[assunnah] >>Wasiat-Wasiat Generasi Salaf<

2011-04-06 Terurut Topik Prada Aisyah
WASIAT-WASIAT GENERASI SALAF
Oleh
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsari
http://almanhaj.or.id/content/3029/slash/0


GENERASI SALAF SEBAGAI GENERASI PILIHAN
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam kitab-Nya:

وَالسَّابِقُونَ اْلأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنصَارِ وَالَّذِينَ
اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ
لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا
ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara
orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka
surga-surga, di bawahnya banyak sungai mengalir; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. [At-Taubah : 100]

Dalam ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi pujian kepada para
sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan. Merekalah
generasi terbaik yang dipilih oleh Allah sebagai pendamping nabi-Nya dalam
mengemban risalah ilahi.

Pujian Allah tersebut, sudah cukup sebagai bukti keutamaan atau kelebihan
mereka. Merekalah generasi salaf yang disebut sebagai generasi Rabbani yang
selalu mengikuti jejak langkah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Dengan menapak tilasi jejak merekalah, generasi akhir umat ini akan bisa
meraih kembali masa keemasannya. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Malik
rahimahullah, “Tidak akan baik generasi akhir umat ini kecuali dengan apa
yang membuat generasi awalnya menjadi baik”. Sungguh sebuah ucapan yang
pantas di tulis dengan tinta emas. Jikalau umat ini mengambil generasi
terbaik itu sebagai teladan dalam segala aspek kehidupan niscaya kebahagiaan
akan menyongsong mereka.

Dalam kesempatan kali ini, kami akan mengupas bagaimana para salaf
menyucikan jiwa mereka, yang kami nukil dari petikan kata-kata mutiara dan
hikmah yang sangat berguna bagi kita.

SALAF DAN TAZKIYATUN NUFUS
Salah satu sisi ajaran agama yang tidak boleh terlupakan adalah tazkiyatun
nufus (penyucian jiwa). Allah selalu menyebutan tazkiyatun nufus bersama
dengan ilmu. Allah berfirman:

كَمَآأَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولاً مِّنكُمْ يَتْلُوا عَلَيْكُمْ ءَايَاتِنَا
وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم
مَّالَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ

Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan
kepadamu Al-Kitab dan Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum
kamu ketahui. [Al-Baqarah : 151]

Artinya, ilmu itu bisa jadi bumerang bila tidak disertai dengan tazkiyatun
nufus. Oleh sebab itu dapat kita temui dalam biografi ulama salaf tentang
kezuhudan, keikhlasan, ketawadhu’an dan kebersihan jiwa mereka. Begitulah,
mereka selalu saling mengingatkan tentang urgensi tazkiyatun nufus ini. Dari
situ kita dapati ucapan-ucapan ulama salaf sangat menghunjam ke dalam hati
dan penuh dengan hikmah. Hamdun bin Ahmad pernah ditanya: “Mengapa
ucapan-ucapan para salaf lebih bermanfaat daripada ucapan-ucapan kita?”
beliau menjawab: “Karena mereka berbicara untuk kemuliaan Islam, keselamatan
jiwa dan mencari ridha Ar-Rahman, sementara kita berbicara untuk kemuliaan
diri, mengejar dunia dan mencari ridha manusia!”

SALAF DAN KEGIGIHAN DALAM MENUNTUT ILMU
Imam Adz-Dzahabi berkata: "Ya'qub bin Ishaq Al-Harawi menceritakan dari
Shalih bin Muhammad Al-Hafizh, bahwa ia mendengar Hisyam bin Ammar berkata:
"Saya datang menemui Imam Malik, lalu saya katakan kepadanya: "Sampaikanlah
kepadaku beberapa hadits!" Beliau berkata: "Bacalah!"
"Tidak, namun tuanlah yang membacakannya kepadaku!" jawabku.
"Bacalah!" kata Imam Malik lagi. Namun aku terus menyanggah beliau. Akhirnya
ia berkata: "Hai pelayan, kemarilah! Bawalah orang ini dan pukul dia lima
belas kali!" Lalu pelayan itu membawaku dan memukulku lima belas cambukan.
Kemudian ia membawaku kembali kepada beliau. Pelayan itu berkata: "Saya
telah mencambuknya!" Maka aku berkata kepada beliau: "Mengapa tuan
menzhalimi diriku? tuan telah mencambukku lima belas kali tanpa ada
kesalahan yang kuperbuat? Aku tidak sudi memaafkan tuan!"
"Apa tebusannya?" tanya beliau.
"Tebusannya adalah tuan harus membacakan untukku sebanyak lima belas
hadits!" jawabku. Maka beliaupun membacakan lima belas hadits untukku. Lalu
kukatakan kepada beliau: "Tuan boleh memukul saya lagi, asalkan tuan
menambah hadits untukku!" Imam Malik hanya tertawa dan berkata: "Pergilah!"

SALAF DAN KEIKHLASAN
Generasi salaf adalah generasi yang sangat menjaga aktifitas hati. Seorang
lelaki pernah bertanya kepada Tamim Ad-Daari tentang shalat malam beliau.
Dengan marah ia berkata: “Demi Allah satu rakaat yang kukerjakan di tengah
malam secara tersembunyi, lebih kusukai daripada shalat semalam suntuk
kemudian pagi harinya kuceritakan kepada orang-orang!”

Ar-Rabi’ bin Khaitsam berkata: “Seluruh perbuatan yang tidak diniatkan
mencari ridha Allah, maka perbuatan itu akan rusak!”

Mereka tahu bahwa hanya dengan keik

[assunnah] Wasiat-wasiat generasi salaf

2004-09-27 Terurut Topik Ahmad Juliardi



Wasiat-wasiat Generasi Salaf

Oleh: Ustadz Abu Ihsan Al-atsari Al-medani
Allah Ta`ala berfirman dalam kitab-Nya:
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga, di bawahnya banyak sungai mengalir; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At-taubah : 100) 
Dalam ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta`ala memberi pujian kepada para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan. Merekalah generasi terbaik yang dipilih oleh Allah sebagai pendamping nabi-Nya dalam mengemban risalah ilahi.
Pujian Allah tersebut, sudah cukup sebagai bukti keutamaan atau kelebihan mereka. Merekalah generasi salaf yang disebut sebagai generasi Rabbani yang selalu mengikuti jejak langkah Rasulullah Shallallahu `alaihiwa sallam. 
Dengan menapak tilasi jejak merekalah, generasi akhir umat ini akan bisa meraih kembali masa keemasannya. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Malik rahimahullah, Tidak akan baik generasi akhir umat ini kecuali dengan apa yang membuat generasi awalnya menjadi baik. Sungguh sebuah ucapan yang pantas ditulis dengan tinta emas. Jikalau umat ini mengambil generasi terbaik itu sebagai teladan dalam segala aspek kehidupan niscaya kebahagiaan akan menyongsong mereka. 
Dalam kesempatan kali ini, kami akan mengupas bagaimana para salaf menyucikan jiwa mereka, yang kami nukil dari petikan kata-kata mutiara dan hikmah yang sangat berguna bagi kita.
 
Salaf dan Tazkiyatun Nufus
 
Salah satu sisi ajaran agama yang tidak boleh terlupakan adalah tazkiyatun nufus (penyucian jiwa). Allah selalu menyebutan tazkiyatun nufus bersama dengan ilmu. Allah berfirman:
Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS. Al-Baqarah : 151)
Artinya, ilmu itu bisa jadi bumerang bila tidak disertai dengan tazkiyatun nufus. Oleh sebab itu dapat kita temui dalam biografi ulama salaf tentang kezuhudan, keikhlasan, ketawadhu`an dan kebersihan jiwa mereka. Begitulah, mereka selalu saling mengingatkan tentang urgensi tazkiyatun nufus ini. Dari situ kita dapati ucapan-ucapan ulama salaf sangat menghunjam ke dalam hati dan penuh dengan hikmah. Hamdun bin Ahmad pernah ditanya: Mengapa ucapan-ucapan para salaf lebih bermanfaat daripada ucapan-ucapan kita? beliau menjawab: Karena mereka berbicara untuk kemuliaan Islam, keselamatan jiwa dan mencari ridha Ar-Rahman, sementara kita berbicara untuk kemuliaan diri, mengejar dunia dan mencari ridha manusia!
 
Salaf dan Kegigihan Dalam Menuntut Ilmu
Imam Adz-Dzahabi berkata: Ya`qub bin Ishaq Al-Harawi menceritakan dari Shalih bin Muhammad Al-Hafizh, bahwa ia mendengar Hisyam bin Ammar berkata: Saya datang menemui Imam Malik, lalu saya katakan kepadanya: Sampaikanlah kepadaku beberapa hadits! Beliau berkata: Bacalah!
Tidak, namun tuanlah yang membacakannya kepadaku! jawabku.
Bacalah! kata Imam Malik lagi. Namun aku terus menyanggah beliau. Akhirnya ia berkata: Hai pelayan, kemarilah! Bawalah orang ini dan pukul dia lima belas kali! Lalu pelayan itu membawaku dan memukulku lima belas cambukan. Kemudian ia membawaku kembali kepada beliau. Pelayan itu berkata: Saya telah mencambuknya! Maka aku berkata kepada beliau: Mengapa tuan menzhalimi diriku? tuan telah mencambukku lima belas kali tanpa ada kesalahan yang kuperbuat? Aku tidak sudi memaafkan tuan!
Apa tebusannya? tanya beliau.
Tebusannya adalah tuan harus membacakan untukku sebanyak lima belas hadits! jawabku. Maka beliaupun membacakan lima belas hadits untukku. Lalu kukatakan kepada beliau: Tuan boleh memukul saya lagi, asalkan tuan menambah hadits untukku! Imam Malik hanya tertawa dan berkata: Pergilah! 
Salaf dan Keikhlasan
 
Generasi salaf adalah generasi yang sangat menjaga aktifitas hati. Seorang lelaki pernah bertanya kepada Tamim Ad-Daari tentang shalat malam beliau. Dengan marah ia berkata: Demi Allah satu rakaat yang kukerjakan di tengah malam secara tersembunyi, lebih kusukai daripada shalat semalam suntuk kemudian pagi harinya kuceritakan kepada orang-orang!
 
Ar-Rabi` bin Khaitsam berkata: Seluruh perbuatan yang tidak diniatkan mencari ridha Allah, maka perbuatan itu akan rusak!
 
Mereka tahu bahwa hanya dengan keikhlasan, manusia akan mengikuti, mendengarkan dan mencintai mereka. Imam Mujahid pernah berkata: Apabila seorang hamba menghadapkan hatinya kepada Allah, maka Allah akan menghadapkan hati manusia kepadanya.
 
Memang diakui, menjaga amalan hati sangat berat karena diri seakan-akan tidak mendapat bagian apapun darinya. Sahal bin Abdullah berkata: Tidak ada satu perkara yang lebih berat atas jiwa daripada niat ikhlas, karena ia (seakan-akan -red.) tidak mendapat bagian apapun darinya.
Sehingga Abu Sulaiman Ad-darani berkata: Beruntungl