From: luluko...@yahoo.co.id
Date: Thu, 25 Apr 2013 09:07:06 +0000



Mohon informasi, waktu-waktu doa kita di Ijabah oleh Allah berdasarkan hadis 
Shahih.
Jazakumullah khairon.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>
 
Allah memberikan keterangan waktu-waktu yang mustajabah, keadaan dan kondisi 
yang baik serta tempat-tempat mulia, yang apabila digunakan untuk berdoa akan 
menjadi sebab dikabulkan doa kita.

Waktu-waktu mustajabah itu di antaranya : 

1. Untuk pertahunnya, yaitu do’a di hari Arafah, waktu-waktu di al Masy’aril 
Haram bagi haji, malam lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

2. Untuk perbulannya, yaitu bulan Ramadhan, terlebih pada sepuluh hari terakhir.

3. Untuk perpekannya, yaitu hari Jum’at antara duduk imam di atas mimbar sampai 
selesai shalat, satu waktu pada hari Jum’at dan ada yang menyatakan pada akhir 
waktu Ashar hari Jum’at.

4. Untuk perharinya, yaitu pada waktu menjelang fajar, sepertiga akhir malam.

Adapun keadaan dan kondisi yang dianjurkan untuk berdoa, di antaranya ialah : 
doa ketika para mujahidin bertempur di jalan Allah, ketika turun hujan, setelah 
wudhu, ketika adzan, antara adzan dan iqamah, ketika iqamah shalat wajib, 
keadaan sujud, ujung (akhir setiap shalat wajib), saat sedang berpuasa, ketika 
berbuka, doa orang yang berhaji sampai pulang, doa orang terzhalimi, doa imam 
yang adil, setelah membaca al Qur`an, dalam majlis ilmu, dan lainnya.[1]

Ini semua dapat digunakan untuk mendoakan kedua orang tua, mendoakan anak dan 
doa apa saja sesuai dengan kebutuhannya.

Sedangkan keadaan seorang hamba yang terdekat dengan Allah, yaitu waktu sujud. 
Diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahih-nya dari hadits Abu Hurairah, beliau 
berkata : 

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقْرَبُ مَا 
يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 
“Sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Rabb-nya adalah dalam keadaan dia sujud, 
maka perbanyaklah doa.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan, keadaan tersebut termasuk 
sarana dikabukan doa kita, seperti diriwayatkan Imam Muslim dan an Nasa-i, dari 
hadits Abdullah bin Abbas, beliau berkata:

كَشَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السِّتَارَةَ وَالنَّاسُ 
صُفُوفٌ خَلْفَ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ 
إِنَّهُ لَمْ يَبْقَ مِنْ مُبَشِّرَاتِ النُّبُوَّةِ إِلَّا الرُّؤْيَا 
الصَّالِحَةُ يَرَاهَا الْمُسْلِمُ أَوْ تُرَى لَهُ ثُمَّ قَالَ أَلَا إِنِّي 
نُهِيتُ أَنْ أَقْرَأَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا 
فِيهِ الرَّبَّ وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ قَمِنٌ أَنْ 
يُسْتَجَابَ لَكُمْ

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membuka sitar dan orang-orang berbaris 
di belakang Abu bakar. Lalu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata : 
“Wahai manusia, sungguh tidak sisa dari berita kenabian kecuali mimpi yang 
bagus yang dilihat seorang muslim atau terlihat,” kemudian (beliau Shallallahu 
'alaihi wa sallam) berkata,”Ketahuilah, aku dilarang membaca al Qur`an dalam 
keadaan ruku’ dan sujud. Adapun ruku’, maka agungkanlah Rabb kalian; sedangkan 
sujud, maka bersungguh-sungguhlah memperbanyak doa, karena pantas untuk 
dikabulkan.”

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun IX/1426H/2005M Diterbitkan 
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton 
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
_______
Footnote
[1]. Diringkas dari kitab Tashhih ad Do’a, karya Bakar bin Abdillah Abu Zaid.


WAKTU ANTARA ADZAN DAN IQAMAT

Di antara waktu yang sering kita sia-siakan adalah waktu antara adzan dan 
iqamat. Siapa pun yang menggunakan waktu antara adzan dan iqamat untuk membaca 
Al-Qur-an, baik mengulang hafalannya maupun menghafalkannya, niscaya ia akan 
banyak menghafalkan Al-Qur-an. Gunakan juga waktu antara adzan dan iqamat untuk 
berdo’a, sebab do’a pada waktu ini tidak ditolak. Sebagaimana sabda Nabi 
shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

لَا يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ.

“Tidak ditolak do’a antara adzan dan iqamat.” [1]

Seandainya kita menggunakan waktu antara keduanya, bukan saja karena 
berharganya waktu ini, tetapi juga ingin mendapatkan pahala bersegera menuju 
shalat, maka kita akan mendapatkan banyak manfaat berupa ketenangan jiwa dan 
raga, selain manfaat mendapatkan ilmu.

Berusahalah dengan sungguh-sungguh, setelah mengikhlaskan niat karena Allah 
Ta’ala, untuk menggunakan waktu dengan hal-hal yang bermanfaat seperti membaca, 
menulis, muraja’ah, mudzakarah, dan lainnya.[2] 

[Disalin dari buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga “Panduan Menuntut Ilmu”, 
Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 – 
Bogor 16001 Jawa Barat – Indonesia, Cetakan Pertama Rabi’uts Tsani 1428H/April 
2007M]
_______
Footnote
[1]. HR. At-Tirmidzi (no. 212, 3595), Ahmad (III/119, 155, 225), an-Nasa-i 
dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 67, 68, 69), Ibnu Khuzaimah (no. 425, 426, 
427). Lihat penjelasan Imam Ibnul Qayyim rahimahullaah tentang hal ini dalam 
Shahiih al-Waabilish Shayyib (hal. 182-185) dan Zaadul Ma’aad (II/391-392).
[2]. Dinukil dari Ma’aalim fii Thariiq Thalabil ‘Ilmi (hal. 43-45), secara 
ringkas dan sedikit tambahan.
 
Selengkapnya baca di 
http://almanhaj.or.id/content/2050/slash/0/kapan-waktu-berdoa/
 
Silakan baca juga:
http://almanhaj.or.id/content/3550/slash/0/baik-dan-halal-adalah-syarat-diterimanya-doa/
http://almanhaj.or.id/content/3149/slash/0/ramadhan-bulan-berdoa/
 
Wallahu Ta'a A'lam



                                          

Kirim email ke