatim@ yahoogroups. com, kebuday...@yahoogro ups.com Date: Tue, 13 Apr 2010 17:25:22 -0700 (PDT) Subject: [ac-i] GRATIS Buku Panduan Manajemen Seni dari Yayasan Kelola *GRATIS Buku Panduan Manajemen Seni dari Yayasan Kelola* Kelola bersama dengan beberapa institusi kesenian Australia (Asialink, NETS Australia, CCDNSW dan University of Technology Sydney) meluncurkan tiga buah buku panduan yang berguna dalam membantu pembelajaran kesenian bagi para pelaku seni di Indonesia pada 31 Maret 2010. Ketiga buku yang tersebut adalah: *1. Perencanaan dan Pengelolaan Event dan Festival, 2. Pameran Keliling;Sebuah Panduan Praktis untuk Galeri dan Museum Seni Indonesia dan 3. Panduan Pengembangan Budaya Masyarakat. *Bagi Anda yang berminat, mohon sediakan data lengkap (nama, alamat, email, no. telpon jumlah buku yang dikehendaki) dan segera hubungi kami melalui email i...@kelola. or.id atau telpon ke 021-739 9311. Buku dapat diambil di kantor Kelola: Jl. Cikatomas II no.33, Kebayoran Baru Jakarta Selatan – 12180. Bagi yang bertempat tinggal di luar Jakarta, buku akan segera kami kirimkan ke alamat Anda setelah ongkos kirim kami terima. 300 pengiriman pertama, ongkos kirim masih cuma-cuma berkat dukungan dari Asialink. http://www.kelola. or.id/newskata. asp?id=295 idT=1bhs= I http://www.kelola. or.id/newskata. asp?id=295 idT=1bhs= I
[ac-i] Ebook 'Mimpi Di Dalam Mimpi'
EBOOK 'MIMPI DI DALAM MIMPI' Oleh Leonardo Rimba dan Teman-teman - KATA PENGANTAR Mimpi di dalam mimpi tanpa diminta muncul kembali di diri saya di pagi subuh hari ini. Saya tidur dan saya bermimpi. Di dalam mimpi itu saya mengalami suatu kejadian yg saya ingin buktikan sebagai suatu mimpi. Dan benar saja, itu cuma mimpi. Tetapi alam melek saya pada saat itu bukanlah alam ruang dan waktu yg kita alami saat ini, melainkan alam ruang dan waktu ketika saya tidur. Jadi, saya tidur dan bermimpi bahwa saya sedang bermimpi. Saya senang ketika mendapati bahwa ternyata saya cuma mimpi. Pedahal alam dimana saya merasa senang ketika terbangun dari mimpi itu masih tetap berupa alam mimpi karena masih ada alam yg lebih melek lagi, yaitu alam sekarang yg kita alami bersama ketika membaca teks ini. Mimpi di dalam mimpi adalah penjelasan saya tentang kehidupan saat ini. Kita pikir kita berada di alam nyata, pedahal kita sedang bermimpi, dan ada alam lebih nyata lagi ketika kita terbangun. Entah alam apa namanya, dan entah seperti apa rasanya, yg jelas kita akan merasa lebih lega setelah menyadari bahwa ternyata apa yg kita alami cuma sensasi saja, ternyata ada sensasi yg lebih menarik. Menarik dan tidak menarik juga cuma pendapat saja. Yg jelas kita tetap sadar. Sadar bahwa kita mengalami segalanya. Baik di alam tidur maupun di alam melek kita tetap saja sadar. Tanpa belief system yg terlalu rumit maupun terlalu sederhana. Kalau terlalu rumit kita akan dituduh merakayasa, dan kalau terlalu sederhana akan dibilang terlalu naif. Pedahal kita tidak merekayasa dan tidak naif. Kita berpikir, kita membandingkan, dan kita bisa memutuskan apa yg lebih nyata dan apa yg ternyata hanyalah fatamorgana. Manusia memang makhluk yg berpikir. Memang seperti itu tanpa kita perlu berteori panjang lebar tentang jenjang hirarki makhluk ini atau makhluk itu, dari yg paling tinggi sampai yg paling rendah. Kita berpikir dan kita melihat. Kita membandingkan, dan kita menyimpulkan. Apa adanya, dan cukup biasa-biasa saja, walaupun agak luar biasa bagi mereka yg tidak terbiasa menggunakan otaknya dengan alasan otak manusia terbatas. Memang terbatas, tetapi kita masih bisa melakukan sesuatu di dalam keterbatasan kita. Kita masih bisa berpikir, dan mengapa tidak? Berikut kumpulan percakapan yg dibuat antara tanggal 7 Februari 2010 s/d tanggal 18 April 2010. Ada 35 notes yg saya tulis untuk milis dan facebook sepanjang periode tersingkat kompilasi sebuah ebook yg pernah saya lakukan. Jumlah judulnya juga paling sedikit, walaupun ketebalan isinya tidak kalah dengan ebooks sebelumnya. Apalagi bila diingat bahwa satu judul bisa memiliki beberapa percakapan. Rata-rata ada tiga percakapan di dalam satu judul posting. Ada beberapa artikel yg saya tulis, tetapi kebanyakan memang berupa percakapan dengan banyak teman di seluruh Indonesia dan mancanegara. Ebook 'Mimpi Di Dalam Mimpi' ini dipersembahkan untuk Ibu Kita Kartini, simbol dari Our Mother, Notre Dame. Figur feminin abadi di dalam kesadaran kita semua yg menerima semuanya dan tetap mengjajar kita tanpa bosan selama kita menjadi manusia hidup. Kita belajar dari ibu. Ibu yg ada di dalam diri kita semua. Kita selalu puji dan maki the Mother di dalam diri kita. Tetapi kita tidak dapat membuangnya. Kita berasal dari-Nya. God Our Mother. Leo Jakarta / 21 April 2010 - DAFTAR ISI 1. Saya Melihat Wanita Jalang Ehem-ehemnya Suami Saya 2. Aura Saya Dibuka Secara Supranatural 3. Temanku (Pacar?) Selalu Kangen Seperti Dulu 4. Spiritual Tanpa Ritual 5. Saya Kenal Cowok Bule di Chat Room 6. Bertanya Tentang Pengalaman Saya Terbang Seperti Muhammad 7. Para Jin Muslim Mengelilingi Saya 8. Keluarga Saya Ada yg Gila Judi 9. Ketakutan kita akan kata 'Tuhan' rasanya sudah merasuk ke tulang sumsum 10. Saya Mengalami Mimpi Kiamat Selama 3 X 11. Manusia dan Belief System 12. Anda Mau Surah Anda Saya Jadikan Ayat ? 13. Saya 100% Pure Gay 14. Menjadi Seorang Michael – Kisah Seorang Gay Undercover 15. Apakah Para Nabi Benar Pernah Ada ? 16. Saya Ingin Masuk Neraka Kok Nggak Boleh ? 17. Saya Suka Perempuan yg Jantan 18. Saya Berharap Bisa Mengenal Anda Lebih Jauh 19. Hantu Nona Belanda 20. Sex Bebas 21. Kita Pria dan Wanita Sekaligus 22. Saya Bukan Perempuan Baik Seperti Dulu Lagi 23. Renungan Jumat Agung, 2 April 2010 24. Renungan Paskah, 4 April 2010 25. Kuda Paling Senior 26. Orang Tua Saya Bercerai Waktu Saya Umur 3 Tahun 27. Zigzag Artinya Kiri Kanan 28. Sex dan Anak Di Bawah Umur 29. Ternyata Sang Raja Bugil 30. Saya Dulu Adalah Lulusan Salah Satu Pesantren 31. Saya Juga Selalu Berbeda Pendapat Sama Mama 32. Resensi Buku Terlarang ‘Enam Jalan Menuju Tuhan’ 33. Kita Bisa Bersaksi di Mahkamah Konstitusi 34. Siapa Mau Mengajukan Permohonan Judicial Review UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 35. Dalam Kondisi Normal Saya Bakal Nafsu Ngeliat Paha Tuh Cewe - CARA MEMPEROLEH EBOOK Ini ebook yg ke-6. Ada 5 ebooks sebelumnya yg telah dikumpulkan dan disimpan di bagian files di
[ac-i] WISATA BUKU: Doeloe Kami Pernah Ada..Peringatan Hari Buku Sedunia
Dalam rangka memperingati Hari Buku Sedunia, panitia Hari Buku Sedunia 2010 Spirit Bandung 55 menyelenggarakan: Doeloe Kami Pernah Ada.. Jenis: Perjalanan - Jalan-jalan Tanggal: 25 April 2010 Waktu: 7:00 - 13:00 Tempat: Wisata Buku sepanjang jalan Braga, Lembong, dan Asia Afrika Nama Jalan: Braga, Lembong, Asia Afrika Kota/Daerah: Bandung, Indonesia adalah wisata buku, jalan-jalan menelusuri toko buku yang termasyhur di zaman Hindia Belanda. Toko-toko buku tersebut terpencar di sekitar Jalan Braga, Jalan Lembong, dan Jalan Asia Afrika. Bahkan, salah satu toko buku saat ini nasibnya sudah rata dengan tanah. Wisata Buku ini akan menghadirkan penulis Sundea (yang menulis Salamatahari #2), ilustrator muda Erithethird, dan gitaris Deu Galih yang nantinya akan jalan-jalan bareng kamu pada tanggal 25 April 2010 pukul 08.00 - 13.00 WIB. Kamu yang berminat mengikuti wisata buku ini akan dipandu oleh teman-teman kita dari Klab Aleut! dan panitia Hari Buku Sedunia 2010. Kamu ingin tahu toko buku apa saja? Yuk, ikut dan daftar sekarang juga ke panitia Hari Buku Sedunia 2010 Spirit Bandung 55: 1. Ketik: DAFTAR(spasi)DKPA(spasi)NAMA(spasi)UMUR ke 022-60997066. atau daftar langsung ke Perpustakaan Balepustaka, Jln. Jawa No.6, Bandung.Telp: 022-60997066 atau 085721890338. 2. Membayar Biaya Rp 30.000,- (konsumsi, air minum,pin) 3. Dianjurkan membawa buku baru/bekas untuk disumbangkan ke korban banjir di Bandung Selatan Perjalanan dimulai pukul 08.00 di depan Perpustakaan Balepustaka Jalan Jawa No.6, Bandung. Berakhir dengan tour Museum KAA dan menonton Cuplikan Film Dokumenter Bandoeng tahun 1912 serta dapat menyaksikan pertunjukan Musik Lawan dengan Buku di pelataran Gedung Merdeka. Acara Wisata Buku ini terselenggara atas kerjasama Panitia Hari Buku Sedunia 2010 Spirit Bandung 55 dengan Perpustakaan Balepustaka, Museum KAA, Klab Aleut!, ProPublic.info, dan www.salamatahari.blogspot.com
[ac-i] [HAIBUN]: Musim Bunga
Musim Bunga Bunga berkembang Daun bersemi Hijau menghias kota Ingatan malam hari Caya bulan membayang Aaah...terik matahari melayukan bunga dan daun-daunan, hingga tunduk tanpa daya. Hukum alam telah mengajarkan pada kita semua, bahwa hidup manusia dihitung dalam batasan waktu menuju kuburan, sekali pergi tak mungkin kembali lagi. Mengenang masa Berbina jasa Usia melebur duka Megah merah, berdarah Hayat dikandung badan Kuingat pesan akhirmu, Ayah, bahwa kehormatan, kemasyuran dan nama harum bukanlah titik akhir idaman hidupmu, walaupun hidup, mati, hina dan mulia adalah pemberian alam. Kilatan petir Di antara mega hitam Gumpalan awan Cermin berbalut luka Kesal berlapis dendam Waktu menjejak hening, raga terlentang di tempatnya, menyatu dalam gundukan tanah yang menggumpal keras, namun bunga-bunga mungil menghias cantik di atas pusaramu. Ketika roch termenung dihadapan makam tak berpapan nama, perjalanan hidupnyapun tak berteduh. Menuju pulang Merambah jalan bebas Tiada buntu Menanti akhir hidup Maut belum menjemput Perahu laju Menyisir sungai Tekadku menggelora Walau tongkat estafet Rapuh dimakan waktu MiRa - Amsterdam, 25 April 2010 Laburnum anagyroides Golden Chain Tree Amstel Kade, berlatar belakang Rumah di atas Air dan taman Bunga - April 2010 Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/ http://sastrapembebasan.wordpress.com/
[ac-i] Fw: DIBUKA: Pendaftaran ART | JOG | 10 Indonesian Art Now: The Strategies of Being [1 Attachment]
--- On Fri, 4/23/10, Jogja Art Fair artfairjo...@gmail.com wrote: From: Jogja Art Fair artfairjo...@gmail.com Subject: DIBUKA: Pendaftaran ART | JOG | 10 Indonesian Art Now: The Strategies of Being To: emong_i...@yahoo.com Date: Friday, April 23, 2010, 2:12 PM ART | JOG | 10 INDONESIAN ART NOW: THE STRATEGIES OF BEING 16 – 29 July 2010 | Taman Budaya Yogyakarta Open Call Aplication | Deadline on 31 May 2010 Syarat dan Pendaftaran, baca formulir terlampir Kami tunggu karya Anda Terima Kasih --- ART | JOG | 10 INDONESIAN ART NOW: THE STRATEGIES OF BEING Oleh: Aminuddin TH. Siregar Melalui strategi kuratorial Jogja Art Fair yang kedua kemarin, Spacing Contemporary, JAF masih tetap membincangkan ihwal ‘pasar’ mengingat persoalan tersebut sepanjang tahun 2009 masih menjadi bahan perbincangan yang hangat di sejumlah kalangan. Bahkan, sampai awal tahun 2010 ini, ‘seni rupa kontemporer sebagai investasi atau berpeluang digunakan sebagai lahan investasi’ masih juga hangat dibicarakan. Menempuh 2010, kita mestinya mampu meninggalkan soal-soal tersebut untuk, misalnya, merengkuh masalah-masalah lain yang boleh jadi jauh lebih menarik, lebih membuka spektrum kita terhadap masalah-masalah di tanah air. Banyak alasan untuk mencurigai bahwa seni dapat merubah keadaan sosial masyarakat. Akan tetapi, seni bagi sebagian kalangan tetap dihayati serta diyakini memiliki dampak-dampak –sekalipun tak kasat mata– bagi dunia sekitarnya. Sembari tetap menjalankan mekanisme open call –and selection– serta yang bersifat artists commission, JAF#3 mengajukan tema yang mengacu pada tegangan atau mungkin suatu rapture; (ke)retakan hubungan di antara seniman, seni, dan masyarakat melalui pelbagai ragam visual serta kemungkinan bentuknya. Sudah waktunya JAF semakin leluasa menawarkan persoalan menarik tanpa mengurangi konteks terhadap kekinian. Dan kesempatan ini semakin terbuka peluang bagi JAF untuk menawarkan sesuatu yang berbeda sekaligus mengarahkan jangkauan art fair lokal ini ke depan mencakup wilayah partisipan yang lebih luas: melampaui batas negara. Sehubungan dengan itulah, JAF#3 ini diberi nama baru, yaitu: ART JOGJA (ART|JOG). Sementara itu, JAF sendiri akan diposisikan sebagai ‘institusi’ yang mengelola serta memiliki wewenang di dalam penyelenggaraan program ART|JOG tersebut. Sekali pun mengandung konotasi domestik, istilah ART|JOG ditujukan untuk membidik praktik seni rupa mutakhir secara lebih luas. Diksi ‘Jogja’ kiranya bisa dipahami bukan sebagai makna geografis yang mengikat dan serba terbatas, melainkan sebagai sebuah makna yang lebih pragmatis, yaitu secara kebetulan dilakukan di kota Jogjakarta. Tentu saja, oleh karena itu, ART|JOG diharapkan bisa menampung partipasi seniman dari pelbagai kota di Indonesia. ART|JOG|10 diajukan sebagai momentum bertemunya sejumlah elemen-elemen yang secara signifikan membentuk apa yang kita sebut medan sosial seni rupa dalam kurun waktu satu tahun sekali. Momen tersebut tentu saja bersifat kekinian tanpa mengabaikan sisi evaluatifnya. ART|JOG|10 merepresentasikan sejumlah kecenderungan praktik seni rupa mutakhir dengan mengakomodasi seluasnya genre seni, medium, material dan juga kecenderungan estetik melalui proses seleksi. ART|JOG|10 bertema Indonesia Art NOW (IAN). Istilah ini digunakan untuk menajamkan pembacaan terhadap tanda-tanda di dalam praktik seni rupa tanah air masa kini, seraya sekaligus dijadikan upaya untuk menghimpun sejumlah kecenderungan mutakhir yang sekiranya dipandang layak untuk diajukan sebagai cikal perkembangan ke depan. Sekali pun diajukan dari perspektif ‘art fair’, tidak berarti bahwa makna IAN seterusnya berhenti sebagai istilah belaka. Alih-alih, persoalan yang ingin dimunculkan adalah bagaimana kemudian kita menegaskan keberadaan ‘diri kita’ ditengah seni rupa global sekarang; mampu membaca peluang-peluang baru; membuka peluang selebarnya terhadap perjalanan karir seniman; memperhatikan dimensi-dimensi lain yang boleh jadi selama ini diabaikan di dalam praktik seni rupa seperti, misalnya saja, dimensi-dimensi mistis, kritikal, historis, dan sebagainya. Lebih jauh lagi bagaimana kemudian melalui istilah tersebut bisa terbangun kembali kesadaran terhadap ‘identitas kebudayaan’ yang lebih toleran dan demokratis. Informasi lebih lanjut silahkan hubungi: Sekretariat Jogja Art Fair Soboman No.219 RT.06 DK.X Ngestiharjo Kasihan Bantul Yogyakarta, 55182 Telp: 0274 - 6949090 Email: datab...@artfairjogja.com Website: www.artfairjogja.com -- Jogja Art Fair Soboman DK X Rt.06 No. 219 Ngestiharjo Sewon Bantul Yogyakarta Phone: 0274-378174 e-mail: artfairjo...@gmail.com web: artfairjogja.com
[ac-i] Iwan Fals Dituduh Langgar Hak Cipta
http://www.KabariNews.com/?34799 Jakarta, KabariNews.com - Pelantun lagu Bento, Iwan Fals, harus berurusan dengan pihak berwajib karena dituduh telah melakukan pelanggaran hak cipta. Penyanyi yang memiliki nama asli Virgiawan Listianto ini dilaporkan ke kepolisian oleh Toto Dwiarso Goenarto dengan nomor laporan LP/1299/IV/2010/Dit.Reskrim Sus. Dalam laporan tersebut, tertulis Pelapor: Toto Dwiarso Goenarto; Terlapor: Virgiawan Listanto atau Iwan Fals; Tindak pidana hak cipta Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Kasus ini bermula saat Iwan Fals bernyanyi di sebuah tv swasta, saat itu tercantum bahwa penulis lagu Bencana Alam yang dibawakan Iwan adalah Iwan Fals. Kuasa hukum Toto Dwiarso, Jon Matias, menjelaskan bahwa lagu yang dibawakan Iwan Fals adalah ciptaan Toto. Kejadiannya tanggal 16 Oktober 2009, saat Iwan manggung di TV One. Saat itu pencipta lagunya dicantumkan adalah Iwan Fals. Padahal sebenarnya penciptanya adalah pak Toto, tegas Jon. Lagu Bencana Alam ini sempat populer pada tahun 80-an oleh grup Amburadul. Dengan tuduhan ini, Iwan Fals terancam hukuman tujuh tahun penjara dan denda maksimal Rp 5 miliar. attachment: iwan.jpg
[ac-i] CARA CERDAS BERKOMPROMI; Mengenali Memahami Jebakan Kompromi
HTML clipboard CARA CERDAS BERKOMPROMI Mengenali Memahami Jebakan Kompromi Anda Bisa Tetap Menjadi Diri Sendiri. Tapi Harus Ada yang Anda Lakukan Lebih dari sekadar “Hanya Berkata Tidak” Kompromi yang sehat penting untuk mencapai tujuan berarti apa pun bersama orang lain. Tapi ketika pekerjaan menekan Anda untuk mengkhianati kata-kata, prinsip, atau komitmen Anda yang lainnya, maka ia menjadi sangat tidak sehat dan membuat stress. Dan itu bisa terjadi bahkan ketika sedang bekerja untuk suatu organisasi atau pemimpin yang Anda hormati sekaligus kagumi. Elizabeth Doty menawarkan penangkalnya. Saat Anda merasa tertekan untuk bermain dengan aturan-aturan yang meruntuhkan integritas Anda, doty menunjukkan bagaimana Anda bisa membuka jalan pada enam fondasi personal yang akan membuat Anda tetap menjadi diri sendiri sesuai dengan nilai-nilai dan aspirasi terdalam yang Anda miliki. Melalui lebih dari lima puluh laporan yang gamblang dari sumber pertama tentang kompromi dan keberanian dalam bisnis, ia menyediakan panduan bagi setiap orang pada level organisasioanal apa pun yang ingin bertindak dengan kejernihan, kekuatan, dan tujuan yang lebih besar, juga bagi para pemimpin senior agar memimpin organisasi yang mengizinkan orang-orang tetap menjadi diri mereka. The Compromise Trap (Jebakan Kompromi) menguraikan secara detail strategi yang membuat Anda tetap dalam dorongan positif—untuk diri Anda dan apa pun yang Anda tetapkan sebagai kebaikan yang lebih besar—terlepas dari betapa sulit lingkungan sekitar. DATA BUKU Penulis : Elizabeth Doty Edisi : April 2010 Penerbit : Gemilang (Kelompok Pustaka Alvabet) Ukuran : 13 x 20 cm Tebal : 456 halaman Genre : Pengembangan Diri ISBN : 978-979-19974-3-0 Harga : Rp. 74.900,- == Pustaka Alvabet Ciputat Mas Plaza Blok B/AD Jl. Ir. H. Juanda No. 5A, Ciputat Jakarta Selatan Indonesia 15411 Telp. +62 21 7494032, Fax. +62 21 74704875 www.alvabet.co.id
[ac-i] INVITATION: MENGGALI TULANG ( I Made Arya Palguna )
tembi contemporary cordially invite you to the opening of MENGGALI TULANG by I MADE ARYA PALGUNA On Tuesday, 27 April 2010, 7.30 pm at Tembi Contemporary Jl. Parangtritis km 8,5 Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul Jogjakarta The exhibition ends on 18 May 2010 Works can be viewed online at www.tembicontemporary.com rsvp: Ries +62 818 26 0134, rieste...@gmail.com -- TEMBI CONTEMPORARY Jl. Parangtritis Km 8,5 Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul Jogja 55186 INDONESIA t : +62 274 6881919 f : +62 274 368321 e: i...@tembicontemporary.com w: www.tembicontemporary.com OPENING HOURS tues - sat 10 am - 6 pm sunday 11 am - 5 pm monday and public holiday CLOSED
Re: [ac-i] GRATIS Buku Panduan Manajemen Seni dari Yayasan Kelola
DH,mohon kami dikirimkan ketiga buku tersebut. salam n tks. H.Omar Jayano,SE. SMKN 57.jl.Taman margastwa 38b Ragunan pasar minggu jaksel. From: happ...@jurnas.com happ...@jurnas.com To: artculture-indonesia@yahoogroups.com Sent: Mon, April 19, 2010 9:41:19 PM Subject: Re: [ac-i] GRATIS Buku Panduan Manajemen Seni dari Yayasan Kelola Mohon dikirimkan 2 buku tersebut ke Happy. SN 085719130081/ 97622276 Majalah Arti Gedung Jurnal nasional Jl. Pemuda no.34 rawamangun Jakarta timur 13220 www.arti-online. com Mohon juga dikirimkan kepada Agus Nur Amal Galeri pmtoh. jl. Rawasari Selatan 1. no 6. Jakarta Pusat. 10510. Terimakasih agus _ _ __ From: kurie_suditomo@ yahoo.com kurie_suditomo@ yahoo.com To: artculture-indonesi a...@yahoogroups. com; i...@keloka. or.id Sent: Sat, April 17, 2010 3:17:39 PM Subject: Re: [ac-i] GRATIS Buku Panduan Manajemen Seni dari Yayasan Kelola  Mohon juga dikirim ke Sarasvati Art Management, suite 4802, Menara BCA Grand Indonesia, Jl. MH Thamrin no. 1, Jakarta 10310. Terimakasih banyak, Kurie Suditomo Powered by Telkomsel BlackBerry® _ _ __ From: Nurdin Kalim ka...@mail.tempo. co.id Date: Thu, 15 Apr 2010 19:27:53 +0700 To: artculture- indonesi a...@yahoogroups. com Subject: Re: [ac-i] GRATIS Buku Panduan Manajemen Seni dari Yayasan Kelola  Kalau tak keberatan, mohon kami di Komunitas Seni TEMPO (Majalah TEMPO, Koran Tempo, dan Tempointeraktif) dikirimi 3 buku tersebut ke alamat kami: Nurdin Kalim Majalah TEMPO Jalan Proklamasi No 72 Jakarta Pusat 10320 Kami mengucapkan banyak2 terimakasih. Salam. Choirul Anwar wrote: Saya Rully Anwar wartawan radio Suara Surabaya yang banyak meliput seni budaya, tertarik dengan buku yang diterbitkan yayasan kelola, mohon bisa kami dikirim buku berikut ini, *1. Perencanaan dan Pengelolaan Event dan Festival, 2. Pameran Keliling;Sebuah Panduan Praktis untuk Galeri dan Museum Seni Indonesia dan 3. Panduan Pengembangan Budaya Masyarakat.* Adapun alamat kami: Radio Suara Surabaya Jalan Wonokitri Besar 40/C Surabaya C 0811347466 T 31-5683040 -Original Message- From: abdul malik filantrophi@ yahoo.com To: Banyumili_kebudayaa n...@yahoogroups. com, artculture-indonesi a...@yahoogroups. com, jambore_kebudayaan@ yahoogroups. com, pojokteater@ yahoogroups. com, ngobrolin_teater@ yahoogroups. com, forum_teater_ indonesia@ yahoogroups. com, woroworosenikita@ yahoogroups. com, komunitas_merapi@ yahoogroups. com, dik...@yahoogroups. com, mediac...@yahoogrou ps.com, lintas...@yahoogrou ps.com, peremp...@yahoogrou ps.com, jurnali...@yahoogro ups.com, media-jatim@ yahoogroups. com, kebuday...@yahoogro ups.com Date: Tue, 13 Apr 2010 17:25:22 -0700 (PDT) Subject: [ac-i] GRATIS Buku Panduan Manajemen Seni dari Yayasan Kelola *GRATIS Buku Panduan Manajemen Seni dari Yayasan Kelola* Kelola bersama dengan beberapa institusi kesenian Australia (Asialink, NETS Australia, CCDNSW dan University of Technology Sydney) meluncurkan tiga buah buku panduan yang berguna dalam membantu pembelajaran kesenian bagi para pelaku seni di Indonesia pada 31 Maret 2010. Ketiga buku yang tersebut adalah: *1. Perencanaan dan Pengelolaan Event dan Festival, 2. Pameran Keliling;Sebuah Panduan Praktis untuk Galeri dan Museum Seni Indonesia dan 3. Panduan Pengembangan Budaya Masyarakat. *Bagi Anda yang berminat, mohon sediakan data lengkap (nama, alamat, email, no. telpon jumlah buku yang dikehendaki) dan segera hubungi kami melalui email i...@kelola. or.id atau telpon ke 021-739 9311. Buku dapat diambil di kantor Kelola: Jl. Cikatomas II no.33, Kebayoran Baru Jakarta Selatan – 12180. Bagi yang bertempat tinggal di luar Jakarta, buku akan segera kami kirimkan ke alamat Anda setelah ongkos kirim kami terima. 300 pengiriman pertama, ongkos kirim masih cuma-cuma berkat dukungan dari Asialink. http://www.kelola. or.id/newskata. asp?id=295 idT=1bhs= I http://www.kelola. or.id/newskata. asp?id=295 idT=1bhs= I Mo
[ac-i] PARADE TEATER V MAN NGAWI
PARADE TEATER V MAN NGAWI sabtu, 24 april 2010 pukul 19.30 wib Dhanyang karya/sutradara Kusprihyanto Namma ahad, 25 april 2010 pukul 08.00 wib parade teater v man ngawi 1.teater cobhe, naskah petualangan bejo, sutradara napik 2.teater gotri, naskah santri gemblung, sutradara erdik 3.teater the comice, naskah jojko kendil, sutradara anis 4.teater kutu, naskah goro-goro jimat, sutradara bagus 5.teater monggo, naskah ande-ande lumut sutradara rifa 6.teater d,comman a, naskah calonarang, sutradara vivi ahad, 25 april 2010 jam 19.30 wib monolog blong oleh mh iskan dan skak oleh kusprihyanto namma tempat aula depag ngawi jl.kartini 15 ngawi kontak person: Kusprihyanto Namma teater magnit ngawi 0857 90 21 7124
[ac-i] CATATAN KRONOLOGIS SEKITAR PERISTIWA GERAKAN G.30 S/PKI
Sumber dari buku : Memoar Mayor Jendral Raden Pranoto Reksosamodra. CATATAN KRONOLOGIS SEKITAR PERISTIWA GERAKAN G.30 S/PKI Di bawah ini adalah beberapa catatan ringkas dari saya, sekitar kejadian dan peristiwa baik yang saya alami maupun saya ketahui sekitar gerakan G.30S/PKI yang terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965. Singkatnya secara kronologis dan numerik dapat saya tuliskan disini sbb.: Pertama, pada tanggal 1 oktober 1965 kurang lebih jam 06.00 pada saat saya sedang mandi, maka datanglah Brig.Jen Dr. Amino (Ka.Dep.Psychiatri RSGS Jakarta) yang dengan serta-merta memberitahukan tentang diculiknya Let.Jen. A.Yani beserta beberapa Jenderal lainnya oleh sepasukan bersenjata yang belum diketahuinya. Sesudah mandi, maka saya segera berangkat ke MBAD dengan mengenakan pakaian dinas lapangan. Kedua, setibanya di MBAD dan setelah menampung beberapa berita dari beberapa sumber, maka oleh karena pada saat itu saya kebetulan sebagai Pati yang berpangkat tersenior, saya segera memprakarsai untuk mengadakan rapat darurat diantara para asisten Men./pangad atau wakilnya yang hadir pada saat itu di MBAD, yaitu para pejabat teras SUAD dari asisten Men.Pangad sampai asisten VII Men.Pangad termasuk Irjen P.U dan Pejabat Sekretariat. Setelah menampung beberapa laporan dan keterangan dari sumber-sumber yang dapat dipercaya, maka rapat menyimpulkan: Secara positif bahwa Let. Jen. A.Yani beserta lima orang Jenderal lainnya telah diculik oleh sepasukan penculik yang pada saat itu belum dapat dikenal secara nyata. Berikutnya, rapat memutuskan untuk menunjuk May.Jen Soeharto Pang.kostrad agar bersedia mengisi pimpinan AD yang terdapat vacuum. Melalui korier khusus, maka keputusan rapat kita sampaikan kepada May.Jen Soeharto di MAKOSTRAD. Ketiga, pada hari itu juga tanggal 1 Oktober 1965 k.l jam: 09.00 saya menerima laporan dari MBAD yang mengatakan bahwa menurut siaran RRI saya ditunjuk oleh Presiden/Panglima tertinggi untuk menjabat sebagai carataker Men./Pangad. Oleh karena baru merupakan berita, maka saya tetap tinggal di Pos Komando MBAD untuk menunggu perintah lebih lanjut. Keempat, bahwa pada hari itu juga tanggal: 1 Oktober 1965 sesudah saya menerima berita tentang penunjukkan saya untuk menjabat sebagai carataker Men./Pangad, maka berturut-turut datanglah utusan-utusan dari Presiden/Panglima Tertinggi yaitu: 1. Let.Kol.Inf. Ali Ebram, Kasi I Staf Resimen Cakrabirawa yang datang k.l jam: 09.30 2. Brig.Jen. TNI Soetardio, Jaksa Agung, bersama Brig.Jen. Soenarjo, Ka.Reserse Pusat Kejaksaan Agung yang datang bersama pada jam: 10.00 (k.l) 3. Kolonel Bambang Wijarnako, Ajudan Presiden/Pangti yang datang sekitar j am: 12.00. Oleh karena saya sudah terlanjur masuk dalam hubungan komando taktis dibawah May.Jen. Soeharto (vide titik 2 di atas), maka saya tidak dapat secara langsung menghadap dengan tanpa seidzin May.Jen. Soeharto sebagai pengganti Pimpinan AD saat itu. Atas dasar panggilan dari utusan-utusan tersebut di atas, sayapun berusaha mendapatkan idzin dari May.Jen Soeharto. Akan tetapi May.Jen Soeharto selalu melarangnya saya untuk menghadap Presiden/Pangti dengan alasan bahwa dia (May.Jen. Soeharto) tidak berani[/i] mereskir[/i] (menjamin,ed) kemungkinan tambahnya Jenderal lagi apabila dalam keadaan yang sekalut itu saya pergi menghadap Presiden. Saya tetap menaati perintahnya untuk tinggal di MBAD. Kelima, pada malam hari berikutnya, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1965 k.l. jam: 19.00 saya dipanggil rapat oleh Jenderal Nasution, KSAB di Markas KOSTRAD untuk menghadiri rapat. Kecuali Jenderal Nasution yang hadir, juga dihadiri oleh May.Jen Soeharto, May.Jen Moersyid, May.Jen Satari dan Brig.Jen Oemar Wirahadikusumah. Jenderal Nasution secara resmi menjelaskan, bahwa saya mulai ini hari ditunjuk oleh Presiden/Pangti untuk menjabat sebagai carataker Men./Pangad, yang selanjutnya menanyakan kepada saya bagaimana pendapat saya secara pribadi. Saya menjawab, bahwa sampai saat itu saya sendiri belumlah menerima pengangkatan secara resmi secara hitam di atas putih. Maka saya berpendapat agar sementara waktu belum dikeluarkannya pengangkatan resmi (tertulis) dari Presiden/Pangti entah nantinya kepada siapa di antara kita, lebih baik kita menaruh perhatian kita dalam usaha menertibkan kembali keadaan yang darurat pada saat itu yang ditangani langsung oleh Pang.Kostrad (May.Jen Soeharto) yang juga kita percayakan untuk sementara menggantikan pimpinan AD. Akan tetapi mengingat pada saat itu suara dan kesan dari media massa yang memuat berita-berita adanya usaha untuk menentang keputusan Presiden/Pangti tentang penunjukkan saya sebagai carataker Men./Pangad. Maka oleh Jenderal Nasution saya diminta agar pada tanggal 2 Oktober 1965 pagi mengadakan wawancara pers yang direncanakan di Senayan. Saya bersedia. Keenam, tanggal 2 Oktober 1965, menjelang waktu saya akan mengadakan wawancara pers, maka tiba-tiba May.Jen Soeharto dan saya mendapatkan panggilan dari