Syukran share-nya yang bermanfaat (meski URL sumbernya kurang lengkap). Saya ikut berkomentar, sayangnya belum ada alat ukur yang pasti (atau kah sudah ada tapi saya belum tahu?) apakah kandungan MSG di dalam tubuh kita sudah melewati ambang batas atau belum, kecuali jika sudah mudah terkena penyakit berkaitan dengan MSG ini seperti migran hingga vertigo, radang kerongkongan, sampai yang terparah tumor hingga kanker, baru lah pantang MSG atas saran dokter.
Masakan di rumah sudah dibuat oleh sang istri tanpa MSG dengan perpaduan gula-garam yang tepat atau dengan kemiri, tapi bagaimana dengan jajanan si suami di luar apakah takaran MSG sudah sesuai atau tidak oleh penjual makanan. Belum lagi si anak, sudah dibuatkan bekal ke sekolah tetap saja beli/dikasih snack ber-MSG karena pengaruh teman sekolahnya yang beli di kantin. Andy Sent from my BlackBerry? via Smart 1x / EVDO Network. Smart.Hebat.Hemat. -----Original Message----- From: "Agus Wahyu Sudarmaji" <aguswa...@transtv.co.id> Sender: assunnah@yahoogroups.com Date: Mon, 26 Mar 2012 14:26:36 To: <assunnah@yahoogroups.com> Reply-To: assunnah@yahoogroups.com Subject: [assunnah] Penyedap Rasa [MSG] Bisa Tidak Halal? Penyedap Rasa Bisa Tidak Halal? Assalamu'alaikum Pak Anton, saya ingin bertanya mengenai penyedap rasa berupa vetsin ataupun MSG lainnya. Apa sih sebenarnya yang menjadi bahan dasar pembuat penyedap tersebut? Mengapa beberapa waktu yang lalu sempat heboh dengan adanya kasus penyedap tidak halal? Saya juga mendapat informasi melalui bacaan maupun seminar kesehatan bahwa MSG dapat berakibat buruk pada kesehatan, misalnya menyebabkan sakit kepala (sindrom rumah makan cina), apakah benar? Apa penyebabnya? Di rumah, ibu kami sangat senang memasak dengan menggunakan MSG, kurang sedap katanya kalau tidak pakai. Mengingat sisi negatif MSG tersbut, apakah ada bahan pengganti bagi MSG supaya masakan bisa tetap sedap? Terima kasih atas penjelasannya. Nani, Jakarta Jawaban: Wa'alaikumsalam Wr. Wb. Vetsin seperti MSG dan sejenisnya biasanya dibuat dengan cara fermentasi yaitu dengan memanfaatkan mikroorganisme yang mampu mengubah bahan baku (substrat) menjadi asam glutamat (dalam kasus pembuatan MSG). Asam glutamat ini kemudian diubah menjadi mono sodium glutamat (MSG) dengan cara kimia. Mula-mula mikroorganisme (disebut juga dengan starter) yang khusus dapat menghasilkan asam glutamat diaktifkan dulu (direngenerasi atau disegarkan) dengan cara ditumbuhkan dulu dalam suatu media (tempat tumbuh bakteri yang berisi makanan bakteri), agar si bakteri ini bisa tumbuh dengan normal dimana sebelumnya dia berada dalam kondisi yang tidak normal, dalam bentuk kering misalnya, sehingga perlu pengkondisian dulu agar tumbuh normal. Setelah itu si bakteri diperbanyak secara bertahap, lagi-lagi si bakteri ditumbuhkan dalam media yang sesuai dimana perbanyakan dimulai dari kapasitas perbanyakan rendah sampai tinggi. Setelah itu si bakteri siap untuk memproduksi asam glutamat dengan menggunakan media yang mengandung bahan kaya gula (sebagai substrat). Bahan kaya gula yang digunakan sebagai substrat dalam pembuatan MSG ini biasanya adalah campuran molases (hasil samping industri gula) dan hasil hidrolisis pati (seperti pati jagung) dengan menggunakan enzim. Yang menjadi titik kritis kehalalan MSG adalah media yang digunakan dalam pembuatannya, tidak selalu menggunakan bahan yang halal. Jika media yang digunakan mengandung bahan yang tidak halal maka MSG yang dihasilkan pun menjadi tidak halal pula. Inilah yang pernah terjadi dengan MSG yang diproduksi oleh PT Ajinomoto dimana pada suatu saat di tahun 2000, selama 3 bulan, PT Ajinomoto menggunakan Bactosoytone pada media yang digunakan pada tahap penyegaran bakteri. Setelah diperiksa MUI bahan baku pembuatan Bactosoytone adalah kacang kedele yang dihidrolisa dengan menggunakan enzim dimana enzim yang digunakan salah satunya adalah enzim yang berasal dari babi, akibatnya si enzim tersebut ada di Bactosoytone sehingga status Bactosoytone adalah haram. Dengan demikian, MSG yang dibuat dengan menggunakan Bactosoytone sebagai bahan media pada tahap penyegaran bakteri tersebut menjadi haram. Jika hanya dilihat di produk akhirnya saja yaitu MSG jelas enzim babi tidak akan terdeteksi karena seperti dijelaskan diatas proses pembuatan MSG tahapannya panjang, akan tetapi komisi fatwa MUI memutuskan haram MSG tersebut karena dua hal yaitu karena adanya pencampuran bahan halal dengan bahan haram (ikhtilat) dan adanya pemanfaatan unsur haram (intifa'). Alhamdulilah setelah temuan penggunaan Bactosoytone di PT Ajinomoto tersebut, PT Ajinomoto mengganti Bactosoytone dengan bahan lain yang halal, itulah sebabnya maka sekarang MSG Ajinomoto telah dinyatakan halal oleh MUI. Issue bahwa MSG membahayakan kesehatan itu sebetulnya menyesatkan karena yang sebenarnya badan-badan dunia yang berwenang dalam menilai keamanan bahan pangan seperti FDA USDA dan JECFA WHO/FAO telah menyatakan bahwa MSG aman dikonsumsi dalam batas yang normal digunakan (tidak berlebihan). Batas maksimum konsumsi MSG sendiri ada yang menyatakan 15 gram (kira-kira satu sendok teh penuh) per orang per hari, ada juga yang menyatakan 3 gram per orang per hari. Walaupun demikian memang benar bahwa pada beberapa orang tertentu ada yang sensitif terhadap MSG sehingga menimbulkan dampak sakit kepala (sindrom masakan Cina), hal inipun diakui oleh badan dunia yang disebutkan diatas, jelas orang yang sensitif tersebut tidak dibolehkan mengkonsumsi MSG. Masalah lainnya, konsumsi MSG di kita bisa jadi memang melebihi batas maksimum yang dianjurkan karena banyak masakan dan produk pangan yang menggunakan MSG disamping penggunaan MSG oleh konsumen juga seringkali berlebihan (perhatikan penggunaan MSG pada jajanan bakso, konsumen kadang menambah MSG yang sebelumnya sudah ditambahkan oleh si penjual). Tentu saja, jika penggunaannya berlebihan akan menimbulkan dampak kesehatan yang tidak baik. Disamping itu, sebetulnya MSG tidak diperlukan bagi sebagian besar jenis masakan Indonesia. Fungsi MSG adalah menambah rasa lezat makanan-makanan tertentu, khususnya yang berdaging. Akan tetapi kebanyakan masakan Indonesia sudah lezat tanpa penambahan MSG, jadi penambahan MSG bisa jadi tidak perlu. Oleh karena itu sebaiknya tidak lagi menggunakan MSG dalam membuat masakan karena khawatir penggunaannya berlebihan, akibatnya konsumsi MSG juga berlebih sehingga bisa menimbulkan dampak kesehatan yang tidak diinginkan. Banyak cara untuk membuat masakan lezat, penggunaan jamur misalnya dapat menambah lezatnya masakan. Keseimbangan rasa asin dan manis (penggunaan garam dan gula yang pas) juga dapat meningkatkan rasa lezat. http://groups./Halal-Baik-Enak/message/14688 ------------------------------------ Website anda http://www.almanhaj.or.id Berhenti berlangganan: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com Ketentuan posting : http://milis.assunnah.or.id/aturanmilis/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/assunnah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: assunnah-dig...@yahoogroups.com assunnah-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: assunnah-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/