“
PIDATO BOSS PADA RUMAH DAN TETESAN “

“Apa
kamu percaya kalau kamu tertawa tapi sebenarnya kamu menangis ..? tidak ..?
kalau begitu kamu bahagia. Tidak seperti kami, tidak seperti robot ini, bangkai
ini, badut besar ini..! kami harus tetap yakin dan setia meskipun tahu semua
ini salah. Kamu dengar ..? kami bahkan tidak punya hak untuk merasa berdosa ,
itu tabu ..!!. sebagaimana semua sistim, ini adalah pembunuhan diri, tapi kami
tidak berhak mati , kami harus hidup, karena kami harus menang.

“
Sebuah petikan naskah Boss karya Putu wijaya”

Riang
sorak ramai ketika itu , langit mulai menggumpal dengan awan hitam “ tak terasa
hari telah menginjak malam! Sebuah sanggar teater  yang sederhana telah
melakukan aktivitas (latihan) ketika itu, sebuah proses running tiga naskah
monolog yang disutradarai oleh Bagus Mahayasa mewarnai suasana di Jl. Benteng
Pancasila 62 Kota Mojokerto  setiap hari. 

Tiga
naskah monolog ini dimainkan oleh tiga orang aktor masing-masing Mach. Novianto
dalam naskah “Boss” karya Putu Wijaya,
pendiri teater Mandiri Jakarta. Naskah Boss ini
ditulis dan dihadiahkan untuk almarhum Alimin Lasasi yang meninggal pada
tanggal 28 september 1989, Ia merupakan salah satu aktor terbaik dari Teater 
Mandiri. Buyung Akhirul Akbar dalam naskah “Pidato”
Karya Putu Fajar Arcana, seorang wartawan seni budaya harian
Kompas dan Siti Mafruka dalam naskah “Rumah dan Tetesan” karya
Riris K. Toha Sarumpaet, seorang guru besar tetap di Fakultas Ilmu Budaya, 
Universitas Indonesia. Ketiga reperoar akan ditampilkan
sekaligus pada satu panggung oleh Lidhie Art Forum dan berlangsung satu hari
 saja.

Dalam
naskah Pidato karya Putu Fajar Arcana, Buyung Akhirul Akbar berperan
sebagai sesosok pemuda yang telah dirasuki oleh roh seorang korban kekejaman
masa pemberontakan PKI, yang mana ia tidak suka dengan hal yang berbau politik
dimana ia menganggap bahwa orang-orang politik merupakan orang yang suka
mencla-mencle. Seorang politikus yang dengan mudah mengumbar impian pada rakyat
kecil yang mengatakan pada mereka bahwa mereka sanggup melepaskan penderitaan
rakyat kecil yang selama ini dijerat hutang oleh para tuan tanah. Dengan tubuh
yang diperankan oleh Buyung inilah ia mencoba berpidato dihadapan semua orang
untuk menyampaikan semua hal yang menjadi keluhannya saat itu.

Sedangkan
naskah Rumah dan Tetesan yang diperankan oleh Siti Mafruka, berbicara
tentang seorang Ibu yang berperan dalam rumah tangga
yang harus ia jalani sendiri tanpa seorang suami yang menemaninya dalam
kehidupan. Ia harus berkorban untuk kedua anak yang dicampakkan dan dibiarkan
oleh sang Ayah serta kehilangan kasih sayang. Dia tak sanggup memikirkan apa
yang terjadi pada anak-anaknya hanya dengannya, Ia merasa, bagaimana impian
mencapai tertinggi tidak sepenuhnya membuat dia lengkap. Siti Mafruka disini
mencoba menggambarkan seorang Ibu yang bingung memahami posisi seorang Ibu
dalam rumah tangga , tapi meski demikian akhirnya Ia menemukan bahwa ternyata
bukan sebuah keluarga kokoh, Ia mendamba bahagia banyak orang, karena bahagia
adalah kita semua, yang menerima dan yang menyerahkan, yang serumah dengan
perbedaan. 

Dalam
naskah Boss karya Putu Wijaya yang diperankan oleh Mach. Novianto ini
bercerita tentang kesenjangan antara Boss dan bawahannya di dalam suatu
pekerjannya. Tersiksa dengan apa yang telah dilakukan oleh si Boss tersebut dan
merasa cemburu dengan bawahannya. Hidup yang tidak tenang telah dialami terus
setiap hari, kadang terasa jenuh dengan pekerjaannya, kadang merasa tidak
nyaman dengan hidupnya yang telah dijalani. Kekhawatiran yang dialaminya seperti
terjerat, terperosok ke dalam lubang pikirannya yang dalam dan jauh. Kesulitan
yang terhindar oleh si bawahan ternyata sudah tak terbendung lagi bahwa ia
harus tutup mulut tak peduli apa dan siapa yang ada dihadapannya. 

Pentas
monolog tiga naskah ini merupakan salah satu agenda pentas keliling 5 kota yang 
dipimpin oleh
Adrian Dwi C sebagai pimpinan produksi. Kelima kota tersebut adalah Probolinggo,
Nganjuk, Pasuruan, Ponorogo, dan Blitar. Agenda
pementasan keliling ini merupakan agenda rutin dari sanggar Lidhie Art Forum
(LAF) Mojokerto yang dipimpin oleh Bagus Mahayasa. Probolinggo adalah kota 
pertama yang akan
dijadikan tempat pentas pertama mereka. Dengan menjalin kerja sama dengan pihak
SMAN 4 Probolinggo, tiga naskah monolog ini akan dipentaskan di aula SMAN 4
 Probolinggo yang beralamat di Jl. Slamet Riyadi Kanigaran Probolinggo
pada hari Minggu tanggal 25 Januari 2008 pukul 19.00 WIB. Disamping agenda
pentas keliling 5 kota
ini, Lidhie Art Forum (LAF) Mojokerto memliki agenda rutin lainnya seperti
workshop keaktoran, diklat teater pelajar, dialog budaya, dll.

Untuk
lebih menjalin hubungan dengan pihak Lidhie Art Forum (LAF) Mojokerto dapat
lewat contact person Lidhie Art Forum (LAF) Mojokerto : 0856 486 10191
(Buyung), 0852 308 88303 (Siti Mafruka), 0856 457 45176 (Adrian Dwi C) atau
e-mail pada alamat : komunitas_laf...@yahoo.co.id atau add as friend via alamat
friendster : lidhieartfo...@gmail.com. (***)

 




      

Kirim email ke