[assunnah] Re: Kyai, Dukun, Orang Pintar ??

2013-04-11 Terurut Topik mardiantogele
Assalamu'alaikum,

Ana mau tanya, minggu lalu ana temenin ayah berobat ke klinik alternatif 
berjulukan Haji. Dari awal sudah curiga kalau ada apa-apanya sama klinik ini, 
karena menurut rekomendasi tetangga, yang juga sudah kesana (dan juga sudah 
pergi Haji ke Baitullah) sangat merekomendasikan. Tetangga lainnya juga sudah 
berobat ke sana dan hasilnya menunjukkan hasil yang menakjubkan. 

Disebutkan kalau pasien yang sebelumnya divonis ginjal bocor oleh dokter, 
dibawa sekali ke sana dan sembuh. 

Akhirnya setelah dibawa kesana, menurut ayah ana pengobatannya adalah dengan 
melihat garis tangannya, kemudian diusapnya dan dibuatkan garis-garis untuk 
memperbaiki saraf yang salah itu (istilah awamnya: urat sarafnya di ginjal 
dibenerin), karena menurut pak Haji ayah saya ginjalnya bagus2 saja, hanya 
saluran setelah ginjal sedikit mengalami gangguan saraf (istilah dokternya 
mungkin pasca-renal).

Ana sendiri tidak melihat secara langsung karena tiba-tiba sangat mengantuk dan 
ketiduran di Masjid depan tempat praktek alternatif tersebut.

Kemudian pulang membawa obat herbal dan air do'a (sepertinya).

Beberapa hari kemudian ada saudara datang mengatakan kalau Haji tersebut dulu 
terkenal sebagai "paranormal" dan tempatnya orang2 semacam pejabat mencari 
pertolongan dalam mencapai ambisinya. 

Ana sudah sampaikan yang demikian tak lain halnya dengan dukun, namun 
bersikeras ditolak dengan berbagai dalih. 


Bagaimana hukumnya mengenai pengobatan semacam ini? Karena setau ana tidak ada 
dalam ilmu kesehatan tentang membaca garis tangan sebagai pendeteksi penyakit, 
apalagi hanya dengan mengusap dan membuat garis2 untuk memperbaiki saraf yang 
rusak.

Tidak seperti tukang urut yang memang biasa "menghandle" saraf atau pengobatan 
tradisional yang bisa mendeteksi penyakit lewat jari2 atau saraf2 yang ada di 
tangan, kaki, dan bagian2 tubuh lainnya.

Terlebih lagi, sang tabib beregelar Haji, dan tetangga yang merekomendasikan 
juga Haji, dan memang pengobatannya terbukti ampuh.

Apa ini menjurus ke syirik? Atau hanya pemahaman ana yang jahil tentang ilmu 
ini.

Sebagai tambahan, ayah saya memang divonis gagal ginjal dan sudah dianjurkan 
cuci darah, namun menolak. Ureum terakhir 119 (dari 197) dan kreatinin terakhir 
6.2 (dari 6.9) dan menggunakan herbal gamat, spirulina dan habbatussauda dan 
Alhamdulillah sedikit membaik, namun nampak kurang sabar untuk menunggu keadaan 
segar bugar kembali. 

Disamping itu, banyak lagi saudara2 lain yang hendak mendatangkan "orang2 
pintar" dengan asumsi terkena sihir dan guna-guna, dan kedua orang yang 
didatangkan sebelumnya dijuluki orang "pintar" dan dianggap mampu melihat hal 
ghaib dan kesemuanya hanya melihat garis tangan tanpa punya background dalam 
dunia kesehatan / pengobatan.

Mohon pencerahan orang-orang yang lebih 'alim, juga bagaimana menghadapi fitnah 
yang bertubi-tubi ini.

Jazakumullah khairan.

Wassalamu'alaykum.


--- In assunnah@yahoogroups.com, Abu Abdillah  wrote:
>
> DUKUN, TUKANG RAMAL DAN ORANG PINTAR
> Oleh
> Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas
> http://almanhaj.or.id/content/2439/slash/0/dukun-tukang-ramal-dan-orang-pintar/

> KYAI PLUS DUKUN
> Oleh
> Ustadz Ahmas Faiz bin Asifuddin
> http://almanhaj.or.id/content/2754/slash/0/kyai-plus-dukun/




Website anda http://www.almanhaj.or.id
Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
assunnah-dig...@yahoogroups.com 
assunnah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[assunnah] >>Persatuan Yang Dipertuhankan<

2013-04-11 Terurut Topik Prada Aisyah
Persatuan Yang Dipertuhankan

http://cintasunnah.com/persatuan-yang-dipertuhankan/


Adalah kenyataan pahit yang tidak bisa dipungkiri jika umat islam pada
zaman ini telah berpecah belah dan terkotak-kotak, setiap kelompok merasa
bangga dengan apa yang ada pada mereka.

Padahal Allah ‘Azza wa Jalla dan Rosul-Nya memerintahkan kita untuk
membuang perpecahan, dan bersatu padu diatas tali-Nya



وَاعْتَصِمُوْا بِحَبلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا

“ *Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah dan janganlah kamu
bercerai berai* “. (QS Ali Imran : 103).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata :” Allah memerintahkan untuk bersatu dan
melarang berpecah belah. Banyak hadits yang melarang berpecah belah dan
menyuruh bersatu sebagaimana dalam sahih Muslim, Nabi Sallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :” *Sesungguhnya Allah rela untuk kalian tiga perkara
…..(diantaranya disebutkan) : dan agar kalian berpegang dengan tali Allah
dan tidak berpecah belah* “. (Tafsir Ibnu Katsir 1/397).

Allah  Ta’ala  juga  menyebutkan  bahwa perpecahan adalah sifat orang yang
tidak mendapat rahmatNya. Firman Allah ta’ala :



 وَلاَ يَزَالُونَ مُخْتَلِفِيْنَ إِلاَّ مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ

“ *Dan mereka senantiasa berselisih kecuali orang yang Allah rahmati*…”.
(Hud : 118-119).

Abu Muhammad bin Hazm berkata :” Allah mengecualikan orang yang dirahmati
dari himpunan orang-orang yang berselisih “. (Al Ihkam 5/66).

Imam Malik berkata :” orang-orang yang dirahmati tidak akan berpecah belah
“. (idem).

Syeikhul islam Ibnu Taimiyah berkata :” Allah mengabarkan bahwa orang yang
diberikan rahmat tidak akan berpecah belah, mereka adalah pengikut para
nabi baik perkataan maupun perbuatan, mereka adalah ahli Al Qur’an dan
hadits dari umat ini, barang siapa yang menyalahi mereka akan hilang rahmat
tersebut darinya sesuai dengan kadar penyimpangannya “. (Majmu’ fatawa
4/25). Firman Allah Ta’ala :

وَلاَ تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوْا مِنْ بَعْدِ مَا
جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ

“ *Janganlah kamu seperti orang-orang yang berpecah  belah  dan
berselisih  setelah  datang kepada mereka keterangan. Dan bagi mereka adzab
yang pedih* “. (Ali Imran : 105).

Al Muzany rahimahullah berkata :” Allah mencela perpecahan, dan
memerintahkan untuk kembali kepada al qur’an dan sunnah, kalaulah
perpecahan itu termasuk dari agamaNya tentu Dia tak akan mencelanya,
kalaulah perselisihan itu termasuk dari hukumNya, tentu Allah tidak
menyuruh untuk kembali kepada Al Qur’an dan sunnah “. (Jami’ bayanil ‘ilmi
wa fadllihi 2/910).

Dalil – dalil tersebut diatas sudah cukup menunjukkan bahwa islam mencela
dan membenci perpecahan serta menganjurkan persatuan.



*Hadits tentang perpecahan umat.*

**Mungkin diantara kita ada yang bertanya-tanya :” Bukankah
Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa umat islam ini
akan berpecah belah ?”

Jawabannya adalah ; tidak ada bedanya antara perpecahan dengan maksiat,
maksudnya bahwa Allah menghendaki adanya maksiat tapi bukan untuk
dilaksanakan tapi untuk dijauhi, Nabi juga mengabarkan bahwa nanti akan
datang suatu zaman dimana arak  akan  dinamai  dengan bukan nama
sebenarnya, hal tersebut tidak menunjukkan bolehnya perbuatan tersebut,
demikian pula perpecahan. Nabi mengabarkan bahwa umat ini akan berpecah
belah, akan tetapi hal tersebut tidak menunjukkan boleh dilakukan.

Abu Muhammad bin Hazm rahimahullah berkata :” Allah Ta’ala telah menyatakan
bahwa perpecahan bukan dari sisiNya, maknanya bahwa Allah tidak
meridloinya, tapi Allah menghendaki keberadaanya hanya sebatas iradah
kauniyyah saja, sama seperti Allah menghendaki adanya kekufuran dan seluruh
maksiat “. (Al Ihkam 5/64).



*Makna persatuan.*

**sebagian kaum muslimin memandang persatuan sebagai sesuatu
yang harus dikedepankan dari mengingkari bid’ah yang mereka anggap parsial,
sehingga akibatnya bid’ah didiamkan dan semakin merajalela, sedangkan
sunnah menjadi semakin redup, maka perlu kiranya kita sedikit mengupas
seputar persatuan.

**Persatuan dalam pandangan islam tidaklah sama dengan
persatuan ala demokrasi yang lebih mementingkan persatuan badan dan tidak
memperhatikan keyakinan, demokrasi memandang bahwa jumlah mayoritaslah yang
harus dijadikan pegangan, walaupun ternyata pendapat mayoritas tersebut
berseberangan dengan al qur’an dan sunnah, pemahaman inilah yang banyak
menghinggapi pemikiran kaum muslimin, sehingga orang yang tidak mau
mengikuti  mayoritas  dianggap  telah  memecah belah umat.

Untuk memahami makna persatuan, perlu kita melihat beberapa pertanyaan
berikut :

Diatas apa kita bersatu ?

Untuk tujuan apa kita bersatu ?

Dan apa tolak ukur persatuan ?

Untuk menjawab pertanyaan pertama, cobalah kita renungkan ayat berikut ini :



وَ أَنَّ هَذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ وَلاَ تَتَّبِعُوْا
السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهِ

“ Dan inilah jalanku yang lurus, maka ikutil

Re:RE: [assunnah] Kajian di Masjid Nabawi, Madinah

2013-04-11 Terurut Topik Abu Fajran
Jawaban ustadz Firanda:

Bagian belakang kalau masuk dari pintu no 19

jimy asslemany
Sent from Huawei ooredoo

Mulyono  wrote:

>Lokasi di dalam masjidnya di sebelah mana ya akh ?
>
> 
>
> 
>
>From: assunnah@yahoogroups.com [mailto:assunnah@yahoogroups.com] On Behalf Of 
>Abu Fajran
>Sent: Friday, April 12, 2013 5:22 AM
>To: assunnah@yahoogroups.com
>Subject: [assunnah] Kajian di Masjid Nabawi, Madinah
>
> 
>
>  
>
>Bismillahirrahmanirrahiim,...
>Kabar gembira untuk antum yang berkesempatan umroh dan berkunjung ke
>Masjid Nabawi Kota Madinah Saudi Arabia Insya Allah Mulai Kamis hari ini 
>tanggal 1 Jumadil Akhir 1434 H atau 11 April 2013 M
>
>Akan dimulai pengajian rutin di Masjid Nabawi setiap Ba'da Sholat Maghrib 
>dengan pemateri Al Ustadz Abu Abdul Muhsin Firanda
>Andirja MA hafidzohullah dengan jadwal sebagai berikut:
>
>Sabtu-Ahad-Senin : al-Fushul Fi Shiratirrasul Karya Ibnu Katsir
>Selasa-Rabu : Bulughul Maram Karya Ibnu Hajar al-'Asqolani
>Kamis-Jum'at : Kitab Tauhid Karya Muhammad at-Tamimi
>
>Kajian disampaikan dalam bahasa Indonesia.
>Semoga bermanfaat.
>(dari : Dian Abu Abdurahman Fawwaz)
>
>Jimy asslemany
>Sent from ooredoo
>
>
>
>
>
>
> 
>


[assunnah] >>Syari'at Berdiri Diatas Dua Hal : Ikhlas & Meneladani Rasul<

2013-04-11 Terurut Topik Abu Abdillah
QAWA'ID FIQHIYAH 
Kaidah Kelima :

الشَّرِيْعَةُ مَبْنِيَّةٌ عَلَى أَصْلَيْنِ : الإِخْلاَصُ لِلْمَعْبُوْدِ 
وَالْمُتَابَعَةُ لِلرَّسُوْلِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Syari'at Berdiri Di Atas Dua Hal, Yaitu Ikhlas Kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala 
Dan Meneladani Rasul Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam


Dua hal tersebut merupakan syarat diterimanaya amal ibadah, baik berupa amalan 
lahiriyah, seperti perkataan dan perbuatan anggota badan; dan juga amalan 
bathiniyah, seperti amalan hati.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan 
keta`atan kepada-Nya. [al-Bayyinah/98 : 5].

Kata الدِّينَ dalam ayat tersebut telah ditafsirkan oleh Nabi Shallallahu 
‘alaihi wa sallam dalam hadits Jibril, bahwa makna الدِّينَ adalah rukun Islam 
yang lima, rukun iman yang enam, dan ihsan, yang merupakan inti amalan hati.[1] 

Oleh karena itu, semua perkara tersebut harus dikerjakan dengan ikhlas hanya 
untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, dalam rangka mengharapkan wajah-Nya, 
ridha-Nya, dan pahala dari-Nya.

Selain itu, amalan tersebut harus dilaksanakan dengan landasan hukum dari 
Al-Qur`ân dan Hadits. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا

Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya 
bagimu maka tinggalkanlah. [al-Hasyr/59 : 7].

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengumpulkan eksistensi kedua syarat 
diterimanya amal ibadah tersebut dalam firman-Nya: 

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ

Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan 
dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan. [an-Nisâ`/4 : 125].

Dalam ayat tersebut, pengertian أَسْلَمَ وَجْهَهُ adalah mengikhlaskan 
amalan-amalan yang bersifat lahiriyah maupun bathiniyah hanya untuk Allah 
Subhanahu wa Ta’ala . Dan yang dimaksud dengan وَهُوَ مُحْسِنٌ , adalah ia 
berbuat ihsan dengan meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam 
amal-amal ibadah yang ia kerjakan tersebut.

Sehingga amalan yang diterima, yaitu amalan yang terkumpul di dalamnya dua 
sifat tersebut. Apabila salah satu atau kedua sifat tersebut tidak terpenuhi, 
maka amalan tersebut tertolak dan masuk dalam kategori amalan yang disebutkan 
Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:

وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu 
(bagaikan) debu yang berterbangan. [al-Furqân/25 : 23].

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman ketika membedakan antara amalan orang-orang 
yang ikhlas dengan amalan orang-orang yang riya`:

وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ 
وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ 
فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗ وَاللَّهُ 
بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ 

Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari 
keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang 
terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu 
menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka 
hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat. 
[al-Baqarah/2:265].

Demikian pula, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda ketika 
menjelaskan tentang hijrah yang termasuk amalan utama:

فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ 
وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ 
امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ . 

Barang siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan 
Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan barang 
siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang 
ingin dinikahinya, maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia 
niatkan.[2] 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah ditanya tentang seseorang 
yang berperang karena ingin unjuk keberanian, berperang karena fanatisme 
kesukuan, dan karena bertujuan untuk mendapatkan ghanimah, siapakah di antara 
mereka yang berperang di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala . Maka beliau 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

مَنْ قَاتَلَ لِتَكُوْنَ كَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فيِ سَبِيْلِ اللهِ

Barang siapa yang berperang supaya kalimat Allah adalah yang tertinggi, maka 
dia lah yang berperang di jalan Allah. [3] 

Oleh karena itu, barang siapa yang jihadnya secara lisan maupun perbuatan 
diniatkan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan untuk menolong kebenaran maka ia 
adalah seorang yang ikhlas dalam jihadnya. Dan barang siapa yang meniatkan 
selain hal itu, maka ia akan memperoleh sebatas apa yang ia niatkan se

Re: RE: [assunnah] Pasang parabola -Paralel-

2013-04-11 Terurut Topik Abu Ahmad
Wa'alaykumussalam
Mengenai paralel parabola, ada beberapa model, diantaranya:
1. Masing2 tv bebas milih ch baik menggunakan receiver sendiri atau pindah ch 
menggunakan menu tv sperti halnya ch uhf
2. Satu tv dengan receiver dan bebas milih ch, sedangkan tv lain hanya sebagai 
display pasif saja.

Penjelasan poin 1
Untuk paralel sampai dengan 4 receiver bisa ditempuh dengan menggunakan LNB 4 
output atau istilahnya quatro atau quad. Sebenarnya bisa juga menggunakan lnb 
single output kemudian dipasang power divider,tapi ini menurukan intensitas 
sinyal dan kadang terjadi bentrokan switch walaupun ch yang disetel polaritas 
horisontal semua.
Untuk paralel lebih dari 4, maka perlu multi switch. Mau diparalel untuk 
ratusan tv juga bisa, solusinya menggunakan sistem tv kabel. Di masing2 tv 
tidak perlu receiver, pindah ch pakai ch di tv.

Penjelasan poin 2
Bisa paralel dari kabel AV (audio video, warna merah putih kuning) keluaran 
receiver, baik menggunakan kabel atau wireless. Contoh solusi wirelessnya 
menggunakan AV sender. AV sender ini ada 2 macam:
A. Point to point,biasanya pakai frekuensi 2,4Ghz atau 5Ghz
B. Point to multipoint pakai frekuensi uhf/vhf
Untuk point to point itu nerimanya pakai AV sender juga cuma dia berfungsi 
sebagai penerima/receiver. Sebenarnya bisa juga jadi multipoint (banyak 
penerima) asal punya receivernya. Tapi umumnya kan djual secara berpasangan. 
Frekuensinya unlicensed. Untuk point to multipoint, berarti bisa diterima 
banyak tv. Karena frekuensinya uhf/vhf, jadi bisa diterima menggunakan antena 
uhf/vhf. Tapi frekuensi ini kan harus punya izin. Makanya jarak jangkau av 
sender yang ini pendek (daya kecil). Kalau daya besar bisa nge-jamm frekuensi 
yang ada dan apabila pemilik stasiun tv komplain ke balai monitoring frekuensi, 
bisa ditindak.
-penjelasan poin 2 selesai di sini-
Untuk paralel, apakah bisa langsung nyambung dari lnb out di receiver? Kalau 
parabola antum 1 lnb bisa (dengan catatan hanya nyetel tv dgn polaritas sama, 
tapi kalau 2 lnb maka akan bentrok ketika tv antum nyetel ch dr lnb1 dan tv 
tetangga nyetel ch dr lnb2,salah satu akan no signal alias gelap 
Demikian sedikit sharing dari ana, mohon koreksi kalau ada yg salah. Ana tiap 
sabtu ahad suka pasang parabola kalau ada yg pesan. Pernah juga masang av 
sender ke mushola dan sodara, paralel juga pernah. Yang ana tulis adalah 
pengalaman dari lapangan.

Semoga bermanfaat..
Bandung, 1 Jumadil Akhir 1434

-Original Message-
From: Mulyono 
Sender: assunnah@yahoogroups.com
Date: Fri, 12 Apr 2013 02:56:21 
To: assunnah
Reply-To: assunnah@yahoogroups.com
Subject: Re:RE: [assunnah] Pasang parabola -Paralel-

Assalamu'alaikum 

Nambahkan saja,  ana pasang parabola sama teman menggunakan Venus yg alloy 
insya Alloh tdk karatan dan sekarang 1 ant di paralel dgn 4 tv dan 4 receiver 
jadi masing2 bisa nonton tdk mengganggu tv yg lain,  maximum kabel yg sekarang 
terpasang kerumah ikhwan sd 120M dan dapat di terima dengan baik, info terakhir 
sdh ada alat yg bisa paralel 1 ant 8 tv dan 8 receiver. 
Tentang video sender ia bisa dipake kalau saya lihat dari speknya mengenai 
jarak ya tergantung alat yg di beli di daftar harga kalau mau jangkauan luas 
harga lebih mahal,  hanya saja dengan menggunakan alat ini perlu ijin tidak?  
alat ini praktis karena ikhwan yg bisa nangkap sinyal hanya menghidupkan tv dan 
cari ch yg dimaksud. 
Atau alternatif lain bisa juga seperti ini dari receiver dimasukan converter 
rca ke cpu komputer dan kemudian di broadcast menggunakan jaringan wifi,  nanti 
masing2 client untuk aksesnya menggunakan laptop atau komputer yg ada wifinya 
selama menangkap jaringan wifi tadi. 

Demikian tambahan dari ana. 

Wassalam 
Mulyono Abu Hasan





RE: [assunnah] Kajian di Masjid Nabawi, Madinah

2013-04-11 Terurut Topik Mulyono
Lokasi di dalam masjidnya di sebelah mana ya akh ?

 

 

From: assunnah@yahoogroups.com [mailto:assunnah@yahoogroups.com] On Behalf Of 
Abu Fajran
Sent: Friday, April 12, 2013 5:22 AM
To: assunnah@yahoogroups.com
Subject: [assunnah] Kajian di Masjid Nabawi, Madinah

 

  

Bismillahirrahmanirrahiim,...
Kabar gembira untuk antum yang berkesempatan umroh dan berkunjung ke
Masjid Nabawi Kota Madinah Saudi Arabia Insya Allah Mulai Kamis hari ini 
tanggal 1 Jumadil Akhir 1434 H atau 11 April 2013 M

Akan dimulai pengajian rutin di Masjid Nabawi setiap Ba'da Sholat Maghrib 
dengan pemateri Al Ustadz Abu Abdul Muhsin Firanda
Andirja MA hafidzohullah dengan jadwal sebagai berikut:

Sabtu-Ahad-Senin : al-Fushul Fi Shiratirrasul Karya Ibnu Katsir
Selasa-Rabu : Bulughul Maram Karya Ibnu Hajar al-'Asqolani
Kamis-Jum'at : Kitab Tauhid Karya Muhammad at-Tamimi

Kajian disampaikan dalam bahasa Indonesia.
Semoga bermanfaat.
(dari : Dian Abu Abdurahman Fawwaz)

Jimy asslemany
Sent from ooredoo






 



RE: [assunnah]>>Tanya : Sholat sunnah 3&4 rokaat tanpa tahiyat awal?<

2013-04-11 Terurut Topik Abu Harits
> From: qonita_sole...@yahoo.com
> Date: Wed, 3 Apr 2013 09:42:51 +
> Assalamualaykum,
> Saya ingin bertanya, apakah sholat sunnah 4rakaat (misalnya sholat qobla 
> zuhur) dan 3 rakaat (misalnya sholat witir) tidak menggunakan tahiyat awal? 
> Terimakasih.
> Wassalamualaykum
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>>
 
1. TATA CARA SUNNAH RAWÂTIB ZHUHUR
Empat rakaat sunnah rawâtib Zhuhur dapat dilakukan dengan dua cara. 

1. Dilakukan dengan dua kali salam, sebagaimana dijelaskan dalam sabda 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi:

صَلَاةُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ مَثْنَى مَثْنَى

Shalat malam dan siang adalah dua rakaat dua rakaat.[8] 

2. Dilakukan dengan satu salam dan dua tasyahud, dengan dasar hadits yang 
berbunyi:

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ 
أَرْبَعٌ قَبْلَ الظُّهْرِ لَيْسَ فِيهِنَّ تَسْلِيمٌ تُفْتَحُ لَهُنَّ أَبْوَابُ 
السَّمَاءِ 

Dari Abu Ayyub dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda: 
"Empat rakaat sebelum Zhuhur, tidak ada padanya salam, maka dibukakan karenanya 
pintu-pintu langit".[9] 

Imam Abu 'Isa at-Tirmidzi berkata: "Kebanyakan ulama dari kalangan sahabat 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan setelah mereka mengamalkan hadits 
ini. Mereka merajihkan seorang shalat sebelum Zhuhur empat rakaat. Inilah 
pendapat Sufyân ats-Tsauri, Ibnul-Mubârak, Ishâq dan ahli Kufah. Sebagian ulama 
mengatakan, shalat malam dan siang dua rakaat dua rakaat. Mereka memandang 
pemisahan antara setiap dua rakaat. Demikian inilah pendapat asy-Syafi'i dan 
Ahmad.[10] 
Selengkapnya baca di  
http://almanhaj.or.id/content/3506/slash/0/shalat-sunah-rawtib-zhuhur/
 
2. SHALAT WITIR TIGA RAKA'AT.
Shalat Witir tiga raka'at boleh dilakukan dengan dua cara.
a. Shalat tiga raka'at, dilaksanakan dengan dua raka'at salam, kemudian 
ditambah satu rakaat salam. Ini didasarkan hadits Ibnu 'Umar, beliau 
radhiyallahu anhu berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْصِلُ بَيْنَ 
الْوَتْرِ وَالشَّفْعِ بِتَسْلِيمَةٍ وَيُسْمِعُنَاهَا

Dahulu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa salllam memisah antara yang ganjil dan 
genap dengan salam, dan beliau perdengarkan kepada kami. [HR Ahmad dan 
dishahîhkan Syaikh al-Albâni dalam Irwâ` al-Ghalîl, no. 327]. 

Juga didasrkan pada perbuatan Ibnu 'Umar.sendiri.

أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يُسَلِّمُ بَيْنَ الرَّكْعَةِ 
وَالرَّكْعَتَيْنِ فِي الْوِتْرِ حَتَّى يَأْمُرَ بِبَعْضِ حَاجَتِهِ

Dahulu, 'Abdullah bin 'Umar mengucapkan salam antara satu raka'at dan dua 
raka'at dalam witir, hingga memerintahkan orang mangambilkan kebutuhannya. [HR 
al-Bukhâri].

b. Shalat tiga raka'at secara bersambung dan tidak duduk tahiyyat, kecuali di 
akhir raka'at saja. 
Hal ini didasarkan pada hadits Abu Hurairah yang berbunyi:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :" لاَ تُوْتِرُوْا 
بِثَلاَثٍ تُشَبِّهُوْا بِصَلاَةِ الْمَغْرِبِ ، وَلَكِنْ أَوْتِرُوْا بِخَمْسٍ ، 
أَوْ بِسَبْعٍِ ، أَوْ بِتِسْعٍ ، أَوْ بِإِحْدَى عَشَرَةَ". أخرجه الحاكم.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa salllam bersabda: "Janganlah berwitir dengan 
tiga rakaat menyerupai shalat Maghrib, namun berwitirlah dengan lima raka'at, 
tujuh, sembilan atau sebelas raka'at". [HR al-Hâkim dan dishahihkan Syaikh 
al-Albâni dalam kitab Shalat Tarawih, hlm. 85]. 

Demikian ini juga diamalkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa salllam , 
sebagaimana dikisahkan oleh Ubai bin Ka'ab, ia berkata:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَقْرَأُ مِنَ الْوِتْرِ بِـ {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ 
الأَعْلَى} ، وَفِيْ الرَّكَعَةِ الثَّانِيَةِ بِـ{قُلْ يَا أَيُّهَا 
الْكَافِرُوْنَ} ، وَفِيْ الثَّالِثَةِ بِـ {قُلْ هُوَ اللهُ أَحَد}، وَلاَ 
يُسَلِّمُ إِلَّا فِيْ آخِرِهِنَّ". أخرجه النسائي.

Dahulu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa salllam membaca dari shalat witirnya 
surat al-A'lâ dan pada raka'at kedua membaca surat al-Kâfirûn, dan rakaat 
ketiga membaca Qul Huwallahu Ahad. Beliau tidak salam, kecuali di akhirnya. [HR 
an-Nasâ`i, dan dishahihkan Syaikh al-Albâni dalam Shahih Sunan an-Nasâ'i, 
1/372].
Selengkapnya baca di
 http://almanhaj.or.id/content/2456/slash/0/shalat-witir/
http://almanhaj.or.id/content/2360/slash/0/shalat-sunnah-witir/
 
Wallahu Ta'ala A'lam  

[assunnah] Kajian : SANTET, TELUH....

2013-04-11 Terurut Topik Abu Ayub

HADIRILAH...!

Majelis ilmu AL'WAFA isnya Alloh akan mengadakan , 
Kajian Ilmiah dan Tabligh akbar, dengan tema :

" SANTET, TELUH. TENUNG DAN PELET 
DAN PENANGKALNYA SESUAI SYARIAT ISLAM "

Bersama Ustadz : ILHAM THABRANI,.

INSYA ALLOH:

Hari / Tgl :  Ahad, 14 April 2013
Jam       : 09.00 - dzuhur
Tempat    :  Masjid Wisma Pemuda (PPPON) cibubur Jakarta Timur

Terbuka untuk umum, 
ajak teman , kerabat dan keluarga untuk hadir kajian tsb..

INFORMASI  : 0856 9463 7111

Syukran

Re:RE: [assunnah] Pasang parabola -Paralel-

2013-04-11 Terurut Topik Mulyono
Assalamu'alaikum 

Nambahkan saja,  ana pasang parabola sama teman menggunakan Venus yg alloy 
insya Alloh tdk karatan dan sekarang 1 ant di paralel dgn 4 tv dan 4 receiver 
jadi masing2 bisa nonton tdk mengganggu tv yg lain,  maximum kabel yg sekarang 
terpasang kerumah ikhwan sd 120M dan dapat di terima dengan baik, info terakhir 
sdh ada alat yg bisa paralel 1 ant 8 tv dan 8 receiver. 
Tentang video sender ia bisa dipake kalau saya lihat dari speknya mengenai 
jarak ya tergantung alat yg di beli di daftar harga kalau mau jangkauan luas 
harga lebih mahal,  hanya saja dengan menggunakan alat ini perlu ijin tidak?  
alat ini praktis karena ikhwan yg bisa nangkap sinyal hanya menghidupkan tv dan 
cari ch yg dimaksud. 
Atau alternatif lain bisa juga seperti ini dari receiver dimasukan converter 
rca ke cpu komputer dan kemudian di broadcast menggunakan jaringan wifi,  nanti 
masing2 client untuk aksesnya menggunakan laptop atau komputer yg ada wifinya 
selama menangkap jaringan wifi tadi. 

Demikian tambahan dari ana. 

Wassalam 
Mulyono Abu Hasan






Website anda http://www.almanhaj.or.id
Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
assunnah-dig...@yahoogroups.com 
assunnah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



RE: [assunnah]>>Penjelasan Taqwa<

2013-04-11 Terurut Topik Abu Harits
From: ir.one_tek...@yahoo.co.id
Date: Wed, 10 Apr 2013 08:50:42 -0700 









Bismillah, 
Assalaamu'laykum, 
Ikhwah sekalian ana ingin bertanya terkait dengan taqwa, teman ana ada yang 
berpendapat bahwa 'taqwa merupakan pakaian yang diberikan oleh Allah dan 
manusia menanggalkannya dengan dosa dan maksiat', apakah hal ini sesuai dengan 
penjelasan alqur'an atau sunnah?
Karena setau ana taqwa itu dicari / diusahakan untuk menjalankan segala 
perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah, mohon penjelasannya sesuai 
dengan alquran dan sunnah yang shahih terkait hal ini, mohon maaf untuk 
pendapat ana yang mungkin salah karena keterbatasan ilmu yang ana miliki,
Jazakumullahu khairan
Sent from Yahoo! Mail on Android
>
 
Adapun hakikat ketakwaan yaitu melakukan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla 
dengan penuh keimanan dan mengharap pahala; baik yang berupa perintah ataupun 
larangan. Kemudian perintah itu dilaksanakan atas dasar keimanan dengan 
perintah dan keyakinan akan janji-Nya, dan larangan ditinggalkan berlandaskan 
keimanan terhadap larangan tersebut dan dan takut akan ancaman-Nya.

Thalq bin Habîb rahimahullah, seorang Ulama dari kalangan generasi Tâbi’în 
berkata:” Apabila terjadi fitnah maka bendunglah dengan takwa”. Mereka 
berkata:” Apa yang dimaksud dengan takwa?”. Beliau menjawab:” Hendaknya engkau 
melakukan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla dengan dasar cahaya dari Allah 
Azza wa Jalla dan mengharap pahala-Nya. Dan engkau tinggalkan maksiat dengan 
dasar cahaya dari Allah Azza wa Jalla dan takut terhadap siksa-Nya”.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah memuji keterangan di atas dengan mengatakan [3] 
: Ini merupakan definisi takwa yang paling bagus. Beliau menjelaskan, bahwa 
semua amalan memiliki permulaan dan tujuan akhir. Satu amalan tidaklah dianggap 
sebagai bentuk ketaatan dan ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah Azza wa 
Jalla kecuali apabila bersumber dari keimanan. Artinya dorongan utama melakukan 
amalan tersebut adalah keimanan bukan kebiasaan, mengikuti hawa nafsu atau 
keinginan untuk mendapatkan pujian dan kedudukan. Jadi, permulaannya adalah 
keimanan dan tujuan akhirnya adalah meraih pahala dari Allah Azza wa Jalla 
serta mengharap keridhaan-Nya atau yang disebut dengan ihtisâb. Oleh karena 
itu, banyak kita dapatkan kata iman dan ihtisâb datang secara bersamaan seperti 
contoh berikut:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَلَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ 
ذَنْبِهِ

Barang siapa yang puasa ramadhan dengan penuh keimanan (iman) dan mengharap 
pahala (ihtisâb), maka diampuni semua dosanya yang telah lewat.[HR. al-Bukhâri 
Muslim].

Selengkapnya baca di 
http://almanhaj.or.id/content/2800/slash/0/perintah-untuk-saling-menolong-dalam-mewujudkan-kebaikan-dan-ketakwaan/
 
Wallahu Ta'ala A'lam
 


  

RE: [assunnah] Pasang parabola -Paralel-

2013-04-11 Terurut Topik Abu Azzam Muzhoffar
Iya ana pernah tanyakan ke teknisi parabolanya.
Agar bisa sharing siaran ke tetangga sekitar, kita perlu membeli perangkat
tambahan.. klo gak salah namanya "video sender".

Dengan video sender maka tetangga kita dalam radius tertrntu dapat menerima
siaran dari rumah kita cukup dengan antena TV biasa.

Hanya saja, kelemahan dari alat ini adalah :
1. Jangkauan yg pendek
2. Jika kita mengubah channel di receiver maka berubah pula siaran yg
diterima tetangga kita.

Ana fikir solusinya adalah 1 parabola dengan 2 receiver, jadi 1 receiver
khusus untuk orang rumah dan 1 receiver khusus untuk siaran rodja TV yg
dihubungkan dengan video sender.

Jika ada ikhwan yg punya solusi lebih efisien mohon disharing ya...

Syukran...

Abu Azzam
On Apr 10, 2013 4:52 PM, "Abu Harits"  wrote:

> **
>
>
> Informasi tambahan, barangkali bermanfa'at..
> Bagi antum yang ingin berbagi dan dakwah kepada tetangga,
> siaran/kajian Islam dari parabola dapat dibagi atau diparalel dengan
> beberapa TV tetangga antum, sambungan kabel dapat dilakukan via receiver
> atau langsung dari antena.
>
> Insya Allah dengan kualitas kabel yang baik, jarak 100 meter dari antena
> hasilnya (audio/vidio) tetap bagus.
>
> Teknis pemasangannya, silakan antum tanyakan ke vendor parabola
>
>
>  --
> To: assunnah@yahoogroups.com
> From: abuazzam.muzhof...@gmail.com
> Date: Mon, 8 Apr 2013 05:25:13 +0700
> Subject: Re: [assunnah] Pasang parabola utk tv rodja dan tv sunnah di
> surabaya
>
>
>
> Akhi sekedar informasi saja ya...
> Bahwa pemasangan parabola untuk tangkap siaran rodja TV itu tidak harus
> ditangani secara khusus.
> Pada prinsipnya antum cukup mencari toko atau agen para bola yang dekat
> dengan lokasi antum.
> Belilah 1 set parabola yg terdiri dari :
> 1. Antena Parabola
> 2. Receiver
> 3. Kabel 20m
> Menurut pengalaman ana : pencarian toko parabola di google sangat efisien
> dan efektif.
> Ana sarankan antum menbeli antena merk Venus (tipe antena venus yg model
> jaring kawat nyamuk, agar tidak rubuh diterpa angin) dan receiver merk
> LGSAT (mudah settingnya, dan ada pendinginnya).
> Harga antena venus sekitar 400rb lengkap dgn kabel dan bracketnya,
> sedangkan receiver LGSAT non-HD sekitar 450rb. Jadi satu set hanya
> 850-900ribu saja. Harga segitu sudah sekalian dengan ongkos pasang.
> Dengan dana yang cukup murah antum insya Allah bisa menyaksikan siaran
> RodjaTV, InsanTV, Qur,an Tazkiyah, dan Wesal TV, serta tentunya Radio Rodja.
> Oh ya sebagai info, ana memperoleh parabola tsb di agen parabola solo,
> semoga saja di surabaya ada agen yang penjualnya juga ya.
> Selamat berburu parabola untuk menyajikan siaran Islami ala manhaj salaf
> untuk keluarga tercinta.
> Wassalamu'alaykum
> Abu Azzam
>
> On Apr 7, 2013 8:19 PM, "Eka Yuniarty" 
> wrote:
>
> **
>
>  Bismillah,
> Mohon infonya bagi ikhwah yg bisa pasang atau perbaiki parabola utk
> tangkap tv rodja dan tv sunnah lainnya di surabaya. Mohon cantact via japri
> saja.
> Syukron.
> Wawan
>
>  Sent from Samsung Mobile
>
>
>
>
>


[assunnah] Kajian di Masjid Nabawi, Madinah

2013-04-11 Terurut Topik Abu Fajran
Bismillahirrahmanirrahiim,...
Kabar gembira untuk antum yang berkesempatan umroh dan berkunjung ke
Masjid Nabawi Kota Madinah Saudi Arabia Insya Allah Mulai Kamis hari ini 
tanggal 1 Jumadil Akhir 1434 H atau 11 April 2013 M

Akan dimulai pengajian rutin di Masjid Nabawi setiap Ba'da Sholat Maghrib 
dengan pemateri Al Ustadz Abu Abdul Muhsin Firanda
Andirja MA hafidzohullah dengan jadwal sebagai berikut:

Sabtu-Ahad-Senin : al-Fushul Fi Shiratirrasul Karya Ibnu Katsir
Selasa-Rabu : Bulughul Maram Karya Ibnu Hajar al-'Asqolani
Kamis-Jum'at : Kitab Tauhid Karya Muhammad at-Tamimi

Kajian disampaikan dalam bahasa Indonesia.
Semoga bermanfaat.
(dari : Dian Abu Abdurahman Fawwaz)

Jimy asslemany
Sent from ooredoo



Website anda http://www.almanhaj.or.id
Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
assunnah-dig...@yahoogroups.com 
assunnah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[assunnah] Tanya : hukum adzan dan iqomah di telinga anak yg baru lahir?

2013-04-11 Terurut Topik ibnudanuri
Afwan,
Ana mau tanya, apakah hukumnya adzan dan iqomah di telinga anak yg baru lahir? 
Apakah ada tuntunan dari Rosul atau sahabat? 
Mengingat sebentar lagi insyaAlloh anak ana akan lahir. 

Jazakallohu khair.





Website anda http://www.almanhaj.or.id
Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
assunnah-dig...@yahoogroups.com 
assunnah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[assunnah] Undangan Kajian di Bekasi Utara Bersama Ust Kholid Syamhudi

2013-04-11 Terurut Topik pracoyo utomo
Bismillah,

Mohon diumumkan di Radio Rodja

Hadirilah kajian untuk umum :

Lokasi: Masjid Al Furqon Perumahan Bintang Metropol,
Perwira Bekasi Utara

Pembicara   : Ustadz  Kholid Syamhudi LC

Materi  : Sukses Tadabur Ayat-Ayat  Panggilan Alloh
kepada  Kaum
Muslimin (bagian 2)

Hari/Tgl:  Sabtu,  Tanggal 13 April 2013

Waktu   :  Mulai  13.30 - Adzhar

Kontak Person  : 08121030168 atau PIN 28E800F2 dengan Abu Afina Pracoyo

Jazakumullah Khairan



Abu Afina Pracoyo



Catatan Panitia: Para Pedagang tidak diperkanakan berdagang






-- 
http://belajarsabar.wordpress.com

Pracoyo
081-210-30-168


Re: [assunnah] Imam Ahmad menerima hadits dhoif ?

2013-04-11 Terurut Topik Mohamad Sidiqi
wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

memang disebutkan dalam kitab-kitab mushtolah hadits ketika membahas sunan abi 
dawud, bahwasanya Imam Abu Dawud mengikuti mazhab Imam Ahmad dalam mengamalkan 
hadits dhoif, beristimbat hukum2 dari hadits tsb dan mendahulukannya dari qiyas 
dg syarat:
 
1. hadits dhoif tsb bukanlah hadits dhoif yg parah namun dhoifnya ringan 
seperti hadits 
    dari  rawi yg buruk hafalannya atau majhul 'ain atau majhul hal dsb dari 
jenis2 hadits 
    dhoif yg ringan yg bisa terangkat derajatnya menjadi hasan ligoirihi.
 
2. dalam suatu bab, tidak ada hadits lain selain hadits dhoif tsb,  
 
3. tidak ada hadits lain yg menyelisihi hadits dhoif tsb.
 
 
wallahu a'lam
abu aliyah
sumber: kitab muqarrar mushtalah hadits 2 Jami'ah Madinah Al-Islamiyah

--- On Sat, 3/30/13, n.susant...@yahoo.com  wrote:

From: n.susant...@yahoo.com 
Subject: [assunnah] Imam Ahmad menerima hadits dhoif ?
To: assunnah@yahoogroups.com
Date: Saturday, March 30, 2013, 7:33 AM


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Waktu diskusi dgn teman yang jamaah tabligh, dia sempat bilang kalau Imam Ahmad 
tdk menolak hadits dhoif?

Benarkah demikian ? Bagaimana penjelasannya ?

Terima kasih


Sent from BlackBerry® on 3



Website anda http://www.almanhaj.or.id






Website anda http://www.almanhaj.or.id
Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com
Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
assunnah-dig...@yahoogroups.com 
assunnah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



RE: [assunnah]>>Tanya : Dimana posisi safar & muqim saya? Dimana boleh menjama' sholat?<

2013-04-11 Terurut Topik Abu Harits
From: amin.tau...@gmail.com
Date: Wed, 10 Apr 2013 08:50:56 +0700

Assalamu'alaikum, 
Saat ini, ana dan keluarga hidup dikota yang berlainan. Ana kerja di Jakarta, 
sementara keluarga tinggal di Tegal - Jawa Tengah. Setiap minggu ana pulang 
untuk menjenguk keluarga.





Yang ana tanyakan : Di kota manakah ana disebut Muqim, dan dikota mana ana 
Safar? Apakah ana dapat menjalankan sholat Jama' jika ana sedang berada disalah 
satu kota yang memposisikan ana sedang safar?

Syukron katsiir atas informasinya.
Wassalamu'alaikum
Amin Taufik
>>>
 
Pengertian Muqim
1. Seseorang yang menetap di suatu tempat dengan membawa barang-barang 
keperluannya, dia tinggal di tempat yang khusus baginya dengan tentram dan 
tidak berpindah-pindah, maka dia seorang muqîm, bukan musafir. 

Ibnu Hazm rahimahullah berkata: "Secara pasti kita mengetahui bahwa keadaan 
safar bukanlah keadaan iqâmah (tinggal menetap di kotanya sendiri). Safar itu 
adalah berpindah-pindah di selain kota tempat tinggalnya, sedangkan iqâmah 
adalah tinggal dan berpindah-pindah di kota tempat tinggalnya. Ini adalah hukum 
syari'at dan tabi'at sekaligus. Jika demikian, maka orang yang tinggal di suatu 
tempat adalah seorang muqîm dengan tanpa keraguan". [2] 

Syaikh 'Adil bin Yûsuf al-'Azzâzi -hafizhahulâh- menyatakan: "Para duta negara 
dan diplomat yang tinggal di kedutaan (di luar negeri) mengikuti hukum muqîm, 
demikian juga orang yang bekerja atau belajar di luar kota. Mereka semua 
melakukan shalat sempurna, wallâhu a'lam, walaupun di dalam masalah ini 
terdapat perbedaan pendapat." [3]
__
[2]. Al-Muhalla 5/35
[3]. Tamâmul Minnah, 1/292, penerbit. Muasasah Qurthûbah
 
Selengkapnya baca di  
http://almanhaj.or.id/content/2532/slash/0/arah-kiblat-musafir-nazil-mengqashar-shalat-arti-hayya-alal-falah/
 
2.  Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin di dalam Syarhul-Mumti' (4/546) 
menjelaskan, bahwa iqâmah (bermukim) dibagi menjadi dua, yaitu iqâmah mutlak 
dan iqâmah muqayyad (terbatas).

Pengertian iqâmah mutlak, yaitu berniat mukim menetap selama tidak ada sebab 
yang mengharuskannya meninggalkan tempat tersebut. Di antaranya para duta 
besar. Sudah pasti pada asalnya mereka menetap dengan iqâmah mutlak, sehingga 
tidak meninggalkannya kecuali bila diperintahkan. Berdasarkan hal ini, maka ia 
wajib menyempurnakan (tidak mengqashar), puasa Ramadhan, dan dalam mengusap 
khauf tidak lebih dari sehari semalam. Karena iqâmah mutlak, sehingga ia 
mengambil hukum mustauthin (warga yang mukim tetap). 

Kemudian Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin mengatakan, iqâmah muqayyadah 
ada dua. Yaitu yang terikat dengan waktu, dan terikat dengan pekerjaan. Orang 
yang berniat iqâmah muqayyad disebabkan oleh pekerjaannya, maka ia tetap 
mengqashar shalatnya, walaupun waktunya lama.
 
Selengkapnya baca di 
http://almanhaj.or.id/content/2214/slash/0/bacaan-amin-setelah-al-fatihah-musfir-atau-bukan-menggabung-dua-ijtihd/
 
SHALAT ORANG YANG MELAKUKAN SAFAR
http://almanhaj.or.id/content/1141/slash/0/shalat-orang-yang-melakukan-safar/ 
 
1. Safar
Dari Anas Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Jika Rasulullah Shallallahu 'alaihi 
wa sallam bepergian sebelum matahari tergelincir, beliau akhirkan Zhuhur hingga 
waktu 'Ashar. Beliau turun dari kendaraannya lalu menjama' keduanya. Dan jika 
matahari sudah tergelincir sebelum melakukan perjalanan, maka beliau shalat 
Zhuhur lalu naik kendaraan." [11]

Dari Mu'adz Radhiyallahu anhu: "Saat terjadinya perang Tabuk, jika Nabi 
Shallallahu 'alaihi wa sallam bepergian sebelum matahari tergelincir, beliau 
akhirkan Zhuhur sampai waktu 'Ashar. Kemudian beliau menjama' kedua shalat 
tersebut. Jika bepergian sesudah matahari tergelincir, beliau menjama' shalat 
Zhuhur dengan 'Ashar lalu berangkat. Bila bepergian sebelum Maghrib, beliau 
akhirkan Maghrib hingga menjama'nya dengan 'Isya. Bila bepergian setelah 
Maghrib, beliau mengawalkan waktu 'Isya dan menjama'nya dengan Maghrib." [12]

Masih dari Mu’adz: "Para Sahabat pernah bepergian bersama Rasulullah 
Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika perang Tabuk. Rasulullah Shallallahu 
'alaihi wa sallam menjama' shalat Zhuhur dengan 'Ashar, dan shalat Maghrib 
dengan 'Isya'." Dia berkata lagi: "Pada suatu hari beliau mengakhirkan shalat. 
Beliau keluar lalu shalat Zhuhur dan 'Ashar dengan dijama'. Setelah itu beliau 
masuk. Tak lama kemudian beliau keluar lagi lalu shalat Maghrib dan 'Isya 
dengan dijama'."[13]
 
Wallahu Ta'ala A'lam
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 




  

[assunnah] >>Membaca Shalawat Nariyah, Mendatangkan Ketenangan ?<

2013-04-11 Terurut Topik Prada Aisyah
 MEMBACA SHALAWAT NARIYAH, MENDATANGKAN KETENANGAN?

Oleh
Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni MA

http://almanhaj.or.id/content/3576/slash/0/membaca-shalawat-nariyah-mendatangkan-ketenangan/

Kebiasaan membaca shalawat Nariyâh sudah sangat populer, tidak terkecuali
masyarakat Muslim di tanah air. Hal ini tiada lain –diantaranya- disebabkan
iming-iming janji keutamaan dan pahala besar yang disebutkan bagi orang
yang membaca shalawat tersebut. Bahkan banyak dari mereka yang meyakini
bahwa membaca shalawat ini merupakan perwujudan cinta dan pengagungan besar
kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di antara keterangan yang mereka sebutkan tentang shalawat ini, barangsiapa
yang membaca shalawat ini sebanyak  kali, dengan niat menghilangkan
kesusahan atau memenuhi hajat (kebutuhan), maka semua itu akan terpenuhi[1]
(??!!). Ada juga yang mengatakan bahwa dengan membaca shalawat ini hati
menjadi tenang dan dada menjadi lapang (??!!). Benarkah semua itu dapat
dicapai dengan membaca shalawat tersebut?

SUMBER KETENANGAN DAN PENGHILANG KESUSAHAN YANG HAKIKI
Setiap orang yang beriman kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala wajib meyakini
bahwa sumber ketenangan jiwa dan ketentraman hati yang hakiki adalah dengan
berdzikir kepada kepada Allâh Azza wa Jalla, membaca al-Qur’ân, berdoa
kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya yang maha Indah, dan sibuk dalam
ketaatan kepada-Nya.

Allâh Jalla Jalaluhu berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ
اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berdzikir
(mengingat) Allâh. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allâh hati menjadi
tenteram [ar-Ra’du/13:28]

Maksudnya, dengan mengingat Allâh Subhanahu wa Ta’ala (berdzikir), segala
kegalauan dan kegundahan dalam hati mereka akan hilang dan berganti dengan
kegembiraan dan keceriaan[2] . Bahkan tidak ada sesuatu pun yang lebih
mendatangkan ketenteraman dan kebahagiaan bagi hati manusia melebihi
berdzikir untuk mengingat Allâh Jalla Jalaluhu[3] .

Salah seorang ulama Salaf berkata, “Sungguh kasihan orang-orang yang cinta
dunia, mereka (pada akhirnya) akan meninggalkan dunia ini, padahal mereka
belum merasakan kenikmatan yang paling besar di dunia ini”. Kemudian ada
yang bertanya, “Apakah kenikmatan yang paling besar di dunia ini?”. Ulama
ini menjawab, “Cinta kepada Allâh Azza wa Jalla , merasa tenang ketika
mendekatkan diri kepada-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, dan merasa
bahagia ketika berdzikir serta melakukan amal ketaatan kepada-Nya”[4] .

Inilah makna ucapan yang masyhur dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullah , “Sesungguhnya di dunia ini ada jannnah (surga), barangsiapa
yang belum memasuki surga di dunia ini, maka dia tidak akan masuk ke dalam
surga di akhirat nanti”[5] .

Makna “surga di dunia” dalam ucapan beliau ini adalah kecintaan (yang utuh)
dan ma'rifah (pengetahuan yang sempurna) kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala
(dengan memahami nama-nama dan sifat-sifat-Nya dengan cara baik dan benar)
serta selalu berdzikir kepada-Nya, yang dibarengi dengan perasaan tenang
dan damai (ketika mendekatkan diri) kepada-Nya, serta selalu mentauhidkan
(mengesakan)-Nya dalam kecintaan, rasa takut, berharap, bertawakkal
(berserah diri) dan bermuamalah, dengan menjadikan (kecintaan dan
keridhaan) Allâh Azza wa Jalla satu-satunya yang mengisi dan menguasai
pikiran, tekad dan kehendak seorang hamba. Inilah kenikmatan di dunia yang
tiada bandingannya, yang sekaligus merupakan qurratul 'ain (penyejuk dan
penyenang hati) bagi orang-orang yang mencintai dan mengenal Allâh
Subhanahu wa Ta’ala [6] .

Demikian pula jalan keluar dan penyelesaian terbaik dari semua masalah yang
dihadapi seorang manusia adalah dengan bertakwa kepada Allâh Azza wa Jalla,
sebagaimana dalam firman-Nya:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا
يَحْتَسِبُ

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allâh, niscaya Dia akan memberikan baginya
jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezeki
dari arah yang tidak disangka-sangkanya [ ath-Thalâq/65:2-3]

Ketakwaan yang sempurna kepada Allâh tidak mungkin dicapai kecuali dengan
menegakkan semua amal ibadah dan menjauhi semua perbuatan yang diharamkan
dan dibenci oleh Allâh Jalla Jalaluhu[7] .

Dalam ayat berikutnya, Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْراً

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allâh niscaya Dia akan menjadikan baginya
kemudahan dalam (semua) urusannya [ath-Thalâq/65:4]

Artinya, Allâh Azza wa Jalla akan meringankan dan memudahkan (semua)
urusannya, dan menyediakan jalan keluar dan solusi yang segera baginya
(menyelesaikan masalah yang dihadapinya)[8] .

BENARKAH SHALAWAT NARIYAH MERUPAKAN SUMBER KETENANGAN JIWA DAN PENGHILANG
KESUSAHAN
Berdasarkan keterangan di atas, kita bisa menilai dengan benar, apakah
membaca shalawat Nariyâh termasuk bentuk dzikir dan amal ketaatan kepada
Allâh Subhanahu wa Ta’ala sehi