Radar Bojonegoro [ Selasa, 26 Agustus 2008 ] Nisan jenderal Belanda ditemukan di Bojonegoro BOJONEGORO-Makam seorang tokoh belanda yang berpangkat Jenderal ditemukan di Desa Bakalan Kecamatan Kapas Bojonegoro. Diperkirakan makam tersebut adalah milik Yuans Van De Sluks yang meninggal tahun 1844.
"Tetapi nisan tersebut sudah bergeser sekitar 300 m dari lokasi pemakamannya dan sekarang ini nisan itu hampir separonya terpendam di tanah, " kata Kasi Sejarah Nilai Tradisionil dan Muskala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bojonegoro, Dari Suprayitno kepada Radar Bojonegoro. Menurut Dari nisan dengan ukuran 2 X1 m dan memiliki ketebalan 20 cm bahannya dari semen cor hitam. Dan itu menurujtnya meski peninggalan Belanda, tetapi temuan itu masuk benda cagar budaya yang harus dilindungi. Dia kemudian menuturkan Proses awal temuan itu dari laporan seorang guru Sejarah SMPN di Kecamatan Kapas, yang melaporkan adanya nisan yang terpendam di dalam tanah di jalan desa setempat. Semula tambah dia nisan tersebut berada di tengah sawah diatas tanah seluas sekitar 2.000 m2 yang sekarang ini menjadi tanah milik Desa Bakalan. Dari hasil penelusurannya, di lokasi tanah tersebut hanya ada satu makam yang sekarang nisannya berpindah, sehingga bisa disimpulkan yang dimakamkan tersebut seorang tokoh Belanda. ''Kami belum mencek,tetapi nama jenderal itu ada dalam sejarah Bojonegoro dia adalah seorang jenderal yang ditempatkan di Bojonegoro untuk mengawasi proyek tebu, " tegasnya. Dia juga menjelaskan Karena warga setempat membutuhkan , pada tahun 1970 nisan tersebut dicabut dan diangkat untuk membuat gorong-gorong atau saluran air di perkampungan. Di nisan itu lanjut dia tertulis sebuah nama yakni Yuans van De Sluks lengkap dengan tanggal lahir, dan kematian. ''Yang jelas kita akan laporkan kepada Balai Pelestarian dan Perlindungan Benda Cagar Budaya (BP3) Trowulan di Mojokerto, agar ada penanganan ekskavasi ( penggalian benda cagar budaya),'' tegasnya Sementara itu Muhajir warga yang rumahnya persisi berada di sebelah niasn tersbeut menjelaskan Sudah tiga tahun ini nisan itu terpendam tanah ditepi jalan, karena jalan makadam di desa ini ditinggikan. Tetapi sebelumnya lanjut dia lokasi asli nisan tersebut, berada di tengah sawah sekitar 300 m dari posisi nisan sekarang. Sedangkan proses mengangkatnya dulu, kata Muhajir, ditahun 1970, warga setempat yang membutuhkan untuk menutup gorong-gorong, mengangkat beramai-ramai dengan bambu. Dalam tulisan diatas nisan tersebut terbaca lengkapnya,� Geb 15 September 1784 dan Oveil, 23 April 1844. Menurut Muhajir batu nisan tersebut tergolong kuat, karena puluhan tahun tergeletak ditepi jalan dan ketika ada pembangunan peninggian jalan di desa setempat digilas buldoser juga tidak pecah. "Dibethel tidak mempan, justru keluar apinya, sehingga untuk mengangkat dibutuhkan peralatan berat, " kata Kades Bakalan, Sulistyono. (ade)