Nanang, Ruli wrote:
> Assalamualaykum,
Wa'alaykumussalam warahmatullah
> Mohon penjelasannya..
> Dalam buku "Kupas Tuntas Tentang Tiga Prinsip Pokok", penulis (Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin) menyebutkan:
> "Pada hakekatnya amal adalah buah dari ilmu, Barangsiapa mengamalkan
(sesuatu) tanpa ilmu maka ia menyerupai orang-orang nasrani,
> sebaliknya barangsiapa berilmu tetapi tidak mengamalkannya maka ia
menyerupai orang-orang yahudi"
>
> Pertanyaanya:
> Adakah ayat Al-Qur'an atau hadist yang menyatakan hal itu? Ataukah
itu merupakan kesimpulan penulis dari berbagai rujukan? Mengapa orang
> nasrani dan yahudi dihukumi seperti itu?
> Wassalamualaykum,
> Ruli
Dibawah ini ada salinan dari /*Tafsir Ibnu Katsir*/ Jilid 1, Pustaka
Imam Asy-Syafi'i, hal 34 - 36, berkaitan dengan masalah *Yahudi sebagai
"mereka yang dimurkai", dan nasrani sebagai "mereka yang sesat"*.
*/"Shirathal ladzina an'amta 'alaihim ghairil maghdhubi 'alaihim waladh
dhaalin."/*
[Al Fatihah, 1:7]
Artinya: "(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat
kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat."
[Al Fatihah, 1:7].
Firman-Nya, /*"Shirathalladzina an'amta 'alaihim"*/ (Yaitu jalan
orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka) adalah
sebagai tafsir dari firman-Nya, jalan yang lurus. Dan merupakan badal
(kata benda) menurut para ahli nahwu dan boleh pula sebagai athaf bayan
(kata benda yang mengikuti kata benda sebelumnya), wallahu a'lam.
Orang orang yang diberikan nikmat oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala itu
adalah orang-orang yang tersebut dalam surat An-Nisaa', Dia berfirman,
Artinya: /"Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,
yaitu para nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan
orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang
demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui."/
[An-Nisaa' 4:69 -70].
Dan, firman-Nya, /*"ghairil maghdhubi 'alaihim waladh dhaalin"*/ (bukan
jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat).
Jumhur ulama membaca /"ghairi"/ dengan memberikan kasrah pada hurup ra',
yang kedudukannya sebagai /naat/ (sifat). Az-Zamakhsyari mengatakan,
dibaca juga dengan memakai harakat fathah di atasnya, yang menunjukkan
/haal/ (keadaan). Itu adalah bacaan Rasulullah shallallahu 'alayhi
wasallam, Umar bin Khaththab, dan riwayat dari Ibnu Katsir. /Dzul haal/
adalah dhamir dalam kata /"'alaihim",/ sedangkan /'amil/ ialah lafaz
/"an'amta"/.
Artinya, tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus, yaitu jalan
orang-orang yang telah Engkau berikan nikmat kepadanya. Yaitu, mereka
yang memperoleh hidayah, istiqamah, dan ketaatan kepada Allah dan
Rasul-Nya, serta mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
Bukannya jalan orang-orang yang mendapat murka, yang kehendak mereka
telah rusak, sehingga meskipun mereka telah mengetahui kebenaran, namun
menyimpang darinya. Bukan juga jalan orang-orang yang sesat, yaitu
orang-orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan, sehingga mereka berada
dalam kesesatan serta tidak mendapatkan jalan menuju kebenaran.
Pembicaraan di sini dipertegas dengan kata /"la"/ (bukan), guna
menunjukkan bahwa di sana terdapat dua jalan yang rusak, yaitu jalan
*orang-orang Yahudi dan jalan orang-orang Nasrani*. Juga untuk
membedakan antara kedua jalan itu agar setiap orang menjauhkan diri darinya.
Jalan orang-orang yang beriman itu mencakup pengetahuan akan kebenaran
dan pengamalannya, sementara itu *orang-orang Yahudi tidak memiliki
amal, sedangkan orang-orang Nasrani tidak memiliki ilmu* (agama). Oleh
karena itu, *kemurkaan bagi orang-orang Yahudi*, sedangkan *kesesatan
bagi orang-orang Nasrani*. Karena orang yang berilmu tetapi tidak
mengamalkannya itu berhak mendapatkan kemurkaan, berbeda dengan orang
yang tidak memiliki ilmu.
Sedang orang Nasrani ketika hendak menuju kepada sesuatu, mereka tidak
memperoleh petunjuk kepada jalannya, hal itu karena mereka tidak
menempuhnya melalui jalan yang sebenarnya, yaitu mengikuti kebenaran,
maka mereka pun masing-masing tersesat. Orang Yahudi dan Nasrani adalah
sesat dan mendapat murka. Namun, *sifat Yahudi yang paling khusus adalah
mendapat kemurkaan*, sebagaimana yang difirmankan Allah Ta'ala mengenai
diri mereka (orang-orang Yahudi),
Artinya: /"Yaitu orang-orang yang dilaknat dan dimurkai Allah."/
[Al-Maidah, 5:60).
Adapun *sifat Nasrani yang paling khusus adalah kesesatan*, sebagaimana
firman-Nya mengenai ihwal mereka,
Artinya: "Orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan
Muhammad shallallahu 'alayhi wasallam) dan mereka telah menyesatkan
kebanyakan manusia, dan mereka tersesat dari jalan lurus."
[Al-Maidah, 5:77].
Masalah ini banyak disebutkan dalam hadits dan atsar, d