Re: Balasan: Re: [assunnah] Tanya : Hizbut Tahrir.......??
On 6/16/06, hanif hanif <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Anyway, semoga siapa saja yang baca tulisan ini masih ingat bahwa however > HT itu masih muslim. Dan hendaklah dakwah dilaksanankn dg cara yg ahsan. Mas Hanif, apakah ada dalam tulisan tersebut yang menyatakan bahwa HT bukan muslim? Mas Hanif, justru HT-lah yang menyatakan bahwa hari ini tidak ada lagi pemerintahan Islam. Mereka juga suka memutarbalikkan sejarah misalnya mencela dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah. > Seandainya judulnya diganti "Nasehat untuk saudaraku HT" tentu akan lebih > baik dan yang dinasehati mungkin lebih tertarik. > > Kenapa org indonesia suka AA Gym. Krn dia berdakwah dg lembut. Ada seorg > salafy di paris yg selalu menasehati saya personally dan dg bhs arab yg halus > dan baik. Sungguh itu lebih membekas di hati dan merasuk di jiwa, ketimbang > org yg mengatakan "sesat", "sesat", "sesat" di hadapan saya. Bentuk nasihat bisa bermacam-macam. Mas Hanif bisa lihat sendiri dari tulisan para ulama bahkan teladan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam sendiri. Lihatlah bagaimana Rasulullah lemah lembut terhadap Arab Badui yang buang air kecil di masjid namun beliau menegur keras shahabat yang terlalu panjang membaca Al-Qur'an dalam shalat berjama'ah. Tanggapan Mas Hanif sendiri merupakan nasihat yang semoga bermanfaat. Betapa banyak umat ini yang tertipu oleh dakwah yang menyimpang karena "kemasan" yang menarik. Besarnya jumlah yang berhasil diajak bukanlah menjadi ukuran utama. Betapa sayangnya jika seseorang menjadi rajin ke masjid -yang adalah sangat baik - namun juga terkena syubhat-syubhat dalam masalah aqidah. Semoga Allah Ta'ala memudahkan para da'i untuk berdakwah dengan manhaj yang diridha-Nya dan tidak menjadikan umat lari dari kebenaran. > Saya takut kalian lupa kalau org2 liberal di sana semakin beringas saja. > Mereka > menghina Allah, Rasul dan Kitab Nya secara terang2an. Dan tidak tanggung2, > yg dipakai adlh lembaga keagamaan semacam IAIN / UIN. > Sedangkan kita hanya sibuk memberi fatwa sesat, bid'ah, neraka, dsb kepada > orang yg sedang berjuang yang mungkin "salah metode dakwah" krn kurang > faham agama. Bukankah agama itu nasehat. Mas Hanif, apakah kalau kita mengingkari satu kesalahan berarti kita lalai dari kesalahan yang lain? Apakah ada yang mengatakan bahwa JIL tidak apa-apa? Kalau Mas Hanif lihat ke waktu yang tidak terlalu lampau, bukankah ketika ada tokoh yang erat dengan JIL meninggal seorang "tokoh Islam" pun memujinya? Apakah para "pejuang Islam" yang memiliki kekuasaan legislatif dan eksekutif namun tidak penginaan itu juga telah lupa? Kalau melihat situs sebuah "partai Islam" untuk melihat "sikap resmi" mereka, tidaklah saya temui berita mengenainya. Padahal di dalamnya tidak terluput target untuk kursi legislatif dan eksekutif serta aktivitas bantuan yang dilakukan. Terus terang saya terkesan dengan nasihat Mas Hanif bahwa bahwa masih ada praktik-praktik kesyirikan yang belum tersentuh. Kebetulan saya kemarin bertemu ikwan yang juga mengeluhkannya, jadi sebenarnya ada keinginan lho, Mas, untuk mengubahnya. BTW, Mas Hanif, bagaimana kaitan budaya yang terkait kesyirikan dengan kebijakan umum "partai Islam" tersebut dalam bidang sosial budaya yang berbunyi: "1. Membangun imunitas individu, keluarga, dan masyarakat dari berbagai virus sosial budaya yang dapat merusak jati diri kaum muslimin. 2. Mengembangkan produk-produk budaya Islam baik dalam bentuk keteladanan ataupun dalam bentuk kesenian. 3. Aktif dalam mewujudkan perundang-undangan yang meninggikan budaya bangsa dan mengkoreksi budaya yang merusak." Mas Hanif juga menasihati kurang aktifnya dakwah salafiyyun terhadap pemerintah. Seorang saudara juga pernah mengatakan "Apakah salafy pernah menasehati pemerintah selain pemerintah saudi?" Dalam masalah ini perlulah diingat, apakah jika tidak dipublikasikan berarti tidak ada? Apalagi dalam masalah ini memang sepatutnya tidak digembar-gemborkan. Kebetulan saya mengetahui bahwa ada upaya untuk itu, yang mungkin masih kurang karena salafiyyun seringkali difitnah oleh sebagian "pejuang Islam" sebagai wahhabi, pemecah belah dan lain-lain. Dengan tulisan ini, Mas Hanif, tidaklah untuk mengatakan bahwa setiap individu salafiyyun terbebas dari kesalahan. Sungguh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya): "Setiap anak adam pasti bersalah, sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang yang bertaubat". (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad). Mas Hanif, betapa indah perkataan "Mohon dikoreksi dan ditanggapi berdasarkan dalil" karena tidaklah agama ini dibangun di atas akal atau perasaan semata. Dakwah salafiyyah tidaklah sekadar masalah aqidah dan ibadah namun juga terkait manhaj (metode) dalam memahami agama. Akhir kata, mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan dan mohon koreksi jika ada yang keliru. Kebenaran hanyalah dari Allah Ta'ala dan kesalahan datang dari diri saya sendiri atau syaithan. Allahu Ta'ala a'lam. Wassalaamu 'alaikum
Re: Balasan: Re: [assunnah] Tanya : Hizbut Tahrir.......??
Anyway, semoga siapa saja yang baca tulisan ini masih ingat bahwa however HT itu masih muslim. Dan hendaklah dakwah dilaksanankn dg cara yg ahsan. Seandainya judulnya diganti "Nasehat untuk saudaraku HT" tentu akan lebih baik dan yang dinasehati mungkin lebih tertarik. Kenapa org indonesia suka AA Gym. Krn dia berdakwah dg lembut. Ada seorg salafy di paris yg selalu menasehati saya personally dan dg bhs arab yg halus dan baik. Sungguh itu lebih membekas di hati dan merasuk di jiwa, ketimbang org yg mengatakan "sesat", "sesat", "sesat" di hadapan saya. Saya takut kalian lupa kalau org2 liberal di sana semakin beringas saja. Mereka menghina Allah, Rasul dan Kitab Nya secara terang2an. Dan tidak tanggung2, yg dipakai adlh lembaga keagamaan semacam IAIN / UIN. Sedangkan kita hanya sibuk memberi fatwa sesat, bid'ah, neraka, dsb kepada orang yg sedang berjuang yang mungkin "salah metode dakwah" krn kurang faham agama. Bukankah agama itu nasehat. salam dari paris, hanif On 14/06/06, Ruudv_AvL <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > MEMBONGKAR KESESATAN HIZBUT TAHRIR : SIAPA MEREKA ? > > Apa Itu Hizbut Tahrir? > Hizbut Tahrir (untuk selanjutnya disebut HT) telah memproklamirkan diri > sebagai kelompok politik (parpol), bukan kelompok yang berdasarkan > kerohanian semata, bukan lembaga ilmiah, bukan lembaga pendidikan (akademis) > dan bukan pula lembaga sosial (Mengenal HT, hal. 1). Atas dasar itulah, maka > seluruh aktivitas yang dilakukan HT bersifat politik, baik dalam mendidik > dan membina umat, dalam aspek pergolakan pemikiran dan dalam perjuangan > politik. (Mengenal HT, hal. 16) > Adapun aktivitas dakwah kepada tauhid dan akhlak mulia, sangatlah mereka > abaikan. Bahkan dengan terang-terangan mereka nyatakan: "Demikian pula, > dakwah kepada akhlak mulia tidak dapat menghasilkan kebangkitan…, dakwah > kepada akhlak mulia bukan dakwah (yang dapat) menyelesaikan problematika > utama kaum muslimin, yaitu menegakkan sistem khilafah." (Strategi Dakwah HT, > hal. 40-41). Padahal dakwah kepada tauhid dan akhlak mulia merupakan misi > utama para nabi dan rasul. > Allah Ta'ala menegaskan: > وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ أُمَّةٍ رَسُوْلاً أَنِ اُعْبُدُوا اللهَ > وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ > "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk > menyerukan): 'Beribadahlah hanya kepada Allah dan jauhilah segala sesembahan > selain-Nya'." (An-Nahl: 36) > Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam juga menegaskan: > بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكاَرِمَ اْلأَخْلاَقِ > > "Aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak yang bagus." (HR. > Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Ahmad, dan Al-Hakim. Dishahihkan oleh > Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 45) > > Tujuan dan Latar Belakang > Mewujudkan kembali Daulah Khilafah Islamiyyah di muka bumi, merupakan > tujuan utama yang melatarbelakangi berdirinya HT dan segala aktivitasnya. > Yang dimaksud khilafah adalah kepemimpinan umat dalam suatu Daulah Islam > yang universal di muka bumi ini, dengan dipimpin seorang pemimpin tunggal > (khalifah) yang dibai'at oleh umat. (Lihat Mengenal HT, hal. 2, 54) > > Para pembaca, tahukah anda apa yang melandasi HT untuk mewujudkan Daulah > Khilafah Islamiyyah di muka bumi? Landasannya adalah bahwa semua negeri kaum > muslimin dewasa ini -tanpa kecuali- termasuk kategori Darul Kufur (negeri > kafir), sekalipun penduduknya kaum muslimin. Karena dalam kamus HT, yang > dimaksud Darul Islam adalah daerah yang didalamnya diterapkan sistem hukum > Islam dalam seluruh aspek kehidupan termasuk dalam urusan pemerintahan, dan > keamanannya berada di tangan kaum muslimin, sekalipun mayoritas penduduknya > bukan muslim. Sedangkan Darul Kufur adalah daerah yang didalamnya diterapkan > sistem hukum kufur dalam seluruh aspek kehidupan, atau keamanannya bukan di > tangan kaum muslimin, sekalipun seluruh penduduknya adalah muslim. (Lihat > Mengenal HT, hal. 79) > > Padahal tolok ukur suatu negeri adalah keadaan penduduknya, bukan sistem > hukum yang diterapkan dan bukan pula sistem keamanan yang mendominasi. > Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Keberadaan suatu bumi (negeri) > sebagai Darul Kufur, Darul Iman, atau Darul Fasiqin, bukanlah sifat yang > kontinu (terus-menerus/langgeng) bagi negeri tersebut, namun hal itu sesuai > dengan keadaan penduduknya. Setiap negeri yang penduduknya adalah > orang-orang mukmin lagi bertakwa maka ketika itu ia sebagai negeri wali-wali > Allah. Setiap negeri yang penduduknya orang-orang kafir maka ketika itu ia > sebagai Darul Kufur, dan setiap negeri yang penduduknya orang-orang fasiq > maka ketika itu ia sebagai Darul Fusuq. Jika penduduknya tidak seperti yang > kami sebutkan dan berganti dengan selain mereka, maka ia disesuaikan dengan > keadaan penduduknya tersebut." (Majmu' Fatawa, 18/282) > > Para pembaca, mengapa -menurut HT- harus satu khilafah? Jawabannya adalah, > karena seluruh sistem pemerintahan yang ada dewasa ini tidak sah dan bukan > sistem Islam. Baik itu sistem kerajaan, republ
Balasan: Re: [assunnah] Tanya : Hizbut Tahrir.......??
MEMBONGKAR KESESATAN HIZBUT TAHRIR : SIAPA MEREKA ? Apa Itu Hizbut Tahrir? Hizbut Tahrir (untuk selanjutnya disebut HT) telah memproklamirkan diri sebagai kelompok politik (parpol), bukan kelompok yang berdasarkan kerohanian semata, bukan lembaga ilmiah, bukan lembaga pendidikan (akademis) dan bukan pula lembaga sosial (Mengenal HT, hal. 1). Atas dasar itulah, maka seluruh aktivitas yang dilakukan HT bersifat politik, baik dalam mendidik dan membina umat, dalam aspek pergolakan pemikiran dan dalam perjuangan politik. (Mengenal HT, hal. 16) Adapun aktivitas dakwah kepada tauhid dan akhlak mulia, sangatlah mereka abaikan. Bahkan dengan terang-terangan mereka nyatakan: "Demikian pula, dakwah kepada akhlak mulia tidak dapat menghasilkan kebangkitan…, dakwah kepada akhlak mulia bukan dakwah (yang dapat) menyelesaikan problematika utama kaum muslimin, yaitu menegakkan sistem khilafah." (Strategi Dakwah HT, hal. 40-41). Padahal dakwah kepada tauhid dan akhlak mulia merupakan misi utama para nabi dan rasul. Allah Ta'ala menegaskan: وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ أُمَّةٍ رَسُوْلاً أَنِ اُعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): 'Beribadahlah hanya kepada Allah dan jauhilah segala sesembahan selain-Nya'." (An-Nahl: 36) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam juga menegaskan: بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكاَرِمَ اْلأَخْلاَقِ "Aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak yang bagus." (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Ahmad, dan Al-Hakim. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 45) Tujuan dan Latar Belakang Mewujudkan kembali Daulah Khilafah Islamiyyah di muka bumi, merupakan tujuan utama yang melatarbelakangi berdirinya HT dan segala aktivitasnya. Yang dimaksud khilafah adalah kepemimpinan umat dalam suatu Daulah Islam yang universal di muka bumi ini, dengan dipimpin seorang pemimpin tunggal (khalifah) yang dibai'at oleh umat. (Lihat Mengenal HT, hal. 2, 54) Para pembaca, tahukah anda apa yang melandasi HT untuk mewujudkan Daulah Khilafah Islamiyyah di muka bumi? Landasannya adalah bahwa semua negeri kaum muslimin dewasa ini -tanpa kecuali- termasuk kategori Darul Kufur (negeri kafir), sekalipun penduduknya kaum muslimin. Karena dalam kamus HT, yang dimaksud Darul Islam adalah daerah yang didalamnya diterapkan sistem hukum Islam dalam seluruh aspek kehidupan termasuk dalam urusan pemerintahan, dan keamanannya berada di tangan kaum muslimin, sekalipun mayoritas penduduknya bukan muslim. Sedangkan Darul Kufur adalah daerah yang didalamnya diterapkan sistem hukum kufur dalam seluruh aspek kehidupan, atau keamanannya bukan di tangan kaum muslimin, sekalipun seluruh penduduknya adalah muslim. (Lihat Mengenal HT, hal. 79) Padahal tolok ukur suatu negeri adalah keadaan penduduknya, bukan sistem hukum yang diterapkan dan bukan pula sistem keamanan yang mendominasi. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Keberadaan suatu bumi (negeri) sebagai Darul Kufur, Darul Iman, atau Darul Fasiqin, bukanlah sifat yang kontinu (terus-menerus/langgeng) bagi negeri tersebut, namun hal itu sesuai dengan keadaan penduduknya. Setiap negeri yang penduduknya adalah orang-orang mukmin lagi bertakwa maka ketika itu ia sebagai negeri wali-wali Allah. Setiap negeri yang penduduknya orang-orang kafir maka ketika itu ia sebagai Darul Kufur, dan setiap negeri yang penduduknya orang-orang fasiq maka ketika itu ia sebagai Darul Fusuq. Jika penduduknya tidak seperti yang kami sebutkan dan berganti dengan selain mereka, maka ia disesuaikan dengan keadaan penduduknya tersebut." (Majmu' Fatawa, 18/282) Para pembaca, mengapa -menurut HT- harus satu khilafah? Jawabannya adalah, karena seluruh sistem pemerintahan yang ada dewasa ini tidak sah dan bukan sistem Islam. Baik itu sistem kerajaan, republik presidentil (dipimpin presiden) ataupun republik parlementer (dipimpin perdana menteri). Sehingga merupakan suatu kewajiban menjadikan Daulah Islam hanya satu negara (khilafah), bukan negara serikat yang terdiri dari banyak negara bagian. (Lihat Mengenal HT, hal. 49-55) Ahlus Sunnah Wal Jamaah berkeyakinan bahwa pada asalnya Daulah Islam hanya satu negara (khilafah) dan satu khalifah. Namun, jika tidak memungkinkan maka tidak mengapa berbilangnya kekuasaan dan pimpinan. - Al-'Allamah Ibnul Azraq Al-Maliki, Qadhi Al-Quds (di masanya) berkata: "Sesungguhnya persyaratan bahwa kaum muslimin (di dunia ini) harus dipimpin oleh seorang pemimpin semata, bukanlah suatu keharusan bila memang tidak memungkinkan." (Mu'amalatul Hukkam, hal. 37) - Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata: "Para imam dari setiap madzhab bersepakat bahwa seseorang yang berhasil menguasai sebuah negeri atau beberapa negeri maka posisinya seperti imam (khalifah) dalam segala hal. Kalaulah tidak demikian maka (urusan) dunia ini tidak akan tegak, karena kaum muslimin sejak kurun waktu yang lama sebelum Al-Imam Ahmad sam