Nambahin aja dulu bgt rekan2 BA sudah pernah kunjungan ke panti tsb. Dibawah ini ada juga yg butuh perhatian kita.... sudah pernah di kirim oleh salah satu teman dompet BA, saya kirimkan ulang.... rencana dompet BA mulai beraksi lagi setelah terakhir mengadakan acara makan siang bersama sekolah anak jalanan di TIM
-----[ SD Al-Uswah ]---------------------------------------- Alamat : Jl. Petamburan II, Petamburan, JakBar. Contact Person : Hanhan Haeruman HP : 0812-87-154-20 Kantor : 840-3878 ext 114 E-mail : [EMAIL PROTECTED] ------------------------------------------------------------ "Nasib yang terbaik adalah tidak pernah dilahirkan" Soe Hok Gie Kisah yang akan saya tulis ini adalah "true story" yang dialami dan diketahui sendiri selama 4 kali Sabtu terakhir ikut menjadi sukarelawan mengajar sebuah sekolah SD gratis buat menampung anak-anak jalanan dan juga buat anak yang orang tuanya menyandang masalah sosial dan tidak punya biaya buat menyekolahkan anaknya. Profil Sekolah, Orang Tua Murid dan Murid SD Al-Uswah Sekolah tersebut terletak di daerah Petamburan Jakarta Barat, dari bunderan Slipi masuk ke kanan ke arah Tanah Abang, tepatnya di Jl. Petamburan III, namanya SDS Al Uswah. Statusnya sudah resmi sebagai sekolah Swasta sejak 2 tahun lalu dan lulusannya ada yg diterima di SMP negeri, berbeda dengan sekolah anak jalanan lainnya yang kebanyakan tidak ada formal legalnya, seperti sekolah terbuka yang dipelopori oleh Ibu Kembar di Tanjung Priok. Pendanaan SDS ini mengandalkan swadaya masyarakat dan bantuan LSM PKBI (Persatuan Keluarga Berencana Indonesia). Muridnya berjumlah 128 anak, terdiri dari kelas 1 sampai kelas 6. Penerimaan murid sekolah ini tidak dimulai dari kelas 1, tapi dibuka untuk semua kelas, hal ini untuk menampung pindahan dari sekolah yang lain dari kelas berapa saja karena alasan tidak punya biaya. Bangunan SD tersebut dulunya adalah madrasah yang sekarang tidak aktif lagi, jadi SDS AL Uswah ini sebetulnya memanfaatkan bangunan dan nama yayasan yang tidak terpakai milik masyarakat Petamburan. Pertama kali mengenal SD itu, ketika diajak seorang teman untuk menyerahkan sumbangan berupa uang dan pakaian-pakaian bekas yang berhasil dikumpulkan dari teman-temannya. Setelah menyerahkan sumbangan, saya diajak keliling ke sebagian rumah-rumah murid. Dari sini saya melihat dengan mata kepala saya sendiri bahwa di Jakarta ini banyak sekali masyarakat yg sangat kekurangan, ada rumah yang hanya satu kamar sempit dan satu ruangan tengah sempit yang dihuni oleh nenek, anak-anaknya sampai cucu-cucunya, keadannya pengap, gelap dan hanya berlantaikan tanah. Kemudian diajak lagi keliling ke rumah murid yang lain, ternyata ada yang lebih menyedihkan lagi, bahkan saya ditunjukkan ke salah satu "rumah" murid yang terletak di bawah jembatan pintu air dekat Shangrila, saya pikir ini dia "the lowest level people in the world". Selama keliling, Pak Dedi, kepala sekolah SD tersebut, bercerita bahwa orang tua murid-muridnya kebanyakan berprofesi sebagai pemulung/pengepul sampah, tukang asongan, pengemis dan "profesi lainnya". Sebagian dari mereka nggak jelas profesinya, sehingga mereka nggak jelas juga "besok apa makan ?", hal ini tentu beda dengan kita yang nggak jelas adalah "besok makan apa?" atau "besok makan dimana?". Pernah salah satu dari orang tua muridnya yang mungkin sangat terpaksa (stomach can not wait), dia terpaksa mencopet dan hampir dibakar masa di pasar Palmerah ... sungguh tragis, tapi itulah realitanya. Namun walaupun keadaan yang sangat memprihatinkan para orang tua murid tersebut tetap punya keinginan agar anaknya bisa sekolah, itulah mungkin yang mengetuk hati Pak Dedi untuk mendirikan SD gratis ini. Disela-sela obrolan, Pak Dedi menunjuk salah satu muridnya yang pernah dalam suatu malam dipergoki keliling-keliling dari gang ke gang, padahal sudah larut malam, ternyata ketika ditanya kenapa, jawabnya adalah karena LAPAR belum makan, seharian cuma sekali makan, sehingga dia tidak bisa tidur, rupanya mungkin untuk menghilangkan rasa laparnya anak kecil itu jalan-jalan supaya lupa akan rasa laparnya dan mungkin kalau sudah cape barulah dia bisa tidur. Setelah diberi makan oleh pak Dedi barulah anak itu pulang dan bisa tidur. Hari-hari berikutnya anak tersebut kalau lapar keliling- keliling di sekitar rumah Pak Dedi, berharap betemu dengan Pak Dedi agar ditawari makan, dan Pak Dedi pun memakluminya dan akan memberinya makan, memang beliau menyuruh anak itu agar datang ke rumahnya kalau lapar. Setelah kejadian itu bukan hanya anak itu saja yang ditawarin makan, tapi kepada murid yang lain juga kalau lewat depan rumahnya, khawatir kalau-kalau mereka pada belum makan juga. Dalam satu kesempatan yang lain Pak Dedi juga pernah memergoki muridnya menjadi pengemis di jalan Kwitang dekat patung tani, dan ternyata mereka tidak sendirian melainkan bareng-bareng dengan teman-teman sekelasnya, ketika ditanya kepada mereka lagi ngapain, mereka pada nggak mau jawab, tapi mereka menghampiri Pak Dedi dan rame-rame mencium tangannya satu-persatu seperti kebiasaan di kelas. Kata Pak Dedi dia sangat malu melihat tingkah muridnya itu, soalnya mungkin saja orang sekitarnya menyangka dia sebagai "koordinator lapangan" pengemis anak jalanan itu. Pengalaman Selama Mengajar di Kelas Saya diberi kesempatan mengajar di kelas 3 tiap hari Sabtu. Saya mengajar matematika dan bahasa inggris dari jam 07.00 s.d 11.00. Jumlah murid kira-kira 25 orang. Kali pertama masuk kelas, ternyata di dalam kelas sudah ada seorang ibu guru yang sedang mengajar yang tidak lain adalah istri Pak Dedi. Saya duduk di belakang kelas dan sambil mengamati bagaimana bu guru tersebut mengajar murid-muridnya. Ternyata tidak mudah mengajar anak-anak tersebut, mereka susah diatur, di kelas suasananya sangat ribut. Tiba-tiba bu guru teriak "ARE YOU READY..?" Teriakan bu guru sangat keras, membuat saya kaget dan heran, karena jauh dengan sosok ibu kepala sekolah yang saya kenal ketika di rumahnya, yang suaranya lembut. Serta-merta anak- anak yang sedang ribut tersebut menjawab "YES" dengan suara keras pula sambil duduk ke kursinya masing-masing. Dari kejadian itu saya tahu ternyata teriakan yel tersebut adalah taktik untuk menghentikan keributan dan mengembalikan anak-anak ke kursinya. Setelah sekitar 30 menit menyaksikan bagaimana bu guru itu mengajar, kini giliran saya tampil ke depan. Ketika itu saya melanjutkan mengajar matematika tentang nilai tempat bilangan. Ada kejadian yang lucu waktu saya memberikan materi ini, yaitu ketika menggambar alat peraga matematika. Perlu diketahui bahwa perlengkapan sekolah ini sangat minim dan mungkin tidak ada alat peraga satu pun. Ketika menggambar alat peraga, saya menyebut alat peraga tersebut sebagai sate, karena mirip sate yang ditancapkan di atas balok, lagi pula saya tidak tahu apa nama alat peraga tersebut. Tetapi ketika saya sebut alat peraga itu sebagai sate, salah seorang anak ada yang nyeletuk dari belakang, "Pak itu bukan gambar sate tapi KECREKAN", Saya tidak menyalahkannya karena kemiripannya dan mungkin saja anak itu terbiasa ngamen dengan kecrekan. Ternyata betul saja kata Pak Dedi beberapa muridnya ada yang suka ngamen dan di kelas saya ada yang suka ngamen di lampu merah perempatan dekat Shangrila. Selain menjadi pengamen mereka juga ada yang berprofesi sebagai joki three in one, nyemir sepatu, dan lain-lain. Sifat unik murid SD ini yang tidak akan ditemukan di sekolah lainnya adalah kebanyakan mereka pemberani, tidak punya rasa malu atau sungkan. Kalau saya tawarkan untuk maju ke depan mengerjakan soal, serta-merta anak-anak itu berlarian ke depan, berebut kapur tulis yang saya pegang. Di kelas mereka susah diatur. Saya sering teriak-teriak dengan keras supaya mereka tidak ribut dan memperhatikan ke depan. Saking seringnya teriak-teriak selesai mengajar suara saya jadi habis. Keributan di kelas disebabkan oleh macam-macam kelakuan, misalnya karena ngobrol sesama temennya, nyanyi-nyanyi sambil menabuh meja (mungkin latihan ngamen), ribut karena mereka saling pinjam alat tulis dengan temennya yang kadang temen yang lainnya nggak mau ngasih pinjam. Selain itu ada juga yang ribut karena ketahuan mencuri bekal makanan temannya. Namun ada lagi keributan yang lebih serius, yaitu berkelahi di kelas. Pernah pada saat mengajar ada yang berkelahi sekaligus dua pasang, sepasang laki-laki dan sepasang perempuan. Alasan berkelahinya tidak jelas kenapa. Sedangkan yang perempuan pukul-pukulan dan saling menjambak rambut lawannya. Lain halnya dengan anak cowok, anak perempuan yang kalah menangis sejadi-jadinya. Saya sangat kaget melihat mereka berkelahi. Kemudian hal ini saya laporkan ke Pak Dedi, kata beliau hal demikian sudah biasa, bahkan kalau cowok yang berkelahi kadang susah dilerai, nanti akan berkelahi lagi karena nggak puas, cara menyelesaikannya adalah "diaduin di luar kelas" ........ya..diaduin? It's sound rediculous but that's the solution, selain supaya mereka puas mengeluarkan amarahnya, kata beliau kadang kalau ditantangin diluar kelas mereka nggak jadi berkelahi karena malu ditontonin dan disorakin temen sekelasnya. Tapi untung saja perkelahian mereka waktu itu sudah selesai di dalam kelas dan ironinya ternyata yang berkelahi adalah ketua kelasnya. Saya menyimpulkan dari tingkah laku mereka ini adalah akibat dari kehidupan sehari-hari mereka yang keras, nggak ada aturan, "the rule is no rule", nggak ada bimbingan orang tua. Oleh karena itu pendidikan adalah mutlak sebelum mereka berubah menjadi brutal ketika beranjak dewasa. Dan hal inilah yang menjadi concern kita semua karena dengan membimbing mereka berarti akan mengurangi angka kriminalitas di masa depan. At least mereka di sekolah ini tahu mana yang baik dan mana yang buruk, dan kenapa harus ikuti yang baik. Masalah yang Dihadapi Kesejahteraan guru adalah hal yang paling penting ditingkatkan dan didahulukan, saat ini ada 12 guru, di antaranya ada 1 orang yang sukarelawan, yang lainnya adalah sehari-harinya guru di situ dan digaji seadanya dari donatur. Kadang-kadang gajiannya diutang dulu kalau pas nggak ada donatur yang ngasih, atau sekolah pinjam dulu ke siapa saja. Mereka digaji sebulan rata-rata 150 ribu sampai 200 ribu rupiah, jumlah ini jauh dibawah UMR DKI yang mencapai sekitar 630 ribu. Sebagian guru, ada yang nyambi jadi tukang ojeg dan sebagian lagi mengajar di tempat kursus atau les privat untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Kenapa kesejahteraan guru yang pertama harus ditingkatkan? Karena guru juga manusia punya rasa punya hati jangan samakan dengan robot, dikhawatirkan semangat dan idealisme mereka akan luntur dan hilang karena tuntutan ekonomi mereka tidak tercukupi. Pak Dedi meminta saya untuk membantu memikirkan masalah ini, kemudian saya mencoba mengirimkan proposal ke beberapa LSM termasuk yang menjadi penyalur Zakat, Infaq dan Shodaqoh, tapi setelah menunggu beberapa minggu mereka tidak bisa membantu, karena katanya dananya terkuras ke ACEH, LSM yang lain tidak bisa membantu karena sudah mempunyai binaan sekolah terbuka. Saya bisa memahami hal tersebut. Karena anak jalanan di Jakarta ini banyak sekali. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan Pusat Statistik Republik Indonesia tahun 1998 memperlihatkan bahwa anak jalanan secara nasional berjumlah sekitar 2,8 juta anak. Dua tahun kemudian, tahun 2000, angka tersebut mengalami kenaikan sekitar 5,4%, sehingga jumlahnya menjadi 3,1 juta anak. Pada tahun yang sama, anak yang tergolong rawan menjadi anak jalanan berjumlah 10,3 juta anak atau 17,6% dari populasi anak di Indonesia, yaitu 58,7 juta anak (Soewignyo, 2002). Anak jalanan di DKI Jakarta, sebagai salah satu kasus, berjumlah 31.304 anak, sedangkan Panti Pemerintah yang memberikan pelayanan sosial terhadap mereka hanya berjumlah 9 panti, yaitu : 4 Panti Balita Terlantar, 4 Panti Anak Jalanan dan 1 Panti Remaja Putus Sekolah. Daya tampung keseluruhannya adalah 2.370 anak. Sementara itu, Panti Sosial Asuhan Anak yang diselenggarakan masyarakat berjumlah 58 Panti dengan daya tampung 3.338 anak dan pelayanan sosial kepada anak di luar panti sebanyak 3.200 anak. Secara akumulatif jumlah yang yang mendapat pelayanan Panti dan non-Panti adalah 8.908 anak dan yang belum tersentuh pelayanan pemerintah maupun organisasi sosial atau LSM adalah 22.396 anak (Profil Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, 2002). Persebaran anak jalanan di DKI Jakarta juga cukup merata. Data yang diterbitkan oleh Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial DKI Jakarta menyebutkan bahwa setidaknya ada 18.777 orang anak jalanan di DKI pada tahun 2003 saja. Adapun jumlah pada tahun 2005 saya yakin lebih banyak lagi. Kalau tidak percaya jalan-jalan deh sekali-kali pake metromoni atau bis kota, kira-kira ada 1 sampai 3 kali pengemen anak jalanan yang singgah di bis kota dalam sekali jalan. Apalagi kalau menjelang lebaran, biasanya bukan hanya di angkutan umum tetapi di depan mesjid-mesjid umum sudah menanti anak jalanan yang menjadi pengemis. Kalau tidak kita tarik ke sekolah-sekolah atau panti-panti mereka akan memenuhi Ibu kota Jakarta ini, sehingga jalanan kota Jakarta ini akan menjadi lautan ANJAL (Anak Jalanan). Di antara bagian proposal yang saya sebar tersebut di atas, saya tuliskan juga di akhir tulisan ini, di antaranya kebutuhan bulanan operasional SDS Al Uswah. Angka tersebut adalah angka minimal yang diimpikan oleh sekolah, yaitu minimal gaji guru sama dengan UMR DKI, ini adalah ideal minimal, karena kalau 150-200 ribu sebulan kata Pak Dedi takut mendzalimi guru, mengingat stress mengajar mereka di kelas, belum lagi harus teriak- teriak dan mengejar-ngejar murid nakal yang suka lari-lari di atas meja serta tingkah lainnya yang bikin adrenalin naik. Selama ini pemasukan uang SDS Al Uswah adalah dari LSM PKBI dan lembaga beasiswa yang jumlah seluruhnya hanya mencapai 1,7 juta (satu juta tujuh ratus ribu rupiah) sebulan. Namun pemasukan ini terancam putus karena dananya sudah menipis. Adapun kebutuhan dana yang mendesak adalah untuk melunasi pesanan kaos olahraga untuk 30 murid baru sebesar 750 ribu, katanya sudah berkali-kali tukang kaos telpon supaya pesanannya diambil karena sudah 2 bulan belum diambil-ambil, statusnya sudah S-O-S. Jadi sekalian saja dengan tulisan ini saya mengetuk hati nurani para pembaca yang budiman, bila ingin berinfaq untuk kaos tersebut bisa dititipkan ke saya langsung atau ditransfer ke rekening saya di BCA No. 869-0130-743, atau Mandiri 129-000-113-0653, atau BSM 003-7026-242 a.n. Hanhan Haeruman. Mohon konfirmasi jika sudah mentransfer via HP : 0812-87-154-20, atau Kantor : 840-3878 ext 114, atau E-mail : [EMAIL PROTECTED], dan saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya, Jazakallah. Adapun apabila uang yang diperoleh lebih dari cukup untuk kaos tersebut, maka akan digunakan untuk keperluan lainnya, misalnya untuk buku-buku/alat tulis dan perlengkapan lainnya serta menambah koleksi buku perpustakaan yang sekarang hanya selemari kecil di belakang meja kantor kepala sekolah. Dan uang tersebut akan ada laporan pertanggung jawabannya yang akan disebar via email. Sebagai catatan kaos tersebut akan dipakai selama murid bersekolah di SD tersebut jadi bukan untuk 1 tahun saja. Pihak sekolah tidak mau membebani muridnya sepeser pun karena takut muridnya pada kabur. Sebab kalau kabur mereka akan dimanfaatkan oleh preman yang akan dipekerjakan sebagai pengamen atau pengemis yang dituntut setoran tiap harinya. Sedangkan dalam rangka mendidik orang tua mereka agar menghargai pendidikan bahwa pendidikan itu perlu biaya, kalau kenaikan kelas baru mereka dimintai sumbangan. Itu pun secara sukarela dalam bentuk kotak amal yang tidak memaksa, itu hanya sekedar kesadaran mereka. Para pembaca yang budiman, akhirnya sampai juga pada bagian akhir tulisan saya ini. Dalam sebuah ceramah, ada usatadz yang menceritakan pengalaman salah satu jamaah mesjidnya seperti ini : Pada suatu hari dia mengendarai kendaraan (BMW) di daerah Senen. Ketika sampai di perempatan jalan, kebetulan lampu merah pas menyala, maka dia pun berhenti. Lagi nunggu lampu merah berganti, tiba-tiba ada suara seperti benturan kecil di sebelah kirinya, ternyata itu bukan suara benturan tetapi orang yang dengan innocent-nya mencongkel kaca spion BMW-nya. Tapi mungkin karena sudah terkendali emosinya, si pengendara mobil tersebut tidak bergeming, dia hanya tertegun sambil berpikir kenapa orang itu berbuat demikian. Setelah lama merenungkan hal tersebut, dia berkesimpulan "Jangan-jangan saya juga ikut berkontribusi sehingga menyebabkan orang tersebut berbuat kriminal seperti itu". Karena dia pikir penyebabnya adalah mereka tidak punya sesuatu yang bisa dimakan karena mereka tidak ada pekerjaan. Tidak ada pekerjaan karena tidak punya ilmu atau keterampilan, hal ini disebabkan karena mereka tidak mengenyam pendidikan, dan pendidikan tanggung jawab kita semua, sehingga mungkin karena dia tidak concern dengan nasib mereka, maka dia berkesimpulan "Jangan-jangan saya juga ikut berkontribusi sehingga menyebabkan terjadinya kriminalitas tersebut". Maka diikhlaskanlah sebelah kaca spion BMW-nya itu, dan dia menganggapnya sebagai infaq buat menyelamatkan perut si pencuri tersebut. Nah, dari cerita tadi saya mengajak saudara-saudara sekalian, untuk peduli terhadap masalah pendidikan anak jalanan ini. Kalau bukan kita lantas siapa lagi? Pemerintah sudah kebanyakan masalah, tidak mampu lagi. Apapun dan sekecil apapun sumbangsih saudara sekalian adalah merupakan secercah harapan bagi mereka. Jangan sampai nasib terbaik bagi mereka adalah nasib tidak terlahir ke dunia ini, padahal mereka sudah kadung terlahir ke dunia ini. Saya berharap selain ada yang memberikan sumbangan materi ada juga yang memberikan referensi kepada siapa atau ke institusi apa saja agar SDS Al Uswah ini mendapat dukungan. Karena setahu saya ada institusi atau company yang punya dana atau program yang menyangkut social responsibility, seperti EMPATI BI, CITIBANK PEKA dan mungkin yang lainnya. Perlu diketahui bahwa SDS AL-Uswah ini juga ikut memberikan pendampingan ke sekolah-sekolah non formal anak jalanan lainnya di wilayah Jakarta ini, sehingga membantu SDS ini berarti membantu SD yang lainnya. Sekian.. Hanhan Haeruman. Data Guru dan Kepala Sekolah SDS Al-Uswah ------------------------------------------------------------ 1. A. DEDI ROSADI, SE Kepala sekolah (S1 Ekonomi) 2. AIDA NASUTION Guru Kelas I (D2) 3. ADE HUSNUL KH. Guru Kelas II (S1 Ekonomi) 4. EEN ELFIANA Guru Kelas III (D3) 5. MULYANI Guru Kelas IV (D3) 6. H HARIS DAMRAH Guru Kelas V (D2) 7. PUJA BASUKI Guru Kelas VI (D2) 8. ZULKIFLI Guru Olah Raga Kelas I s/d VI (D3) 9. TARUDDIN Guru Agama Islam kelas I s/d VI (D2) 10. SUBUR Guru Bhs. Inggris Kelas IV s/d VI (D2) 11. HANHAN H. Guru Bidang Studi (S1 Ekonomi) 12. M. NASIR Penjaga Sekolah (SLTP) Biaya Operasional Sekolah Setiap Bulan -------------------------------------- 1. Honor Guru 11 orang x Rp. 630.000,- Rp. 6.930.000,- 2. Laporan bulanan.... Rp. 25.000,- 3. Iuran PKG 127 siswa x Rp. 10.000,- Rp. 127.000,- 4. Iuran Pramuka 127 siswa x Rp. 500,- Rp. 63.500,- 5. Iuran PGRI Rp. 17.000,- 6. Transport rapat koordinasi Kepsek, guru Rp. 100.000,- 7. Kapur Rp. 20.000,- 8. Foto copy Rp. 50.000,- 9. Listrik dan Air Rp. 75.000,- 10. Uang sampah Rp. 10.000,- 11. ATK Rp. 25.000,- 12. Pemeliharaan (alat-alat, lampu, buku-buku, karbol, alat kabersihan) Rp. 50.000,- _______________ Rp. 7.456.500,- = = = = = = = = = (Terbilang = Tujuh Juta Empat Ratus Lima Puluh Enam Ribu Lima Ratus Rupiah). Dini Febrina <[EMAIL PROTECTED] To: balita-anda@balita-anda.com -honda.com> cc: (bcc: Nyoman RAHAYU/IDJKT04/TDE/AREVA-TD) Subject: Re: [balita-anda] FW: Panti Asuhan Butuh Bantuan Phone: 12/02/2005 11:20 AM Please respond to balita-anda MessageSelain e-mail vaksin vs autis...e-mail mengenai panti asuhan balita cipayung ini juga udah muter-muter dari mils ke milis tiap tahun (tiap saat). Utk panti asuhan ini kabarnya kondisinya sudah sangat "kelebihan" karena banyak sumbangan dan tiap akhir pekan pasti sudah "dibooking" utk acara ultah dll. Pengalaman rekan di milis sebelah yg mau ngadain acara ultah anaknya ternyata utk schedule udah penuh. Bagaimana dgn kondisi panti asuhan lain? Tapi kalau memang tetap berniat kasih sumbangan sih terserah ya..yang penting niat baiknya..... ================ Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]