Assalamu'alaikum salam warrahmatullahi wabarakatuh,

Mohon maaf sebelumnya karena bisa jadi pertanyaan/topik ini sering dimuat dan 
didiskusikan di milis ini. Saya sudah berusaha mencari di archive tapi format 
yahoo groups yang baru tidak bisa untuk mencari e-mail lama berdasarkan 
topik/judul; hanya bisa berdasarkan nomor e-mail saja.

Begini. Ayah saya seorang pencandu berat rokok, tiada hari tanpa rokok. Yang 
membuatnya berhenti merokok hanya saat sakit saja. Saya, ibu, dan kakak sudah 
mencoba menasehati dengan lemah lembut, namun beliau tidak peduli. Sejak muda 
memang karakter beliau sangat keras dan tidak bisa menerima masukan, meski dari 
ustadz sekalipun, Oleh sebab itu saya selalu meminta ibu yang menasehati (sebab 
ibu yang paling sering ngobrol dengan ayah). Saya sudah berkali-kali bilang ke 
ibu bahwa rokok/merokok itu haram (disertai dengan dalil). Namun ibu tidak 
berani menyampaikan ke ayah perihal keharaman tersebut karena kuatir jika ayah 
justru makin sering uring-uringan.

Saya juga sudah pernah beberapa kali menyelipkan perihal mudarat/keharaman 
rokok/merokok secara sekilas ketika kami sekeluarga sedang ngobrol santai. Tapi 
tampaknya ayah tidak menangkap maksud saya. Entah karena sedang tidak 
konsentrasi, atau  lainnya. Umur ayah sudah 76 tahun, mulai pelupa dan tambah 
gampang ngambek.

Hari ini saya membaca postingan di internet bahwa filter rokok mengandung zat 
dari darah babi. Dan kabarnya, hal itu sudah diteliti oleh ilmuwan di negara 
lain. Ini bikin saya  tambah ngeri.

Yang ingin saya tanyakan:
1. Jika memang benar filter rokok mengandung darah babi, bagaimana dengan kami 
yang tinggal serumah dengan ayah? Sebab asbak yang digunakannya sering dicuci 
bersamaan dengan alat makan kami. 
2. Ayah masih senang menonton tv sampai larut malam. Saat dinasehati oleh kakak 
saya untuk mengurangi tontonan tv, beliau marah. Ayah juga gemar sekali 
mendengarkan musik. Untuk yang satu ini, saya menyampaikan keharaman musik baru 
kepada ibu. Membayangkan ayah ngambek saja saya tidak berani. Lalu sejauh apa 
saya berlepas diri dari mendakwahi ayah? 
3. Belakangan saya selalu menghindar dari acara ngobrol sekeluarga jika ayah 
sudah mulai merokok. Selain karena mual dan sakit kepala jika mencium bau asap 
rokok, saya juga tidak mau hadir di dalam acara yang ada kemaksiatan di situ.  
Bagaimana dengan tindakan ini karena saya rasa sudah cukup menasehati ayah?
4. Setelah poin 1-3 di atas, saya merasa bisa berdakwah cuma dengan sikap lemah 
lembut dan melayani orang tua dalam hal-hal yang diperbolehkan. Jika ayah saya 
menyuruh saya mengambilkan asbak untuk rokoknya, saya pura-pura tidak mendengar 
atau menjauh. Di sisi lain saya takut Allah murka jika menurutNYA dakwah saya 
belum maksimal dan saya tidak berbakti kepada ayah.

Sungguh sedih karena hampir setiap waktu saya melihat ayah merokok dan 
mendengarkan musik dan sangat takut nanti di akhirat terseret dalam perkara ini.

Mohon maaf sekali lagi jika topik ini jadi berulang tapi saya sungguh 
membutuhkan nasehatnya dari ikhwah fillah. Terima kasih.



Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Kirim email ke