Dari Jendela Toddopuli [8] GUMAM IBU DAN ANAK MENJELANG BERANGKAT sambil membantu puteri sulungnya, mengemas koper keberangkatan perempuan tua yang melahirkan ken prita di toddopuli jalan kampung sederhana -- istri seorang guru pemimpi, penyaksi jatuhbangunnya republik ini tahu benar sekarang puterinya sudah lebih dari bujang segera memberikannya cucu merasa sudah darahdaging timangannya dahulu mulai mengayun langkah ia membayangkan sebuah planet besar sebuah galaksi di luar batas duga merupakan wilayah kembara anak gadisnya itu terbayang samudra yang menggemuruh terbayang bumi putih salju bumi dingin hingga sungsum terbayang anaknya melangkah dan melangkah melangkah dan melangkah teluk rantau dan tanjung dataran dan gunung bagai bocah girang bermain membangun patung perempuan yaitu diri ibunya yang renta ia kenakan topi di kepala patung salju itu ia lukiskan bibir patung perempuan itu tersenyum kepadanya "mah, ko tersenyum padaku ya" ken prita membalas senyum patung sajlu ibunya dengan bayangan demikian perempuan tua itu semacam bercakaap dengan bayangannya berkata: "jangan lupa ko beli topi dan sarungtangan nanti di sana jangan lupa kenakan syal toraja ini pulau lahirmu harus selalu kau junjung. hormati! jelek-jelek kampung tetap kampung sendiri" ken prita melirik ibunya dengan haru sekelabu langit mendung berawan syarat hujan -- menguap dari permukaan samudra kasihsayang mengisi angkasa jiwanya "senter, lilin, minyak tawon, termos kecil, jangan pula lupa masukkan koper" gumam perempuan tua itu mengucapkan kasihsayang campur kesiapan hilang "ya, ma, ken prita juga akan bawa jarum, benang dan kancing karena kancing baju suamiku sering copot oleh geraknya yang kasar bagai kuli" dua perempuan itu bergumam dengan perasaan masing-masing berbicara pada diri menyongsong esok di mana harapan menceburi kancah rahasia bagai pinisi melayari samudra tak bertepi di ombak kemungkinan tanpa peta "ya, ma, aku juga akan bawa garam karena suamiku tak suka makanan hambar" seperti tersengat perempuan tua itu berkomentar: "ooo, ko inga anakku, lebih penting kalian berdua menjadi garam kehidupan" "ko inga-inga lebih penting kalian berdua menjadi kandil di bukit tahan topan" ujar perempuan tua itu melayangkan pandang ke langit menebak cuaca "ko lihat,ngana lia langit di luar cerah benar sebening selat kalau langit mendadak berang jangan kalian saling khianat" "kalian dua inga-inga, kampung kita dan bumi ini perlu cahaya" "aku sudah tua, tapi masih punya mimpi, bisa membaca kemarin dan esok" "masih kusimpan wasiat pengalaman keluarga toddopuli di lemari hidup rumah ini" kata-kata perempuan tua istri guru sederhana itu menggema menggaung di hatiku di segala ruang dan tanjung kembara kosa kata kujadikan lumbung kearifan kampung para tetua pulau demi pulau khazanah kaya belum tuntas kutimba Toddopuli, 2009 --------------------- JJ. Kusni
Happy Holidays from Yahoo! Messenger. Spread holiday cheers to your friends and loved ones today! Get started at http://emoticarolers.com/