UNDANGAN

 

Dewan
Kesenian Jawa Timur mengharap kehadiran Bapak/Ibu/Saudara pada 

 

Hari Minggu,
18 Januari 2009

Pukul 19.00 – 21.00 WIB

Tempat:

Sekretariat Dewan Kesenian Jawa Timur

Jl. Taman Mayangkara 6 Surabaya

Telp/ Fax 031 5610432



Acara:

Diskusi Bareng Ratna Sarumpaet 



Tema:

Menyoal Strategi Kebudayaan Kita



Pembicara:

Ratna Sarumpaet, Jakarta



Moderator:

Didik Wahyudi

 

Pelaksana:

Majalah Kidung

Dewan Kesenian Jawa Timur



CP: Meimura (0818301252), Ribut W (031-72102178)

 

Terima kasih.







Terms of Reference

Menghadapi segala perkembangan di era globalisasi, diperlukan strategi
kebudayaan. Seperti diterapkan para pendiri bangsa ini, strategi kebudayaan
merupakan jalan cerdas yang mempertemukan kepentingan versus nilai. 

Sebagaimana dilakukan Bung
Karno, Bung Hatta, Agus Salim, Tan Malaka, dan Sutan Sjahrir, ketika menapaki 
jalan tersebut
mereka menguasai logika, pemikiran, bahasa, cara-cara organisasi
"penjajahnya", kemudian merebutnya dengan pencerdasan kehidupan
bangsa. Pencerdasan kehidupan itu dilakukan melalui pendidikan budi pekerti,
mentalitas, watak, iman, dan menguasai manajemen ekonomi. 

Hanya individu yang cerdas, berbudi pekerti dan punya nurani jernihlah yang
diharapkan bisa membuat sistem dan konstruksi struktur bagi hidup bersama. Ini
merupakan tataran proses peradaban nilai dalam pembatinan pendidikan
nilai-nilai. 

Di lain pihak, disadari pula bahwa tiap manusia lahir dalam tradisi nilai
budaya yang sudah ada lebih dahulu, entah berupa adat, adab, agama atau
kearifan lokal. Di sini ia "sudah dibentuk atau dikonstruksi" oleh
tradisi kearifan-kearifan budaya tempat ia lahir dan berasal. Di sini
kebudayaan sering ditafsirkan sebagai "beban tradisi" untuk
dihidupkan dalam menghadapi tantangan perubahan-perubahan dunia dan perubahan
zaman. Karena itu muncul proses-proses reaktualisasi, restrukturisasi, dan
retradisionalisasi budaya.

Padahal, sesungguhnya yang kita butuhkan adalah strategi transformasi budaya
yang bersifat kritis terhadap nilai yang menjajah kita. Yakni nilai-nilai yang
(membuat) dehumanis terhadap sesama dan lingkungan hidup, serta membahasakan
secara baru. Transformasi budaya nilai-nilai dilakukan melalui proses
dialektika, asimilasi inkulturatif (saling menyesuaikan) atau pun osmosis.
Yakni mengambil yang baik untuk dihayati ke depan dengan proses saling membuahi
hingga muncul ketangguhan nilai tersebut. 





Profil Ratna Sarumpaet

Ratna pernah kuliah di
Fakultas Teknik Arsitektur UKI selama 6 semester sebelum akhirnya dia
memutuskan untuk memilih teater sebagai 'hidupnya'. Di tahun 1969, ia belajar
berteater selama 10 bulan di Bengkel Teater Rendra dan selanjutnya ia belajar
sendiri. Saudara kandung artis Mutiara Sani dan sutradara Sam Sarumpaet ini
melakukan debut pementasannya yang berjudul Rubayyat Omar Kayam yang
juga karyanya sendiri, tak lama setelah mendirikan Teater Satu Merah Panggung
pada 1974. Ratna juga pernah mengelar pementasan Alia dan Jamila dan Sang
Presiden.

Pada masa Orde Baru, Ratna kerap berurusan dengan polisi
terkait aktivitasnya yang vokal dan kerap mengkritik. Bahkan saat menjabat
koordinator SIAGA dan menyelenggarakan Indonesian People Power di Ancol, 
Jakarta pada 1998, Ratna
ditangkap dan dipenjarakan di Polda Metro Jaya sebelum dipindahkan ke Rutan
Pondok Bambu. Baru tanggal 20 Mei 1998 dirinya dibebaskan.

Sejak tahun 1984 sampai
sekarang, Ratna sering diundang untuk berbicara dalam berbagai kegiatan seni
budaya di luar negeri. Antara lain pada kongres International Woman
Playwright II di Adelaide, Australia tahun 1994, dan pembicara pada 4th
 International Woman Playwright
  Center di Galway, Irlandia, 1997. Pada tahun yang sama, Ratna
 diundang melakukan presentasi tentang naskah-naskah drama yang ia tulis di 
Jerman dan Inggris. Ia juga memberikan pidato di Gedung
 Palais de Chaillot pada Peringatan 50 tahun Hak Asasi Manusia Sedunia tahun
 1998. Panitia peringatan ini juga mengukuhkan Ratna dalam sebuah film
 dokumenter Les Derniers Prisonniers de Soeharto dengan sineas Bernard Debord
 yang ditayangkan di Stasion Televisi Arte di Prancis dan Jerman dan beberapa 
negara berbahasa Prancis
 lainnya.

Pada tahun 1998, Ratna
memperoleh penghargaan Female Human Rights special Award dari The Asai
Foundation for Human Rights di Tokyo, Jepang serta diundang oleh PEN
International sebagai pembicara pada Sydney Writer Festival, Australia
dengan judul bahasan Dare to Speak Up. Ia juga hadir sebagai pembicara
pada Writer In Prison-PEN International di Khatmandu,
  Nepal tahun 2000. Di tahun yang sama majalah
  sastra terkemuka di Amerika MANAO, yang menerbitkan sebagian dari Marsinah
  Menggugat dalam sebuah buku sastra edisi musim panas, Silent Voices
  mengundang Ratna melakukan presentasi di Washington, Los Angeles, Madison, 
New York, dan Hawaii. Pada saat yang bersamaan, ia menjadi
  tamu Pemerintah Amerika mengunjungi beberapa Negara Bagian di Amerika sebagai
  tokoh reformasi dan demokrasi Indonesia.

Di tahun 2000, Ratna kembali
mendapat undangan dari Woman Playwright International, untuk hadir sebagai
panelis dalam 5th International Woman Playwirght Conference. Pada tahun
yang sama pula, PEN International mengundang Ratna untuk menjadi pembicara pada
The 2nd Conference For Asia Women And Theater di Filipina. Naskahnya, Marsinah 
Menggugat,
dipentaskan di puluhan negara di dunia oleh berbagai kelompok teater
professional, dan dalam setiap pementasannya, Ratna hadir sebagai pembicara.

Ratna yang pernah menjabat
sebagai ketua Dewan Kesenian Jakarta (2003-2006) serta menjadi juri Festival 
Film
Indonesia (FFI) itu, di tahun 2007 rutin tampil sebagai panelis
dalam acara Silat Lidah yang ditampilkan di antv.

Berita terakhir mengatakan
bahwa Ratna Sarumpaet bermaksud untuk mencalonkan diri sebagai presiden dalam
pemilihan calon presiden 2009.

Profesi

Ketua DK J (2003-2006)Penulis skenario dan sutradara (1977-1987)Editor Film 
bekerjasama dengan MGM, Los Angeles
     (1985-1986)

Penghargaan

Female Human Rights special Award dari The
     Asia Foundation For Human Rights di Tokyo, Jepang (1998)

Karya

Dara Muning (1993)Marsinah: Nyanyian dari Bawah Tanah (1993)Terpasung 
(1995)Pesta Terakhir (2000)Marsinah Menggugat (2000)Alia Luka Serambi Mekah 
(2000)Anak-Anak Kegelapan (2003)Pelacur dan Presiden (2005)Jamila dan Presiden 
(film, 2008)

 




      

Kirim email ke