From: luluko...@yahoo.co.id
Date: Mon, 15 Jul 2013 01:06:44 +
Bismillah..
Setelah melaksanakan sholat qiyamul taraweh, apakah ada sholat qiyamul lail..?
Shukron
>
Shalat malam pada bulan ramadhan dinamakan (Tarawih), sedangkan pada malam
dibulan lainnya dinamakan (qiyamul lail), bilangan rakaatnya adalah 11 ra'kaat.
(dengan demikian setelah shalat tarawih tidak ada lagi shalat qiyamul lail).
Hadits Aisyah yang dimaksudkan oleh Ibnu Hajar rahimahullah ialah hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari (3/59), Muslim (2/166) dari Aisyah Radhiyallahu
'anha. Bahwa Abu Salamah bin Abdurrahman Radhiyallahu 'anhu bertanya kepada
Aisyah Radhiyallahu 'anha perihal shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
pada bulan Ramadhan. Aisyah Radhiyallahu 'anha menjawab:
مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ
رَكْعَةً وفي رواية لمسلم يُصَلِّي ثَمَانَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ يُوتِرُ رواه البخاري
و مسلم
"Pada bulan Ramadhan, Beliau tidak pernah melebihkan dari 11 rak’at. (Begitu)
juga pada bulan lainnya. (Dalam hadits riwayat Muslim) Beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam shalat 8 raka’at, lalu melakukan witir".
Dengan langgam bahasanya yang keras/tegas, hadits Aisyah ini memberikan kesan
pengingkaran terhadap tambahan lebih dari bilangan (sebelas) ini. Sedangkan
dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma tentang cara shalat malam Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam, dia mengatakan:
فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ
ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَوْتَرَ رواه مسلم
"Lalu Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat 2 raka’at, kemudian 2
raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian 2 raka’at, kemudian 2
raka’at, kemudian witir". [HR Muslim 2/179]
Dengan ini menjadi jelas, bahwa shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada
malam hari itu, berkisar antara 11 dan 13 raka’at.
Jika ada yang mengatakan, bahwa shalat malam yang diterangkan dalam hadits ini
bukanlah shalat Tarawih, karena Tarawih merupakan sunnah yang dikerjakan Umar
bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu.
Maka jawabnya : Shalat malam Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada bulan
Ramadhan itulah (yang disebut) Tarawih. Mereka menamakannya Tarawih
(istirahat), karena mereka memanjangkan shalatnya lalu istirahat setelah dua
kali salam. Oleh karena itu dinamakan Tarawih (istirahat). Dan Tarawih termasuk
sunnah perbuatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Selengkapnya baca di
http://almanhaj.or.id/content/3143/slash/0/shalat-tarawih-keabsahan-23-rakaat/
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melakukan dan memimpin shalat
tarawih, terdiri dari sebelas raka'at (8 +3). Dalilnya sebagai berikut.
1. Hadits Aisyah Radhiyallahu anhuma : ia ditanya oleh Abu Salamah Abdur Rahman
tentang qiyamul lailnya Rasul pada bulan Ramadhan, ia menjawab:
إنَّهُ كَانَ لاَ يَزِيْدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى
عَشْرَةَ
"Sesungguhnya beliau tidak pernah menambah pada bulan Ramadhan, atau pada bulan
lainnya. lebih dari sebelas raka'at. [HR Bukhari, Muslim]
Ibn Hajar berkata, "Jelas sekali, bahwa hadits ini menunjukkan shalatnya Rasul
(adalah) sama semua di sepanjang tahun."
Selengkapnya baca di
http://almanhaj.or.id/content/3150/slash/0/shalat-tarawih-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam-dan-salafush-shalih/
Manusia berbeda pendapat tentang batasan raka'atnya, pendapat yang mencocoki
petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah delapan raka'at tanpa witir
berdasarkan hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha.
مَاكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيْدُ فِيْ رَمَضَانَ
وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى اِحْدَى عَشَرَةَ رَكْعَةً
"Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah shalat malam di bulan Ramadhan
atau selainnya lebih dari sebelas raka'at" [Dikeluarkan oleh Bukhari 3/16 dan
Muslim 736 Al-Hafidz berkata (Fath 4/54)]
Yang telah mencocoki Aisyah adalah Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, beliau
menyebutkan.
مَاكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا أَحْيَى بِالنَّاسِ
لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ صَلَّى ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ وَأَوْتَرَ
"Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menghidupkan malam Ramadhan bersama manusia
delapan raka'at kemudian witir[3]
Ketika Umar bin Al-Khaththab menghidupkan sunnah ini beliau mengumpulkan
manusia dengan sebelas raka'at sesuai dengan sunnah shahihah, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Malik 1/115 dengan sanad yang shahih dari jalan Muhammad bin
Yusuf dari Saib bin Yazid, ia berkata : "Umar bin Al-Khaththab menyuruh Ubay
bin Ka'ab dan Tamim Ad-Daari untuk mengimami manusia dengan sebelas raka'at".
Ia berkata : "Ketika itu imam membaca dua ratus ayat hingga kami
bersandar/bertelekan pada tongkat karena lamanya berdiri, kami tidak pulang
kecuali ketika furu' fajar" [4]
Selengkapnya baca di http://almanhaj.or.id/content/1151/slash/0/shalat-tarawih/
Wallahu Ta'ala A'lam