Radar Jember -Jawapos Group 
[ Minggu, 25 Juli 2010 ] 
Indahnya Budaya Pandhalungan 


Jember - Sejarah kabupaten Jember, tak akan pernah lepas dari perkebunan. 
Keberadaan perkebunan ini punya andil besar dalam memadukan etnis Jawa dan 
Madura di Jember hingga akhirnya membentuk budaya pandhalungan sebagai budaya 
yang berkembang di Jember.

Tipe kebudayaan orang pandhalungan adalah kebudayaan agraris-egaliter. Penanda 
simbolik yang tampak jelas dari tipe kebudayaan ini terdapat pada seni 
pertunjukan yang digeluti dan penggunaan bahasa sehari-hari yang secara dominan 
menggunakan ragam bahasa kasar (ngoko) dan bahasa campuran antara dua bahasa 
daerah atau lebih.

Jejak rekam yang bersumber dari berbagai arsip dalam bahasa Belanda seakan 
menguatkan sejarah Jember yang bermula dari kapitalisasi industri perkebunan 
adalah sebuah kota yang lahir dari sebuah proses modernisasi kota-kota Hindia, 
sebagai akibat dari sistem perusahaan bebas yang dianut sebagai prinsip umum 
ekonomi, sejak masuknya kapital besar, periode akhir abad XIX.

Sejarah perkembangan pesat peradaban Jember sebagai wilayah industri perkebunan 
juga ditentukan oleh semakin merebaknya perusahaan swasta Belanda di wilayah 
Jember utara dan Jember tengah.

Adalah George Birnie yang pada tanggal 21 Oktober 1859 bersama dengan Mr. C. 
Sandenberg Matthiesen dan van Gennep mendirikan NV Landbouw Maatsccappij Oud 
Djember yang semula bergerak di bidang perkebunan tembakau.

Lantas kemudian, industri perkebunan semakin meluas dengan tumbuhnya kopi dan 
kakao sebagai tanaman lanjutan tembakau atau yang ketika itu disebut dengan 
daun 
emas. Sebab, usaha yang dilakukan George Birnie membuat para ondermener (tuan 
tanah, Red) Belanda tertarik untuk mendirikan industri perkebunan pula. 


Tembakau pun bergeser menjadi tanaman pertanian karena sifatnya yang musiman. 
Sedangkan tanaman seperti kopi, kakao, dan karet tetap menjadi tanaman 
perkebunan karena merupakan tanaman tahunan.

Kehadiran sistem perkebunan swasta ini telah membawa perubahan-perubahan sosial 
dan ekonomi pada masyarakatnya. Jember yang tadinya merupakan distrik (sebutan 
administratif setingkat kecamatan pada zaman colonial, Red) dan menjadi bagian 
dari afdelling (merupakan wilayah administratif di bawah karisidenan pada masa 
kolonial, Red) Bondowoso, Jember akhirnya menjadi afdelling yang berdiri 
sendiri 
pada tahun 1800 an.

Terbangunnya Jember sebagai afdelling tersendiri membuat pemerintah pusat 
mengadakan perombakan infrastruktur, seperti pembangunan rel kereta api dari 
Surabaya melalui Jember hingga Panarukan yang berfungsi sebagai pelabuhan untuk 
melakukan ekspor hasil alam seperti tembakau, kopi, kakao, dan juga karet serta 
biji-bijian kedelai.

"Pada saat itu, tumbuhnya industri perkebunan dalam tempo yang relatif cepat 
membuat Belanda menggiring masyarakat etnis Jawa dan Madura untuk masuk ke 
Jember guna dijadikan pekerja perkerbunan," ujar Ayu Sutarto, Budayawan Jember.

Mereka, lanjut Ayu, mengabdikan diri menjadi buruh migran perkebunan dan 
pertanian. Namun, dominasi masyarakat Jawa dalam industri perkebunan relatif 
sedikit, sebab masyarakat Jawa yang masuk ke Jember sebagian besar berasal dari 
Jawa Matraman yang mata pencaharian terbesarnya adalah bertani. 


Sedangkan masyarakat Madura, lebih banyak mendominasi posisi buruh perkebunan. 
Hingga saat ini, masyarakat yang bertahan menjadi buruh perkebunan adalah etnis 
Madura.

Seiring perjalanan waktu, Jember yang merupakan lumbung padi, dan disebut 
sebagai kota perkebunan yang memberikan hasil alamnya bagi negeri ini justru 
lebih dikenal sebagai kota pendidikan dan Jember Fashion Carnival (JFC). 
Keanggunan dan kekayaan perkebunan yang harusnya bisa tetap dipertahankan 
menghilang begitu saja ditelan masa.

Padahal, total luas areal perkebunan di Jember mencapai ribuan hektare. Untuk 
perkebunan kopi di Jember misalnya, luasnya mencapai 16.882 hektare, 
masing-masing diisi dengan pengusahaan kopi rakyat seluas 4.911 hektare yang 
tersebar di 27 kecamatan dengan areal terluas berada di Kecamatan Silo. 


Selanjutnya, sebanyak 14 kebun dengan luas areal 6.009 hektare dikelola oleh 
PT. 
Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) dan 7 kebun seluas 2.267 hektare dikelola 
oleh Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP), serta 10 kebun dengan luas areal 3.695 
hektare dikelola oleh pihak swasta.

Sementara itu, untuk komoditi tanaman perkebunan kakao di Jember dari total 
luas 
areal 4.641 hektare, masing-masing dipegang oleh perusahaan perkebunan seperti 
PTPN XII dengan mengelola 4 kebun yang luasnya 3.914 hektare.

Sedangkan, 3 kebun dengan luas 216 hektare dikelola oleh PDP. Sisanya, sebanyak 
5 kebun dengan luas areal 511 hektare dikelola oleh swasta.

Ada pula perkebunan yang terdiri dari aneka ragam tanaman seperti lada, kelapa 
sawit, dan juga vanili yang juga dirintis sejak zaman kolonial. Namun, 
masyarakat Jember saat ini cenderung tidak ingin melakukan pengembangan 
terhadap 
tanaman-tanaman tersebut.

Perkebunan Jember yang merupakan mata pencarian terbesar ini ironisnya justru 
belum bisa menghidupi masyarakat yang berdiam di dalamnya. Tingginya tingkat 
kemiskinan di Jember juga merupakan akibat dari budaya struktural perkebunan. 


Mereka yang sudah terbiasa menjadi buruh perkebunan dengan otomatis akan 
menurunkan profesi tersebut kepada anak cucunya secara terus menerus. 


Ayu menambahkan, harus ada perhatian khusus untuk memberikan pendidikan dan 
juga 
kesejahteraan bagi buruh migran yang menempati posisi buruh perkebunan secara 
turun temurun. (nur fitriana)


  
 
        * Garuda Cetak Poin Tertinggi 
        * PKS- Taufik Buka Negosiasi 
        * Beberapa Perahu Terlempar 
        * Laga Pertama Diguyur Hujan 
        * Gus Mamak Bakal Dihadirkan 
        * Jabatan Sudarti Bakal Dievaluasi 
        * Satu Tewas, Dua Kritis 
        * Mahasiswa Curi Laptop Teman 
        * Mayoritas BB Narkoba dari Luar 
HALAMAN KEMARIN 
        * Bupati Djalal Kunjungi Sesi Latihan JMB 
        * Tawur Gara Gara Cewek 
        * Hasilkan Lulusan Berjiwa Entrepreneur 
        * Motor Selip, Dua Pemuda Tewas 
        * KPU Siapkan Data Tandingan 
        * Pencegatan Truk Tebu Diprotes 
        * Semangat Anak-Anak Berkebutuhan Khusus Meraih Prestasi (2-habis) 
        * Garong Toko Dihakimi Massa 
        * Diganjar Dua Tahun Satu Bulan 
        * Satu Tewas, Dua Kritis 

Kirim email ke