Assalamualaykum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Barakallahu fiikum..
Insya Allah artikel berikut bermanfaat.
Wa'alaykumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh,
Abu Bilal Muflih
**
------------------------------------------------------------------------
*_
Teladan Indah dari Salafus Shalih
_Penulis: Ustadz Abu Ihsan Al-Atsari Al-Medani*
Allah Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya:
/"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di
antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga, di bawahnya banyak sungai mengalir; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." /(QS. At-taubah
: 100)
Dalam ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi pujian kepada para
sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan. Merekalah
generasi terbaik yang dipilih oleh Allah sebagai pendamping nabi-Nya
dalam mengemban risalah ilahi.
Pujian Allah tersebut, sudah cukup sebagai bukti keutamaan atau
kelebihan mereka. Merekalah generasi salaf yang disebut sebagai generasi
Rabbani yang selalu mengikuti jejak langkah Rasulullah Shallallahu
‘alaihiwa sallam.
Dengan menapak tilasi jejak merekalah, generasi akhir umat ini akan bisa
meraih kembali masa keemasannya. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Malik
rahimahullah, Tidak akan baik generasi akhir umat ini kecuali dengan apa
yang membuat generasi awalnya menjadi baik. Sungguh sebuah ucapan yang
pantas ditulis dengan tinta emas. Jikalau umat ini mengambil generasi
terbaik itu sebagai teladan dalam segala aspek kehidupan niscaya
kebahagiaan akan menyongsong mereka.
_*Salaf dan Tazkiyatun Nufus*_
Salah satu sisi ajaran agama yang tidak boleh terlupakan adalah
tazkiyatun nufus (penyucian jiwa). Allah selalu menyebutkan tazkiyatun
nufus bersama dengan ilmu. Allah berfirman:
/"Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan
mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu
apa yang belum kamu ketahui."/ (QS. Al-Baqarah : 151)
Artinya, ilmu itu bisa jadi bumerang bila tidak disertai dengan
tazkiyatun nufus. Oleh sebab itu dapat kita temui dalam biografi ulama
salaf tentang kezuhudan, keikhlasan, ketawadhu’an dan kebersihan jiwa
mereka. Begitulah, mereka selalu saling mengingatkan tentang urgensi
tazkiyatun nufus ini. Dari situ kita dapati ucapan-ucapan ulama salaf
sangat menghunjam ke dalam hati dan penuh dengan hikmah.
Hamdun bin Ahmad pernah ditanya: Mengapa ucapan-ucapan para salaf lebih
bermanfaat daripada ucapan-ucapan kita? beliau menjawab: Karena mereka
berbicara untuk kemuliaan Islam, keselamatan jiwa dan mencari ridha
Ar-Rahman, sementara kita berbicara untuk kemuliaan diri, mengejar dunia
dan mencari ridha manusia!
_*Salaf dan Kegigihan Dalam Menuntut Ilmu*_
Imam Adz-Dzahabi berkata: Ya’qub bin Ishaq Al-Harawi menceritakan dari
Shalih bin Muhammad Al-Hafizh, bahwa ia mendengar Hisyam bin Ammar
berkata: Saya datang menemui Imam Malik, lalu saya katakan kepadanya:
Sampaikanlah kepadaku beberapa hadits! Beliau berkata: Bacalah!
Tidak, namun tuanlah yang membacakannya kepadaku! jawabku.
Bacalah! kata Imam Malik lagi. Namun aku terus menyanggah beliau.
Akhirnya ia berkata: Hai pelayan, kemarilah! Bawalah orang ini dan pukul
dia lima belas kali! Lalu pelayan itu membawaku dan memukulku lima belas
cambukan. Kemudian ia membawaku kembali kepada beliau. Pelayan itu
berkata: Saya telah mencambuknya! Maka aku berkata kepada beliau:
Mengapa tuan menzhalimi diriku? tuan telah mencambukku lima belas kali
tanpa ada kesalahan yang kuperbuat? Aku tidak sudi memaafkan tuan!
Apa tebusannya? tanya beliau.
Tebusannya adalah tuan harus membacakan untukku sebanyak lima belas
hadits! jawabku. Maka beliaupun membacakan lima belas hadits untukku.
Lalu kukatakan kepada beliau: Tuan boleh memukul saya lagi, asalkan tuan
menambah hadits untukku! Imam Malik hanya tertawa dan berkata: Pergilah!
_*Salaf dan Keikhlasan*_
Generasi salaf adalah generasi yang sangat menjaga aktifitas hati.
Seorang lelaki pernah bertanya kepada Tamim Ad-Daari tentang shalat
malam beliau. Dengan marah ia berkata: Demi Allah satu rakaat yang
kukerjakan di tengah malam secara tersembunyi, lebih kusukai daripada
shalat semalam suntuk kemudian pagi harinya kuceritakan kepada orang-orang!
Ar-Rabi’ bin Khaitsam berkata: Seluruh perbuatan yang tidak diniatkan
mencari ridha Allah, maka perbuatan itu akan rusak!
Mereka tahu bahwa hanya dengan keikhlasan, manusia akan mengikuti,
mendengarkan dan mencintai mereka. Imam Mujahid pernah berkata: Apabila
seorang hamba menghadapkan hatinya kepada Allah, maka Allah akan
menghadapkan hati manusia kepadanya.
Memang diakui, menjaga amalan hati sangat berat karena diri seakan-akan
tidak mendapat bagian apapun darinya. Sahal bin Abdullah berkata: Tidak
ada satu perkara yang lebih berat atas jiwa daripada niat ikhlas, karena
ia (seakan-akan -red.) tidak mendapat bagian apapun darinya.
Sehingga Abu Sulaiman Ad-darani berkata: Beruntunglah bagi orang yang
mengayunkan kaki selangkah, dia tidak mengharapkan kecuali mengharap
ridha Allah!
Mereka juga sangat menjauhkan diri dari sifat-sifat yang dapat merusak
keikhlasan, seperti gila popularitas, gila kedudukan, suka dipuji dan
diangkat-angkat.
Ayyub As-Sikhtiyaani berkata: Seorang hamba tidak dikatakan berlaku
jujur jika ia masih suka popularitas. Yahya bin Muadz berkata: Tidak
akan beruntung orang yang memiliki sifat gila kedudukan. Abu Utsman
Sa’id bin Al-Haddad berkata: Tidak ada perkara yang memalingkan
seseorang dari Allah melebihi gila pujian dan gila sanjungan.
Oleh karena itulah ulama salaf sangat mewasiatkan keikhlasan niat kepada
murid-muridnya. Ar-Rabi’ bin Shabih menuturkan: Suatu ketika, kami hadir
dalam majelis Al-Hasan Al-Bashri, kala itu beliau tengah memberi
wejangan. Tiba-tiba salah seorang hadirin menangis tersedu-sedu.
Al-Hasan berkata kepadanya: Demi Allah, pada Hari Kiamat Allah akan
menanyakan apa tujuan anda menangis pada saat ini!
_*Salaf dan Taubat*_
Setiap Bani Adam pasti bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah
adalah yang segera bertaubat kepada Allah. Demikianlah yang disebutkan
Rasulullah Sholallohu’alaihiwasallam dalam sebuah hadits shahih.
Generasi salaf adalah orang yang terdepan dalam masalah ini!
‘Aisyah berkata: Beruntunglah bagi orang yang buku catatan amalnya
banyak diisi dengan istighfar. Al-Hasan Al-Bashri pernah berpesan:
Perbanyaklah istighfar di rumah kalian, di depan hidangan kalian, di
jalan, di pasar dan dalam majelis-majelis kalian dan dimana saja kalian
berada! Karena kalian tidak tahu kapan turunnya ampunan!
_*Tangis Generasi Salaf
*_
Generasi salaf adalah generasi yang memiliki hati yang amat lembut.
Sehingga hati mereka mudah tergugah dan menangis karena takut kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Terlebih tatkala membaca ayat-ayat suci
Al-Qur’an.
Ketika membaca firman Allah: Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu (QS.
Al-Ahzab : 33) ‘Aisyah menangis tersedu-sedu hingga basahlah pakaiannya.
Demikian pula Ibnu Umar , ketika membaca ayat yang artinya: Belumkah
datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka).
(QS. Al-Hadid : 16) Beliau menangis hingga tiada kuasa menahan tangisnya.
Ketika beliau membaca surat Al-Muthaffifin setelah sampai pada ayat yang
artinya: Pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia
berdiri menghadap Rabb semesta alam. (QS. Al-Muthaffifiin : 5-6) Beliau
menangis dan bertambah keras tangis beliau sehingga tidak mampu
meneruskan bacaannya.
_*Salaf dan Tawadhu'*_
Pernah disebut-sebut tentang tawadhu’ di hadapan Al-Hasan Al-Bashri,
namun beliau diam saja. Ketika orang-orang mendesaknya berbicara ia
berkata kepada mereka: saya lihat kalian banyak bercerita tentang
tawadhu’! Mereka berkata: Apa itu tawadhu’ wahai Abu Sa’id? Beliau
menjawab: Yaitu setiap kali ia keluar rumah dan bertemu seorang muslim
ia selalu menyangka bahwa orang itu lebih baik daripada dirinya.
Ibnul Mubarak pernah ditanya tentang sebuah masalah di hadapan Sufyan
bin Uyainah, ia berkata: Kami dilarang berbicara di hadapan orang-orang
yang lebih senior dari kami.
Al-Fudhail bin Iyadh pernah ditanya: Apa itu tawadhu’? Ia menjawab:
Yaitu engkau tunduk kepada kebenaran!
Mutharrif bin Abdillah berkata: Tidak ada seorangpun yang memujiku
kecuali diriku merasa semakin kecil.
_*Salaf dan Sifat Santun
*_
Pada suatu malam yang gelap Umar bin Abdul Aziz memasuki masjid. Ia
melewati seorang lelaki yang tengah tidur nyenyak. Lelaki itu terbangun
dan berkata: Apakah engkau gila! Umar menjawab: Tidak, Namun para
pengawal berusaha meringkus lelaki itu. Namun Umar bin Abdul Aziz
mencegah mereka seraya berkata: Dia hanya bertanya: Apakah engkau gila!
dan saya jawab: Tidak.
Seorang lelaki melapor kepada Wahab bin Munabbih: Sesungguhnya Fulan
telah mencaci engkau! Ia menjawab: Kelihatannya setan tidak menemukan
kurir selain engkau!
*_Salaf dan Sifat Zuhud_*
Yusuf bin Asbath pernah mendengar Sufyan Ats-Tsauri berkata: Aku tidak
pernah melihat kezuhudan yang lebih sulit daripada kezuhudan terhadap
kekuasaan. Kita banyak menemui orang-orang yang zuhud dalam masalah
makanan, minuman, harta dan pakaian. Namun ketika diberikan kekuasaan
kepadanya maka iapun akan mempertahankan dan berani bermusuhan demi
membelanya.
Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang lelaki yang memiliki seribu
dinar apakah termasuk zuhud? Beliau menjawab: Bisa saja, asalkan ia
tidak terlalu gembira bila bertambah dan tidak terlalu bersedih jika
berkurang.
Demikianlah beberapa petikan mutiara salaf yang insya Allah berguna bagi
kita dalam menuju proses penyucian jiwa. Semoga Allah Subhanahu wata’ala
senantiasa memberi kita kekuatan dalam meniti jejak generasi salaf dalam
setiap aspek kehidupan.
(Majalah As Sunnah Edisi 04/VI/1423H)
Sumber: Klik untuk menuju sumber tulisan
<http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/02/28/teladan-indah-dari-salafus-shalih/#more-9135>