[ac-i] rancangan festifal sastra jawa di kampung
Rancangan FESTIVAL SASTRA JAWA 2009 di Dusun Nglaran, Desa Cakul, Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur* I. DASAR PEMIKIRAN [1] Sastra Jawa adalah warga Sastra Indonesia, adalah warga Sastra Dunia, yang layak diberi ruang untuk hidup: tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat dan keinginan masyarakat pendukungnya. [2] Jawa Timur memiliki Jaya Baya dan Panjebar Semangat, keduanya terbit di Surabaya, adalah majalah berbahasa Jawa yang memiliki sejarah yang panjang dan masih memiliki pembaca setia hingga saat ini. [3] Jawa Timur memiliki tokoh-tokoh yang disegani di jagad Sastra Jawa. Di Surabaya ada Dr. Suripan Sadihutomo [alm.], Suparto Brata, Satim Kadaryono, Drs. Moechtar, Suharmono Kasiyun, Widodo Basuki, di Tulungagung ada Tiwiek SA, di Bojonegoro ada: Djayus Pete, JFX Hoery, di Banyuwangi ada Esmiet [alm.], di Mojokerto ada ST Iesmaniasita [alm.] sekadar menyebut mereka yang pernah mendapatkan Hadiah Rancage. Di Trenggalek ada pula nama-nama yang dipandang cukup mewarnai perkembangan dunia sastra Jawa modern, antara lain: Bonari Nabonenar (Dongko), Widodo Basuki (Munjungan/Redaktur Jaya Baya), Slamet Sri Purnanto (Panggul), Jarot Setiyono, Edy Santosa, Sita T Sita (Pogalan), dll. [4] Media berbahasa Jawa yang ada di Jawa Timur, pun para tokoh/sastrawannya, selama ini kurang mendapatkan perhatian di wilayahnya sendiri [Jawa Timur], padahal mereka disegani di lingkup yang lebih luas, misalnya seorang Suparto Brata pernah masuk buku Five Thousand Person in the World, tiga kali mendapatkan Hadiah Rancage, dan mendapatkan penghargaan Sastra Asia Tenggara dari Ratu Sirikit (SEA Write Award). [5] Perlu media ekspresi alternatif, sekaligus untuk menghormati mereka yang telah menunjukkan dedikasi dan prestasi di Sastra Jawa. Melalui pembicaraan dengan beberapa kalangan/komunitas Sastra Jawa, diputuskanlah bahwa media ekspresi alternative itu ialah Festival Sastra Jawa –yang selama ini belum pernah diselenggarakan. [6] Dapat diasumsikan bahwa sebagian besar masyarakat pendukung sastra Jawa modern ada di daerah-daerah pinggiran, di desa-desa, dan oleh karenanya perlu dikaji hubungan imbal-balik antara sastra Jawa (modern) dengan masyarakat pedesaan, dan peran apa yang perlu dipertegas oleh para pengarang/sastrawan Jawa dalam rangka berpartisipasi pada pembangunan masyarakat pedeaan tersebut, terlebih di Era Global seperti sekarang ini. [7] Di dalam rangka membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, Festival Sastra Jawa bisa dijadikan agenda tahunan, sebagai upaya untuk menuju forum ’’silaturahmi budaya’’ yang lebih besar (berskala nasional) yang kelak bisa dinamakan Festival Sastra Etnik Nusantara. II. NAMA KEGIATAN - Festival Sastra Jawa 2009 III. TUJUAN [1] Memberi ruang ekspresi alternatif bagi sastrawan Jawa. [2] Menggali informasi melalui ’’dokumen kebudayaan’’ yang berupa karya-karya sastra [novel, cerpen, puisi] berbahasa Jawa. [3] Semakin mendekatkan Sastra Jawa dengan masyarakat pendukungnya, terutama yang tinggal di pedesaan. [4] Menyegarkan kembali kesadaran pengarang/sastrawan Jawa akan peran dan tanggung jawab sosial mereka atas masyarakat pendukung/pembaca. [5] Ikut ambil bagian dalam upaya memupuk generasi yang paham dan menghormati kebudayaan sendiri untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara bersama, bergaul secara damai, saling memahami dan saling menghormati dengan komunitas dari budaya/etnis lain, dan pada akhirnya menjadi generasi bangsa yang bisa dengan luwes bergaul dengan bangsa-bangsa lain di dunia. IV. TEMA Desa dan Sastra Jawa V. PENYELENGGARA Penyelenggara kegiatan ini adalah Organisasi Pengarang Sastra Jawa, Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya [PPSJS], dan Sanggar Triwida. VI. PELAKSANAAN Waktu: 30 Juli 2007 Tempat: Dusun Nglaran, Desa Cakul, Kec. Dongko, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Acara: [1] Pentas Baca Crita Cekak (Cerpen), Guritan (Puisi), Drama (berbahasa Jawa). [2] Sarasehan/Seminar, [3] Pameran Buku, [4] Pemutaran Film Dokumenter.[] *) DESA CAKUL adalah sebuah tempat yang jauh dari keramaian kota, 10 km dari ibukota kecamatan (Dongko), 46 km dari ibukota kabupaten (Trenggalek). Seperti halnya wilayah di bebukitan kapur jalur selatan Pulau Jawa, lokasinya cukup indah dengan kekayaan bebatuan kapur, marmer, dan banyak lubang bawah tanah (gua). Sayangnya, kalau kemarau memanjang, warga makin keras menjerit kekurangan air. Dusun Nglaran tempat FSJ akan dilangsungkan dilintasi jalan raya Trenggalek Pacitan, sehingga cukup mudah dijangkau dengan kendaraan umum jenis colt atau bus. Tetapi, jika Anda menjangkaunya dari Trenggalek kota, begitu pukul 17.00 petang kendaraan umum itu sudah sulit dan bahkan tak bisa didapat. Dari Surabaya atau Jogja ada layanan travel. Kelak nomor telepon perusahaan angkutan itu akan diberikan jika diperlukan. (panitia)
[ac-i] baca puisi dan diskusi budaya di Ngawi, Jatim
Baca Puisi & Diskusi Budaya di Ngawi Insya-Allah : Baca Puisi dan Diskusi Budaya. bersama: Dharmadi (Purwokerto), Haryono Soekiran (Purbalingga), Beni Setia (Caruban), Hardo Sayoko (Jakart-Ngawi), Koesprihyanto Namma (Ngawi). di: MAN Ngawi. Rabu, 29 Oktober 2008. Pukul: 19.00 (dimulai). Ngaturi rawuh, sukur bage kersa menyebarkan undangan ini. Suwun sperti yang di-sms-kan Sdr. Kus kepada saya bonari
Re: [ac-i] Re: KISAH-KISAH PARA "PENYAIR TANPA NAMA" YANG BERBAHAGIA DI Pesta Penyair Nusantara
[1] Bung Viddy, di Surabaya, 31 Juni (?) saat menunggu dapat taliasih gubernur, mengungkapkan kegeramannya bahwa Kediri menghabiskan sekian banyak duit untuk sepakbola, dan sebegitu sedikit untuk puisi. Dalam konteks ini, saya sangat setuju, dan bahkan dengan kegeraman yang boleh jadi hampir sama. Kemarahan mungkin tidak baik bagi kesehatan. Tetapi saya merasa kegeraman macam ini perlu kita kelola dengan baik, dengan cara kita tentunya. [2] ini pamer: dengan semangat yang berkobar dari kegeraman sejenis itu, saat ini saya sedang mengantarkan belasan buku karya para perempuan pekerja rumah tangga asal indonesia yang kini ada di hk (sebagian telah kembali ke pangkuan ibu pertiwi) untuk diterbitkan, tanpa sepeser pun bantuan dari pemerintah (yang telah ikut menikmati hasil cucuran keringat, airmata, dan darah mereka. [3] soal penulis dan media (baca: redaktur, khususon redaktur seni-budaya), saya punya pengalaman --mungkin menarik-- satu-satunya cerpen saya yang muncul di Surabaya Post (lama) era 80-an muncul ketika saya tak kenal seorang pun wartawannya, apalagi redakturnya. Juga beberapa puisi "anak-anak" saya yang muncul di Majalah Taman Siswa di awal 80-an. Sekarang, saya sangat dekat dengan Redaktur Seni Budaya JAwa Pos, Arief Santosa, tetapi ia dengan enteng akan bilang, misal, "Cerpenmu sing mbokkirimke wingi elek!" dan kemudian menyilakan saya untuk mengirim ke media lain atau merebusnya kembali jika mau. Layang setrum (surat elektronik) ini juga saya tulis sambil merasa bahwa: sebuah catatan saya atas Penghargaan Seniman JAtim edisi terkini yang digelar dini (karena sekaligus dijadikan ajang pamitan Pak Gubernur yang sebentar lagi habis masa jabatan ke-2-nya) tertolak oleh JP. Padahal Shoim Anwar sudah nagih, "Kowe kok kali ini ora nulis tentang penghargaan seniman jatim?'' Tetapi, juga, bersama kawan-kawan RSP di awal 90-an, saya juga pernah mengalami masa-masa putus asa menghadapipara penjaga gawang sastra media-media, terutama, terbitan JAkarta, tentu dengan kecurigaan-kecurigaan yang bisa jadi lebih banyak tidak masuk akal (maka, biar sedikit, ada pula kan, yang msuk?). Kecurigaan, yang menjadi sejenis kegeraman, atau bahkan kemarahan (?) yang membuat seorang Bagus Putu Parto, misalnya, bangkit membangun komunitas seni: sastra dan teater, di Blitar, dan membuat beberapa teman yang lain sukses menjebol gawang Jakarta, dan boleh jadi pada gilirannya masuk ke dalam barisan yang dicurigai. Begitulah, tadi saya susahmau memulai, dan tampaknya demikian pula halnya, susah juga mengakhiri. Kecuali dengan: ya uwis! bonari --- On Tue, 7/15/08, Ikranagara <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Ikranagara <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [ac-i] Re: KISAH-KISAH PARA "PENYAIR TANPA NAMA" YANG BERBAHAGIA DI Pesta Penyair Nusantara To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], artculture-indonesia@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, July 15, 2008, 6:52 PM Berdasarkan perkawanan dan perkenalan? Enggak usah mengeluhlah! Apalagi keluhan yang tidak punyadasar seperti ini! Yang bener aza dong! Kan banyak nama penyair yang belum dikenal dan bukan kawan redaktur Horison yang karya-karyanya dimuat di lembaran sastra Horison. Malah Horison menyediakan ruang untuk penyair anak dan remaja di sisipan Kakilangit. Demikian juga yang di Kompas, Republika dan Koran Tempo, atau lembaran budaya lainnya yang bertebaran di seantero negeri kita ini. Marilah pusatkan enerji kita untuk berkarya (seperti yang dilakukan para peserta temu sastrawan di Kediri itu misalnya! Jadi, tak usahlah berkelu