FYI.

Muhammad Tri Agus
----- Original Message ----- 
From: Erwien Samantha Y 
To: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, June 27, 2005 5:26 PM
Subject: [Klub Pengembangan Kepribadian] Fwd: Kisah dari Stasiun Jatinegara - 
Jakarta


Maaf kalau sudah pernah di kirim ...,

----------  Forwarded Message  ----------

Subject:  Kisah dari Stasiun  Jatinegara - Jakarta


Kisah dari Stasiun Jatinegara - Jakarta


 Kereta Api Bima yang saya tumpangi dari Madiun
 perlahan-lahan
 memasuki stasiun Jatinegara. Para penumpang yang
 akan turun di
 Jatinegara saya lihat sudah bersiap-siap di depan
 pintu. Sementara
 itu, dari jendela, saya lihat beberapa orang
 porter/buruh angkut
 berlomba lebih dulu masuk ke kereta yang masih
 melaju. Mereka
 berpacu dengan kereta, persis dengan kehidupan
 mereka yang terus
 berpacu dengan tekanan kehidupan kota Jakarta. Saat
 kereta
 benar-benar berhenti, kesibukan penumpang yang turun
 dan porter yang
 berebut menawarkan jasa kian kental terasa.
 Sementara di luar kereta
 saya lihat kesibukan kaum urban yang akan
 menggunakan kereta. Mereka
 kebanyakan berdiri,karena fasilitas tempat duduk
 kurang memadai.
 Sebuah lagu lama PT. KAI yang selalu dan selalu
 diputar dengan
 setia.

 Tiba-tiba terdengar suara anak kecil membuyarkan
 keasyikan saya
 mengamati perilaku orang-orang di Jatinegara. Saya
 lihat seorang
 bocah berumur sekitar 10 tahun berdiri disamping
 saya. Kondisi
 fisiknya menggambarkan tekanan kehidupan yang berat
 baginya.
 Kulitnya hitam dekil dengan baju kumal dan
 robek-robek disana-sini.
 Tubuhnya kurus kering tanda kurang gizi.

 "Ya?" Tanya saya kepada anak itu karena saya tadi
 konsentrasi saya
 melihat orang-orang di luar kereta. "Maaf, apakah
 air minum itu
 sudah tidak bapak butuhkan ?" katanya dengan penuh
 sopan sambil
 jarinya menunjuk air minum di atas tempat makanan
 dan
 minum samping jendela. Pandangan saya segera
 mengikuti arah telunjuk
 si bocah. Oh, air minum dalam kemasan gelas dari
 katering kereta
 yang tidak saya minum. Saya bahkan sudah tidak
 peduli sama sekali
 dengan air itu. Semalam saya hanya minta air minum
 dalam kemasan
 gelas untuk jaga-jaga dan menolak nasi yang
 diberikan oleh
 pramugara. Perut saya sudah cukup terisi dengan
 makan di rumah.

 "Tidak. Mau ? Nih..." kata saya sambil memberikan
 air minum kemasan
 gelas kepada bocah itu. Diterimanya air itu dengan
 senyum simpul.
 Senyum yang tulus.

 Beberapa menit kemudian, saya lihat dari balik
 jendela kereta, bocah
 tadi berjalan beririringan dengan 3 orang temannya.
 Masing-masing
 membawa tas kresek di tangannya. Ke empat anak itu
 kemudian duduk
 melingkar dilantai emplasemen. Mereka duduk begitu
 saja. Mereka
 tidak repot-repot membersihkan lantai yang terlihat
 kotor. Masing-
 masing kemudian mengeluarkan isi tas kresek
 masing-masing. Setelah
 saya perhatikan, rupanya isinya adalah "harta karun"
 yang mereka
 temukan di atas kereta. Saya lihat ada roti yang
 tinggal
 separoh, jeruk medan, juga separuh; sisa nasi
 catering kereta, dan
 air minum dalam kemasan gelas !

 Selanjutnya dengan rukun mereka saling berbagi
 "harta karun" temuan
 mereka dari kereta. Saya lihat bocah paling besar
 menciumi nasi
 bekas catering kereta untuk memastikan apakah sudah
 basi atau belum.
 Tanpa menyentuh sisa makanan, kotak nasi itu
 kemudian disodorkan
 pada temannya. Oleh temannya, nasi sisa tersebut
 juga dibaui.
 Kemudian, dia tertawa dengan penuh gembira sambil
 mengangkat tinggi-
 tinggi sepotong paha ayam goreng. Saya lihat, paha
 ayam goreng itu
 sudah tidak utuh. Nampak jelas bekas gigitan
 seseorang.

 Tapi si bocah tidak peduli, dengan lahap paha ayam
 itu dimakannya.
 Demikian juga makanan sisa lainnya. Mereka makan
 dengan penuh lahap.
 Sungguh, sebuah "pesta" yang luar biasa. Pesta
 kemudian diakhiri
 dengan berbagi air minum dalam kemasan gelas !

 Menyaksikan itu semua, saya jadi tertegun. Saya
 lihat sendiri persis
 di depan mata, potret anak-anak kurang beruntung
 yang mencoba
 bertahan dari kerasnya kehidupan. Nampaknya hidup
 mereka adalah apa
 yang mereka peroleh hari itu. Hidup adalah hari ini.
 Esok adalah
 mimpi dan misteri.

 Cita-cita ?
 Masa Depan ? Lebih absurd lagi.


 Bagi saya pribadi, pelajaran berharga yang saya
 petik adalah, bahwa
 saya harus makin pandai bersyukur atas segala rejeki
 dan nikmat yang
 diberikan oleh Tuhan . Dan tidak lagi memandang
 sepele hal yang
 nampak sepele, seperti misalnya: air minum kemasan
 gelas. Karena
 bisa jadi sesuatu yang bagi kita sepele, bagi orang
 lain sangat
 berarti.





------ Klub Pengembangan Kepribadian ----->
PERHATIKAN: Besar Attachment maksimal 200 Kb atau file di ZIP
SEBELUM REPLY: Hapus file message sebelumnya agar tidak berat 

PILAR KELUARGA
1. Istri wajib taat pada suami sepanjang tdk durhaka pada Tuhan
2. Anak Wajib taat pada orang tuan sepanjang tdk durhaka pada Tuhan
3. Suami/Bapak wajib menjaga dengan baik amanah Tuhan
4. Saling mengerti dan memahami masing-masing kewajibannya
5. Selalu diatas jalan Agama

Bersama menuju puncak (Sukses saja tidak cukup, tp perlu Kebermaknaan)

ATURAN MAIN
- DILARANG mengirim info kerja & SPAM: MLM, Arisan, propaganda isu SARA, 
  Iklan/promosi selain program personality Development 
- DILARANG Chat (Percakapan pendek,komentar pendek spt "OK, Makasih dll")

KESEPAKATAN BERSAMA
1. Bila aturan dilanggar, maka seluruh member akan memberikan 
   peringatan & teguran langsung via JAPRI ke alamat e-mail pelanggar.
2. Moto: memperbaiki kepribadian scr bersama-sama dgn saling 
   menegur/mengingatkan bila ada yang berbuat salah bukan menghakimi

Agar Inbox tidak penuh:
[EMAIL PROTECTED]

Seting Normal:
[EMAIL PROTECTED]

Ajaklah rekan anda untuk bergabung dlm milis ini: 
[EMAIL PROTECTED] 

Milis ini hasil kerja sama dgn:
[EMAIL PROTECTED]

Salam

Moderator 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Pengembangan-Kepribadian/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



--------------------------------------------------------------------------------


Kisah dari Stasiun Jatinegara - Jakarta
  

Kereta Api Bima yang saya tumpangi dari Madiun
perlahan-lahan
memasuki stasiun Jatinegara. Para penumpang yang
akan turun di
Jatinegara saya lihat sudah bersiap-siap di depan
pintu. Sementara
itu, dari jendela, saya lihat beberapa orang
porter/buruh angkut
berlomba lebih dulu masuk ke kereta yang masih
melaju. Mereka
berpacu dengan kereta, persis dengan kehidupan
mereka yang terus
berpacu dengan tekanan kehidupan kota Jakarta. Saat
kereta
benar-benar berhenti, kesibukan penumpang yang turun
dan porter yang
berebut menawarkan jasa kian kental terasa.
Sementara di luar kereta
saya lihat kesibukan kaum urban yang akan
menggunakan kereta. Mereka
kebanyakan berdiri,karena fasilitas tempat duduk
kurang memadai.
Sebuah lagu lama PT. KAI yang selalu dan selalu
diputar dengan
setia.

Tiba-tiba terdengar suara anak kecil membuyarkan
keasyikan saya
mengamati perilaku orang-orang di Jatinegara. Saya
lihat seorang
bocah berumur sekitar 10 tahun berdiri disamping
saya. Kondisi
fisiknya menggambarkan tekanan kehidupan yang berat
baginya.
Kulitnya hitam dekil dengan baju kumal dan
robek-robek disana-sini.
Tubuhnya kurus kering tanda kurang gizi.

"Ya?" Tanya saya kepada anak itu karena saya tadi
konsentrasi saya
melihat orang-orang di luar kereta. "Maaf, apakah
air minum itu
sudah tidak bapak butuhkan ?" katanya dengan penuh
sopan sambil
jarinya menunjuk air minum di atas tempat makanan
dan
minum samping jendela. Pandangan saya segera
mengikuti arah telunjuk
si bocah. Oh, air minum dalam kemasan gelas dari
katering kereta
yang tidak saya minum. Saya bahkan sudah tidak
peduli sama sekali
dengan air itu. Semalam saya hanya minta air minum
dalam kemasan
gelas untuk jaga-jaga dan menolak nasi yang
diberikan oleh
pramugara. Perut saya sudah cukup terisi dengan
makan di rumah.

"Tidak. Mau ? Nih..." kata saya sambil memberikan
air minum kemasan
gelas kepada bocah itu. Diterimanya air itu dengan
senyum simpul.
Senyum yang tulus.

Beberapa menit kemudian, saya lihat dari balik
jendela kereta, bocah
tadi berjalan beririringan dengan 3 orang temannya.
Masing-masing
membawa tas kresek di tangannya. Ke empat anak itu
kemudian duduk
melingkar dilantai emplasemen. Mereka duduk begitu
saja. Mereka
tidak repot-repot membersihkan lantai yang terlihat
kotor. Masing-
masing kemudian mengeluarkan isi tas kresek
masing-masing. Setelah
saya perhatikan, rupanya isinya adalah "harta karun"
yang mereka
temukan di atas kereta. Saya lihat ada roti yang
tinggal
separoh, jeruk medan, juga separuh; sisa nasi
catering kereta, dan
air minum dalam kemasan gelas !

Selanjutnya dengan rukun mereka saling berbagi
"harta karun" temuan
mereka dari kereta. Saya lihat bocah paling besar
menciumi nasi
bekas catering kereta untuk memastikan apakah sudah
basi atau belum.
Tanpa menyentuh sisa makanan, kotak nasi itu
kemudian disodorkan
pada temannya. Oleh temannya, nasi sisa tersebut
juga dibaui.
Kemudian, dia tertawa dengan penuh gembira sambil
mengangkat tinggi-
tinggi sepotong paha ayam goreng. Saya lihat, paha
ayam goreng itu
sudah tidak utuh. Nampak jelas bekas gigitan
seseorang.

Tapi si bocah tidak peduli, dengan lahap paha ayam
itu dimakannya.
Demikian juga makanan sisa lainnya. Mereka makan
dengan penuh lahap.
Sungguh, sebuah "pesta" yang luar biasa. Pesta
kemudian diakhiri
dengan berbagi air minum dalam kemasan gelas !

Menyaksikan itu semua, saya jadi tertegun. Saya
lihat sendiri persis
di depan mata, potret anak-anak kurang beruntung
yang mencoba
bertahan dari kerasnya kehidupan. Nampaknya hidup
mereka adalah apa
yang mereka peroleh hari itu. Hidup adalah hari ini.
Esok adalah
mimpi dan misteri.

Cita-cita ?
Masa Depan ? Lebih absurd lagi.


Bagi saya pribadi, pelajaran berharga yang saya
petik adalah, bahwa
saya harus makin pandai bersyukur atas segala rejeki
dan nikmat yang
diberikan oleh Tuhan . Dan tidak lagi memandang
sepele hal yang
nampak sepele, seperti misalnya: air minum kemasan
gelas. Karena
bisa jadi sesuatu yang bagi kita sepele, bagi orang
lain sangat
berarti.

Kirim email ke