[assunnah] Kehinaan Ulama Aswaja Abad Ini Muhammad Sa'id Romadhoon Al-Buuthy

2013-03-22 Terurut Topik Waryanto AbuZulfa
KEHINAAN ULAMA ASWAJA ABAD INI MUHAMMAD SA'ID ROMADHOON AL-BUUTHY
(Hakekat Al-Buthy telah diungkap oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah  sejak 
puluhan tahun yang lalu)
 
Ulama sufi yang bermadzhab asy'ari ini –yang telah mencapai usia sangat tua
lebih dari 80 tahun- memang sangat terkenal membenci kaum Ahlus Sunnah
yang disebut sebagai wahabiyah.

Hal ini tidak lain kecuali karena
 kaum wahabiyah memerangi kesyirikan yang diserukan oleh Al-Buthy,
seperti bolehnya beristighotsah kepada para wali yang telah meninggal
dunia. (lihat di http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=67327, dan 
http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=24726)

Bahkan ia nekat berdusta untuk menjatuhkan kaum yang dituduh sebagai wahabiyah…

Kedustaan
 beliau inipun diikuti oleh para pecintanya di tanah air kita Indonesia.
 Terlalu banyak orang sufi yang menuduh kaum wahabi sebagai khawarij dan
 pemberontak…suka mengkafirkan…, antek-antek penjajah…dan lain
sebagainya.

Ternyata sang Mufti Suria ini membela Basyaar Asad habis-habisan…, bahkan 
mengajak untuk berjihad bersama Basyar Asad….

Sungguh kehinaan…kehinaan..dan kehinaan…

Berikut khutbah Jum'at yang disampaikan oleh Al-Buthy pada tanggal 15 Februari 
2013 lalu
Diantaranya ia berkata :
رسول الله صلى الله
عليه وسلم يقول في الحديث الصحيح : "الجهاد واجب عليكم خلف كل أمير يرا كان أو 
فاجرا وإن هو عمل الكبائر". وأناس من أبناء جلدتنا يزعمون أنهم مسلمون
يعرضون عن كلام رسول الله هذا ويجاهدون هؤلاء الأمراء ضد كلام رسول الله.

يجاهدون ضد هؤلاء الأمراء، بدلاً أن يجاهدون مع هؤلاء الأمراء. رسول الله يقول :
الجهاد واجب خلف كل أمير براً كان أو فاجراً وإن هو عمل الكبائر". إذًا
فعَمَلُ الكبائر لا يكفر
"Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda dalam hadits yang shahih, "Jihad wajib atas kalian di
belakang seluruh pemimpin yang baik maupun penguasa yang buruk, meskipun sang 
penguasa melakukan dosa-dosa besar"

Dan ada sebagian orang
dari suku kita –mereka menyangka bahwa mereka adalah muslimun- mereka
berpaling dari sabda Nabi ini dan mereka berjihad melawan para pemimpin
tersebut. Seharusnya mereka berjihad bersama para penguasa tersebut akan
 tetapi mereka malah memerangi para penguasa tersebut. Padahal
Rasulullah bersabda, "Jihad adalah wajib dibelakang (dipimpin) oleh
seluruh penguasa, yang baik maupun yang fajir, meskipun sang penguasa
melakukan dosa-dosa besar". Dengan demikian melakukan dosa-dosa besar
tidak menyebabkan kafirnya pelakunya…."

(http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=mm9-wlJ0WQg#),
 silahkan lihat  http://www.syrrevnews.com/archives/52283

Sungguh kehinaan dan kehinaan meliputi sang tokoh ulama Aswaja ini…

Ia meragukan keislaman para pejuang….

Ia
 malah membela sang presiden Basyar Al-Asad sang penguasa tokoh syi'ah
ekstrim nusyairiyah, yang dinyatakan oleh Al-Buuthy meskipun telah
melakukan dosa-dosa besar maka wajib untuk berjihad bersamanya.

Maka
 sungguh tidak mengherankan jika kita mendapati sebagian kaum aswaja di
Indo membela-bela syi'ah mati-matian…ternyata ulama mereka juga demikian
 ???

Para aswaja ekstrim sangat mencintai dan mengelu-elukan ulama Suria yang satu 
ini.

Akan tetapi Alhamdulillah…masih banyak kaum aswaja yang sadar akan bahaya 
syi'iah…

Syaikh Al-Albani semenjak sekitar 40 tahun yang lalu telah membongkar hakekat
Al-Buuthy yang sering berdusta. Diantara perkataan Asy-Syaikh Al-Albani
rahimahullah adalah :
فإن كل من يتتبع ما
يكتبه الدكتور البوطي في كتبه و رسائله ويتحدث به في خطبه و مجالسه يجده لا يفتأ 
يتهجم فيها على السلفيين عامة، و علي من دونـهم خاصة، و يشهر بـهم
بين العامة و الغوغاء، و يرميهم بالجهل و الضلال، و بالتبله و الجنون، و
يلقبهم بـ (السلفيين) و (السخفيين)!! و ليس هذا فقط، بل هو يحاول أن يثير
الحكام ضدهم برميه إياهم بأنـهم عملاء للاستعمار. إلى غير ذلك من الأكاذيب و 
الترهات التي سجلها عليه الأستاذ محمد عيد عباسي في كتابه القيم ((بدعة
التعصب المذهبي)) (ص 274 – 300) وغيرها، داعماً ذلك بذكر الكتاب والصفحة
التي جاءت فيها هذه الأكاذيب.

"Sesungguhnya siapa saja yang meneliti
apa yang ditulis oleh Doktor Al-Buuthy dalam kitab-kitabnya,
risalah-risalahnya, dan apa yang disampaikannya dalam khutbah-khutbahnya dan 
majelis-majelisnya maka ia akan mendapati bahwa Al-Buthy selalu
menyerang salafiyin secara umaum, dan juga selain mereka secara khusus.
Beliau menyebarkan kejelekan-kejelekan mereka di publik dan masyarakat.


Dia menuduh salafiyin bodoh, sesat, dungu, dan gila. Ia memberi gelar
salafiyin (para pengikut salaf) dengan gelar sakhofiyin (orang-orang
yang tidak waras). Bukan hanya ini saja, bahkan Al-Buthy berusaha
memprovokasi penguasa Suria (yaitu ayahnya Basyaar Al-Asad yang juga
beragama syi'ah nushairiyah-pen) untuk memusuhi salafiyin, yaitu dengan
memberi tuduhan bahwasanya salafiyin adalah para pengekor kaum penjajah. Dan 
demikian pula kedusataan-kedusataan dan kebatilan-kebatilan yang
telah dicatat oleh Al-Ustadz Muhammad 'Ied Al-'Abbasi dalam kitabnya
yang bagus "Bid'ah at-Ta'asshub al-Madzhabiy/bid'ahnya fanatik madzhab"
(silahkan download kitabnya di
http://dc112.4shared.com/download/K

[assunnah] Tabarruj Dalam Berpakaian

2012-07-09 Terurut Topik Waryanto AbuZulfa
Tabarruj Dalam Berpakaian
Jumat, 6 Juli 2012 17:36:21 WIB

TABARRUJ, DANDANAN ALA JAHILIYAH WANITA MODERN

Oleh
Ustadz Abdullah bin Taslim Al-Buthoni, MA


Tabarruj Dalam Berpakaian
Sebagaimana keterangan yang telah kami sebutkan di atas, bahwa tujuan
disyariatkannya jilbab bagi perempuan adalah untuk menutupi perhiasan
dan kecantikan mereka ketika mereka berada di luar rumah atau di hadapan 
laki-laki yang bukan suami atau mahramnya.

Oleh karena itu, tidak diragukan lagi, wanita yang keluar rumah memakai
pakaian atau jilbab yang dihiasi dengan bordiran, renda, ukiran, motif
dan yang sejenisnya, ini jelas merupakan bentuk tabarruj, karena
pakaian/jilbab ini menampakkan perhiasan dan keindahan yang seharusnya
disembunyikan.

Maka meskipun pakaian atau jilbab tersebut dari bahan kain yang longgar
dan tidak tipis, akan tetapi kalau dihiasi dengan hiasan-hiasan yang
menarik perhatian atau dengan model yang justru semakin memperindah
penampilan wanita yang mengenakannya maka ini jelas termasuk tabarruj.

Kemudian kalau kita tanyakan kepada wanita yang menambahkan bordiran,
renda, ukiran, motif dan yang sejenisnya pada pakaian luarnya, apa
tujuannya?, maka tentu dia akan menjawab: supaya indah, untuk hiasan,
supaya keren, dan kalimat lain yang senada.

Maka dengan ini jelas bahwa tujuan ditambahkannya bordiran, renda,
ukiran dan motif pada pakaian wanita adalah untuk hiasan dan keindahan,
sedangkan syariat Islam memerintahkan bagi para wanita untuk menutupi
dan tidak memperlihatkan perhiasan dan keindahan mereka kepada selain
mahram atau suami mereka.

Bahkan kalau kita merujuk pada pengertian bahasa, kita dapati dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI online) bahwa motif/ renda/ bordir
juga disebut sebagai hiasan.

Pakaian dan jilbab seperti ini telah disebutkan oleh para ulama sejak
dahulu sampai sekarang, disertai dengan peringatan keras akan
keharamannya.

Imam adz-Dzahabi berkata [1]: “Termasuk perbuatan (buruk) yang menjadikn wanita 
dilaknat (dijauhkan dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala) yaitu memperlihatkan 
perhiasan, emas dan mutiara (yang dipakainya) di balik
penutup wajahnya, memakai wangi-wangian dengan kesturi atau parfum
ketika keluar (rumah), memakai pakaian yang diberi celupan warna (yang
menyolok), kain sutra dan pakaian pendek, disertai dengan memanjangkan
pakaian luar, melebarkan dan memanjangkan lengan baju, serta
hiasan-hiasan lainnya ketika keluar (rumah). Semua ini termasuk tabarruj yang 
dibenci oleh Allah dan pelakunya dimurkai oleh-Nya di dunia dan
akhirat. Oleh karena perbuatan inilah, yang telah banyak dilakukan oleh
para wanita, sehingga Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
tentang mereka: “Aku melihat Neraka, maka aku melihat kebanyakan
penghuninya adalah para wanita” [2]

Perhatikan ucapan imam adz-Dzahabi ini, bagaimana beliau menjadikan
perbuatan tabarruj yang dilakukan oleh banyak wanita adalah termasuk
sebab yang menjadikan mayoritas mereka termasuk penghuni Neraka [3],
na’uudzu billahi min dzaalik.

Imam Abul Fadhl al-Alusi berkata: “Ketahuilah, sesungguhnya ada sesuatu
yang menurutku termasuk perhiasan wanita yang dilarang untuk
ditampakkan, yaitu perhiasan yang dipakai oleh kebanyakan wanita yang
terbiasa hidup mewah di jaman kami di atas pakaian luar mereka dan
mereka jadikan sebagai hijab waktu mereka keluar rumah. Yaitu kain
penutup tenunan dari (kain) sutra yang berwarna-warni, memiliki ukiran
(bordiran/sulaman berwarna) emas dan perak yang menyilaukan mata. Aku
memandang bahwa para suami dan wali yang membiarkan istri-istri mereka
keluar rumah dengan perhiasan tersebut, sehinga mereka berjalan di
kumpulan kaum laki-laki yang bukan mahram mereka dengan perhiasan
tersebut, ini termasuk (hal yang menunjukkan) lemahnya kecemburuan
(dalam diri para suami dan wali mereka), dan sungguh kerusakan ini telah
 tersebar merata” [4]

Fatwa lajnah daimah (kumpulan ulama besar ahli fatwa) di Arab Saudi,
yang diketuai oleh syaikh ‘Abdl ‘Azizi Alu asy-Syaikh, beranggotakan:
syaikh Shaleh al-Fauzan, syaikh Bakr Abu Zaid dan syaikh Abdullah bin
Gudayyan. Fatwa no. 21352, tertanggal 9/3/1421 H, isinya sebagai
berikut: “’Abayah (baju kurung/baju luar) yang disyariatkan bagi wanita
adalah jilbab yang terpenuhi padanya tujuan syariat Islam (dalam
mentapkan pakaian bagi wanita), yaitu menutupi (perhiasan dan kecantikan
 wanita) dengan sempurna dan menjauhkan (wanita) dari fitnah. Atas dasar
 ini, maka ‘abayah wanita harus terpenuhi padanya sifat-sifat
(syarat-syarat) berikut: …Yang ke empat: ‘abayah tersebut tidak diberi
hiasan-hiasan yang menarik perhatian. Oleh karena itu, ‘abayah tersebut
harus polos dari gambar-gambar, hiasan (pernik-pernik), tulisan-tulisan
(bordiran/sulaman) maupun simbol-simbol” [5]

Syaikh Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimin pernah diajukan kepada beliau 
pertanyaan berikut:
“Akhir-akhir ini muncul di kalangan wanita (model) ‘abayah (pakaian
luar/baju kurung) yang lengannya sempit dan di sekelilingnya (dihiasi)
bordir-bordir atau hiasan lainnya. Ada juga