[assunnah] Re: Zakat penghasilan 2,5% (Yusuf Qardhawi)

2006-07-28 Terurut Topik fachri . faisal
Re: Zakat penghasilan 2,5% (Yusuf Qardhawi)
Posted by: "Mutaqin Hasan" [EMAIL PROTECTED] 
Date: Thu Jul 27, 2006 4:22 pm (PDT)
Assalamu'alaikum wrwb
Saya pun sependapat juga dengan Ibu Zubaedah. Saya kira sebagian 
besar dari orang2 yang mengaku manhaj salaf jika menasehati, atau 
menulis sesuatu tentang manhaj lain, ujung2nya adalah menghakimi. 
Maaf lho, ini pendapat saya karena apa yang saya alami memang 
demikian. Sampai2 sahabat saya yang baru ikut2an mengkaji tentang 
Islam dan hadir pada suatu diskusi dimana ada pembicara yang katanya 
bermanhaj salaf pun lagnsung bingung, apa benar Islam mengajarkan 
amar ma'ruf nahi mungkar macam begini. Maaf lho yaaa... saya bukan 
cerita negatif tentang orang yang bermanhaj salaf. 

Banyak hal yang baik yang dapat kita ambil dari mreka, dari antum 
semua. Tapi KEBANYAKAN. SEKALI LAGI KEBANYAKAN caranya sangat 
tidak apik. sangat tidak bijak.

Wassalam

Wa alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh

Dari pendapat antum, saya menilai antum belum begitu paham apa yang 
dimaksud manhaj salaf atau lebih baik kita sebutkan sebagai manhaj 
ahlussunnah wal-jama'ah. Beberapa catatan saya atas pendapat antum 
yang berselisih dengan pemahaman manhaj salaf, yakni adanya sifat 
hasad antum yang tidak antum sadari, yang akan merusak dakwah salaf 
itu sendiri.

1. Antum katakan "...Sebagian besar dari orang2 yang mengaku manhaj 
salaf menghakimi"

Tanggapan saya:
Jika antum mengatakan ada orang2 yang mengaku manhaj salaf dan 
menghakimi orang2 lain, mohon agar orang itu  ditunjukkan 
kesalahannya. Bukan malah melayangkan tuduhan yang tidak 
jelas; bahkan kepada seluruh anggota milis yang insya Allah, 
seluruhnya setuju untuk bermanhaj salaf. Apa yang antum alami, bisa 
saja karena pemahaman antum yang salah atas manhaj ahlus sunnah wal-
jama'ah. Jadi intropeksilah diri terlebih dahulu, sebelum   
menyalahkan orang lain, yang mana orang2 tersebut tidak antum tunjuk 
secara langsung. 

2. Antum katakan "Sahabat saya bingung...Ada pembicara yang katanya 
bermanhaj salaf, apa benar Islam  mengajarkan amar ma'ruf 
nahi mungkar macam begini."

Tanggapan saya:
Antum sekali lagi mengulangi kata-kata yang bernada tidak pantas 
diucapkan seorang yang bermanhaj salaf. Jika   antum katakan seperti 
ini, yakni "katanya". Antum jangan tambahkan "katanya bermanhaj 
salaf...". Karena  manhaj salaf tidak mengajarkan orang2 bersikap 
su'udzhon dan tidak tafshil; dijelaskan apa kesalahannya. Karena 
jika antum hanya menyampaikannya sepotong-potong, maka orang awam 
akan menangkap adanya hubungan antara manhaj salaf dengan amar 
ma'ruf nahi mungkar macam begini, yang dikonotasikan negatif." 
Seharusnya dijelaskan  amar-ma'ruf apa yang diajarkannya, sehingga 
antum begitu sangat meremehkannya, tanpa ditambahkan katanya 
bermanhaj salaf. Sehingga lebih jelas nantinya, apakah memang 
amar-maruf-nya tidak mengikuti manhaj salaf atau  antum yang salah 
paham. 

3. Antum katakan "Banyak hal yang baik yang dapat kita ambil dari 
mreka, dari antum semua. Tapi KEBANYAKAN.  SEKALI LAGI 
KEBANYAKAN caranya sangat tidak apik. sangat tidak bijak."

Tanggapan saya:
Pendapat antum disini lebih aneh dan membingungkan. Di satu sisi 
mengatakan "Banyak hal baik, tapi disisi lain mengatakan tidak 
bijak." Yang membingungkan adalah kepada siapa antum 
tujukan "KEBANYAKAN mereka  dari mereka tidak bijak..." Apa antum 
menganggap seluruh orang yang menggunakan milis ini tidak bijak ? 
Mudah2an  tidak. Dan kalau memang kebanyakan tidak bijak, untuk apa 
antum ambil hal2 yang baik dari mereka ? 

Bertentangan bukan ? Dan perkataan "kita" dan "mereka" emperlihatkan 
sifat hasad antum. Yakni mengajak sebagian  dan menentang sebagian 
yang lain. 

Saya do'akan mudah2an saya, anda dan kita semua dijauhkan Allah dari 
sifat hasad, menjauhi perselisihan dan mengembalikannya kepada Al-
Qur'an dan sunnah. Sebagaimana firman-Nya 

"Artinya : Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka 
kembali-kanlah ia kepada Allah (al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), 
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari Kemudian. Yang 
demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." 
[An-Nisaa': 59]

Berikut fatwa ulama, khususnya bagi kita yang "gemar dan hobi 
berselisih" di atas manhaj salaf. 

CIRI-CIRI AHLI BID'AH ADALAH PERPECAHAN, BAGAIMANA MENSIKAPI 
PERPECAHAN DIKALANGAN YANG MENGAKU SALAF

Oleh
Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied Al-Hilaly
Syaikh DR Muhammad Musa Alu Nashr.
sumber http://www.almanhaj.or.id

Pertanyaan
Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied Al-Hilaly ditanya : Ciri-ciri ahlu 
bidah adalah berpecah belah, apa nasehat anda kepada kami dalam 
menyikapi perpecahan yang ada dikalangan orang-orang yang initisab 
(mengaku) sebagai salaf yang menimbulkan perpecahan serta saling 
membenci?

Jawaban
Aku menggangap paling paham dengan salafi dan penyebaran dakwah 
salafiyyah, namun aku tidak melihat adanya perpecahan dikalangan 
mereka, sebaliknya malah aku melihat mereka saling mencintai, 
mengasi

RE: [assunnah] Re: >>Zakat penghasilan 2,5% (Yusuf Qardhawi)<

2006-07-28 Terurut Topik Rulyanto Eka
Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuhu,
 
Barangkali saya mencoba share sedikit...
 
Alhamdulillah selama saya mengikuti milis ini, saya bisa belajar 
banyak,dan ternyata banyak sekali menemukan kekurangan saya selama 
ini. Saya memahami mungkin belum bisa saya sepenuhnya untuk langsung 
mengamalkan seluruhnya, tapi insya Alloh saya berusaha.
 
Terkadang malah dengan jawaban yang tegas, mungkin berkesan ketus atau
menghujat, saya juga tersenyum, tapi alhamdulillah kadang itu malah
memperjelas maksudnya. Mungkin memang akan lebih baik jika dalil2 yang
ada pun bisa dishare.
 
Selama dalil syar'inya jelas, apakah dengan lembut cara penyampaiannya
ataukah tegas, seharusnya tidak masalah kali ya. Mudah2an tetap
bermanfaat buat semuanya.
 
Jazaakumullaahi khairan katsiiran
 
Eka R.






Website anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Re: [assunnah] Re: >>Zakat penghasilan 2,5% (Yusuf Qardhawi)<

2006-07-27 Terurut Topik Abdillah Majid
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabaraktuh

Saya setuju dengan masukan dari al akhi Joy
Sebetulnya jikalau setiap pribadi berusaha memahami hakekat dari
dakwah Islam itu sendiri, Insya Allah tidak aka pernah ada celaan terhadap
dakwah menuju sunnah ini

Karena hakekat dakwah adalah tauqifiyah (afwan kalo tidak salah istilahnya,
kalo salah tolong dibetulkan)...yang maknanya  berjalan di mana Rasulullah
shalallahu 'alaihi wasallam dan para shahabatnya berjalan dan
berhenti dimana Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam  dan para shahabatnya
berhenti satu logika yang sangat sederhana kalau kita mau berfikir
secara fitrah dan nurani. Yang perlu kita awasi adalah kecenderungan hati
kita dari apa yang kita terima terutama dari lingkungan atau bi'ah dimana
kita lahir dan mengenal Islam.

Tidaklah menjadi ragu apabila seseorang berusaha untuk memahami hadits
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam  tentang tiga generasi dari kurun
terbaik, yang seyogyanya harus menjadi satu barometer yang kuat bagi kita
untuk mengkritisi apa yang terjadi dalam keluarga dan lingkungan kita,
dengan cara yang baik tentunya... dari permasalahan kesyirikan, khurafat dan
bid'ah.
Apakah yang terjadi di sekitar kita dengan ukuran syariat pernah dilakukan
oleh tiga generasi terbaik tersebut??

Semoga menjadi bahan renungan, dari saya yang dhoif ini


On 7/28/06, dadan darmawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Assalamu'alaikum warohmatuloohi wabarokatuh.
>
> Masya Alloh Akh... Antum baik sekali menjawab ini dengan logika
> sederhana.
>
> Ditempat ana kerja, ana selalu dihadapi dengan kalimat-kalimat yang
> memojokan seperti "Jangan memperbesar perbedaan", "Mari bekerjasama
> dalam hal yang diepakati", "Mari bekerja, bukan hanya teori" dan
> lain sebagainya.
>
> Tulisan Akh Joy...Telah memberikan tambahan semangat untuk
> menghadapi serangan-serangan seperti itu.
>
> Walhamdulillahi robbil 'alamin. Syukron atas tulisan antum.
>
> Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh
>
> Joy Rizki PD <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> zubaedah zubair wrote:
> > Assalamu'alaikum..
>
> Wa'alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh
>
> > saya adalah salah seorang muslimah yang selalu melihat tulisan-tulisan
> > di Assunah, dan subhanalloh sangat membantu dalam mengambil landasan
> hukum..
> >
> > Tapi ada beberapa hal yang saya perhatikan, KENAPA assunah dengan
> > mudahnya dan ringan sering kali menghujat saudara Muslim lain yang pasti
> > mereka adalah Saudara Kita..
>
> Kurang tepat kalau Ukhti mengatakan "KENAPA Assunnah"
> karena pada kenyataanya bukan Assunnah nya
> namun hanya sebagian kecial saudara kita saja
> karena bagaimanapun juga manusia, termasuk saya
> tidak terlepas dari cacat dan cela
>
> Jadi kalau ada saudara kita yg menasihati terlihat:
> 1. ketus
> 2. keras
> 3. blak2an
>
> Itu mah biasa, dan mohon maklum saja
>
> Karena lebih banyak lagi kan, saudara kita yg menasihati dgn:
> 1. Ramah tamah
> 2. Halus
> 3. Penuh kasih sayang
>
> Kumpulkan dan pisahkan saja email2 yg isinya "ketus, keras, tidak ramah"
> dengan email2 yg isinya "ramah, halus dan lembut"
> Insya Allah lebih banyak yg termasuk kategori kedua
>
> Wallahu'alam
>
> Dan masalah ketus, keras, dan cenderung tidak ramah
> bukan hanya ada di Assunnah,
> di luaran malah lebih banyak
>
> Itu yang demo, bakar2an.
> Walaupun katanya 'rapih', apa enggak merusak dakwah?
> apakah mereka tidak keras, ketus kepada pemerintah Muslim sendiri
>
> "Mereka yg angkat lewat PEMILU,
> e  malah mereka yg demo sendiri?!"
> kemana logika berpikirnya?
>
> Bukankah DEMO itu justru cenderung lebih ingin "show of ..."
> (memperlihatkan )
> ujung2 malah susah menjaga hati dari RIYA (ingin dilihat),
> dan SUM'AH (ingin didengar dong)
> Padahal Riya termasuk syirik kecil
>
> Kembali ...
>
> Jadi kalau Ukhti kurang agak kurang sreg
> dgn cara menasihatinya Ukhti Dhea
> yaaa ... email Japri aja (seperti yg lain :D)
>
> Kembali,
> jadi bukan maslah "Assunnah"-nya
> tetapi masalah sebagian kecil saudara kita saja
> yg mungkin harus mengolah lagi cara nasihatnya (termasuk saya)
>
> ...
>
> Sama kasusnya
> ketika orang kafir melihat seorang Muslim yg berbuat kekerasan
> apakah benar jika kemudian dia mengatakan
> "Kenapa ISLAM suka kekerasan?"
>
> Tentu salah kalau dikatakan "ISLAM"
> krn hanya si pelaku sajalah yg salah
> bukan "ISLAM"-nya
>
> Kembali kemasalah 'Zakat' (pake kutip) 2.5%
> kalau ada sebagian kecil saudara kita yg agak ketus menanggapi hal ini
> mungkin mereka pernah berpengalaman menasihati langsung
> beberapa saudara kita yg lain
> yang begitu keukeuh tentang zakat 2.5% ini
> Mereka yg eukeuh itu, enggak mempan dgn dalil dan banyak perkataan ulama
> seakan-akan mereka hanya cukup dgn "Syaikh Yusuf Qaradhawi" saja
> (beserta pemahaman murabbi-murabbi mereka tentu saja)
>
> Padahal ini kan masalah yg sangat penting
> dimana Zakat adalah rukun ISLAM ke-3
> Tidak bisa dibiarkan kalau ada saudara kita yg salah paham tentangnya
>
> > Kenapa kita selalu berkutat pada Perbedaan.

[assunnah] Re: >>Zakat penghasilan 2,5% (Yusuf Qardhawi)<

2006-07-27 Terurut Topik dadan darmawan
Assalamu'alaikum warohmatuloohi wabarokatuh.

Masya Alloh Akh... Antum baik sekali menjawab ini dengan logika 
sederhana.

Ditempat ana kerja, ana selalu dihadapi dengan kalimat-kalimat yang 
memojokan seperti "Jangan memperbesar perbedaan", "Mari bekerjasama 
dalam hal yang diepakati", "Mari bekerja, bukan hanya teori" dan 
lain sebagainya.
   
Tulisan Akh Joy...Telah memberikan tambahan semangat untuk 
menghadapi serangan-serangan seperti itu. 

Walhamdulillahi robbil 'alamin. Syukron atas tulisan antum.
   
Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Joy Rizki PD <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
zubaedah zubair wrote:
> Assalamu'alaikum..

Wa'alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh

> saya adalah salah seorang muslimah yang selalu melihat tulisan-tulisan 
> di Assunah, dan subhanalloh sangat membantu dalam mengambil landasan hukum..
> 
> Tapi ada beberapa hal yang saya perhatikan, KENAPA assunah dengan 
> mudahnya dan ringan sering kali menghujat saudara Muslim lain yang pasti 
> mereka adalah Saudara Kita..

Kurang tepat kalau Ukhti mengatakan "KENAPA Assunnah"
karena pada kenyataanya bukan Assunnah nya
namun hanya sebagian kecial saudara kita saja
karena bagaimanapun juga manusia, termasuk saya
tidak terlepas dari cacat dan cela

Jadi kalau ada saudara kita yg menasihati terlihat:
1. ketus
2. keras
3. blak2an

Itu mah biasa, dan mohon maklum saja

Karena lebih banyak lagi kan, saudara kita yg menasihati dgn:
1. Ramah tamah
2. Halus
3. Penuh kasih sayang

Kumpulkan dan pisahkan saja email2 yg isinya "ketus, keras, tidak ramah"
dengan email2 yg isinya "ramah, halus dan lembut"
Insya Allah lebih banyak yg termasuk kategori kedua

Wallahu'alam

Dan masalah ketus, keras, dan cenderung tidak ramah
bukan hanya ada di Assunnah,
di luaran malah lebih banyak

Itu yang demo, bakar2an.
Walaupun katanya 'rapih', apa enggak merusak dakwah?
apakah mereka tidak keras, ketus kepada pemerintah Muslim sendiri

"Mereka yg angkat lewat PEMILU,
e  malah mereka yg demo sendiri?!"
kemana logika berpikirnya?

Bukankah DEMO itu justru cenderung lebih ingin "show of ..." 
(memperlihatkan )
ujung2 malah susah menjaga hati dari RIYA (ingin dilihat),
dan SUM'AH (ingin didengar dong)
Padahal Riya termasuk syirik kecil

Kembali ...

Jadi kalau Ukhti kurang agak kurang sreg
dgn cara menasihatinya Ukhti Dhea
yaaa ... email Japri aja (seperti yg lain :D)

Kembali,
jadi bukan maslah "Assunnah"-nya
tetapi masalah sebagian kecil saudara kita saja
yg mungkin harus mengolah lagi cara nasihatnya (termasuk saya)

...

Sama kasusnya
ketika orang kafir melihat seorang Muslim yg berbuat kekerasan
apakah benar jika kemudian dia mengatakan
"Kenapa ISLAM suka kekerasan?"

Tentu salah kalau dikatakan "ISLAM"
krn hanya si pelaku sajalah yg salah
bukan "ISLAM"-nya

Kembali kemasalah 'Zakat' (pake kutip) 2.5%
kalau ada sebagian kecil saudara kita yg agak ketus menanggapi hal ini
mungkin mereka pernah berpengalaman menasihati langsung
beberapa saudara kita yg lain
yang begitu keukeuh tentang zakat 2.5% ini
Mereka yg eukeuh itu, enggak mempan dgn dalil dan banyak perkataan ulama
seakan-akan mereka hanya cukup dgn "Syaikh Yusuf Qaradhawi" saja
(beserta pemahaman murabbi-murabbi mereka tentu saja)

Padahal ini kan masalah yg sangat penting
dimana Zakat adalah rukun ISLAM ke-3
Tidak bisa dibiarkan kalau ada saudara kita yg salah paham tentangnya

> Kenapa kita selalu berkutat pada Perbedaan..??

Berkutat dalam perbedaan yg memang terjadi
adalah demi mencapai persatuan

Contoh:
-Ada yg qunut subuh terus menerus, yg bid'ah
-Ada yg tidak, sesuai sunnah

Inikan berbeda

Perlu kita berkutat didalam masalah ini
demi menghilangkan perbedaan krn bid'ah
demi tercapainya persatuan didalam Sunnah

Bukankah kita ingin mencapai persatuan???

Contoh:
-Ada yg niat Shalat dgn "Ushalli ...", yg bid'ah
-Ada yg tidak, mengikuti Sunnah

Inikan perbedaaan

Kita perlu berkutat didalamnya
demi menghilangkan perbedaaan yg disebabkan krn bid'ah
untuk mencapai persatuan didalam Sunnah

Bukan kah kita ingin mencapai persatuan???

Maka salah lah orang yg mendakwahkan
"Jangan bicarakan perbedaan, nanti akan memecah belah umat"

Kalimat Ini sangat RANCU sekali
di awal kalimat, dia mengatakan "Perbedaan"
tapi di ujungnya, dia mengatakan seolah-olah umat dalam kondisi bersatu

Bersatu dimananya???

Justru kalau dia mau konsisiten dgn perkataanya sendiri
ketika dia mengakui adanya "perbedaan"
artinya dia mengakui juga bahwa "umat ini tidak dalam kondisi bersatu"
artinya "umat ini sedang dalam kondisi berpecah belah alias berbeda"

PERTANYAAN:
"Lantas apa yg harus kita lalukan untuk menyatukannya?"

Maka kita bicarakan perbedaan2 yg ada
(yg disebabkan krn bid'ah dan kebodohan)
lalu menghilangkannya untuk mencapai kesatuan pemahaman
dan mencapai persatuan umat diatas Sunnah

Sebaliknya, justru perkataan
"Jangan kita bicarakan perbedaan, nanti akan memecah belah"
adalah perkataan "YANG MEMECAH BELAH" itu sendiri

artinya, orang yg mengatakan ini, akan membiarakan adanya;
-orang yg