RE: [assunnah]Mandi Junub Rasulullah
Barangkali dapat menjelaskan... Sebenarnya copy paste Abu Harits cukup jelas, tetapi memang tidak diperinci sesuai pertanyaan. 1. Apakah ketika berwudhu beliau menutup auratnya? Ketika berwudhu Rasulullah menutup auratnya dan wudhu beliau disaksikan oleh para sahabat, contohnya hadits tentang wudhu diriwayatkan oleh 'Utsman bin 'Affan Radhiyallahu anhu ‘Aku pernah melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berwudhu sebagaimana wudhuku ini, kemudian Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian shalat dua raka'at dan tidak berkata-kata dalam hati [1] dalam kedua raka'at tadi, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.’ http://almanhaj.or.id/content/754/slash/0 2. Dan, ketika mandi Maksudnya ketika mandi janabah (junub) tata caranya adalah : beliau memulainya dengan membasuh kedua tangannya. Kemudian menuangkan air dari tangan kanan ke tangan kirinya lalu membasuh kemaluannya. Lantas berwudhu sebagaimana berwudhu untuk shalat. 3. Apakah nabi menggunakan kain basahan? Penjelasan dari istri Rasulullah sepertinya cukup jelas, bahwa beliau tidak menggunakan kain basahan. Maimunah berkata : Maka aku berikan potongan kain (sebagai handuk ,-peny) tapi Beliau tidak memerlukannya, dan Beliau mengeringkan (membersihkan air dari) badannya dengan tangannya. Kemudian. Diperbolehkan bagi suami isteri untuk mandi bersama dalam satu tempat. Diperbolehkan juga bagi masing-masing untuk melihat aurat pasangannya. Berdasarkan hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma : كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ وَنَحْنُ جُنُبَانِ. “Aku dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mandi dari satu bejana. Kami berdua dalam keadaan junub. http://almanhaj.or.id/content/679/slash/0 Allahu a'lam Abinya Suhail To: assunnah@yahoogroups.com From: see_geth...@yahoo.com Date: Fri, 9 Mar 2012 14:18:49 + Subject: Re: [assunnah]Mandi Junub Rasulullah Jazakumullah untuk jawaban akh abu harits.. Tapi yang ingin ana tanyakan adalah : 1. apakah ketika berwudhu beliau menutup auratnya? Dan, ketika mandi, 2. apakah nabi menggunakan kain basahan? Ana sangat berharap ada ikhwah sekalian yang dapat menjawab pertanyaan ana. Jazaakumullah khair --- In assunnah@yahoogroups.com, Abu Harits abu_harits@... wrote: From: see_gethink@... Date: Mon, 5 Mar 2012 00:10:07 + Assalamu'alaikum . Diriwayatkan dari Maymunah r.a, dia berkata (tentang mandi junub Rasulullah s.a.w) : Rasulullah s.a.w berwudhu seperti wudhu untuk shalat, namun tanpa membasuh kedua kakinya. Beliau membasuh kemaluannya dan bagian tubuh yang terkena najis (sebelum berwudhu). Kemudian beliau menyiramkan air ke seluruh tubuhnya, lalu beliau melangkahkan kakinya dari tempat mandi. Setelah bergeser dari tempat itu beliau membasuh kedua kakinya.2 Demikianlah mandi junub Rasulullah s.a.w. (Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 249) Yang mau ana tanyakan, apakah ketika berwudhu beliau menutup auratnya? Dan, ketika mandi, apakah nabi menggunakan kain basahan? Jazaakumullah khaira katsira Ibnu Sabil Dalam lafadz shahih Bukhari no hadits 265 ada tambahan : Maimunah berkata : Maka aku berikan potongan kain (sebagai handuk ,-peny) tapi Beliau tidak memerlukannya, dan Beliau mengeringkan (membersihkan air dari) badannya dengan tangannya. Sumber : http://id.lidwa.com/app/ Tata Cara Yang Disunnahkan Ketika Mandi Dari `Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, Dahulu, jika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hendak mandi janabah (junub), beliau memulainya dengan membasuh kedua tangannya. Kemudian menuangkan air dari tangan kanan ke tangan kirinya lalu membasuh kemaluannya. Lantas berwudhu sebagaimana berwudhu untuk shalat. Lalau beliau mengambil air dan memasukkan jari-jemarinya ke pangkal rambut. Hingga jika beliau menganggap telah cukup, beliau tuangkan ke atas kepalanya sebanyak tiga kali tuangan. Setelah itu beliau guyur seluruh badannya. Kemudian beliau basuh kedua kakinya. [10] Catatan: Tidak wajib bagi seorang wanita mengurai rambutnya ketika mandi janabah (junub). Namun wajib dilakukan ketika mandi sehabis haidh. Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, Aku berkata, `Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah wanita berkepang dengan kepangan yang sulit diurai. Apakah aku harus mengurainya ketika mandi janabah? Beliau berkata: áÇó¡ ÅöäóøãóÇ íóßúÝöíúßö Ãóäú ÊóÍúËöíó Úóáóì ÑóÃúÓößö ËóáÇóËó ÍóËóíóÇÊò Ëõãóø ÊóÝöíúÖöíúäó Úóáóíúßö ÇáúãóÇÁó ÝóÊóØúåõÑöíúäó. Tidak, cukuplah engkau tuangkan air ke atas kepalamu sebanyak tiga kali. Kemudian guyurkan air ke seluruh tubuhmu. Maka, sucilah engkau. [11] Dari `Aisyah Radhiyallahu anhuma, bahwasanya Asma' bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang mandi setelah selesai haidh. Beliau lalu bersabda, Hendaklah salah seorang dari kalian mengambil air dan bidaranya lalu bersuci (yaitu berwudhu
RE: [assunnah]Mandi Junub Rasulullah
From: see_geth...@yahoo.com Date: Mon, 5 Mar 2012 00:10:07 + Assalamu'alaikum . Diriwayatkan dari Maymunah r.a, dia berkata (tentang mandi junub Rasulullah s.a.w) : Rasulullah s.a.w berwudhu seperti wudhu untuk shalat, namun tanpa membasuh kedua kakinya. Beliau membasuh kemaluannya dan bagian tubuh yang terkena najis (sebelum berwudhu). Kemudian beliau menyiramkan air ke seluruh tubuhnya, lalu beliau melangkahkan kakinya dari tempat mandi. Setelah bergeser dari tempat itu beliau membasuh kedua kakinya.2 Demikianlah mandi junub Rasulullah s.a.w. (Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 249) Yang mau ana tanyakan, apakah ketika berwudhu beliau menutup auratnya? Dan, ketika mandi, apakah nabi menggunakan kain basahan? Jazaakumullah khaira katsira Ibnu Sabil Dalam lafadz shahih Bukhari no hadits 265 ada tambahan : Maimunah berkata : Maka aku berikan potongan kain (sebagai handuk ,-peny) tapi Beliau tidak memerlukannya, dan Beliau mengeringkan (membersihkan air dari) badannya dengan tangannya. Sumber : http://id.lidwa.com/app/ Tata Cara Yang Disunnahkan Ketika Mandi Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Dahulu, jika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hendak mandi janabah (junub), beliau memulainya dengan membasuh kedua tangannya. Kemudian menuangkan air dari tangan kanan ke tangan kirinya lalu membasuh kemaluannya. Lantas berwudhu sebagaimana berwudhu untuk shalat. Lalau beliau mengambil air dan memasukkan jari-jemarinya ke pangkal rambut. Hingga jika beliau menganggap telah cukup, beliau tuangkan ke atas kepalanya sebanyak tiga kali tuangan. Setelah itu beliau guyur seluruh badannya. Kemudian beliau basuh kedua kakinya. [10] Catatan: Tidak wajib bagi seorang wanita mengurai rambutnya ketika mandi janabah (junub). Namun wajib dilakukan ketika mandi sehabis haidh. Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah wanita berkepang dengan kepangan yang sulit diurai. Apakah aku harus mengurainya ketika mandi janabah? Beliau berkata: لاَ، إِنَّمَا يَكْفِيْكِ أَنْ تَحْثِيَ عَلَى رَأْسِكِ ثَلاَثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ تَفِيْضِيْنَ عَلَيْكِ الْمَاءَ فَتَطْهُرِيْنَ. “Tidak, cukuplah engkau tuangkan air ke atas kepalamu sebanyak tiga kali. Kemudian guyurkan air ke seluruh tubuhmu. Maka, sucilah engkau.” [11] Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, bahwasanya Asma’ bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang mandi setelah selesai haidh. Beliau lalu bersabda, “Hendaklah salah seorang dari kalian mengambil air dan bidaranya lalu bersuci (yaitu berwudhu menurut penafsiran sejumlah ulama’, sebagaimana tata cara mandi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam -ed.) dengan sebaik-baiknya. Kemudian mengucurkannya ke atas kepala dan menguceknya kuat-kuat hingga ke pangkal kepalanya. Lantas mengguyur seluruh badannya dengan air. Setelah itu hendaklah ia mengambil secarik kapas yang diberi minyak misk, lalu bersuci dengannya. Asma' berkata, Bagaimana cara dia bersuci dengannya? Beliau berkata: Subhaanallaah, bersucilah dengannya. 'Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata sambil seolah berbisik, Ikutilah bekas-bekas darah itu dengannya. Dan aku (Asma’) bertanya lagi kepada beliau tentang mandi (junub) janabah. Beliau lalu bersabda: تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءً فَتَطَهَّرَ فَتُحْسِنُ الطُّهُوْرَ أَوْ تَبْلُغُ الطُّهُوْرَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتُدَلِّكُهُ حَتَّى تَبْلُغَ شُؤُوْنَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَفِيْضُ عَلَيْهَا الْمَاءَ. “Hendaklah salah seorang dari kalian mengambil air lalu bersuci (yaitu berwudhu menurut penafsiran sejumlah ulama’-ed.) dengan sebaik-baiknya atau menyempurnakannya. Kemudian menuangkan air ke atas kepala dan menguceknya sampai ke dasar kepala. Setelah itu mengguyurkan air ke seluruh badannya. [12] Dalam hadits ini terdapat perbedaan jelas antara mandinya wanita karena haidh dan karena (junub) janabah. Yaitu ditekankannya pada wanita yang haidh agar bersuci dan mengucek dengan kuat dan sungguh-sungguh. Sedangkan pada mandi janabah tidak ditekankan hal tersebut. Dan hadits Ummu Salamah adalah dalil bagi tidak wajibnya mengurai rambut saat mandi janabah. [13] Tujuan mengurai rambut adalah untuk meyakinkan sampainya air hingga ke dasar rambut. Hanya saja pada mandi (junub) janabah masih ditolerir. Karena seringnya dilakukan serta adanya kesulitan yang sangat ketika mengurainya. Lain halnya dengan mandi haidh yang hanya terjadi setiap sebulan sekali. Catatan: Diperbolehkan bagi suami isteri untuk mandi bersama dalam satu tempat. Diperbolehkan juga bagi masing-masing untuk melihat aurat pasangannya. Berdasarkan hadits ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma : كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ وَنَحْنُ جُنُبَانِ. “Aku dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mandi dari satu bejana. Kami berdua dalam keadaan junub.” [14] Selengkapnya baca di http://almanhaj.or.id/content/679/slash/0 Wallahu a'lam
Re: [assunnah]Mandi Junub Rasulullah
Jazakumullah untuk jawaban akh abu harits.. Tapi yang ingin ana tanyakan adalah : 1. apakah ketika berwudhu beliau menutup auratnya? Dan, ketika mandi, 2. apakah nabi menggunakan kain basahan? Ana sangat berharap ada ikhwah sekalian yang dapat menjawab pertanyaan ana. Jazaakumullah khair --- In assunnah@yahoogroups.com, Abu Harits abu_harits@... wrote: From: see_gethink@... Date: Mon, 5 Mar 2012 00:10:07 + Assalamu'alaikum . Diriwayatkan dari Maymunah r.a, dia berkata (tentang mandi junub Rasulullah s.a.w) : Rasulullah s.a.w berwudhu seperti wudhu untuk shalat, namun tanpa membasuh kedua kakinya. Beliau membasuh kemaluannya dan bagian tubuh yang terkena najis (sebelum berwudhu). Kemudian beliau menyiramkan air ke seluruh tubuhnya, lalu beliau melangkahkan kakinya dari tempat mandi. Setelah bergeser dari tempat itu beliau membasuh kedua kakinya.2 Demikianlah mandi junub Rasulullah s.a.w. (Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 249) Yang mau ana tanyakan, apakah ketika berwudhu beliau menutup auratnya? Dan, ketika mandi, apakah nabi menggunakan kain basahan? Jazaakumullah khaira katsira Ibnu Sabil Dalam lafadz shahih Bukhari no hadits 265 ada tambahan : Maimunah berkata : Maka aku berikan potongan kain (sebagai handuk ,-peny) tapi Beliau tidak memerlukannya, dan Beliau mengeringkan (membersihkan air dari) badannya dengan tangannya. Sumber : http://id.lidwa.com/app/ Tata Cara Yang Disunnahkan Ketika Mandi Dari `Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, Dahulu, jika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hendak mandi janabah (junub), beliau memulainya dengan membasuh kedua tangannya. Kemudian menuangkan air dari tangan kanan ke tangan kirinya lalu membasuh kemaluannya. Lantas berwudhu sebagaimana berwudhu untuk shalat. Lalau beliau mengambil air dan memasukkan jari-jemarinya ke pangkal rambut. Hingga jika beliau menganggap telah cukup, beliau tuangkan ke atas kepalanya sebanyak tiga kali tuangan. Setelah itu beliau guyur seluruh badannya. Kemudian beliau basuh kedua kakinya. [10] Catatan: Tidak wajib bagi seorang wanita mengurai rambutnya ketika mandi janabah (junub). Namun wajib dilakukan ketika mandi sehabis haidh. Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, Aku berkata, `Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah wanita berkepang dengan kepangan yang sulit diurai. Apakah aku harus mengurainya ketika mandi janabah? Beliau berkata: áÇó¡ ÅöäóøãóÇ íóßúÝöíúßö Ãóäú ÊóÍúËöíó Úóáóì ÑóÃúÓößö ËóáÇóËó ÍóËóíóÇÊò Ëõãóø ÊóÝöíúÖöíúäó Úóáóíúßö ÇáúãóÇÁó ÝóÊóØúåõÑöíúäó. Tidak, cukuplah engkau tuangkan air ke atas kepalamu sebanyak tiga kali. Kemudian guyurkan air ke seluruh tubuhmu. Maka, sucilah engkau. [11] Dari `Aisyah Radhiyallahu anhuma, bahwasanya Asma' bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang mandi setelah selesai haidh. Beliau lalu bersabda, Hendaklah salah seorang dari kalian mengambil air dan bidaranya lalu bersuci (yaitu berwudhu menurut penafsiran sejumlah ulama', sebagaimana tata cara mandi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam -ed.) dengan sebaik-baiknya. Kemudian mengucurkannya ke atas kepala dan menguceknya kuat-kuat hingga ke pangkal kepalanya. Lantas mengguyur seluruh badannya dengan air. Setelah itu hendaklah ia mengambil secarik kapas yang diberi minyak misk, lalu bersuci dengannya. Asma' berkata, Bagaimana cara dia bersuci dengannya? Beliau berkata: Subhaanallaah, bersucilah dengannya. 'Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata sambil seolah berbisik, Ikutilah bekas-bekas darah itu dengannya. Dan aku (Asma') bertanya lagi kepada beliau tentang mandi (junub) janabah. Beliau lalu bersabda: ÊóÃúÎõÐõ ÅöÍúÏóÇßõäóø ãóÇÁð ÝóÊóØóåóøÑó ÝóÊõÍúÓöäõ ÇáØõøåõæúÑó Ãóæú ÊóÈúáõÛõ ÇáØõøåõæúÑó Ëõãóø ÊóÕõÈõø Úóáóì ÑóÃúÓöåóÇ ÝóÊõÏóáöøßõåõ ÍóÊóøì ÊóÈúáõÛó ÔõÄõæúäó ÑóÃúÓöåóÇ Ëõãóø ÊóÝöíúÖõ ÚóáóíúåóÇ ÇáúãóÇÁó. Hendaklah salah seorang dari kalian mengambil air lalu bersuci (yaitu berwudhu menurut penafsiran sejumlah ulama'-ed.) dengan sebaik-baiknya atau menyempurnakannya. Kemudian menuangkan air ke atas kepala dan menguceknya sampai ke dasar kepala. Setelah itu mengguyurkan air ke seluruh badannya. [12] Dalam hadits ini terdapat perbedaan jelas antara mandinya wanita karena haidh dan karena (junub) janabah. Yaitu ditekankannya pada wanita yang haidh agar bersuci dan mengucek dengan kuat dan sungguh-sungguh. Sedangkan pada mandi janabah tidak ditekankan hal tersebut. Dan hadits Ummu Salamah adalah dalil bagi tidak wajibnya mengurai rambut saat mandi janabah. [13] Tujuan mengurai rambut adalah untuk meyakinkan sampainya air hingga ke dasar rambut. Hanya saja pada mandi (junub) janabah masih ditolerir. Karena seringnya dilakukan serta adanya kesulitan yang sangat ketika mengurainya. Lain halnya dengan mandi haidh yang hanya terjadi setiap sebulan sekali. Catatan: Diperbolehkan bagi suami isteri untuk mandi bersama dalam satu tempat. Diperbolehkan