[ac-i] Udnangan: Seren Taun Guru Bumi - Sindangbarang 2009

2008-12-01 Terurut Topik agni malagina
Kepada YTH: Anggota Milis, 
 
Maaf, saya meneruskan undangan dari Kampung Budaya Sindangbarang, 
Semoga bermanfaat.
 
salam, 
agni






















  Kepada Yang Terhormat Bapak/Ibu/Saudara:Pupuhu Kampung Budaya Sindangbarang 
mengundang Anda untuk menjadi bagian sejarah perjalanan Seren Taun Guru Bumi 
yang akan dilaksanakan pada:Hari/ tanggal: Senin - Minggu / 5 - 11 Januari 2009 
(Acara Puncak tanggal 11 Januari 2009)Tempat   : Kampung Budaya 
Sindangbarang, Pasir Eurih, Tamansari, Kabupaten BogorBersama ratron ini kami 
menyertakan susunan acara. Informasi lebih lanjut silakan mengunjungi laman 
kami: www.kp-sindangbarang.comAtas perhartian Anda, kami ucapkan terima 
kasih Pupuhu,A.Mikami Sumawijaya(Rama Heulang)  susunan acara Tanggal 
Acara Lokasi   jam
5/01/09Neteukeun  Imah Gede KBS19.00 WIB

6/01/09Ngembang   Imah bali ke makam
  leluhur KBS  08.30 WIB

6/01/09Manakiban  Imah Kolot   19.30 WIB

7/01/09Sawer SudatImah Gede08.00 WIB
   NgalageSaung Talu   10.00 WIB

08/01/09   Sebret kasep   Bale pangriungan 08.00 WIB
   Munday Sungai Cieureu barang14.00 WIB

09/01/09   Ngukuluan  Imah Kolot   14.00 WIB
   Ngangkat   Imah Kolot   20.00 WIB

10/01/09   Sedekah kueImah Gede08.00 WIB
   HelaranLapangan inpres  09.00 WIB
   Nugel munding  Lapangan inpres  09.30 WIB
   Sedekah daging Imah Kolot   15.00 WIB
   Pintonan kesenian  Saung Talu   19.30 WIB
   Pintonan kesenian  Lapangan inpres  19.30 WIB

11/01/09   Helaran rengkong
   dongdang,kesenian  Imah kolot ke
  Imah Gede KBS08.00 WIB
   Majiekeun Pare Alun2 kajeroan   09.00 WIB
   Sambutan Pupuhu
   Parebut dongdang   Alun2 kajeroan   11.00 WIB
   Pintonan kesenian  Alun2 kajeroan   11.30 WIB







http://images.multiply.com/multiply/horizontal-headshot-badge.swf"; 
type="application/x-


  

[ac-i] Undangan dari Sindangbarang: Upacara Ungkal Biang

2008-11-14 Terurut Topik agni malagina
Kepada Yang Terhormat: Anggota Milis
 
Maaf, saya meneruskan undangan dari kampung Budaya Sindangbarang yang akan 
melaksanakan upacara adat.
 
salam, 
agni
 
 
 
 
 

 
Pupuhu Kampung Budaya Sindangbarang mengundang Bapak/Ibu/Saudara dan 
rekan-rekan media untuk menghadiri: 



Acara    : Upacara Ungkal Biang (tugu peringatan berdirinya suatu 
kampung) 

Hari/tanggal : Minggu / 16 November 2008 

Pukul         : 08.00 – selesai WIB 

Acara utama : Upacara Ungkal Biang, acara makukeun, rujakeun, 

   murag tumpeng dan doa 

Acara kesenian: parebut seeng, tari, kendang pencak, reog, dan ngagundreh 



Kehadiran Anda adalah kehormatan bagi Kampung Budaya Sindangbarang. 



Salam, 

Ahmad Mikami Sumawijaya 

www.kp-sindangbarang.com 

http://images.multiply.com/multiply/horizontal-headshot-badge.swf"; 
type="application/x-


  

[ac-i] Titik Nol: balada makanan beracun

2007-12-26 Terurut Topik agni malagina
YTH. Anggota Milis, 
   
   
   
  Perjalanan menuju Banda Aceh merupakan salah satu perjalanan panjang yang 
sangat menyenangkan. Sejak kecil, saya selalu menginginkan sampai di ujung 
Indonesia¡K.salah satunya di lepas pantai Sabang! Titik Nol¡Kmerupakan tujuan 
hidup saya. 
  Mungkin sama seperti perjalanan kami (Simpay FIB UI) menuju Holy 
Land¡Kpencarian jati diri). Perjalanan ke titik 0 sepertinya saya samakan 
dengan mencari ¡¥tanah suci¡¦ mencari jati diri¡Kke titik nol. Ke titik 
nol¡K.entah apa yang akan saya temukan. 
   
  Tak banyak yang saya lihat¡K
  Hanya saja¡Kbisa dirasa¡K
  Kehidupan manusia di Aceh yang sama kompleksnya dengan kehidupan manusia di 
Jakarta. Mungkin yang membedakan bahwa saya harus mengenakan kerudung/jilbab di 
tanah rencong ini! Semua perempuan harus mengenakan jilbab¡Kterserah model 
bajunya seperti apa. Lengan pendek pn boleh¡Kasal pakai kerudung! Wow¡K.saya 
agak siyoook melihat fenomena ini! Kenapa sekalian saja tidak usah pakai 
kerudung ya? Saya yang bukan pengguna kerudung  merasa aneh dengan fenomena 
yang saya lihat. Sungguh saya merasa sakit hati¡K(ahhaha¡Ksakit hati yang tidak 
ada juntrungannya hanya karena terpaksa mengenakan kerudung)¡Kplus¡Kketika saya 
melihat beberapa kawan WNA yang bekerja di NGO asing tidak mengenakan kerudung 
saat berada di jalanan¡Kkenapa lagii ini?
  Aaarghseharusnya ketika datang ke Aceh saya berubah bentuk dulu menjadi 
bule!
  Ahahhaha
  By the way¡Kbukan itu intinya..
  Hehehe
   
  Saya terharu melihat hamparan warung dan rumah took yang menjual makanan. 
Banyaaak sekal. Mie Aceh, nasi goring, nasi gurih, sate matang, martabak, 
bahkan baso dan es cendol pun ada. Saat itu saya berujar, saya bias hidup lama 
di Aceh kalau makanannya beraneka ragam begini. Makanan padang pun ada. Hanya 
saja¡Ksaya tidak menemukan WARTEG. Jadi¡Ktiadalah warteg macam sasari seperti 
yang ada di bilangan gang cengkeh Margonda Depok yang sehari-hari menjadi 
tongkrongan banyak mahasiswa. 
   
  Kembali ke sate matang, 
  Makanan ini merupakan makanan favorit saya selain mi kepiting.
  Sate sapi bakar yang dihidang dengan gulai daging berlemak menjadi andalan 
banyak toko makanan di Banda Aceh. Dan saya sangat menikmatinya. Harganya 
memang agak mahal, hitungan 20ribuan, tapi tak masalah lahapalah arti 
20ribu untuk kenikmatan di luar Pulau Jawa!
  Tak ketinggalan saya mencicipi nasi goreng khas aceh yang dihidangkan bersama 
gorengan seperrti kepiting goreng, udang goreng, ayam goreng, dan telur dadar 
goreng!
  Ditambah asingan bawang merah penambah selerah. Wuiiih sedap betul.
  Ketika saya menikmati hari terakhir di Banda Aceh dengan hidangan (lagi-lagi) 
sate matang, martabak dan beberapa bongkah udang goreng...saya teringat makanan 
udang dan kerang yang ada di Jakarta. Dan entah mengapa saya  teringat sebuah 
tanyangan di salah satu stasiun televisi swasta yang memberitakan tentang 
makanan oalahan yang diolah secara sembarangan: seperti jamu yang dipalsukan 
(lengkap dengan pemalsuan kemasan), cumi yang dicuci dengan pemutih pakaian, 
kerang hijau yang direndam dengan pewarna plastik, makanan kadaluwarsa yang 
dikemas ulang, tahu yang diberi zat kimia, beras yang diberi pemutih dan masih 
banyak lagiii.
  Sejenak saya kwatir, apakah makanan di Aceh juga diperlakukan sama?
  Sedih sekali saya mengingat tayangan televisi itu. Makanan-makanan yang 
seharusnya menyehatkan malah diolah dengan salah kaprah hanya demi meraup 
keuntungan!
  Gila...gilaaa...kemanakah logika? Kemanakan hati nurani?
  Makanan yang sudah busuk dan seharusnya dibuang, dikembalikan ke alam supaya 
terus bersirkulasi dalam rantai makanan malah diolah kembali menjadi produk 
baru dengan tambahan zat kimia, campuran bahan lain, bahkan dikemas ulang. 
Hanya karena menginginkan keuntungan dan memanfaatkan budaya konsumerisme 
masyarakat Indonesia.
   
  Oke laaahpejabat dan orang kaya mungkin akan mendapat kualitas makanan 
yang sangat baik. Tapi bagaimana dengan nasib rakyat biasa, golongan menengah 
ke bawah yang akan membeli bahan makanan pasar? Sedangkan di pasar pun sekarang 
kebanjiran produk makanan impor asing yang tak terjamin mutunya, kebanjiran 
olahan makanan hasil pemalsuan dan penambahan bahan kimia berbahaya.
  Apa yang sebenarnya terjadi?
  Mengapa para pengolah itu tega memberikan racun untuk orang lain?
  Mengapa hanya karena keuntungan, meraka tega meracuni bangsanya sendiri?
  Saya yakin, mereka dan keluarganya tidak memakan makanan yang mereka olah 
dengan racun itu!
  Mungkin alasa mereka melakukan itu karena mereka juga dituntut harus hidup. 
Sedangkan tidak ada kesejahteraan yang datang pada mereka. Mereka pun rela 
membuang hati nurani mereka hanya untuk kesejahteraan pribadi.
  Dari mana datangnya kesejahteraan? Dari siapa?
  Dari negara? Dari pemerintah? Dari kantor? Dari Koruspsi? Dari pemasungan 
seni? Dari mana?
  Satu kasus makananmerupakan salah satu titik dari ratusan titik dalam 
rantai lingkaran  setan sistem di negeri in