All parents

Ini aku punya kumpulan diskusi ttg MMR vs autism dr
milis sehat.
Smoga bisa bikin pencerahan yah…
Autisme tuh gangguan perkembanmgan yg kompleks yang
biasanya ditandai dg tidak adanya kontak sosial dg
sekitanrnya.. Autisme ini penyebabnya genetik bs jd
ini sudah tjd saat proses kehamilan n  bukan krn
vaksin MMR... tapi nih anak yg udah ada bakat atau
punya gen autism emg sebaiknya ditundA DULU PEMBERIAN
VAKSIN MMRNYA 

Anakku udah dpt MMr pas umur 18 bln..agak telat sih
soanya di SMG susah ada dokter yg mau ngasih...wkt
dulunya

Uci mamaKavin+Ija
http://oetjipop.multiply.com


----- Original Message ----- 
From: "segaintil" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Friday, July 08, 2005 3:44 AM
Subject: [sehat] Re: Artikel "Deadly Immunity" (Robert
F. Kennedy Jr.) : 
tentang vaksin pemicu autis

Kami di eropa engga terpengaruh kok dengan berita
beginian. Saya 
malah tahunya dari milis milis Indonesia, antara yang
suka 
disebarluaskan oleh Ibu Ines Indrati Mulyawan (saya
letakkan di 
bawah ini). 

Menyoal autisme angkanya sangat tinggi, dari laporan
Prof Buitelaar 
(psikiater dari Universitas Utrecht - Nijmegen) yang
tengah 
mempersiapkan kriteria baru autisme untuk DSM VI, hal
itu disebabkan 
karena kriteria DSM IV bisa menyikat banyak anak-anak
dengan 
perkembangan lain (bukan autisme) terdiagnosa autisme.
Dan 
kesalahannya bisa sangat tinggi. lagipula menurut
teman-teman di 
Amerika untuk anak-anak late talker, yang ternyata
cocok dengan 
kriteria, maka jika ingin mendapatkan intervensi maka
diagnosa yang 
digunakan seringkali juga autisme. jadi menambah angka
itu. Untuk 
jelasnya, Prof Buitelaar akan berkunjung ke Jogja
bulan November, 
dan akan bicara tentang deteksi dini dan masalah
diagnosa autisme. 

Di Eropa beberapa waktu lalu juga ada kelompok yang
menamakan 
dirinya Coalition of Health Freedom (asalnya dari
Amerika), isinya 
bakul nutrisi natur, food supplement, homeoptahy,
obat-obatan natur 
dan pedagang MLM-nya. Kerjanya ngirim berita begituan.
Tapi karena 
sekarang engga pernah muncul lagi, karena bisa dicomot
polisi dan 
dituduh melakukan penipuan, pengacauan dlsb. Yang
menjadi bentengnya 
adalah kelompok (LSM) Stichting tegen de
kwaakzalvernij (Against 
Health Fraud) yang di Indonesia belum ada.

Salam,
Julia Maria


---------------------------------------------------

----- Original Message ----- 
From: "Purnamawati" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Friday, July 08, 2005 6:34 AM
Subject: Re: [sehat] Re: Artikel "Deadly Immunity"
(Robert F. Kennedy Jr.) : 
tentang vaksin pemicu autis

Dear Ibu Yulia
Thanks a lot
Sangat berarti sharing Ibu Yulia

Memang kriteria DSM itu tinggi "false positive nya"
Saya prihatin atas dua hal;
Pertama, angka cakupan imunisasi akan terus menurun
dan dampaknya buesar 
sekali .. bukan hanya pada anak ybs melainkan juga
terhadap lingkungannya...
Kalau satu anak campak .. kan anak di lingkungannya
berisiko

Keprihatinan kedua ... anak-anak dilabel paksa seolah
ada kelainan .. 
dipaparkan pada berbagai bentuk intervensi yang
traumatik, suplemen yang 
mahal. Merteka kehilangan childhood innocence and
spontaneity
Dirampas Hak nya

Coba kalau kita tanya pada anak ...
Nak ... coba kamu pilih ...
Mau diimunisasi atau tidak?
Saya yakin ... kalau mereka bisa membuat keputusan ..
jawabannya adalh ... 
Bunda ... saya tidak mau sakiit

Love
wati

-------------------------------------------------

----- Original Message ----- 
From: "segaintil" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Friday, July 08, 2005 2:18 PM
Subject: [sehat] Re: artikel "Deadly Immunity" yang
ditulis oleh Robert F. 
Kennedy Jr

Dear semuanya,

Barangkali begini caranya untuk menyaring berita.

Kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa itu autis.
Penyebab autis hingga kini masih tidak diketahui,
terus saja menjadi 
bahan perdebatan. Namun Saat ini sudah ada konsensus
dunia dan sudah 
masuk ke dalam berbagai jurnal kedokteran, bahwa
genetik membawa 
peranan besar. Artinya waktu anak itu lahir, dia sudah
membawa BLUE 
PRINT dari kromosomnya yang menggariskan ia  akan
menjadi anak yang 
seperti apa.

(Dongeng sedikit, beberapa kali saya bicara di
forum-forum seminar, 
kongres dan diskusi sharing, banyak orang tua anak
autis yang marah 
kalau saya menyampaikan hal ini, katanya: "kalau
genetis, mana 
buktinya, kita orang tuanya engga ada yang autis kok".
Engga begitu 
cerita, masalah autis bukan kayak kulit bule atau
item, bapaknya 
bule ibu bule anak bakal bule. Gangguan autisme adalah
gangguan 
majemuk, yang gangguannya bisa dibawa dari mana-mana
generasi 
sebelumnya, dan kebetulan secara mozaik berada dalam
kromosom 
berkumpul dalam anak tersebut). 

Oke, kalau itu setuju saya teruskan.

Karena sejak tahun 1994 angka autisme meingkat hebat,
ini gara-gara 
diluncurkannya kriteria diagnosa autisme DSM IV dari
Amerika yang 
ternyata (seperti Dr Wati juga katakan), banyak False
positive-nya. 
Apalagi autisme sebetulnya adalah kondisi yng sangat
jarang, yaitu 4 
dari 10.000 anak yang lahir. Tetapi saat balita,
banyak anak yang 
perkembangannya mirip mirip autisme (anak late takler,
anak visual 
learner, anak jenius, anak bergangguan processing
informasi - CAPD 
namanya, anak mental retarded, dan gangguan
perkembangan lainnya) 
semua cocok jika diconteng dengan kriteria autisme DSM
IV tea. Lalu 
di dunia ini ahli autisme sangat jarang sekali,
apalagi kalau memang 
negara itu tidak punya lembaga/rumah sakit khusus
autisme. Gara-gara 
populernya dan gampangnya nyonteng kriteria autisme
ini, maka  
angkanya meledak ledak sampai beritanya di US 1 : 150
(kalau tinggi 
begini tentunya negara itu sudah membuat tindakan
pemberantasan 
autisme, ini kok departemen kesehatannya US engga?).
Dan negara lain 
juga ikut-ikutan angkanya tinggi. (Sebetulnya di Eropa
sudah diralat 
ralat terus terusan.... jangan menggunakan DSM IV
untuk anak-anak 
sebab nanti anak bukan autisme ketimpa juga, karena
anak balita 
tengah berkembang, tapi ada kelompok yang nguplek
dalam intervensi 
dini malah minta diagnosa sedini mungkin, padahal
kriteria untuk 
anak sedini mungkin itu susah banget membuatnya
apalagi menegakkan 
diagnosanya kecuali yang parah banget). 

Sedang anak-anak yang mempunyai gejala autisme tetapi
gejalanya 
tidak penuh dikelompokkan ke dalam PDDNOS dan satu
payung dengan 
autisme dengan nama PDD, yang kemudian menjadi sebuah
kontimum 
disebut autisme spektrum disorder (ASD). Nah karena
dalam 
perkembangan anak itu sangat fluktuatif dan
berubah-ubah terus, 
anak  yang berada dalam kontinum itu tempatnya akan
berubah-ubah, 
maka batas antara autisme beneran dan autis autisan
sudah gak jelas 
lagi, jadi orang juga menjadi bingung sendiri,
akhirnya diberi nama 
saja semua autisme, dan penanganannya juga bingung
maka 
penanganannya ya kasih saja autisme semua.  Jadi angka
autisme jadi 
tinggiiiii banget karena yang autis autisan juga masuk
(dan 
seringkali di atas 5 tahun ganti sarung bukan autisme
lagi). 
(Refffoot ya ceritanya).

Karena tadi dikatakan genetis, seharusnya hal ini juga
bisa 
dibuktikan dengan penelitian biososiologi dan
antropo-genetika, 
artinya dicari bagaimana gen itu turun temurun, tapi
sampai sekarang 
susah diketemukan, karena autisme adalah sekumpulan
gejala majemuk 
yang kombinasinya mozaik kebetulan berkumpul di satu
anak itu. Jadi 
kombinasi itu datangnya dari mana-mana sulit
diketahui, sebab kalau 
seseorang di atasnya (om tante, nenek uwak dlsb) hanya
membawa satu 
kombinasi, maka ia bukan jadi autis sepentil atau
secuil, tetapi 
gambarannya menjadi gangguan lainnya. 

Cara lain adalah dengan memeriksa DNA-RNA (faktor yang
membawa 
sifat) dalam gen penderita autisme. Tapi sampai saya
ikutan kongres 
internasional di Bld soal ini tahun lalu, seluruh ahli
genetika yang 
meneliti ini belum bisa menemukan gen mana yang
sesungguhnya 
berperanan. Karena sekali lagi, autisme adalah
kumpulan gangguan 
yang majemuk dan mozaik. Mozaik artinya setiap anak
penyandang 
autisme akan mempunyai gejala yang berbeda-beda,
domain perkembangan 
apa yang parah dan ringan, dan pada facet apa...
masing masing beda. 
Walau begitu para ahli genetika yakin bahwa masalah
genetis lah yang 
membuat perkara, karena sudah banyak pengalaman di
banyak negara 
negara di Eropa yang sudah mendirikan panti panti
autisme sejak 
tahun 1930-an, dan literaturnya tersebar dalam bahasa
bahasa Eropa 
berpuluhan tahun, menunjukkan bahwa autisme ini akan
disandang 
seumur hidupnya. 

Karena  penyebabnya sampai sekarang masih belum jelas,
maka banyak 
orang ribuuuttt dengan penyebabnya. Sebab autisme ini
sering tidak 
nampak nyata saat bayinya. Kecuali yang parah-parah
banget dan 
mental retarded, berbagai gangguan fisiknya &
psikologisnya bisa 
terlihat, jadi ada kelompok yang menuding penyebabnya
dari luar, 
kayak teori otak keracunan makanan (Gut-brain pathway
teori - yg 
sebetulnya teori kuno sudah dikubur dan kini dipakai
rame rame oleh 
para pengobat natur), vaksin, obat-obatan, polusi,
sampai sampai 
tambalan amalgam juga kena tuduh tanpa menjelaskan
bahwa mercury yg 
digunakan dalam amalgam sudah berubah menjadi metal
mercury yang gak 
mungkin lagi diserap tubuh.

Artinya di dunia ini ada dua kelompok yang percaya
pada penyebab, 
yaitu kelompok genetika, dan kelompok non genetika
(makanan, polusi, 
obat, vaksin, dll). Mereka berkelahi nih. Sedang
kelompok non 
genetika ini banyak juga kelompoknya masing masing
akan bersitegang 
akan kebenaran "teorinya" (natur vs nurtur). Tapi ada
juga kelompok 
lain, yang mengakui genetis tapi... kalau tidak ada
pencetusnya 
katanya (makanan, vaksin, polusi dslb) maka autisme
tidak akan 
muncul.  
Ada juga dokter yang mengkombinasi dengan pengetahuan
kedokteran 
alternatif, kayak homeopathy, dokter ini dokter terapi
alternatif, 
biasa yang dibicarakan adalah masalah gangguan sistem
imunitas (ini 
adalah prinsip homeopathy). 

Kelompok non-genetika (nurtur) tadi wira-wiri saja
kerjanya, dari 
satu teori nurtur satu ke teori nurtur lain. Hari ini
bilang 
penyebabnya makanan, hari lain bilang penyebabnya
vaksin, hari lain 
bilang penyebabnya polusi. Sampai saat ini semua teori
penyebab non-
genetika juga belum pernah ada yang bisa diterima oleh
himpunan ahli-
ahli dalam kedokteran, karena belum ada bukti
empiriknya.

Tetapi pasaran terapinya sudah rameee... buanyak
banget,juga 
pencegahannya ,  yang akhirnya juga jadi kacau. Banyak
yang 
menawarkan semua teori & pengobatan dicoba saja....
zoektocht... 
pencarian katanya (namanya juga orang tua demi anak
apapun dilakukan 
tanpa terasa sudah melakukan abusing terhadap
anaknya). Apalagi jika 
masyarakat banyak dicekoki oleh berbagai teori yang
tak bertanggung 
jawab, dan menempatkan para orang tua sebagai korban
medik... ya 
beres deh... orang tua yang bukan dokter, hanya dengan
satu kasus 
anaknya yang juga belum tentu autis betulan (karena
banyak salah 
diagnosa) bisa menjadi aktivis ini, bisa bikin gonjang
ganjing dunia 
orang tua. Apalagi yang dokter, malah dikejar kejar
jadi aktivis 
ini, lha.... soalnya  ada bonusnya jeee... (dari
pabrik nutrisi, 
food supplement, jenis vaksin baru, dlsb). Lagi pula
modul modulnya 
untuk ini banyak, dibuat sengaja oleh koalisi koalisi
itu dan 
dikirim, dicetak, dipublikasi untuk mencapai sasaran
dan kehendaknya 
(politik, dagang obat alternatif, obat natur, food
supplement, 
eksperimen gelap  dimana tak terasa pasien dijadikan
objek 
eksperimen tanpa bilang bilang... mau aja jee... wong
bingung). 

Saya sudah bertahunan berkecimpung dalam masalah salah
diagnosa dan 
penanganan autisme ini, seringkali ngenes banget,
melihat dunia ini 
kok amburadul, kasihan para orang tua inosens, cuma
dibikin bingung. 
Ah... ah....!Kenapa ya kok bisa begini?

Salam,
Julia Maria van Tiel


------ Original Message ----- 
From: "Purnamawati" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, July 07, 2005 10:30 PM
Subject: [sehat] pedihnya saya, sengsaranya anak
indonesia

Dear Ibu Yulia dan Nensi
Thanks a lot Ibu Yulia
I really appreciate your comment

Ibu Nensi ...
Saya kok prihatin banget
Di tengah maraknya polio, campak, rubella, lalu
gondongan ... masih saja ada 
upaya-upaya anti vaksinasi

Ibu Nensi ... 
Kasihan kan anak-anak Indonesia ... menderita lahir
batin
Kasihan kan orang tua nya ... kebingungan dan
kehilangan enersi 
Ketika banyak pihak berupaya sebisanya untuk melakukan
upaya promotif 
mensukseskan program imunisasi ... dalam skala sekecil
apapun ...
Katakanlah Ibu Nensi tidak setuju dengan program
imunisasi ... sebaiknya Ibu 
konsentrasi saja di "habitat" ibu yang memang sudah
kadung anti imunisasi ... 

Ibu Nensi
Bagaimana bila anak-anak yang tidak diimunisasi lalu
cacat, atau di usia 
sekolah dasar menderita komplikasi lambat measles
dalam bentuk SSPE lalu 
meninggal, dst dst
Bisakah ibu menjawab ketika mereka lalu mempertanyakan
: "mengapa ibu 
"menakut-nakuti" orang tua saya?"

Ibu Nensi ... kejadian itu kan tahun 2000 ... selama 5
tahun banyak yang bisa 
diperbuat kalau memang vaksinasi berbahaya. Percayakah
ibu bahwa kebenaran bisa 
ditutup-tutupi .. apalagi ketika menyangkut nyawa
manusia ... apalagi ketika 
menyangkut nyawa anak-anak ...
Pasti yang menutup-nutupi sudah diajukan ke sidang HAM
internasional ... atas 
tuntutan kriminalitas tingkat tinggi ...

Dear beloved SP
Saya lelah sekali ...
KONIKA, lalu di Jakarta banyak hal mesti saya
kerjakan, belum lagi memikirkan 
kelangsungan jangka panjang grup sehat, meeting
seharian tadi ..besok ke Batam 
...
Minggu depannya lagi ke Kaltim
Sebetulnya saya sudah telp Luluk minta ijin absen
milis (email tetap dipantau) 
selama 2 minggu ... tetapi saya TIDAK TAHAN membaca
email2 yang seperti cuci 
otak agar kalian anti imunisasi
Please be wise
Please try to get balanced information
Please try to see both sides, manfaat nya harus
dilihat jangan cuma melihat 
sisi jeleknya saja .. apalagi ketika sisi jeleknya
"rekaan" ...

I have faith on you
I know that you are all too smart to be "fooled" by
such a sensational issue
Kalian terlalu bijak dan terlalu cerdas untuk bisa
dikelabui berita2 sensasional

Cinta saya 
Hormat saya 
buat kalian,
buat anak2 kalian

wati

----- Original Message -----
From: Reyna Miranda
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, March 22, 2005 5:57 PM
Subject: Re: [berbadan-dua] FAQs (frequently asked
questions) about MMR V
accine & Autism


dear mom...

apanya ya yang berhati-hati? :))
WHO itu bukannya internasional punya dan kiblat medis
dunia? saya lebih
berpegang pada situs2 yang bisa di ambil kebenarannya
daripada ambil dari
situs2 lain yang ngga genah.. :))

setau saya, saya kirim selalu menyertakan situs-situs
yang berhubungan dan
memperkuat statement2 tersebut.. statement dari dokter
wati hanya satu dari
banyak suara yang berkepentingan di indonesia yang
menyerukan hal yang
sama.

kan mbak bisa liat sendiri di :

1. www.who.int : coba liat disini
http://www.who.int/vaccine_safety/topics/mmr/mmr_autism/en/
:  Based on the
extensive review presented, GACVS concluded that no
evidence exists of a
causal association between MMR vaccine and autism or
autistic disorders.
http://www.who.int/vaccine_safety/topics/mmr/mmr_autism/en/
http://www.who.int/vaccine_safety/topics/thiomersal/en/

kalo masih blom puas, mo ubek-ubek lagi silahkan klik
disini :
http://search1.who.int/search?ie=utf8&site=who_main&client=who_main&proxysty
lesheet=who_main&output=xml_no_dtd&oe=utf8&q=MMR+and+autism&btnG.x=23&btnG.y
=7&btnG=Submit


2. www.cdc.gov (centers for disease control and
prevention) :
http://www.cdc.gov/nip/vacsafe/concerns/autism/cadata.htm
:  A follow-up
analysis of the data published in 2001 showed that
there is no association
between autism rates in California and the proportions
of young children in
this state who have received Measles Mumps Rubella
(MMR) vaccine.
http://www.cdc.gov/nip/vacsafe/concerns/autism/autism-mmr.htm
di CDC ini
ada situs Autis nya :  Current scientific evidence
does not support the
hypothesis that measles-mumps-rubella (MMR) vaccine,
or any combination of
vaccines, causes the development of autism, including
regressive forms of
autism.
http://www.cdc.gov/nip/vacsafe/concerns/gen/multiplevac.htm

kalo masih belum puas, mo ubek-ubek juga silahkan klik
disini :
http://www.cdc.gov/search.do?action=search&queryText=mmr+&x=0&y=0

3. www.idai.or.id yang menganjurkan vaksinasi MMR..
IDAI itu singkatan dari
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA.. :)) jadi bukan dokter
wati aja kan ya.. :)
soalnya pasti ada ribuan dokter anak di indonesia..
dan sebagian sayangnya
masih terjebak dalam issue autis dan MMR padahal
sumber terpercaya
internasional yaitu WHO dan UNICEF sendiri telah
memberikan statement bahwa
autis tidak berhubungan dengan MMR or HIB

4. http://www.aventispasteur.co.id

jadi sebetulnya kalo mo kilah-kilah.. ato
debat-debat.. ya silahkan aja
klaim/ sue WHO, CDC, UNICEF dan badan-badan kesehatan
dunia lainnya

Beberapa kumpulan jawaban dari ortu yang anak2 mereka
telah di imunisasi
MMR dan tentu saja.. pendapat dokter purnamawati :))
Mudah-mudahan dibaca
ya,
soale ini kan dalam bahasa indonesia.. jadi moms/ dads
dan moms/ dads to
be.. bisa pertimbangkan lagi.. hmmm... mbak nensi
minta satu pendapat
dokter selain dokter wati di indo yang dipublish? coba
baca kiriman nya ibu
ade dibawah ini ya.. ada pendapat dari dokter erawan


NAH ITU TADI BUAT YANG MASIH JUGA MERAGUKAN IMUNISASI

ini artikelnya :

Vaksinasi MMR tidak Menyebabkan Autisme



LONDON -- Vaksinasi MMR (measles, mumps, dan rubella)
untuk penyakit
campak, gondongan, dan rubella tidak terbukti
menyebabkan autisme. Temuan
Institute of Psychiatry ini sejalan dengan fakta tetap
meningkatnya jumlah
penderita autisme meski vaksinasi campak, gondong, dan
rubella itu tidak
lagi diberikan.

Meski didukung dengan bukti yang kuat, temuan terbaru
ini tidak serta merta
dipercayai para pengkampanye autisme. Mereka ingin
melihat lebih banyak
bukti sebelum meyakini keamanan suntikan MMR.
''Sebetulnya, temuan kami
secara jelas telah mengungkap tidak adanya kaitan
antara autisme dengan
vaksinasi MMR,'' jelas Profesor Michael Rutter dari
Institute of Psychiatry
kepada BBC.

Kekhawatiran akan adanya hubungan antara autisme
dengan vaksinasi MMR
mencuat di tahun 1998. Itu terjadi setelah hasil
penelitian Dr Andrew
Wakefield diterbitkan di Lancet. Wakefield
menyimpulkan MMR dapat memicu
terjadinya autisme. Kendati demikian, sejauh ini belum
ada satu pun
penelitian yang pernah membuktikan keterkaitan
tersebut. Umumnya, para
pakar yakin vaksin MMR aman. Keyakinan itu rupanya
tidak membuat warga
Inggris merasa lebih aman. Hingga kini, masih banyak
yang menolak untuk
divaksinasi MMR.

Sementara itu, untuk membuktikan tidak adanya hubungan
antara vaksin MMR
dan autisme, Rutter dan rekan memantau tingkat autisme
pascapenarikan
vaksin MMR. Jepang menarik pasokan vaksin MMR setelah
mempertimbangkan
kemungkinan turunan vaksin gondong yang terkandung
dalam vaksin MMR terkait
dengan kasus meningitis. Jepang pun akhirnya memilih
memberikan vaksin
terpisah bagi warganya.

Sejak pasokannya ditarik, pemberian vaksin MMR turun
drastis. Program
vaksinasi yang ditujukan untuk anak berusia satu tahun
itu di tahun 1988
diikuti oleh 69,8 persen anak. Persentasenya merosot
menjadi 33,6 persen di
tahun 1990. Dua tahun kemudian, 1992, anak yang
menerima vaksinasi MMR
hanya 1,8 persen. Peneliti dari Yokohama
Rehabilitation Center dan
Institute of Psychiatry kemudian mempelajari spektrum
autisme pada 31.426
anak yang usianya maksimal tujuh tahun dengan tahun
kelahiran 1988 hingga
1996.

Penelitian yang dipublikasikan pula di Journal of
Child Psychology and
Psychiatry ini membuktikan jumlah kasus autisme terus
meningkat setelah
program vaksinasi MMR dihentikan. Dari 10 ribu anak
yang lahir tahun 1988
ada 48 kasus autisme yang ditemukan. Angka itu tetap
meningkat menjadi
117,2 per 10 ribu anak yang lahir tahun 1996.

Menurut Rutter, kalau vaksin MMR benar-benar
menyebabkan autisme,
semestinya jumlah penderita autisme akan merosot
begitu vaksinnya ditarik.
Karena tidak terbukti menyebabkan autisme, vaksin MMR
patut dikatakan aman.
''Namun, kami tidak meneliti kemungkinan yang bisa
saja dialami oleh
sekelompok kecil anak yang rentan terhadap vaksin
MMR,'' kata Rutter.

Profesor Jean Golding dari Department of Clinical
Medicine, University of
Bristol, mengatakan temuan Rutter sejalan dengan
temuan lain yang lebih
dulu dirampungkan. Dia pernah melakukan penelitian
yang mencoba mengungkap
penyebab autisme. Golding pun sepakat vaksin MMR tidak
memicu autisme.

Menanggapi luasnya kalangan yang menerima hasil
penelitian Rutter, Jackie
Fletcher selaku pengkampanye autisme menyarankan agar
pemerintah Inggris
melakukan uji klinis terhadap vaksin MMR. Pasalnya,
sekitar 1.700 anak
Inggris diyakini telah menderita akibat dampak negatif
suntik MMR. ''Kami
ingin mencegah anak-anak merasakan efek negatif
vaksinasi MMR,'' ujarnya.


MMR dan imunisasi lainnya penyebab autis ?????
ini cuplikan jawaban spesialis anak (purnamawati) yg
sekarang mengisi di
rubrik konsultasi cyberwoman ya..

bosan juga nih maaaf maaaf
kalau ada efek samping sedahsyat itu, berapa ratus
juta anak sdh autis?
lalu Unicef, WHO, IDAI (dan satgas imunisasi) MESTI
DITUNTUT DONG - kok
gak ada yg berani nuntut?

Seluruh dunia sangat khawatir dengen meningkatnya
wabah penyakit menuluar
yg menyebabkan meningkatnya angka kematian bayi dan
anak
Imunisasi merupakan upaya yg sangat cost-effective,
aman, murah, mudah, dan
TENTUNYA LEBIH ETIS (DALAM BAHASA AWAMNYA LEBIH
MANUSIAWI) KETIMBANG
MEMBIARKAN ANAK JATUH SAKIT.

gak pernah lihat anak tuli akibat mumps/gondongan?
Gak pernah lihat anak CP - vegetatif (hidup - tetapi
seperti tanaman)
akibat otaknya rusak - setelah terkena campak?
Gak pernah lihat bayi baru lahir cacat (katarak,
kelainan jantung, otaknya
rusak dan kecil) akibat ibunya kena rubella?
dll dll dll

Biaya pembuatan vaksin itu sangat besar. Hard labor.,
makan waktu
bertahun-tahun sebelum suatu vaksin di nyatakan aman
(bukan sekedar
efektif)
bagi konsumennya Nah mengapa harus bersusah payah
seperti itu? Berarti,
dampak kemanuasiaannya sangat besar.

Please be smart, for the sake of your children
Jangan karena IMAGINARY SCARED, YOU PLACED YOU BABIES
UNTO A REAL DANGER OF
FATAL DISEASES.
MENGANDALKAN SUATU KETAKUTAN YANG TIDAK BERALASAN -
PARA ORANG TUA JUSTRU -
MENGHADAPKAN ANAK2 MEREKA KE SUATU RISIKO TINGGI YANG
BUKAN HANYA POTENSIAL
MEMBAHAYAKAN JIWA, TETAPI JUGA MEMBUAT CACAT SEUMUR
HIDUP.

nahhhhhhh
Pilihan terletak di tangan anda semua
Pergunakanlah nalar - please please - for the sake of
your children

COBA BIASAKAN MELIHAT SESUATU DARI 2 SISI UNTUNG NYA
DAN RUGINYA BESARAN YG
MANA MANA YG PERSENTASENYA LEBIH TINGGI - EFEK YG
MERUGIKAN KAH ATAU YANG
MENGUNTUNGKAN

liat juga pendapat dr erawan

Ibu Hanifa yang baik,
Ada beberapa pandangan saya mengenai hal ini :
1. Bahwa autisme sudah ada sejak jaman dulu sebelum
ditemukannya vaksin MMR
hanya saja alat/sarana untuk mendiagnosanya tidak
secanggih sekarang
sehingga dulu kadangkala dianggap anak dengan kelainan
mental, dll.
2. Kandungan yang ada dalam vaksin yang selama ini
dipermasalahkan adalah
turunan merkuri (thimerosal) tetapi perlu ibu ketahui
bahwa keracunan
merkuri gejalanya sangat berbeda dengan autisme, ibu
tentu masih ingat
kasus minamata atau yang masih hangat kasus teluk
buyat, mereka yang
terkena
dampak kasus tersebut tidak ada satupun dengan gejala
autisme. Dari situ
mungkin bisa kita ambil kesimpulan tidak adanya
hubungan antara merkuri
dengan autisme. Dan perlu ibu ketahui juga untuk
vaksin MMR adalah
free-thimerosal. Dan thimerosal-pun bukan turunan
merkuri yang berbahaya
(etil merkuri).
3. Hal paling penting yang perlu diperhatikan adalah
sangat berbahaya jika
kita sampai tidak memberikan vaksin kepada anak kita
hanya karena isu-isu
yang
tidak jelas tersebut. Bagaimana dengan nasib anak-anak
kita yang tidak
terimunisasi? Akan lebih fatal akibatnya, sebagai
contoh penyakit
hepatitis-B dimana angka kejadian baru tiap tahunnya
di Indonesia adalah 1
: 10 orang artinya setiap 1 orang dapat terinfeksi
penyakit hepatitis-B
diantara 10 orang di Indonesia. Apakah kita akan
membiarkan hal tersebut
terjadi pada anak kita? sedangkan kita sebetulnya bisa
mencegahnya. Setuju
tidak moms and dads ??

http://www.who.int/vaccine_safety/topics/mmr/mmr_autism/en/
http://www.who.int/vaccine_safety/topics/thiomersal/en/
http://www.aventispasteur.co.id

ade

========================================

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=17181&kat_id=100&kat_id1=
> &kat_id2=
>
>
>
> Minggu, 28 Januari 2001
> Vaksin MMR Diduga Sebabkan Autisme
> Layaknya vaksin, MMR dimaksudkan untuk membentengi
seorang anak dari
> serangan penyakit. Tapi belakangan, vaksin ini
justru dituding
> menyebabkan autisme. Benarkah?
>
> Terkejut, juga cemas. Perasaan itulah yang
akhir-akhir ini mengharu biru
> sejumlah orang tua yang anaknya pernah divaksin MMR
(measles, mumps, and
> rubella).
>
> Farida misalnya, langsung gemetar begitu membaca
berita 'buruk' soal
> vaksin MMR di internet. "Aduh, mudah-mudahan anakku
nggak apa-apa,"
> tutur ibu muda yang setahun lalu membawa putri
keduanya ke dokter anak
> untuk mendapatkan vaksin pencegah penyakit campak,
gondongan, dan campak
> Jerman ini.
>
> Adalah Prof Dr Andrew Wakefield, konsultan
gastroenterologis pada Rumah
> Sakit Free Royal, London yang pertama kali
menyatakan bahwa vaksin MMR
> bisa menyebabkan autisme pada anak. Klaim ini
didasarkan atas kasus 170
> anak yang datang ke kliniknya. Anak-anak tersebut
mengalami sindrom
> autisme dan penyakit usus setelah diinjeksi dengan
vaksin ini. "Pekan
> lalu, di klinik kami melihat sembilan atau 10 anak
baru, dengan cerita
> yang sama. Jadi, semula tumbuh kembang mereka
normal-normal saja, tapi
> setelah divaksinasi MMR, jadi autis," katanya dalam
wawancara dengan The
> Telegraph, akhir pekan lalu.
>
> Autisme sendiri, seperti dijelaskan dr Rudy Sutadi
SpA, Wakil Ketua
> Yayasan Autisme Indonesia, adalah gangguan
perkembangan yang terjadi
> pada anak sebelum usia tiga tahun. Pada diri si
anak, terjadi gangguan
> pada kemampuan berkomunikasi, perilaku sosial dan
minat yang terbatas.
>
> Diakui Rudi, memang ada kecenderungan peningkatan
angka kejadian autisme
> setelah MMR diperkenalkan pada masyarakat sekitar
tahun 1960-an. "Angka
> kejadian autisme pada akhir tahun 90-an meningkat
30-40 kali dari
> tahun-tahun sebelumnya," ungkap spesialis anak dari
Jakarta Medical
> Center (JMC) ini.
>
> Ia juga menjelaskan, gejala autisme umumnya mulai
muncul ketika anak
> berusia 15-18 bulan. Sebab, pada usia ini biasanya
si anak telah diberi
> vaksin MMR. Asal tahu saja, vaksin MMR biasanya
diberikan tatkala anak
> berusia 15 bulan.
>
> Autisme, katanya, mungkin saja hanya kejadian yang
kebetulan bersamaan
> dengan mulai diperkenalkannya vaksinasi MMR. Tapi
belakangan, penelitian
> juga menemukan bahwa vaksin MMR bisa berpengaruh
langsung ke otak dengan
> MBP.
>
> Apa itu MBP? MBP adalah singkatan dari Mielin Basic
Protein. Mielin
> sendiri adalah zat yang menyelubungi saraf manusia.
Ketika vaksin MMR
> diberikan ke tubuh, maka tubuh otomatis membentuk
antibodi yang kemudian
> bereaksi dengan antigen. Reaksi tersebut
mengakibatkan pengendapan yang
> kemudian mencegah terbentuknyam mielin (proses
mielinisasi). "Padahal
> mielin itu dibutuhkan untuk memfungsikan saraf.
Gangguan ini dikenal
> dengan penyakit autoimun," terang dokter lulusan
FKUI tahun 1983 ini.
>
> Dan seperti halnya Wakefield, Rudy pun mengaku
mendapat keluhan dari
> sejumlah orang tua seputar keterlambatan bicara
anaknya setelah divaksin
> MMR. Mental si anak menurun, misalnya kontak mata
anak mereka menurun
> perlahan-lahan. Tapi ia mengatakan, tidak semua anak
yang diberi vaksin
> MMR akan menjadi autisme. Semuanya tergantung pada
si anak. "Ada anak
> yang beresiko tinggi untuk menderita autisme, ada
yang tidak."
>
> Autisme sendiri, jelas Rudy, bukanlah gangguan
mental atau orang awam
> sering menyebutnya gila. Autisme lebih merupakan
masalah neurobiologis.
> Menurut dokter yang juga Dosen Luar Biasa
Universitas Negeri Jakarta
> ini, penyandang autisme mengalami masalah pada
beberapa pusat di otak,
> seperti pusat belajar, pusat bicara, pusat emosi,
sehingga perkembangan
> otaknya terhambat.
>
> Dijelaskan pula bahwa ada tiga area yang dijadikan
titik indikasi
> autistik, yaitu area komunikasi, area sosial dan
area minat yang
> terbatas. Kasus yang sering ditemui adalah terlambat
bicara dan
> kurangnya atau tak ada sama sekali kontak mata.
Anak-anak penyandang
> autisme biasanya tidak bisa main dengan anak
seumurnya dan tidak bisa
> membagi kesenangan atau kesukaan pada sesuatu.
"Mereka adalah anak yang
> pendiam dan terlambat/tidak bisa bicara. Kalaupun
bicara paling kata
> yang keluar tak ada artinya atau keluar suara yang
tak ada arti,
> istilahnya babling."
>
> Salah satu penyebab autisme, kata Rudy, adalah
faktor genetika. Namun
> tidak semudah itu. Belum tentu kejadian autisme
tampak secara nyata pada
> salah satu keluarga. Bisa jadi dalam keluarga Anda
tidak ada riwayat
> autisme, namun dengan adanya riwayat keterlambatan
bicara bisa jadi
> merupakan bakat yang dibawa oleh buah hati Anda.
Selain itu bisa saja
> terjadi gap generasi. Artinya, pada beberapa
generasi di atas Anda tidak
> ada indikasi autisme, namun autisme tetap bisa
muncul jika berada pada
> lingkungan dan kondisi yang sesuai.
>
> Selain faktor genetik, perubahan gen juga bisa
menyebabkan autisme. Di
> samping itu, autisme juga bisa dipengaruhi oleh
beberapa faktor lainnya
> seperti: infeksi dalam kandungan, atau pengaruh
logam berat mercuri pada
> bayi dalam kandungan usia 6 bulan. Mengapa pada usia
kehamilan 6 bulan?
> Karena pada usia itu, sedang terjadi proses
perkembangan otak dan saraf.
> Infeksi jamur pada wanita hamil seperti keputihan
juga berbahaya bagi
> janin.
>
> Menurut Rudy tiap penyandang autisme mempunyai
keunikannya
> masing-masing, karena gangguan yang dipunyainya juga
berbeda-beda. Namun
> sekali autisme kalau tidak ditatalaksana dengan baik
maka akan tetap
> autisme. "Autisme itu dalam proses, prosesnya jalan
terus, kalau
> didiamkan maka semakin lama perbedaan antara anak
bermasalah dengan
> tidak bermasalah akan semakin jauh."
>
> Dan kembali pada kontroversi vaksinasi MMR dengan
autisme, maka ada dua
> hal yang bisa dilakukan para orang tua agar anak
tercintanya terhindar
> dari penyakit cacar air, gondongan dan campak
Jerman, sekaligus pula
> terhindar dari autisme. Menurut Rudy, dua hal
tersebut adalah: Pertama,
> para ahli menyarankan agar menunda pemberian MMR
pada anak-anak yang
> beresiko tinggi menyandang autisme, yaitu mereka
yang di keluarganya ada
> riwayat penyandang autisme atau keterlambatan
pertumbuhan, seperti
> riwayat terlambat bicara.
>
> Kedua, pemberian MMR dipecah menjadi tiga bagian
masing-masing suntikan
> untuk campak, suntikan mumps (gondongan) dan
suntikan rubella. Sayangnya
> hal tersebut belum dilakukan di Indonesia. mg5 ()
>
>
>
--- tprahayu <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Parents....
> 
> Aku pernah dengar dari beberapa orang kalo imunisasi
> MMR bisa menyebabkan terlambat bica atau autis.
> Bener nggak ?
> Jadi sebaiknya katanya ntar aja kalo udah anak masuk
> TK.
> Please sharenya.
> Thank u
> 
> Puji
> 

Regards,
Uci mamaKavin+Ija
http://oetjipop.multiply.com


        

        
                
________________________________________________________ 
Sekarang dengan penyimpanan 1GB 
http://id.mail.yahoo.com/

--------------------------------------------------------------
Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke