Re: [ac-i] MEMPERINGATI 40 HARI RENDRA BERPULANG

2009-09-14 Terurut Topik hudanhidayat
 
 masjid tempat jenazah almarhum disolatkan yang tak mampu menampung para 
 jemaah Jumatan yang mendadak membludak sampai ada yang tak bisa rukuk apalagi 
 sujud-- saya merasa prihatin. 
 Sambil teringat momen serupa yang diberikan kepada Michael Jackson di 
 Amerika, saya jadi bertanya-tanya: Mengapa negara tidak peka dan tidak secara 
 antisipatif segera mendekati pihak keluarga dan ”mengambilalih” acara 
 persemayaman jenazah Rendra, agar tidak hanya negara, tetapi juga seluruh 
 lapisan masyarakat yang ingin memberikan penghormatan terakhir kepada Rendra, 
 mendapat kesempatan dan keleluasaan? Rendra dan keluarganya barangkali tidak 
 mengharapkan hal itu. Tetapi, Rendra, sejak dulu, sudah bukan milik hanya 
 keluarganya saja, melainkan sudah menjadi milik dan aset bangsa yang tak 
 ternilai harganya. Sehingga, amatlah layak jika bangsa dan negara memberikan 
 ”penghormatan yang layak” kepadanya. Sebagai teman dan penganggumnya, 
 kemarin itu saya merasa bahwa sungguh tidak patut bangsa ini membiarkan momen 
 yang tak akan berulang itu dengan cara seperti itu, untuk seorang Rendra! 
 Bagaimana kita bisa menjadi bangsa yang besar, apabila tidak bisa memberikan 
 penghormatan yang layak bagi salah seorang putra terbaiknya?
 Tetapi, harus juga dikatakan, kita belum terlambat untuk ”cinta belajar dan 
 belajar cinta” kepada tokoh-tokoh besar kita di masa lalu maupun yang akan 
 datang. Cinta kepada mereka hendaknya ditegakkan dan diabadikan, agar seluruh 
 anak bangsa bisa menjadikannya sebagai cermin atau barometer: sejauh mana 
 anak bangsa ini mampu mencapai tingkat keunggulan kualitas kemanusiaannya. 
 Hanya dengan itu kita akan mampu meningkatkan nilai baiknya, dan meninggalkan 
 nilai buruknya. Tanpa penanda semacam itu, kita akan selalu menjadi bangsa 
 yang lupa dan alpa, dan harus terus memulai dari nol lagi dan nol lagi, 
 sehingga proses estafet menuju ”pemecahan rekor baru” tidak akan pernah 
 terjadi.
 Hal terakhir yang ingin saya katakan adalah: alangkah indahnya jika 
 pemerintah atau para pengusaha swasta atau para baron media, atau para warga 
 negara, segera menghimpun sebuah ”dana abadi” untuk digunakan sebagai 
 modal bagi pemberian  penghargaan tertinggi untuk pencapaian ekselen di 
 bidang kemanusiaan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan †dengan nominal hadiah 
 paling besar dan penyelenggaraan paling prestisius †dan memberinya nama: 
 ”Hadiah Rendra.”
 Dengan begitu, kita bisa membuktikan bahwa sebagai bangsa kita menghormati 
 tidak hanya akal budi dan intelektualitas, melainkan juga mengedepankan 
 kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual. Ukuran mengenai nilai-nilai utama 
 dan keunggulan pun menjadi jelas. Akan menjadi terang pula: ke arah mana kita 
 musti bercermin. 
 Kekasihku// Bunga gugur/ di atas tempatmu terkubur/ gugurlah segala hal ihwal 
 antara kita...// Kekasishku// Gugur, ya, gugur/ semua gugur/ hidup, asmara, 
 embun di bunga/ yang kita ambil cuma yang berguna (Rendra, Bunga Gugur). []
 *Yudhistira ANM Massardi adalah sastrawan, pengelola lembaga pendidikan dasar 
 gratis untuk kaum dhuafa di Bekasi.
 
 --- On Tue, 9/8/09, abdul malik filantro...@... wrote:
 
 
 From: abdul malik filantro...@...
 Subject: [ac-i] MEMPERINGATI 40 HARI RENDRA BERPULANG
 To: majalahkid...@..., dk_ja...@..., jambore_kebuday...@yahoogroups.com, 
 pojoktea...@yahoogroups.com, ngobrolin_tea...@yahoogroups.com, 
 forum_teater_indone...@yahoogroups.com, woroworosenik...@yahoogroups.com, 
 artculture-indonesia@yahoogroups.com, komunitas_mer...@yahoogroups.com, 
 foza...@..., i...@..., komunitasutank...@yahoogroups.com, 
 dik...@yahoogroups.com, peremp...@yahoogroups.com, zahi...@..., 
 misterh...@..., riadi...@..., heri_len...@..., ky_karna...@..., 
 mega_cur...@..., kanka_sairand...@..., meimura_ragilthea...@..., 
 henrinurca...@..., zakisi...@..., i...@..., akif...@..., ribut_wij...@..., 
 jo...@..., nanag...@..., kom...@..., jurnali...@yahoogroups.com, iall...@..., 
 albatati@...
 Date: Tuesday, September 8, 2009, 12:21 PM
 
 
   
 
 
 
 
 
 
 
 
 MEMPERINGATI 40 HARI RENDRA BERPULANG, 
 AKAN DIADAKAN DI: 
   
 KAMPUS BENGKEL RENDRA, CIPAYUNG JAYA, 
 PANCORAN MAS, DEPOK. 
 SENIN, 14 SEPTEMBER 2009 JAM 17.00 S.D 23.00 WIB. 
 TAUSIAH RENDRA DAN HUTAN OLEH MS KABAN. 
 AKU CINTA PADAMU. 
   
 (sms KEN ZURAIDA 081 875 92 38 )





Re: [ac-i] MEMPERINGATI 40 HARI RENDRA BERPULANG

2009-09-14 Terurut Topik BISAI
Antara Rendra dan Pram terdapat perbedaan yang besar di bidang ideologi dan 
politik. Tapi setelah keduanya meninggal , mereka punya persamaan nasib: miskin 
penghargaan dari pemerintahnya. Itu bisa dimaklumi karena Indonesia bukan 
negara budaya  tapi negara konsumen dengan ekonomi tergatung. Keadaan ini tidak 
akan berubah selama sistim sosial dan sistim negara Indonesia yang hingga kini, 
juga tidak berubah. Bangsa yang telah berulang-ulang dicetak oleh para pemimpin 
mereka sebagai bangsa yang hanya bisa menghargai uang, kedudukan dan kekuasaan, 
tidak bisa lain cuma akan melahirkan bangsa yang bermental materi kapitalistis 
egoistis dan asing terhadap segala  nilai-nilai budaya di luar materi tsb 
termasuk nilai-nilai budayanya sendiri.

Penghargaaan terhadap Rendra tidak lebih dari yang juga diterima Tan Joe Hok di 
bidang olah raga, Wisanggeni di bidang musik keroncong dan masih banyak 
tokok-tokoh budayawan dan kesenian lainnya yang berjasa dan berprestasi besar 
tapi  bernasib hanya sebagai daun kering  yang bertaburan di tengah jalan raya.
 Kapankah situasi ini akan berubah? Tidak akan berubah selama tidak muncul 
sebuah revolusi mental dan sosial yang akan merubah cara berpikir dan cara 
hidup bangsa Indonesia yang egoistis materialistis kapitalis yang berlandaskan 
pada ideologi perjuangan untuk hidupdengan segala cara dan bukan berjuang 
untuk hidup yang lebih baik dan berbudaya. Pada kaum intelektuilnya saja masih 
punya anggapan bahwa karya sastra itu adalah diciptakan oleh orang-orang tukang 
ngibul, tukang bohong, tukang rekayasa, tukang ngimpi, tukang fantasi dan 
tukang rekayasa bikin cerita-cerita bohong. Mereka hanya bisa menghargai karya 
sastra yang isi politiknya jelas, mudah dimengerti, gambalang seperti pamflet 
dan editorial politik dan itupun kalau isi politik itu sesuai dengan pikiran 
dan ideologi yang mereka anut dan bila lain dari itu, bagi mereka adalah 
kebohongan, omong kosong dan penipuan dan karenanya harus dibakar, dijegal, 
diboikot dan disabot secara gelap maupun terang-terangan. Apresiasi budaya 
mereka adalah kasar seperti baja yang belum ditempa. Dan apakah dengan modal 
yang begini bangsa Indonesia akan memimpikan bisa menjadi bangsa yang besar dan 
berbudaya?. Jawabnya ada pada tiap orang.
asahan.


  - Original Message - 
  From: hudanhidayat 
  To: artculture-indonesia@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, September 14, 2009 5:58 AM
  Subject: Re: [ac-i] MEMPERINGATI 40 HARI RENDRA BERPULANG


tulisan yang menyentuh. 
  dari salah seorang pelaku sastra kontemporer kita. 
  senang sekali membacanya.

  salam untuk mass yudhistira. 

  hudan

  --- In artculture-indonesia@yahoogroups.com, yudhistira massardi 
ymassa...@... wrote:
  
   Rendra dan Kita
   Oleh: Yudhistira ANM Massardi
   Aku mendengar suara/ jerit hewan yang terluka.//Ada orang memanah rembulan/ 
Ada anak burung terjatuh dari sarangnya.//Orang-orang harus dibangunkan./ 
Kesaksian harus diberikan.//Agar kehidupan bisa terjaga.
   Â Â  Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â 
                                -- (Kredo 
pamplet Rendra, 1974)
   KATA-kata, memang, terasa tak cukup mampu melukiskan kebesaran seorang 
Rendra. Tetapi, ada beberapa hal yang tetap harus dikatakan, kesaksian harus 
diberikan, agar bangsa kita bisa �cinta belajar dan belajar cinta, ikhlas 
belajar dan belajar ikhlas, banyak belajar dan belajar banyak.� Sebab, itulah 
yang akan membawa kita menjadi bangsa yang pandai bersyukur. Agar kehidupan 
bisa terjaga.  Setelah itu, barulah kita bisa belajar untuk menjadi bangsa 
yang besar.
   Yang pertama kali harus dikatakan dengan tegas: bahwa Rendra adalah seniman 
Indonesia modern yang terbesar dan terpenting. Karena, ia memiliki seluruh 
elemen yang diperlukan untuk itu: karya dan kharisma, keberanian dan 
konsistensi, cinta dan pesona, kreatifitas dan kontroversi, orisinalitas dan 
popularitas. Karya-karyanya -- puisi, drama, esei dan orasi budayanya â?- 
terasa orisinal, dalam, indah, �merangsang� dan monumental. Adapun 
kritik-kritik dan gugatannya â? ke berbagai arah, baik terhadap kehidupan 
seni, budaya, dan politik pemerintahan â? termasuk  yang dipekikkannya di 
jalanan, tidak hanya memberi warna, melainkan juga turut  menentukan jalannya 
sejarah bangsa ini.
   Rendra tidak hanya  mampu membuat dan menunjukkan betapa sastra dan drama 
memiliki tenaga dan pengaruh yang demikian kuat, tidak hanya pada kehidupan 
sosial, melainkan juga terhadap jalannya kekuasaan. Â Dengan pilihan kata, 
irama, aksentuasi vokal dan gerak seluruh anggota tubuh dan mimiknya, Rendra 
telah berhasil memberikan pukau yang menimbulkan pencerahan, memberikan 
inspirasi, menggerakkan spirit ke arah perubahan yang lebih baik dan lebih 
adil, membangun harapan, sekaligus menggetarkan otot kekuasaan Orde Baru yang 
menindas. 
   Harus juga dikatakan, adalah Rendra â? dengan pembacaan puisinya yang 
memukau di mana

Re: [ac-i] MEMPERINGATI 40 HARI RENDRA BERPULANG

2009-09-13 Terurut Topik yudhistira massardi
 
persemayaman jenazah Rendra, agar tidak hanya negara, tetapi juga seluruh 
lapisan masyarakat yang ingin memberikan penghormatan terakhir kepada Rendra, 
mendapat kesempatan dan keleluasaan? Rendra dan keluarganya barangkali tidak 
mengharapkan hal itu. Tetapi, Rendra, sejak dulu, sudah bukan milik hanya 
keluarganya saja, melainkan sudah menjadi milik dan aset bangsa yang tak 
ternilai harganya. Sehingga, amatlah layak jika bangsa dan negara memberikan 
”penghormatan yang layak” kepadanya. Sebagai teman dan penganggumnya, kemarin 
itu saya merasa bahwa sungguh tidak patut bangsa ini membiarkan momen yang tak 
akan berulang itu dengan cara seperti itu, untuk seorang Rendra! 
Bagaimana kita bisa menjadi bangsa yang besar, apabila tidak bisa memberikan 
penghormatan yang layak bagi salah seorang putra terbaiknya?
Tetapi, harus juga dikatakan, kita belum terlambat untuk ”cinta belajar dan 
belajar cinta” kepada tokoh-tokoh besar kita di masa lalu maupun yang akan 
datang. Cinta kepada mereka hendaknya ditegakkan dan diabadikan, agar seluruh 
anak bangsa bisa menjadikannya sebagai cermin atau barometer: sejauh mana anak 
bangsa ini mampu mencapai tingkat keunggulan kualitas kemanusiaannya. Hanya 
dengan itu kita akan mampu meningkatkan nilai baiknya, dan meninggalkan nilai 
buruknya. Tanpa penanda semacam itu, kita akan selalu menjadi bangsa yang lupa 
dan alpa, dan harus terus memulai dari nol lagi dan nol lagi, sehingga proses 
estafet menuju ”pemecahan rekor baru” tidak akan pernah terjadi.
Hal terakhir yang ingin saya katakan adalah: alangkah indahnya jika pemerintah 
atau para pengusaha swasta atau para baron media, atau para warga negara, 
segera menghimpun sebuah ”dana abadi” untuk digunakan sebagai modal bagi 
pemberian  penghargaan tertinggi untuk pencapaian ekselen di bidang 
kemanusiaan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan – dengan nominal hadiah paling 
besar dan penyelenggaraan paling prestisius – dan memberinya nama: ”Hadiah 
Rendra.”
Dengan begitu, kita bisa membuktikan bahwa sebagai bangsa kita menghormati 
tidak hanya akal budi dan intelektualitas, melainkan juga mengedepankan 
kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual. Ukuran mengenai nilai-nilai utama 
dan keunggulan pun menjadi jelas. Akan menjadi terang pula: ke arah mana kita 
musti bercermin. 
Kekasihku// Bunga gugur/ di atas tempatmu terkubur/ gugurlah segala hal ihwal 
antara kita...// Kekasishku// Gugur, ya, gugur/ semua gugur/ hidup, asmara, 
embun di bunga/ yang kita ambil cuma yang berguna (Rendra, Bunga Gugur). []
*Yudhistira ANM Massardi adalah sastrawan, pengelola lembaga pendidikan dasar 
gratis untuk kaum dhuafa di Bekasi.

--- On Tue, 9/8/09, abdul malik filantro...@yahoo.com wrote:


From: abdul malik filantro...@yahoo.com
Subject: [ac-i] MEMPERINGATI 40 HARI RENDRA BERPULANG
To: majalahkid...@yahoo.com, dk_ja...@yahoo.com, 
jambore_kebuday...@yahoogroups.com, pojoktea...@yahoogroups.com, 
ngobrolin_tea...@yahoogroups.com, forum_teater_indone...@yahoogroups.com, 
woroworosenik...@yahoogroups.com, artculture-indonesia@yahoogroups.com, 
komunitas_mer...@yahoogroups.com, foza...@yahoo.com, i...@kompas.com, 
komunitasutank...@yahoogroups.com, dik...@yahoogroups.com, 
peremp...@yahoogroups.com, zahi...@yahoo.com, misterh...@yahoo.com, 
riadi...@hotmail.com, heri_len...@yahoo.com, ky_karna...@yahoo.co.id, 
mega_cur...@yahoo.co.id, kanka_sairand...@yahoo.com, 
meimura_ragilthea...@yahoo.com, henrinurca...@yahoo.com, zakisi...@gmail.com, 
i...@kompas.com, akif...@yahoo.com, ribut_wij...@yahoo.com, jo...@kompas.com, 
nanag...@gmail.com, kom...@sby.dnet.net.id, jurnali...@yahoogroups.com, 
iall...@yahoo.com, albatati@gmail.com
Date: Tuesday, September 8, 2009, 12:21 PM


  








MEMPERINGATI 40 HARI RENDRA BERPULANG, 
AKAN DIADAKAN DI: 
  
KAMPUS BENGKEL RENDRA, CIPAYUNG JAYA, 
PANCORAN MAS, DEPOK. 
SENIN, 14 SEPTEMBER 2009 JAM 17.00 S.D 23.00 WIB. 
TAUSIAH RENDRA DAN HUTAN OLEH MS KABAN. 
AKU CINTA PADAMU. 
  
(sms KEN ZURAIDA 081 875 92 38 )
















  

[ac-i] MEMPERINGATI 40 HARI RENDRA BERPULANG

2009-09-08 Terurut Topik abdul malik
MEMPERINGATI 40 HARI RENDRA BERPULANG, 
AKAN DIADAKAN DI:
 
KAMPUS BENGKEL RENDRA, CIPAYUNG JAYA, 
PANCORAN MAS, DEPOK.
SENIN, 14 SEPTEMBER 2009 JAM 17.00 S.D 23.00 WIB.
TAUSIAH RENDRA DAN HUTAN OLEH MS KABAN.
AKU CINTA PADAMU.
 
(sms KEN ZURAIDA 081 875 92 38 )