RE: [assunnah]Mandi Junub Rasulullah

2012-03-12 Terurut Topik Fauzah Bt Muchasan

Barangkali dapat menjelaskan...
Sebenarnya copy paste Abu Harits cukup jelas, tetapi memang tidak diperinci 
sesuai pertanyaan.
 
1. Apakah ketika berwudhu beliau menutup auratnya? 
Ketika berwudhu Rasulullah menutup auratnya dan wudhu beliau disaksikan oleh 
para sahabat, contohnya hadits tentang wudhu diriwayatkan oleh 'Utsman bin 
'Affan Radhiyallahu anhu
 
‘Aku pernah melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berwudhu 
sebagaimana wudhuku ini, kemudian Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa berwudhu 
seperti wudhuku ini, kemudian shalat dua raka'at dan tidak berkata-kata dalam 
hati [1] dalam kedua raka'at tadi, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah 
lalu.’ http://almanhaj.or.id/content/754/slash/0
 
2. Dan, ketika mandi
Maksudnya ketika mandi janabah (junub) tata caranya adalah : beliau memulainya 
dengan membasuh kedua tangannya. Kemudian menuangkan air dari tangan kanan ke 
tangan kirinya lalu membasuh kemaluannya. Lantas berwudhu sebagaimana berwudhu 
untuk shalat.
 
3. Apakah nabi menggunakan kain basahan?
Penjelasan dari istri Rasulullah sepertinya cukup jelas, bahwa beliau tidak 
menggunakan kain basahan.
 
Maimunah berkata : Maka aku berikan potongan kain (sebagai handuk ,-peny) tapi 
Beliau tidak memerlukannya, dan Beliau mengeringkan (membersihkan air dari) 
badannya dengan tangannya.
 
Kemudian.
Diperbolehkan bagi suami isteri untuk mandi bersama dalam satu tempat. 
Diperbolehkan juga bagi masing-masing untuk melihat aurat pasangannya.

Berdasarkan hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma :

كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ 
إِنَاءٍ وَاحِدٍ وَنَحْنُ جُنُبَانِ.

“Aku dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mandi dari satu 
bejana. Kami berdua dalam keadaan junub.
http://almanhaj.or.id/content/679/slash/0
 
Allahu a'lam
Abinya Suhail
 



To: assunnah@yahoogroups.com
From: see_geth...@yahoo.com
Date: Fri, 9 Mar 2012 14:18:49 +
Subject: Re: [assunnah]Mandi Junub Rasulullah


  



Jazakumullah untuk jawaban akh abu harits..

Tapi yang ingin ana tanyakan adalah : 

1. apakah ketika berwudhu beliau menutup auratnya? Dan, ketika mandi, 2. apakah 
nabi menggunakan kain basahan?

Ana sangat berharap ada ikhwah sekalian yang dapat menjawab pertanyaan ana. 
Jazaakumullah khair

--- In assunnah@yahoogroups.com, Abu Harits abu_harits@... wrote:

 From: see_gethink@...
 Date: Mon, 5 Mar 2012 00:10:07 +
 Assalamu'alaikum .
 Diriwayatkan dari Maymunah r.a, dia berkata (tentang mandi junub Rasulullah 
 s.a.w) : Rasulullah s.a.w berwudhu seperti wudhu untuk shalat, namun tanpa 
 membasuh kedua kakinya. Beliau membasuh kemaluannya dan bagian tubuh yang 
 terkena najis (sebelum berwudhu). Kemudian beliau menyiramkan air ke seluruh 
 tubuhnya, lalu beliau melangkahkan kakinya dari tempat mandi. Setelah 
 bergeser dari tempat itu beliau membasuh kedua kakinya.2 Demikianlah mandi 
 junub Rasulullah s.a.w.
 (Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 249)
 Yang mau ana tanyakan, apakah ketika berwudhu beliau menutup auratnya? Dan, 
 ketika mandi, apakah nabi menggunakan kain basahan?
 Jazaakumullah khaira katsira
 Ibnu Sabil
 
 
 Dalam lafadz shahih Bukhari no hadits 265 ada tambahan : 
 Maimunah berkata : Maka aku berikan potongan kain (sebagai handuk ,-peny) 
 tapi Beliau tidak memerlukannya, dan Beliau mengeringkan (membersihkan air 
 dari) badannya dengan tangannya.
 Sumber : http://id.lidwa.com/app/ 
 
 Tata Cara Yang Disunnahkan Ketika Mandi
 Dari `Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, Dahulu, jika Rasulullah 
 Shallallahu 'alaihi wa sallam hendak mandi janabah (junub), beliau memulainya 
 dengan membasuh kedua tangannya. Kemudian menuangkan air dari tangan kanan ke 
 tangan kirinya lalu membasuh kemaluannya. Lantas berwudhu sebagaimana 
 berwudhu untuk shalat. Lalau beliau mengambil air dan memasukkan 
 jari-jemarinya ke pangkal rambut. Hingga jika beliau menganggap telah cukup, 
 beliau tuangkan ke atas kepalanya sebanyak tiga kali tuangan. Setelah itu 
 beliau guyur seluruh badannya. Kemudian beliau basuh kedua kakinya. [10]
 
 Catatan:
 Tidak wajib bagi seorang wanita mengurai rambutnya ketika mandi janabah 
 (junub). Namun wajib dilakukan ketika mandi sehabis haidh.
 
 Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, Aku berkata, `Wahai 
 Rasulullah, sesungguhnya aku adalah wanita berkepang dengan kepangan yang 
 sulit diurai. Apakah aku harus mengurainya ketika mandi janabah? Beliau 
 berkata:
 
 áÇó¡ ÅöäóøãóÇ íóßúÝöíúßö Ãóäú ÊóÍúËöíó Úóáóì ÑóÃúÓößö ËóáÇóËó ÍóËóíóÇÊò Ëõãóø 
 ÊóÝöíúÖöíúäó Úóáóíúßö ÇáúãóÇÁó ÝóÊóØúåõÑöíúäó.
 
 Tidak, cukuplah engkau tuangkan air ke atas kepalamu sebanyak tiga kali. 
 Kemudian guyurkan air ke seluruh tubuhmu. Maka, sucilah engkau. [11]
 
 Dari `Aisyah Radhiyallahu anhuma, bahwasanya Asma' bertanya kepada Nabi 
 Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang mandi setelah selesai haidh. Beliau 
 lalu bersabda, Hendaklah salah seorang dari kalian mengambil air dan 
 bidaranya lalu bersuci (yaitu berwudhu

RE: [assunnah]Mandi Junub Rasulullah

2012-03-09 Terurut Topik Abu Harits
From: see_geth...@yahoo.com
Date: Mon, 5 Mar 2012 00:10:07 +
Assalamu'alaikum .
Diriwayatkan dari Maymunah r.a, dia berkata (tentang mandi junub Rasulullah 
s.a.w) : Rasulullah s.a.w berwudhu seperti wudhu untuk shalat, namun tanpa 
membasuh kedua kakinya. Beliau membasuh kemaluannya dan bagian tubuh yang 
terkena najis (sebelum berwudhu). Kemudian beliau menyiramkan air ke seluruh 
tubuhnya, lalu beliau melangkahkan kakinya dari tempat mandi. Setelah bergeser 
dari tempat itu beliau membasuh kedua kakinya.2 Demikianlah mandi junub 
Rasulullah s.a.w.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 249)
Yang mau ana tanyakan, apakah ketika berwudhu beliau menutup auratnya? Dan, 
ketika mandi, apakah nabi menggunakan kain basahan?
Jazaakumullah khaira katsira
Ibnu Sabil

 
Dalam lafadz shahih Bukhari no hadits 265 ada tambahan : 
Maimunah berkata : Maka aku berikan potongan kain (sebagai handuk ,-peny) tapi 
Beliau tidak memerlukannya, dan Beliau mengeringkan (membersihkan air dari) 
badannya dengan tangannya.
Sumber : http://id.lidwa.com/app/ 

Tata Cara Yang Disunnahkan Ketika Mandi
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Dahulu, jika Rasulullah 
Shallallahu 'alaihi wa sallam hendak mandi janabah (junub), beliau memulainya 
dengan membasuh kedua tangannya. Kemudian menuangkan air dari tangan kanan ke 
tangan kirinya lalu membasuh kemaluannya. Lantas berwudhu sebagaimana berwudhu 
untuk shalat. Lalau beliau mengambil air dan memasukkan jari-jemarinya ke 
pangkal rambut. Hingga jika beliau menganggap telah cukup, beliau tuangkan ke 
atas kepalanya sebanyak tiga kali tuangan. Setelah itu beliau guyur seluruh 
badannya. Kemudian beliau basuh kedua kakinya. [10]

Catatan:
Tidak wajib bagi seorang wanita mengurai rambutnya ketika mandi janabah 
(junub). Namun wajib dilakukan ketika mandi sehabis haidh.

Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Aku berkata, ‘Wahai 
Rasulullah, sesungguhnya aku adalah wanita berkepang dengan kepangan yang sulit 
diurai. Apakah aku harus mengurainya ketika mandi janabah? Beliau berkata:

لاَ، إِنَّمَا يَكْفِيْكِ أَنْ تَحْثِيَ عَلَى رَأْسِكِ ثَلاَثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ 
تَفِيْضِيْنَ عَلَيْكِ الْمَاءَ فَتَطْهُرِيْنَ.

“Tidak, cukuplah engkau tuangkan air ke atas kepalamu sebanyak tiga kali. 
Kemudian guyurkan air ke seluruh tubuhmu. Maka, sucilah engkau.” [11]

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, bahwasanya Asma’ bertanya kepada Nabi 
Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang mandi setelah selesai haidh. Beliau lalu 
bersabda, “Hendaklah salah seorang dari kalian mengambil air dan bidaranya lalu 
bersuci (yaitu berwudhu menurut penafsiran sejumlah ulama’, sebagaimana tata 
cara mandi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam -ed.) dengan sebaik-baiknya. 
Kemudian mengucurkannya ke atas kepala dan menguceknya kuat-kuat hingga ke 
pangkal kepalanya. Lantas mengguyur seluruh badannya dengan air. Setelah itu 
hendaklah ia mengambil secarik kapas yang diberi minyak misk, lalu bersuci 
dengannya. Asma' berkata, Bagaimana cara dia bersuci dengannya? Beliau 
berkata: Subhaanallaah, bersucilah dengannya. 'Aisyah Radhiyallahu anhuma 
berkata sambil seolah berbisik, Ikutilah bekas-bekas darah itu dengannya.

Dan aku (Asma’) bertanya lagi kepada beliau tentang mandi (junub) janabah. 
Beliau lalu bersabda:

تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءً فَتَطَهَّرَ فَتُحْسِنُ الطُّهُوْرَ أَوْ تَبْلُغُ 
الطُّهُوْرَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتُدَلِّكُهُ حَتَّى تَبْلُغَ 
شُؤُوْنَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَفِيْضُ عَلَيْهَا الْمَاءَ.

“Hendaklah salah seorang dari kalian mengambil air lalu bersuci (yaitu berwudhu 
menurut penafsiran sejumlah ulama’-ed.) dengan sebaik-baiknya atau 
menyempurnakannya. Kemudian menuangkan air ke atas kepala dan menguceknya 
sampai ke dasar kepala. Setelah itu mengguyurkan air ke seluruh badannya. [12]

Dalam hadits ini terdapat perbedaan jelas antara mandinya wanita karena haidh 
dan karena (junub) janabah. Yaitu ditekankannya pada wanita yang haidh agar 
bersuci dan mengucek dengan kuat dan sungguh-sungguh. Sedangkan pada mandi 
janabah tidak ditekankan hal tersebut. Dan hadits Ummu Salamah adalah dalil 
bagi tidak wajibnya mengurai rambut saat mandi janabah. [13]

Tujuan mengurai rambut adalah untuk meyakinkan sampainya air hingga ke dasar 
rambut. Hanya saja pada mandi (junub) janabah masih ditolerir. Karena seringnya 
dilakukan serta adanya kesulitan yang sangat ketika mengurainya. Lain halnya 
dengan mandi haidh yang hanya terjadi setiap sebulan sekali.

Catatan:
Diperbolehkan bagi suami isteri untuk mandi bersama dalam satu tempat. 
Diperbolehkan juga bagi masing-masing untuk melihat aurat pasangannya.

Berdasarkan hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma :

كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ 
إِنَاءٍ وَاحِدٍ وَنَحْنُ جُنُبَانِ.

“Aku dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mandi dari satu 
bejana. Kami berdua dalam keadaan junub.” [14]

Selengkapnya baca di http://almanhaj.or.id/content/679/slash/0
Wallahu a'lam





  

Re: [assunnah]Mandi Junub Rasulullah

2012-03-09 Terurut Topik see_gethink
Jazakumullah untuk jawaban akh abu harits..

Tapi yang ingin ana tanyakan adalah : 

1. apakah ketika berwudhu beliau menutup auratnya? Dan, ketika mandi, 2. apakah 
nabi menggunakan kain basahan?

Ana sangat berharap ada ikhwah sekalian yang dapat menjawab pertanyaan ana. 
Jazaakumullah khair

--- In assunnah@yahoogroups.com, Abu Harits abu_harits@... wrote:

 From: see_gethink@...
 Date: Mon, 5 Mar 2012 00:10:07 +
 Assalamu'alaikum .
 Diriwayatkan dari Maymunah r.a, dia berkata (tentang mandi junub Rasulullah 
 s.a.w) : Rasulullah s.a.w berwudhu seperti wudhu untuk shalat, namun tanpa 
 membasuh kedua kakinya. Beliau membasuh kemaluannya dan bagian tubuh yang 
 terkena najis (sebelum berwudhu). Kemudian beliau menyiramkan air ke seluruh 
 tubuhnya, lalu beliau melangkahkan kakinya dari tempat mandi. Setelah 
 bergeser dari tempat itu beliau membasuh kedua kakinya.2 Demikianlah mandi 
 junub Rasulullah s.a.w.
 (Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 249)
 Yang mau ana tanyakan, apakah ketika berwudhu beliau menutup auratnya? Dan, 
 ketika mandi, apakah nabi menggunakan kain basahan?
 Jazaakumullah khaira katsira
 Ibnu Sabil
 
  
 Dalam lafadz shahih Bukhari no hadits 265 ada tambahan : 
 Maimunah berkata : Maka aku berikan potongan kain (sebagai handuk ,-peny) 
 tapi Beliau tidak memerlukannya, dan Beliau mengeringkan (membersihkan air 
 dari) badannya dengan tangannya.
 Sumber : http://id.lidwa.com/app/ 
 
 Tata Cara Yang Disunnahkan Ketika Mandi
 Dari `Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, Dahulu, jika Rasulullah 
 Shallallahu 'alaihi wa sallam hendak mandi janabah (junub), beliau memulainya 
 dengan membasuh kedua tangannya. Kemudian menuangkan air dari tangan kanan ke 
 tangan kirinya lalu membasuh kemaluannya. Lantas berwudhu sebagaimana 
 berwudhu untuk shalat. Lalau beliau mengambil air dan memasukkan 
 jari-jemarinya ke pangkal rambut. Hingga jika beliau menganggap telah cukup, 
 beliau tuangkan ke atas kepalanya sebanyak tiga kali tuangan. Setelah itu 
 beliau guyur seluruh badannya. Kemudian beliau basuh kedua kakinya. [10]
 
 Catatan:
 Tidak wajib bagi seorang wanita mengurai rambutnya ketika mandi janabah 
 (junub). Namun wajib dilakukan ketika mandi sehabis haidh.
 
 Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, Aku berkata, `Wahai 
 Rasulullah, sesungguhnya aku adalah wanita berkepang dengan kepangan yang 
 sulit diurai. Apakah aku harus mengurainya ketika mandi janabah? Beliau 
 berkata:
 
 áÇó¡ ÅöäóøãóÇ íóßúÝöíúßö Ãóäú ÊóÍúËöíó Úóáóì ÑóÃúÓößö ËóáÇóËó ÍóËóíóÇÊò Ëõãóø 
 ÊóÝöíúÖöíúäó Úóáóíúßö ÇáúãóÇÁó ÝóÊóØúåõÑöíúäó.
 
 Tidak, cukuplah engkau tuangkan air ke atas kepalamu sebanyak tiga kali. 
 Kemudian guyurkan air ke seluruh tubuhmu. Maka, sucilah engkau. [11]
 
 Dari `Aisyah Radhiyallahu anhuma, bahwasanya Asma' bertanya kepada Nabi 
 Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang mandi setelah selesai haidh. Beliau 
 lalu bersabda, Hendaklah salah seorang dari kalian mengambil air dan 
 bidaranya lalu bersuci (yaitu berwudhu menurut penafsiran sejumlah ulama', 
 sebagaimana tata cara mandi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam -ed.) dengan 
 sebaik-baiknya. Kemudian mengucurkannya ke atas kepala dan menguceknya 
 kuat-kuat hingga ke pangkal kepalanya. Lantas mengguyur seluruh badannya 
 dengan air. Setelah itu hendaklah ia mengambil secarik kapas yang diberi 
 minyak misk, lalu bersuci dengannya. Asma' berkata, Bagaimana cara dia 
 bersuci dengannya? Beliau berkata: Subhaanallaah, bersucilah dengannya. 
 'Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata sambil seolah berbisik, Ikutilah 
 bekas-bekas darah itu dengannya.
 
 Dan aku (Asma') bertanya lagi kepada beliau tentang mandi (junub) janabah. 
 Beliau lalu bersabda:
 
 ÊóÃúÎõÐõ ÅöÍúÏóÇßõäóø ãóÇÁð ÝóÊóØóåóøÑó ÝóÊõÍúÓöäõ ÇáØõøåõæúÑó Ãóæú ÊóÈúáõÛõ 
 ÇáØõøåõæúÑó Ëõãóø ÊóÕõÈõø Úóáóì ÑóÃúÓöåóÇ ÝóÊõÏóáöøßõåõ ÍóÊóøì ÊóÈúáõÛó 
 ÔõÄõæúäó ÑóÃúÓöåóÇ Ëõãóø ÊóÝöíúÖõ ÚóáóíúåóÇ ÇáúãóÇÁó.
 
 Hendaklah salah seorang dari kalian mengambil air lalu bersuci (yaitu 
 berwudhu menurut penafsiran sejumlah ulama'-ed.) dengan sebaik-baiknya atau 
 menyempurnakannya. Kemudian menuangkan air ke atas kepala dan menguceknya 
 sampai ke dasar kepala. Setelah itu mengguyurkan air ke seluruh badannya. 
 [12]
 
 Dalam hadits ini terdapat perbedaan jelas antara mandinya wanita karena haidh 
 dan karena (junub) janabah. Yaitu ditekankannya pada wanita yang haidh agar 
 bersuci dan mengucek dengan kuat dan sungguh-sungguh. Sedangkan pada mandi 
 janabah tidak ditekankan hal tersebut. Dan hadits Ummu Salamah adalah dalil 
 bagi tidak wajibnya mengurai rambut saat mandi janabah. [13]
 
 Tujuan mengurai rambut adalah untuk meyakinkan sampainya air hingga ke dasar 
 rambut. Hanya saja pada mandi (junub) janabah masih ditolerir. Karena 
 seringnya dilakukan serta adanya kesulitan yang sangat ketika mengurainya. 
 Lain halnya dengan mandi haidh yang hanya terjadi setiap sebulan sekali.
 
 Catatan:
 Diperbolehkan bagi suami isteri untuk mandi bersama dalam satu tempat. 
 Diperbolehkan