RE: [balita-anda] Republik Utang

2006-04-18 Terurut Topik Bambang Agustutianto
yg sesuai dg topik milis aja pak...
klo hal spt ini bisa masuk ke milis apakabar...

-Original Message-
From: ERVAN BUDIANTO [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, April 18, 2006 1:41 PM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] Republik Utang


 Sejarah kebangsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kehadiran utang
luar negeri. Hal itu tidak hanya berlangsung sejak beberapa tahun belakangan
ini, atau sejak era pemerintahan Soeharto, tapi telah berlangsung secara
terus menerus sejak awal kemerdekaan. 

Kala itu, walau secara resmi kemerdekaan Indonesia baru diakui oleh
masyarakat internasional pada Desember 1949, proposal utang luar negeri
ternyata telah diajukan oleh pemerintah Indonesia sejak 1947. Bahkan, pada
tingkat wacana, diskusi mengenai arti penting utang luar negeri telah
berlangsung sejak November 1945.

Yang mencengangkan, sesuai dengan hasil kesepakatan Konferensi Meja Bundar
(KMB), pengakuan kemerdekaan Indonesia ternyata harus dibayar mahal dengan
mengakui utang luar negeri yang dibuat oleh Hindia Belanda. Akibatnya,
terhitung sejak 1950, pemerintah Indonesia serta merta memiliki dua jenis
utang: utang luar negeri warisan Hindia Belanda senilai 4 miliar dolar AS,
dan utang luar negeri baru Rp 3,8 miliar. 

Setelah itu, walau utang luar negeri warisan Hindia Belanda tidak pernah
dibayar oleh Soekarno, utang luar negeri baru terus mengalir. Dalam periode
1950 - 1956, utang luar negeri yang dibuat pemerintah masing-masing
berjumlah: Rp 3,8 miliar, Rp 4,5 miliar, Rp 5,3 miliar, Rp 5,2 miliar, Rp
5,2 miliar, Rp 5,0 miliar, dan Rp 2,9 miliar (Higgins, 1957).

Dengan kebiasaan berutang yang sangat dini tersebut, mudah dimengerti bila
kebijakan ekonomi-politik Indonesia sangat mudah diintervensi oleh pihak
asing. Peristiwa pertama terjadi tahun 1950. Menyusul kesediaannya untuk
memberikan pinjaman sebesar 100 juta dolar AS, Pemerintah AS menekan
Indonesia untuk mengakui keberadaan pemerintahan Bao Dai di Vietnam. Karena
tuntutan tersebut tidak segera dipenuhi, pemberian pinjaman itu akhirnya
tertunda pencairannya (Weinstein, 1976: 210). 

Peristiwa kedua terjadi pada 1952. Setelah menyatakan komitmennya untuk
memberikan pinjaman, pemerintah AS kemudian mengajukan tuntutan kepada
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk mengembargo pengiriman bahan-bahan
mentah strategis ke Cina. Sebagai negara produsen karet dan anggota PBB,
secara tidak langsung tuntutan tersebut 'terpaksa' dipenuhi Indonesia.
Persitiwa yang paling dramatis terjadi pada 1964. Menyusul keterlibatan
Inggris dalam konfrontasi dengan Malaysia, pemerintah Indonesia segera
meyikapi hal itu dengan menasionalisasikan perusahaan-perusahaan Inggris.
Ini adalah nasionalisasi kedua yang dilakukan Indonesia setelah
nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda pada 1956.

Mengetahui hal itu, pemerintah AS segera turut campur. Setelah beberapa
waktu sebelumnya menekan Indonesia untuk mengaitkan pencairan pinjamannya
dengan program stabilisasi Dana Moneter Internasional (IMF), AS kemudian
mengaitkan pencairan pinjaman berikutnya dengan tuntutan untuk mengakhiri
konfrontasi dengan Malaysia. 

Campur tangan AS tersebut -- di tengah maraknya demonstrasi menentang
pelaksanaan program sabilisasi IMF di tanah air -- ditanggapi Soekarno
dengan mengecam utang luar negeri dan menentang AS. Pernyataan, ''Go to hell
with your aid,'' yang sangat terkenal itu adalah bagian dari ungkapan
kemarahan Soekarno kepada negara tersebut. 

Sebagaimana diketahui, perlawanan yang sangat keras itu harus dibayar mahal
oleh Soekarno. Menyusul memuncaknya krisis ekonomi-politik nasional pada
1965, tepat 11 Maret 1966, Soekarno secara sistematis mendapat tekanan untuk
menyerahkan kekuasaannya kepada Soeharto. Hal ini tidak hanya menandai
berakhirnya era pemerintahan Soekarno, tetapi sekaligus menandai dimulainya
era pemerintahan Soeharto di Indonesia.

Perlu diketahui, jumlah utang luar negeri pemerintah pada akhir masa
pemerintahan Soekarno berjumlah sebesar 6,3 miliar dolar AS. Terdiri dari
utang luar negeri warisan Hindia Belanda 4 miliar dolar AS, dan utang luar
negeri baru 2,3 miliar AS. 

Pada era pemerintahan Soeharto, menyusul kembalinya Indonesia ke pangkuan
IMF dan Bank Dunia, kedua jenis warisan utang itu disepakati untuk dibayar.
Utang luar negeri warisan Hindia Belanda disepakati untuk dibayar selama 35
tahun terhitung sejak 1968. Sedangkan utang luar negeri warisan Soekarno
disepakati untuk dibayar selama 30 tahun terhitung sejak 1970. Secara resmi,
utang luar negeri warisan Hindia Belanda baru lunas pada 2003. Sedangkan
utang luar negeri warisan pemerintahan Soekarno lunas pada 1999. 

Walau demikian, hal tersebut sama sekali tidak mengubah catatan utang luar
negeri Indonesia. Dalam era pemerintahan Soeharto, selain kebiasaan berutang
terus berlanjut, jumlah utang yang dibuat cenderung meningkat. Akibatnya,
saat kejatuhan Soeharto pada 1998, jumlah utang luar negeri Indonesia justru
membengkak menjadi 54 miliar dolar AS.

Prestasi besar 

RE: [balita-anda] Republik Utang

2006-04-18 Terurut Topik Indra . Asri

ada hubungannya sama balita2 ko, nantinya mereka akan menanggung hutang 
negara hehehe...
 




Bambang Agustutianto [EMAIL PROTECTED]
04/18/2006 01:45 PM
Please respond to balita-anda

 
To: balita-anda@balita-anda.com
cc: 
Subject:RE: [balita-anda] Republik Utang


yg sesuai dg topik milis aja pak...
klo hal spt ini bisa masuk ke milis apakabar...

-Original Message-
From: ERVAN BUDIANTO [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, April 18, 2006 1:41 PM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] Republik Utang


 Sejarah kebangsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kehadiran utang
luar negeri. Hal itu tidak hanya berlangsung sejak beberapa tahun 
belakangan
ini, atau sejak era pemerintahan Soeharto, tapi telah berlangsung secara
terus menerus sejak awal kemerdekaan. 







EMAIL DISCLAIMER

This email and any files transmitted with it is 
confidential and intended solely for the use of
the individual or entity to whom it is addressed.
Any personal views or opinions stated are solely 
those of the author and do not necessarily 
represent those of the company.
   
If you have received this email in error 
please notify the sender immediately. 
Please also delete this message and 
attachments if any from your computer.

RE: [balita-anda] Republik Utang

2006-04-18 Terurut Topik Bambang Agustutianto
iya klo mereka punya anak n cucu...
klo mereka ONS?

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, April 18, 2006 2:00 PM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: RE: [balita-anda] Republik Utang



ada hubungannya sama balita2 ko, nantinya mereka akan menanggung hutang 
negara hehehe...
 




Bambang Agustutianto [EMAIL PROTECTED]
04/18/2006 01:45 PM
Please respond to balita-anda

 
To: balita-anda@balita-anda.com
cc: 
Subject:RE: [balita-anda] Republik Utang


yg sesuai dg topik milis aja pak...
klo hal spt ini bisa masuk ke milis apakabar...

-Original Message-
From: ERVAN BUDIANTO [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, April 18, 2006 1:41 PM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] Republik Utang


 Sejarah kebangsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kehadiran utang
luar negeri. Hal itu tidak hanya berlangsung sejak beberapa tahun 
belakangan
ini, atau sejak era pemerintahan Soeharto, tapi telah berlangsung secara
terus menerus sejak awal kemerdekaan. 







EMAIL DISCLAIMER

This email and any files transmitted with it is 
confidential and intended solely for the use of
the individual or entity to whom it is addressed.
Any personal views or opinions stated are solely 
those of the author and do not necessarily 
represent those of the company.
   
If you have received this email in error 
please notify the sender immediately. 
Please also delete this message and 
attachments if any from your computer.



Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]



Re: [balita-anda] Republik Utang

2006-04-18 Terurut Topik Noni Mira Timotius

mayan
jakarta jadi rada lega dikit




- Original Message - 
From: Bambang Agustutianto [EMAIL PROTECTED]

To: balita-anda@balita-anda.com
Sent: Tuesday, April 18, 2006 1:51 PM
Subject: RE: [balita-anda] Republik Utang



iya klo mereka punya anak n cucu...
klo mereka ONS?

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, April 18, 2006 2:00 PM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: RE: [balita-anda] Republik Utang



ada hubungannya sama balita2 ko, nantinya mereka akan menanggung hutang
negara hehehe...





Bambang Agustutianto [EMAIL PROTECTED]
04/18/2006 01:45 PM
Please respond to balita-anda


   To: balita-anda@balita-anda.com
   cc:
   Subject:RE: [balita-anda] Republik Utang


yg sesuai dg topik milis aja pak...
klo hal spt ini bisa masuk ke milis apakabar...

-Original Message-
From: ERVAN BUDIANTO [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, April 18, 2006 1:41 PM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] Republik Utang


Sejarah kebangsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kehadiran utang
luar negeri. Hal itu tidak hanya berlangsung sejak beberapa tahun
belakangan
ini, atau sejak era pemerintahan Soeharto, tapi telah berlangsung secara
terus menerus sejak awal kemerdekaan.







EMAIL DISCLAIMER

This email and any files transmitted with it is
confidential and intended solely for the use of
the individual or entity to whom it is addressed.
Any personal views or opinions stated are solely
those of the author and do not necessarily
represent those of the company.

If you have received this email in error
please notify the sender immediately.
Please also delete this message and
attachments if any from your computer.



Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: 
[EMAIL PROTECTED]

Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]








Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]



Re: [balita-anda] Republik Utang

2006-04-18 Terurut Topik ali muhammad
udah kebayar belum ama emas freeport ditambah lagi ma
cepu...terus dan terus.. :(


--- ERVAN BUDIANTO [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Sejarah kebangsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan
 dari kehadiran utang luar negeri. Hal itu tidak
 hanya berlangsung sejak beberapa tahun belakangan
 ini, atau sejak era pemerintahan Soeharto, tapi
 telah berlangsung secara terus menerus sejak awal
 kemerdekaan. 
 
 Kala itu, walau secara resmi kemerdekaan Indonesia
 baru diakui oleh masyarakat internasional pada
 Desember 1949, proposal utang luar negeri ternyata
 telah diajukan oleh pemerintah Indonesia sejak 1947.
 Bahkan, pada tingkat wacana, diskusi mengenai arti
 penting utang luar negeri telah berlangsung sejak
 November 1945.
 
 Yang mencengangkan, sesuai dengan hasil kesepakatan
 Konferensi Meja Bundar (KMB), pengakuan kemerdekaan
 Indonesia ternyata harus dibayar mahal dengan
 mengakui utang luar negeri yang dibuat oleh Hindia
 Belanda. Akibatnya, terhitung sejak 1950, pemerintah
 Indonesia serta merta memiliki dua jenis utang:
 utang luar negeri warisan Hindia Belanda senilai 4
 miliar dolar AS, dan utang luar negeri baru Rp 3,8
 miliar. 
 
 Setelah itu, walau utang luar negeri warisan Hindia
 Belanda tidak pernah dibayar oleh Soekarno, utang
 luar negeri baru terus mengalir. Dalam periode 1950
 - 1956, utang luar negeri yang dibuat pemerintah
 masing-masing berjumlah: Rp 3,8 miliar, Rp 4,5
 miliar, Rp 5,3 miliar, Rp 5,2 miliar, Rp 5,2 miliar,
 Rp 5,0 miliar, dan Rp 2,9 miliar (Higgins, 1957).
 
 Dengan kebiasaan berutang yang sangat dini tersebut,
 mudah dimengerti bila kebijakan ekonomi-politik
 Indonesia sangat mudah diintervensi oleh pihak
 asing. Peristiwa pertama terjadi tahun 1950.
 Menyusul kesediaannya untuk memberikan pinjaman
 sebesar 100 juta dolar AS, Pemerintah AS menekan
 Indonesia untuk mengakui keberadaan pemerintahan Bao
 Dai di Vietnam. Karena tuntutan tersebut tidak
 segera dipenuhi, pemberian pinjaman itu akhirnya
 tertunda pencairannya (Weinstein, 1976: 210). 
 
 Peristiwa kedua terjadi pada 1952. Setelah
 menyatakan komitmennya untuk memberikan pinjaman,
 pemerintah AS kemudian mengajukan tuntutan kepada
 Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk mengembargo
 pengiriman bahan-bahan mentah strategis ke Cina.
 Sebagai negara produsen karet dan anggota PBB,
 secara tidak langsung tuntutan tersebut 'terpaksa'
 dipenuhi Indonesia. Persitiwa yang paling dramatis
 terjadi pada 1964. Menyusul keterlibatan Inggris
 dalam konfrontasi dengan Malaysia, pemerintah
 Indonesia segera meyikapi hal itu dengan
 menasionalisasikan perusahaan-perusahaan Inggris.
 Ini adalah nasionalisasi kedua yang dilakukan
 Indonesia setelah nasionalisasi
 perusahaan-perusahaan Belanda pada 1956.
 
 Mengetahui hal itu, pemerintah AS segera turut
 campur. Setelah beberapa waktu sebelumnya menekan
 Indonesia untuk mengaitkan pencairan pinjamannya
 dengan program stabilisasi Dana Moneter
 Internasional (IMF), AS kemudian mengaitkan
 pencairan pinjaman berikutnya dengan tuntutan untuk
 mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia. 
 
 Campur tangan AS tersebut -- di tengah maraknya
 demonstrasi menentang pelaksanaan program sabilisasi
 IMF di tanah air -- ditanggapi Soekarno dengan
 mengecam utang luar negeri dan menentang AS.
 Pernyataan, ''Go to hell with your aid,'' yang
 sangat terkenal itu adalah bagian dari ungkapan
 kemarahan Soekarno kepada negara tersebut. 
 
 Sebagaimana diketahui, perlawanan yang sangat keras
 itu harus dibayar mahal oleh Soekarno. Menyusul
 memuncaknya krisis ekonomi-politik nasional pada
 1965, tepat 11 Maret 1966, Soekarno secara
 sistematis mendapat tekanan untuk menyerahkan
 kekuasaannya kepada Soeharto. Hal ini tidak hanya
 menandai berakhirnya era pemerintahan Soekarno,
 tetapi sekaligus menandai dimulainya era
 pemerintahan Soeharto di Indonesia.
 
 Perlu diketahui, jumlah utang luar negeri pemerintah
 pada akhir masa pemerintahan Soekarno berjumlah
 sebesar 6,3 miliar dolar AS. Terdiri dari utang luar
 negeri warisan Hindia Belanda 4 miliar dolar AS, dan
 utang luar negeri baru 2,3 miliar AS. 
 
 Pada era pemerintahan Soeharto, menyusul kembalinya
 Indonesia ke pangkuan IMF dan Bank Dunia, kedua
 jenis warisan utang itu disepakati untuk dibayar.
 Utang luar negeri warisan Hindia Belanda disepakati
 untuk dibayar selama 35 tahun terhitung sejak 1968.
 Sedangkan utang luar negeri warisan Soekarno
 disepakati untuk dibayar selama 30 tahun terhitung
 sejak 1970. Secara resmi, utang luar negeri warisan
 Hindia Belanda baru lunas pada 2003. Sedangkan utang
 luar negeri warisan pemerintahan Soekarno lunas pada
 1999. 
 
 Walau demikian, hal tersebut sama sekali tidak
 mengubah catatan utang luar negeri Indonesia. Dalam
 era pemerintahan Soeharto, selain kebiasaan berutang
 terus berlanjut, jumlah utang yang dibuat cenderung
 meningkat. Akibatnya, saat kejatuhan Soeharto pada
 1998, jumlah utang luar negeri Indonesia justru
 membengkak menjadi 54 miliar dolar AS.
 
 Prestasi besar dicatat oleh pemerintahan