[assunnah] >>Rukun-Rukun Haji<

2013-09-23 Terurut Topik Abu Abdillah
RUKUN-RUKUN HAJI
Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi
http://almanhaj.or.id/content/1071/slash/0/rukun-rukun-haji-hal-hal-yang-diwajibkan-dalam-haji/

Haji Adalah Salah Satu Ibadah dari Sekian Banyak Ibadah, Mempunyai Rukun, 
Hal-Hal yang Wajib dan Hal-Hal yang Sunnah

II. Rukun-Rukun Haji
1. Niat
Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan 
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus...” [Al-Bayyinah: 5]

Dan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ.

“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya.” [1]

2. Wukuf di ‘Arafah
Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :

اَلْحَجُّ عَرَفَةُ.

“Haji adalah wukuf di ‘Arafah.” [2]

Juga berdasarkan hadits ath-Tha-i, ia berkata, “Aku mendatangi Rasulullah 
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di Muzdalifah ketika beliau keluar 
untuk shalat, aku bertanya kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, aku datang dari 
gunung kembar Thaya, tungganganku telah kubuat lemah, dan diriku juga telah 
lelah, demi Allah aku tidak meninggalkan satu gunung pun kecuali aku berhenti 
di sana, apakah aku mendapatkan haji?’ Beliau menjawab.

مَنْ شَهِدَ صَلاتَنَا هَذِهِ وَوَقَفَ مَعَنَا حَتَّى نَدْفَعَ وَقَدْ وَقَفَ 
بِعَرَفَةَ قَبْلَ ذَلِكَ لَيْلاً أَوْ نَهَارًا فَقَدْ تَمَّ حَجُّهُ وَقَضَى 
تَفَثَهُ.

“Barangsiapa yang mengikuti shalat kami (di Muzdalifah) lalu bermalam bersama 
kami hingga kami berangkat, dan sebelum itu dia benar-benar telah wukuf di 
‘Arafah pada malam atau siang hari, maka hajinya telah sempurna dan ia telah 
menghilangkan kotorannya.”[3]

3. Menginap di Muzdalifah sampai terbit fajar dan shalat Shubuh di sana
Berdasarkan sabda beliau kepada ‘Urwah pada hadits tadi, “Barangsiapa yang 
mengikuti shalat kami (di Muzdalifah), lalu bermalam bersama kami hingga kami 
berangkat, dan sebelum itu dia benar-benar telah wukuf di ‘Arafah pada malam 
atau siang hari, maka hajinya telah sempurna dan ia telah menghilangkan 
kotorannya.” [4]

4. Thawaf Ifadhah
Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ

“...Dan hendaklah mereka melakukan Thawaf sekeliling rumah yang tua itu 
(Baitullah).” [Al-Hajj: 29]

Dan dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Shafiyah binti Huyay 
mengalami haidh setelah merampungkan thawaf Ifadhah.” Lalu ia berkata lagi, 
“Kemudian hal tersebut aku beritahukan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa 
sallam, beliau pun bersabda, “Apakah ia akan menghalangi kita (untuk pergi)?” 
“Wahai Rasulullah, ia telah thawaf Ifadhah, ia telah thawaf mengelilingi Ka’bah 
lalu haidh setelah thawaf Ifadhah,” jawabku. Rasulullah Shallallahu alaihi wa 
sallam bersabda, “Kalau begitu kita berangkat.”” [5]

Sabda beliau, “Apakah ia akan menghalangi kita (untuk pergi)?” Menunjukkan 
bahwa thawaf ini harus dikerjakan, thawaf ini dapat menghalangi kepergian orang 
yang belum melaksanakannya.

5. Sa’i antara Shafa dan Marwah
Berdasarkan sa’inya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan sabda beliau:

اِسْعَوْا، إنَّ اللهَ كَتَبَ عَلَيْكُمُ السَّعْيَ.

“Kerjakanlah sa’i, sesungguhnya Allah telah mewajibkan sa’i atas kalian.” [6]

III. Hal-Hal Yang Diwajibkan Dalam Haji
1. Berihram dari miqat-miqat
Yaitu dengan melepas pakaian dan mengenakan pakaian ihram, kemudian niat dengan 
mengucapkan:

لَبَّيْكَ اَللَّهُمَّ بِعُمْرَةٍ.

“Aku penuhi panggilanmu ya Allah untuk menunaikan ibadah ‘umrah.”

Atau:

لَبَّيْكَ اَللَّهُمَّ حَحَّةً وَعُمْرَةً.

“Aku penuhi panggilanmu ya Allah untuk menunaikan ibadah haji dan umrah.”

2. Bermalam di Mina pada malam hari-hari Tasyriq
Hal ini karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bermalam di sana. 
Beliau memberi keringanan bagi pengembala unta di Baitullah, mereka melontar 
pada hari Nahr (hari raya kurban), sehari setelahnya, lalu dua hari setelahnya 
dan pada hari mereka menyelesaikan ibadah haji (nafar).[7]” Rasulullah memberi 
keringanan kepada mereka, ini merupakan dalil akan wajibnya hal ini bagi yang 
lainnya.

3. Melempar jumrah secara tertib
Yaitu dengan melempar jumrah ‘Aqabah pada hari Nahr menggunakan tujuh kerikil, 
lalu melempar ketiga jumrah pada hari-hari tasyrik setelah matahari 
tergelincir, setiap jumrah dilempar dengan tujuh kerikil, dimulai dengan jumrah 
Ula kemudian jumrah Wustha dan diakhiri dengan jumrah ‘Aqabah.

4. Thawaf Wada’
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma: “Telah diperintahkan kepada 
manusia agar mengakhiri ibadah hajinya dengan thawaf di Baitullah, namun diberi 
kelonggaran bagi wanita haidh.” [8]

5. Mencukur rambut atau memendekkannya
Mencukur dan memendekkan rambut disyari’atkan, baik dalam al-Qur-an, as-Sunnah 
maupun ijma’.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

لَّقَدْ صَدَقَ اللَّهُ رَسُولَهُ الرُّؤْيَا بِالْحَقِّ ۖ لَتَدْخُلُنَّ 
الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِن شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ مُحَل

[assunnah] >>Rukun-Rukun Haji<

2012-09-27 Terurut Topik Abu Abdillah

RUKUN-RUKUN HAJI

Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi
http://almanhaj.or.id/content/1071/slash/0/rukun-rukun-haji-hal-hal-yang-diwajibkan-dalam-haji/

Haji Adalah Salah Satu Ibadah dari Sekian Banyak Ibadah, Mempunyai Rukun, 
Hal-Hal yang Wajib dan Hal-Hal yang Sunnah

II. Rukun-Rukun Haji
1. Niat
Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan 
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus...” [Al-Bayyinah: 5]

Dan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ.

“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya.” [1]

2. Wukuf di ‘Arafah
Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :

اَلْحَجُّ عَرَفَةُ.

“Haji adalah wukuf di ‘Arafah.” [2]

Juga berdasarkan hadits ath-Tha-i, ia berkata, “Aku mendatangi Rasulullah 
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di Muzdalifah ketika beliau keluar 
untuk shalat, aku bertanya kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, aku datang dari 
gunung kembar Thaya, tungganganku telah kubuat lemah, dan diriku juga telah 
lelah, demi Allah aku tidak meninggalkan satu gunung pun kecuali aku berhenti 
di sana, apakah aku mendapatkan haji?’ Beliau menjawab.

مَنْ شَهِدَ صَلاتَنَا هَذِهِ وَوَقَفَ مَعَنَا حَتَّى نَدْفَعَ وَقَدْ وَقَفَ 
بِعَرَفَةَ قَبْلَ ذَلِكَ لَيْلاً أَوْ نَهَارًا فَقَدْ تَمَّ حَجُّهُ وَقَضَى 
تَفَثَهُ.

“Barangsiapa yang mengikuti shalat kami (di Muzdalifah) lalu bermalam bersama 
kami hingga kami berangkat, dan sebelum itu dia benar-benar telah wukuf di 
‘Arafah pada malam atau siang hari, maka hajinya telah sempurna dan ia telah 
menghilangkan kotorannya.”[3]

3. Menginap di Muzdalifah sampai terbit fajar dan shalat Shubuh di sana
Berdasarkan sabda beliau kepada ‘Urwah pada hadits tadi, “Barangsiapa yang 
mengikuti shalat kami (di Muzdalifah), lalu bermalam bersama kami hingga kami 
berangkat, dan sebelum itu dia benar-benar telah wukuf di ‘Arafah pada malam 
atau siang hari, maka hajinya telah sempurna dan ia telah menghilangkan 
kotorannya.” [4]

4. Thawaf Ifadhah
Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ

“...Dan hendaklah mereka melakukan Thawaf sekeliling rumah yang tua itu 
(Baitullah).” [Al-Hajj: 29]

Dan dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Shafiyah binti Huyay 
mengalami haidh setelah merampungkan thawaf Ifadhah.” Lalu ia berkata lagi, 
“Kemudian hal tersebut aku beritahukan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa 
sallam, beliau pun bersabda, “Apakah ia akan menghalangi kita (untuk pergi)?” 
“Wahai Rasulullah, ia telah thawaf Ifadhah, ia telah thawaf mengelilingi Ka’bah 
lalu haidh setelah thawaf Ifadhah,” jawabku. Rasulullah Shallallahu alaihi wa 
sallam bersabda, “Kalau begitu kita berangkat.”” [5]

Sabda beliau, “Apakah ia akan menghalangi kita (untuk pergi)?” Menunjukkan 
bahwa thawaf ini harus dikerjakan, thawaf ini dapat menghalangi kepergian orang 
yang belum melaksanakannya.

5. Sa’i antara Shafa dan Marwah
Berdasarkan sa’inya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan sabda beliau:

اِسْعَوْا، إنَّ اللهَ كَتَبَ عَلَيْكُمُ السَّعْيَ.

“Kerjakanlah sa’i, sesungguhnya Allah telah mewajibkan sa’i atas kalian.” [6]

III. Hal-Hal Yang Diwajibkan Dalam Haji
1. Berihram dari miqat-miqat
Yaitu dengan melepas pakaian dan mengenakan pakaian ihram, kemudian niat dengan 
mengucapkan:

لَبَّيْكَ اَللَّهُمَّ بِعُمْرَةٍ.

“Aku penuhi panggilanmu ya Allah untuk menunaikan ibadah ‘umrah.”

Atau:

لَبَّيْكَ اَللَّهُمَّ حَحَّةً وَعُمْرَةً.

“Aku penuhi panggilanmu ya Allah untuk menunaikan ibadah haji dan umrah.”

2. Bermalam di Mina pada malam hari-hari Tasyriq
Hal ini karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bermalam di sana. 
Beliau memberi keringanan bagi pengembala unta di Baitullah, mereka melontar 
pada hari Nahr (hari raya kurban), sehari setelahnya, lalu dua hari setelahnya 
dan pada hari mereka menyelesaikan ibadah haji (nafar).[7]” Rasulullah memberi 
keringanan kepada mereka, ini merupakan dalil akan wajibnya hal ini bagi yang 
lainnya.

3. Melempar jumrah secara tertib
Yaitu dengan melempar jumrah ‘Aqabah pada hari Nahr menggunakan tujuh kerikil, 
lalu melempar ketiga jumrah pada hari-hari tasyrik setelah matahari 
tergelincir, setiap jumrah dilempar dengan tujuh kerikil, dimulai dengan jumrah 
Ula kemudian jumrah Wustha dan diakhiri dengan jumrah ‘Aqabah.

4. Thawaf Wada’
Berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma: “Telah diperintahkan kepada 
manusia agar mengakhiri ibadah hajinya dengan thawaf di Baitullah, namun diberi 
kelonggaran bagi wanita haidh.” [8]

5. Mencukur rambut atau memendekkannya
Mencukur dan memendekkan rambut disyari’atkan, baik dalam al-Qur-an, as-Sunnah 
maupun ijma’.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

لَّقَدْ صَدَقَ اللَّهُ رَسُولَهُ الرُّؤْيَا بِالْحَقِّ ۖ لَتَدْخُلُنَّ 
الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِن شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ مُح