Udah tayang yah, please check out kabarindo.com
AruL
2010/7/14 abdul malik filantro...@yahoo.com
*SIARAN PERS*
*GreenArt 2010, Hanya Satu Bumi*
Untuk kali ketiga, Komunitas Perupa Peduli Lingkungan (KPPL)
menyelenggarakan GreenArt, sebuah hajatan kesenian yang berwawasan
lingkungan. Pameran seni rupa, pameran produk dan pengelolaan lingkungan,
gelar seni pertunjukan, workshop dan seminar, diselenggarakan di Taman
Budaya Jawa Timur, Jalan Gentengkali 85 Surabaya, mulai tanggal 22 – 25 Juli
2010.
Acara ini juga merupakan bentuk kepedulian tersendiri dari Bank Jatim
sebagai sponsor utama, dan akan membuka acara pada hari Kamis, 22 Juli 2010,
pukul 15.00, di pendopo Taman Budaya Jatim. Kali ini, giliran Sawung Jabo
yang menjadi bintang dalam sajian pergelaran musiknya, hari Sabtu, 24 Juli
2010.
Pada mulanya, GreenArt merupakan hajatan yang digelar Pusat Pendidikan
Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman, Trawas, Mojokerto, bekerjasama dengan
British Council. Acara tahun 1991 itu merupakan pameran karya seni rupa yang
menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan. Sayangnya, acara ini tidak
berulang kembali, sehingga memunculkan kerinduan sejumlah seniman yang
pernah menjadi pesertanya.
Tahun 2008, kerinduan itu mengkristal dengan menggelar hajatan dengan nama
sama, GreenArt, yang diselenggarakan di Kampung Seni Pondok Mutiara
Sidoarjo. Momen ini lantas melahirkan Komunitas Perupa Peduli Lingkungan
(KPPL) yang menjadi pelaksana, dengan menggandeng sejumlah elemen seniman
dan LSM Lingkungan, termasuk PPLH Seloliman sebagai penggagas pertama.
Sukses dengan acara ini, event yang lebih besar digelar di Taman Budaya
Jatim, dengan lebih banyak lagi melibatkan berbagai pihak untuk
berpartisipasi, termasuk kalangan perguruan tinggi yang baru kali itu unjuk
karya. Intinya, acara utamanya masih serupa, yaitu pameran seni rupa dan
produk-produk ramah lingkungan, workshop apresiasi lingkungan hidup,
pergelaran *performance art* yang menyuarakan persoalan lingkungan,
pemutaran film dan pertunjukan kesenian lainnya.
Karya-karya seni rupa yang tampil konsisten dengan menggunakan bahan-bahan
yang ramah lingkungan. Baik yang berupa limbah pertanian dan flora, maupun
limbah industri dan rumah tangga berupa barang-barang bekas dan daur ulang.
Misalnya, patung dan instalasi yang menggunakan jerami, serbuk gergaji, daun
tebu, batang padi, gabah, yang mewakili sektor agraris. Sementara di sektor
perkotaan, diwakili dengan karya-karya seni dengan menggunakan bahan limbah
kaleng bekas, kain perca, barang-barang rongsokan.
Berkaca dari pengalaman sebelumnya, kali ini aspek *Green* lebih mendapat
perhatian dibanding aspek *Art* yang dirasa terlalu menonjol dalam event
sebelumnya. Ada keseimbangan antara aspek lingkungan dengan kesenian
sehingga Green dan Art betul-betul menjadi kesatuan. Hal remeh yang dulu
belum sempat diperhatikan misalnya, penyediaan tempat sampah (organik dan
anorganik) yang harusnya tersebar di berbagai sudut lokasi acara. Penggunaan
bahan-bahan ramah lingkungan untuk kepentingan operasional panitia,
misalnya, tidak lagi menggunakan kemasan *stereofoam* untuk wadah makanan.
Dan yang merupakan langkah maju, adalah pembagian tanaman gratis kepada
undangan.
Soal tanaman gratis ini bukan hanya dibagikan begitu saja. Ada semacam
surat pernyataan yang harus ditandatangani oleh penerima tanaman itu.
Pernyataan bahwa dia bersedia merawat tanaman itu tumbuh subur dan
berkembang biak, bersedia membagi-bagikan hasil biakan tanaman itu manakala
sudah beranakpinak, bersedia mengajak sanak saudara dan teman serta
komunitasnya untuk mencintai kelestarian lingkungan hidup, dan bersedia
melakukan apa saja sesuai kapasitas dan kemampuannya demi penyelamatan
planet bumi ini dari bahaya pemanasan global.
GreenArt Indonesia, akhirnya tidak lagi hanya merupakan pameran seni rupa
berbasis lingkungan atau pertunjukan kesenian yang menyuarakan lingkungan,
melainkan menjadi sebuah gerakan moral untuk mengajak berbagai pihak agar
secara simultan menyelamatkan planet bumi ini dari bahaya pemanasan global.
Karena itu tema yang dipilih adalah “Hanya Satu Bumi”, sebuah slogan lawas
yang pernah dikumandangkan Barbara Ward menjelang Konferensi Lingkungan
Hidup PBB tahun 1972 di Stockholm. Meski sudah dilontarkan 38 tahun yang
lalu, isu tersebut masih terasa aktual dan tetap relevan dikumandangkan saat
ini dan sampai kapan saja.
Pihak yang Terlibat:
*PERFORMING ARTS:*
-
Teater Idi Sumenep, Teater Panta Rhei (Solo), Teater Gress (Gresik),
Komunitas Samar (Lumajang), Teater Dinding IKIP PGRI, Teater Kosong, Teater
Oxygen, Teater Biagador (Jember), Teater Merah Putih (Banyuwangi), Teater
Pilar (Pasuruan), Teater Fataria (Pamekasan), Teater Musikal SMP IPIEMS,
Teater SMP V Hang Tuah Sidoarjo, Ugeng Performance, Sidoarjo
-
Musik Lesung, Sidoarjo, Musik Jajan Pasar, Sidoarjo, Musik Wukir,
Surabaya, Musik Sawung Jabo
*PAMERAN SENI