(TERM OF REFERENCE)
SEMINAR SEHARI
‘TEATER JAWA TIMUR: MENCIPTA (KEMBALI) TRADISI’


A. Dasar Pemikiran
Dalam konstelasi teater di Indonesia, teater Jawa Timur pernah mengalami
kejayaan pada periode tahun 70-80 an. Setelah periode itu, teater Jawa Timur,
dinilai kurang mampu berbicara ditingkat nasional. Persoalan yang sering muncul
adalah minimnya pengiat-penggiat teater yang berwibawa sekelas, Basuki Rachmat,
Emil Sanosa, Akhudiat, Max Arifin, dan lain sebagainya.
Persoalan lain adalah minimnya perguruan tinggi seni yang ada di Jawa Timur.
Hal ini tentu sangat berbeda dengan kota-kota seperti Solo, Yogjakarta, 
Bandung, Padang, dan Jakarta. Secara
signifikan, perguruan tinggi seni itu mampu membangun wacana perkembangan
terhadap seni pertunjukan.
Ini artinya perkembangan teater di kota-kota di atas, memiliki hubungan secara
langsung terhadap keberadaan perguruan seni. Namun, apakah dengan demikian kita
perlu mendirikan perguruan seni, semacam ISI (Institut Seni Indonesia)?
Tidak harus demikian. Di Jawa Timur secara sumberdaya, telah memiliki
tokoh-tokoh, pekerja seni, di daerah-daerah yang cukup potensial. Selain itu,
Jawa Timur memiliki sub kultur yang lebih beragam dengan kota-kota yang
dimaksud di atas. Sub kultur bisa berdayakan kembali menjadi ‘lahan baru’
proses penciptaan teater.
Kita semua tahu, Jawa Timur memiliki sub kultur yang sangat banyak. Sub kultur
itu bisa kita bagi atas keterpengaruhan budaya tertentu. Orang banyak menyebut,
warna Jawa Timur itu sangat dipengaruhi oleh sub kultur ‘Subaraga’ (Surabaya, 
Banyuwangi,
Madura, Ponorogo). 
Kalau mau kita kelompokan dalam sub kultur yang lebih besar, ada empat
subkultur yang menjiwai kebudayaan (kesenian) di Jawa Timur yaitu, Mataraman,
Blambangan, Pesisiran, dan Madura. 
Keempat sub kultur inilah yang diharapkan bisa dikembangan menjadi ‘spirit’
penciptaan kembali tradisi teater di Jawa Timur. Diharapkan proses ini juga
memunculkan bentuk-bentuk baru teater.
Inilah yang belum banyak dilakukan oleh pekerja teater selama ini. Padahal
kalau kita mau melihat puncak-puncak teater nasional kita terjadi tahun
1970-1980-an, kita bisa melihat, terjadinya pertemuan antara bentuk dan konsep
teater tradisi dengan konsep teater modern yang dikembangkan Stanilavky
(Moskow), Breacht (Jerman), Antoni Artaud (Prancis), dan lain-lain. 
Dalam hal ini, seminar sehari dengan tema, Teater Jawa Timur: Mencipta
(Kembali) Tradisi, akan mendorong terciptanya teater (modern) yang digali dari
muatan-muatan local. Kita berharap dengan usaha ini, akan terwujud sebuah
bentuk teater yang bernafaskan dan berwawasan local genius.

B. Maksud dan Tujuan
1. Meningkatkan kualitas SDM teatrawan dan masyarakat teater Jawa Timur
2. Mencari bentuk-bentuk teater modern yang berwawasan dan berspirit local

C.Keluaran
1. Munculnya teatrawan yang berkualitas 
2. Lahirnya karya-karya teater yang berwawasan dan berspirit local genius.

D. Nama Kegiatan
Seminar Sehari : Teater Jawa Timur : ‘Mencipta (Kembali) Tradisi’

E. Bentuk Kegiatan
1. Seminar

F. Pemateri
1. Gunawan Maryanto (Yogjakarta), 2. Zainuri (Surabaya), 3. Jujuk Prabowo 
(Yogjakarta) 4.
Moderator : Sujai (Surabaya)
5. Keynote speaker : Akhudiat (Surabaya)

G. Waktu dan Tempat
7 Juli 2010, Pukul : 10.00 Wib sampai selesai. 
Tempat : Gedung Cak Durasim, Jl. Genteng Kali 85, Surabaya

H. Peserta Seminar
1. Stageholder teater di Jatim
2. Penggiat teater kampus Jatim
3. Pelatih/guru teater SMP/SMA/SMK Jatim

I. Pelaksana Kegiatan
Komite Teater Dewan Kesenian Jawa Timur dan Teater Institut Universitas Negeri
Surabaya.
 
Terbuka untuk umum dan gratis.
 
Informasi:
R Giryadi, Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jatim
Hp 081 330 65 7845
e-mail: zahi...@yahoo.com


      

Kirim email ke