U N D A N G A N 
Launching Buku Antologi Puisi Bersama
INDONESIA DALAM SECANGKIR KOPI PAHIT
Penulis: Muhammad Nashir- Hasan CaLeg -Thantien Hidayat- 
Denny Misharudin- Deddy Gerandong
Sabtu, 27 Juni 2009 
Pukul:18.30 WIB 
Di Resto Gama Watu Gong, Malang
 
Menulis puisi bagi sebagian orang adalah pekerjaan yang 
membosankan. Bagaimana tidak, selain harus memilih kata-kata 
yang tepat, urut, sistematis, harus berbunga-bunga lalu 
merangkainya menjadi sebuah kalimat–kalimat dan 
menjadikannya sebagai bait–bait puisi, si penulis pun 
diharuskan untuk membuatnya agar bisa enak dibaca sehingga 
bisa enak didengar. Tapi mungkin itu bentuk puisi jaman 
dahulu, karena pada saat ini telah dikenal sebuah genre 
puisi yang disebut puisi modern. Pada puisi modern ini 
penulis dibebaskan untuk menuliskan kata sesuka hatinya 
asalkan secara estetika masih bisa disebut indah. Lihat saja 
pada era tahun 90an, muncul puisi karya Sutarji C. Bakhri, 
profesor puisi Indonesia dimana rangkaian puisinya begitu 
meledak dikalangan anak muda. Kemudian puisi-puisi Prof. 
Moch. Ichsan, dosen dan penyair dari kota Malang dimana 
secara estetika bentuknya sangat indah, apalagi isinya, 
sungguh luar biasa. Dia dengan indahnya bisa melepaskan kata 
dari pasungan makna yang ada menjadi sebuah kata dengan 
makna yang baru, dan anehnya, secara tidak sadar membuat 
kita menjadi menyetujuinya. Lalu puisi-puisi penyair Zawawi 
Imron, yang keindahannya dalam kedalaman bahasa dan makna 
yang dikandungnya membuat orang awam yang tidak begitu 
peduli dengan puisi menjadi sedikit memalingkan wajahnya 
hanya untuk sekedar mendengar orang membacakan puisi-
puisinya. Dan masih banyak lagi penulis-penulis puisi 
lainnya, yang membuat kita tersadar bahwa sesungguhnya telah 
muncul sebuah era puisi yang baru di negeri ini.
Berawal dari romantisme masa lalu itulah sekelompok muda-
mudi dari kota Malang ini menerbitkan antologi puisi bersama 
dengan judul Indonesia dalam Secangkir Kopi Pahit, sebuah 
kolaborasi puisi tentang kepahitan wajah Indonesia dari sisi 
kemanusiaan. Muhammad Nashir, yang menjadi penggagas ide ini 
dari komunitas diskusi forum 28an Poestaka Rakjat, mengajak 
kawan-kawannya untuk kembali menulis dalam media puisi yang 
banyak berkisah tentang lika-liku keprihatinan mereka dalam 
melihat kondisi bangsa Indonesia pada saat ini. Gagasan 
Muhammad Nashir ini disambut oleh Hasan CaLeg, Thantien 
Hidayati, Denny Misharudin, dan Deddy Gerandong, sehingga 
terbitlah antologi puisi bersama ini. Tidak banyak yang 
ditawarkan sekelompok muda-mudi ini selain tawaran ide 
tentang bagaimana membaca kondisi bangsa ini, lalu 
berangan-angan tentang bagaimana keadaan bisa menjadi lebih 
baik lagi lewat secangkir kopi pahit yang ada di hadapan 
mereka. 

Datang dan nikmati suguhan ‘secangkir kopi pahit’ kami....
Terimah Kasih



      

Kirim email ke