[assunnah] Kehinaan Ulama Aswaja Abad Ini Muhammad Sa'id Romadhoon Al-Buuthy
KEHINAAN ULAMA ASWAJA ABAD INI MUHAMMAD SA'ID ROMADHOON AL-BUUTHY (Hakekat Al-Buthy telah diungkap oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah sejak puluhan tahun yang lalu) Ulama sufi yang bermadzhab asy'ari ini –yang telah mencapai usia sangat tua lebih dari 80 tahun- memang sangat terkenal membenci kaum Ahlus Sunnah yang disebut sebagai wahabiyah. Hal ini tidak lain kecuali karena kaum wahabiyah memerangi kesyirikan yang diserukan oleh Al-Buthy, seperti bolehnya beristighotsah kepada para wali yang telah meninggal dunia. (lihat di http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=67327, dan http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=24726) Bahkan ia nekat berdusta untuk menjatuhkan kaum yang dituduh sebagai wahabiyah… Kedustaan beliau inipun diikuti oleh para pecintanya di tanah air kita Indonesia. Terlalu banyak orang sufi yang menuduh kaum wahabi sebagai khawarij dan pemberontak…suka mengkafirkan…, antek-antek penjajah…dan lain sebagainya. Ternyata sang Mufti Suria ini membela Basyaar Asad habis-habisan…, bahkan mengajak untuk berjihad bersama Basyar Asad…. Sungguh kehinaan…kehinaan..dan kehinaan… Berikut khutbah Jum'at yang disampaikan oleh Al-Buthy pada tanggal 15 Februari 2013 lalu Diantaranya ia berkata : رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول في الحديث الصحيح : "الجهاد واجب عليكم خلف كل أمير يرا كان أو فاجرا وإن هو عمل الكبائر". وأناس من أبناء جلدتنا يزعمون أنهم مسلمون يعرضون عن كلام رسول الله هذا ويجاهدون هؤلاء الأمراء ضد كلام رسول الله. يجاهدون ضد هؤلاء الأمراء، بدلاً أن يجاهدون مع هؤلاء الأمراء. رسول الله يقول : الجهاد واجب خلف كل أمير براً كان أو فاجراً وإن هو عمل الكبائر". إذًا فعَمَلُ الكبائر لا يكفر "Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang shahih, "Jihad wajib atas kalian di belakang seluruh pemimpin yang baik maupun penguasa yang buruk, meskipun sang penguasa melakukan dosa-dosa besar" Dan ada sebagian orang dari suku kita –mereka menyangka bahwa mereka adalah muslimun- mereka berpaling dari sabda Nabi ini dan mereka berjihad melawan para pemimpin tersebut. Seharusnya mereka berjihad bersama para penguasa tersebut akan tetapi mereka malah memerangi para penguasa tersebut. Padahal Rasulullah bersabda, "Jihad adalah wajib dibelakang (dipimpin) oleh seluruh penguasa, yang baik maupun yang fajir, meskipun sang penguasa melakukan dosa-dosa besar". Dengan demikian melakukan dosa-dosa besar tidak menyebabkan kafirnya pelakunya…." (http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=mm9-wlJ0WQg#), silahkan lihat http://www.syrrevnews.com/archives/52283 Sungguh kehinaan dan kehinaan meliputi sang tokoh ulama Aswaja ini… Ia meragukan keislaman para pejuang…. Ia malah membela sang presiden Basyar Al-Asad sang penguasa tokoh syi'ah ekstrim nusyairiyah, yang dinyatakan oleh Al-Buuthy meskipun telah melakukan dosa-dosa besar maka wajib untuk berjihad bersamanya. Maka sungguh tidak mengherankan jika kita mendapati sebagian kaum aswaja di Indo membela-bela syi'ah mati-matian…ternyata ulama mereka juga demikian ??? Para aswaja ekstrim sangat mencintai dan mengelu-elukan ulama Suria yang satu ini. Akan tetapi Alhamdulillah…masih banyak kaum aswaja yang sadar akan bahaya syi'iah… Syaikh Al-Albani semenjak sekitar 40 tahun yang lalu telah membongkar hakekat Al-Buuthy yang sering berdusta. Diantara perkataan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah adalah : فإن كل من يتتبع ما يكتبه الدكتور البوطي في كتبه و رسائله ويتحدث به في خطبه و مجالسه يجده لا يفتأ يتهجم فيها على السلفيين عامة، و علي من دونـهم خاصة، و يشهر بـهم بين العامة و الغوغاء، و يرميهم بالجهل و الضلال، و بالتبله و الجنون، و يلقبهم بـ (السلفيين) و (السخفيين)!! و ليس هذا فقط، بل هو يحاول أن يثير الحكام ضدهم برميه إياهم بأنـهم عملاء للاستعمار. إلى غير ذلك من الأكاذيب و الترهات التي سجلها عليه الأستاذ محمد عيد عباسي في كتابه القيم ((بدعة التعصب المذهبي)) (ص 274 – 300) وغيرها، داعماً ذلك بذكر الكتاب والصفحة التي جاءت فيها هذه الأكاذيب. "Sesungguhnya siapa saja yang meneliti apa yang ditulis oleh Doktor Al-Buuthy dalam kitab-kitabnya, risalah-risalahnya, dan apa yang disampaikannya dalam khutbah-khutbahnya dan majelis-majelisnya maka ia akan mendapati bahwa Al-Buthy selalu menyerang salafiyin secara umaum, dan juga selain mereka secara khusus. Beliau menyebarkan kejelekan-kejelekan mereka di publik dan masyarakat. Dia menuduh salafiyin bodoh, sesat, dungu, dan gila. Ia memberi gelar salafiyin (para pengikut salaf) dengan gelar sakhofiyin (orang-orang yang tidak waras). Bukan hanya ini saja, bahkan Al-Buthy berusaha memprovokasi penguasa Suria (yaitu ayahnya Basyaar Al-Asad yang juga beragama syi'ah nushairiyah-pen) untuk memusuhi salafiyin, yaitu dengan memberi tuduhan bahwasanya salafiyin adalah para pengekor kaum penjajah. Dan demikian pula kedusataan-kedusataan dan kebatilan-kebatilan yang telah dicatat oleh Al-Ustadz Muhammad 'Ied Al-'Abbasi dalam kitabnya yang bagus "Bid'ah at-Ta'asshub al-Madzhabiy/bid'ahnya fanatik madzhab" (silahkan download kitabnya di http://dc112.4shared.com/download/K
[assunnah] Tabarruj Dalam Berpakaian
Tabarruj Dalam Berpakaian Jumat, 6 Juli 2012 17:36:21 WIB TABARRUJ, DANDANAN ALA JAHILIYAH WANITA MODERN Oleh Ustadz Abdullah bin Taslim Al-Buthoni, MA Tabarruj Dalam Berpakaian Sebagaimana keterangan yang telah kami sebutkan di atas, bahwa tujuan disyariatkannya jilbab bagi perempuan adalah untuk menutupi perhiasan dan kecantikan mereka ketika mereka berada di luar rumah atau di hadapan laki-laki yang bukan suami atau mahramnya. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi, wanita yang keluar rumah memakai pakaian atau jilbab yang dihiasi dengan bordiran, renda, ukiran, motif dan yang sejenisnya, ini jelas merupakan bentuk tabarruj, karena pakaian/jilbab ini menampakkan perhiasan dan keindahan yang seharusnya disembunyikan. Maka meskipun pakaian atau jilbab tersebut dari bahan kain yang longgar dan tidak tipis, akan tetapi kalau dihiasi dengan hiasan-hiasan yang menarik perhatian atau dengan model yang justru semakin memperindah penampilan wanita yang mengenakannya maka ini jelas termasuk tabarruj. Kemudian kalau kita tanyakan kepada wanita yang menambahkan bordiran, renda, ukiran, motif dan yang sejenisnya pada pakaian luarnya, apa tujuannya?, maka tentu dia akan menjawab: supaya indah, untuk hiasan, supaya keren, dan kalimat lain yang senada. Maka dengan ini jelas bahwa tujuan ditambahkannya bordiran, renda, ukiran dan motif pada pakaian wanita adalah untuk hiasan dan keindahan, sedangkan syariat Islam memerintahkan bagi para wanita untuk menutupi dan tidak memperlihatkan perhiasan dan keindahan mereka kepada selain mahram atau suami mereka. Bahkan kalau kita merujuk pada pengertian bahasa, kita dapati dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI online) bahwa motif/ renda/ bordir juga disebut sebagai hiasan. Pakaian dan jilbab seperti ini telah disebutkan oleh para ulama sejak dahulu sampai sekarang, disertai dengan peringatan keras akan keharamannya. Imam adz-Dzahabi berkata [1]: “Termasuk perbuatan (buruk) yang menjadikn wanita dilaknat (dijauhkan dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala) yaitu memperlihatkan perhiasan, emas dan mutiara (yang dipakainya) di balik penutup wajahnya, memakai wangi-wangian dengan kesturi atau parfum ketika keluar (rumah), memakai pakaian yang diberi celupan warna (yang menyolok), kain sutra dan pakaian pendek, disertai dengan memanjangkan pakaian luar, melebarkan dan memanjangkan lengan baju, serta hiasan-hiasan lainnya ketika keluar (rumah). Semua ini termasuk tabarruj yang dibenci oleh Allah dan pelakunya dimurkai oleh-Nya di dunia dan akhirat. Oleh karena perbuatan inilah, yang telah banyak dilakukan oleh para wanita, sehingga Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang mereka: “Aku melihat Neraka, maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah para wanita” [2] Perhatikan ucapan imam adz-Dzahabi ini, bagaimana beliau menjadikan perbuatan tabarruj yang dilakukan oleh banyak wanita adalah termasuk sebab yang menjadikan mayoritas mereka termasuk penghuni Neraka [3], na’uudzu billahi min dzaalik. Imam Abul Fadhl al-Alusi berkata: “Ketahuilah, sesungguhnya ada sesuatu yang menurutku termasuk perhiasan wanita yang dilarang untuk ditampakkan, yaitu perhiasan yang dipakai oleh kebanyakan wanita yang terbiasa hidup mewah di jaman kami di atas pakaian luar mereka dan mereka jadikan sebagai hijab waktu mereka keluar rumah. Yaitu kain penutup tenunan dari (kain) sutra yang berwarna-warni, memiliki ukiran (bordiran/sulaman berwarna) emas dan perak yang menyilaukan mata. Aku memandang bahwa para suami dan wali yang membiarkan istri-istri mereka keluar rumah dengan perhiasan tersebut, sehinga mereka berjalan di kumpulan kaum laki-laki yang bukan mahram mereka dengan perhiasan tersebut, ini termasuk (hal yang menunjukkan) lemahnya kecemburuan (dalam diri para suami dan wali mereka), dan sungguh kerusakan ini telah tersebar merata” [4] Fatwa lajnah daimah (kumpulan ulama besar ahli fatwa) di Arab Saudi, yang diketuai oleh syaikh ‘Abdl ‘Azizi Alu asy-Syaikh, beranggotakan: syaikh Shaleh al-Fauzan, syaikh Bakr Abu Zaid dan syaikh Abdullah bin Gudayyan. Fatwa no. 21352, tertanggal 9/3/1421 H, isinya sebagai berikut: “’Abayah (baju kurung/baju luar) yang disyariatkan bagi wanita adalah jilbab yang terpenuhi padanya tujuan syariat Islam (dalam mentapkan pakaian bagi wanita), yaitu menutupi (perhiasan dan kecantikan wanita) dengan sempurna dan menjauhkan (wanita) dari fitnah. Atas dasar ini, maka ‘abayah wanita harus terpenuhi padanya sifat-sifat (syarat-syarat) berikut: …Yang ke empat: ‘abayah tersebut tidak diberi hiasan-hiasan yang menarik perhatian. Oleh karena itu, ‘abayah tersebut harus polos dari gambar-gambar, hiasan (pernik-pernik), tulisan-tulisan (bordiran/sulaman) maupun simbol-simbol” [5] Syaikh Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimin pernah diajukan kepada beliau pertanyaan berikut: “Akhir-akhir ini muncul di kalangan wanita (model) ‘abayah (pakaian luar/baju kurung) yang lengannya sempit dan di sekelilingnya (dihiasi) bordir-bordir atau hiasan lainnya. Ada juga