RE: [balita-anda] Re: Fw: Surat Terbuka :Pak Menteri, ANAK SAYA BUKAN JENIUS!

2005-06-23 Terurut Topik Mulyana, Yayan
Satu fakta yi;
Jangan salahkan banyak diantara orang tua (yg mampu) mengirim anak2 nya
sekolah di LN, konon karena materi pelajarannya lebih terfokus...shg
beban tidak seberat anak di negeri ini.dan satu hal yg pasti, selain
masalah  prestise..product LN negri "dihargai lebih" dari anak2 kita
product dalam negeri ini

entah mau dibawa kemana Indonesia tercinta kita ini...

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, June 23, 2005 12:36 PM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] Re: Fw: Surat Terbuka :Pak Menteri, ANAK SAYA
BUKAN JENIUS!

nah ini nih ... yang saya takutkan dari dulu ...
kasihan anak sekolah sekarang ... pelajaran nya buanyyyak banget ...
sekolah full sampe sore, ditambah ekstrakulikuler dan les2 ... kapan
istirahat dan bermainnya  kasihan kan ... makanya aku mau cari
sekolah
buat nayla yang ngak memberi PR   kasihan 
bener-bener deh ... percuma sekolah di sekolahan favorit .. kalo cuma
ngejer nilai doang ... setelah besar ilmu nya ngak dipake sama
sekali
...
pusing juga yah  sebagai orang tua harus cermat mengamati
perkembangan
pendidikan saat ini ...


Sefty,
please visit my web site :
http://www.babiesonline.com/babies/n/naylaauraalshafa/


 



SUARA PEMBARUAN DAILY Jum'at, 17 Juni 2005
-
Surat Terbuka kepada Mendiknas:



Tolong! Anak Saya Bukan Anak Jenius!
Oleh Trisno S Sutanto



BAPAK Menteri yang terhormat. Saya telah me-layangkan surat ini ke
lembaga Bapak. Akan tetapi, mengingat surat ini ditulis bukan oleh orang
yang penting, melainkan dari rakyat jelata, dari seorang ayah yang
merasa
prihatin melihat nasib pengajaran anaknya, besar kemungkinan Bapak tidak
akan menerima surat ini. Atau, kalau toh Bapak menerimanya, besar pula
kemungkinan Bapak tidak bersedia membacanya.


Karena alasan itulah, saya memutuskan untuk menjadikan surat ini "surat
terbuka" yang dapat dibaca oleh semua orang, khususnya para ayah-ibu
yang
prihatin melihat hancurnya sistem pendidikan dan pengajaran di
sekolah-sekolah tempat anak mereka menimba ilmu. Sebab, menurut saya,
apa
yang terjadi pada anak saya lebih kurang dapat juga dirasakan pada
anak-anak
seusianya.


Bulan ini, jika tidak ada aral melintang, anak saya akan menghadapi
ujian kenaikan kelas. Kini ia kelas II di sebuah SLTP Katolik yang cukup
terpandang di daerah Jakarta Timur. Akan tetapi semenjak dua-tiga bulan
terakhir, kata "sekolah" dan "belajar" baginya telah menjadi hantu yang
sangat membebani pikiran dan perasaannya. Awal Mei lalu, tepat pada
"Hari
Pendidikan Nasional", misalnya, anak saya menyatakan mogok pergi ke
sekolah.
Alasannya sederhana: "Aku benci
sekolah!" Sebagai orangtua, saya memang dapat memaksa agar dia tetap
pergi ke sekolah. Namun, menurut saya, model pemaksaan seperti itu tidak
akan memecahkan persoalan. Jadi saya membiarkan ia tidak pergi ke
sekolah,
dan menjadikan hari itu sebagai kesempatan untuk mendiskusikan
alasan-alasan
ia mogok bersekolah.


Hasilnya sudah dapat diduga, akan tetapi tetap mengejutkan bagi saya
sebagai orangtua. Pertama-tama dia berkeluh kesah tentang begitu banyak
mata
pelajaran yang harus dia telan mentah-mentah, tanpa dia tahu untuk apa
dan
mengapa dia harus menelannya. Kata "telan mentah-mentah" sengaja saya
pilih,
karena hanya itulah padanan yang paling tepat bagi system pengajaran
yang
(masih terus) mengandalkan pada "hafalan mati" - walau pun sudah begitu
banyak kritik pedas ditujukan pada sistem seperti itu.

Standar Kurikulum
Memang benar, dewasa ini orang berbicara tentang KBK (Kurikulum
Berbasis
Kompetensi) dan "otonomi khusus" masing-masing sekolah. Akan tetapi,
pada
praktiknya, tetap saja setiap sekolah akan berusaha memenuhi standar
kurikulum yang dibuat Depdiknas, agar tidak dinilai "ketinggalan" dari
sekolah-sekolah "favorit".  Apalagi, dalam sistem KBK, faktor pendidikan
guru sebagai "fasilitator" (perhatikan: bukan sebagai guru tradisional,
sumber-segala-sumber ilmu pengetahuan!) akan sangat menentukan. KBK
mengasumsikan tersedianya sumber-sumber ilmu pengetahuan yang
terbuka,
seperti internet, fasilitas perpustakaan, lingkungan yang memadai, dan
seterusnya, serta kemampuan guru mengolah mata pelajaran tanpa harus
membebek pada standar kurikulum. Kedua asumsi itu, pada praktiknya,
merupakan kemewahan yang tidak dimiliki oleh sekolah-sekolah pada
umumnya.
Alhasil, sistem "telan mentah-mentah" kembali merajalela. Mari saya beri
contoh konkret. Seorang siswa SLTP di Jakarta, seperti anak saya, paling
tidak harus "menelan" 16 mata pelajaran (mata pelajaran umum, ilmiah,
dan
khas daerah), mulai dari Agama, PPKN, Fisika, Ekonomi sampai Komputer
dan
PLKJ (Pendidikan Lingkungan Kehidupan Jakarta - untuk siswa di Jakarta).
Itu
berarti, setiap siswa harus "menelan mentah-mentah" setidaknya 15 buku -
saya mengasumsikan Matematika tidak menghafal! - untuk menghadapi ujian
kenaikan kelas.
Masalah lain yang disinggung anak saya, bukan saja jumlah mata
pelajarannya
sangat bany

Re: [balita-anda] Re: Fw: Surat Terbuka :Pak Menteri, ANAK SAYA BUKAN JENIUS!

2005-06-22 Terurut Topik Tri Agustiyadi
Insya Allah sekolah SD di JISc (Jakarta Islamic School) gak ada PR lagi ...
karena sudah dilakukan semua di sekolah.
Dan saya pikir gak perlu lagi les bhs Inggris, soalnya di sekolah udah pake
native speaker

MT  Agustiyadi
- Original Message - 
From: <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Thursday, June 23, 2005 12:35 PM
Subject: [balita-anda] Re: Fw: Surat Terbuka :Pak Menteri, ANAK SAYA BUKAN
JENIUS!


> nah ini nih ... yang saya takutkan dari dulu ...
> kasihan anak sekolah sekarang ... pelajaran nya buanyyyak banget ...
> sekolah full sampe sore, ditambah ekstrakulikuler dan les2 ... kapan
> istirahat dan bermainnya  kasihan kan ... makanya aku mau cari sekolah
> buat nayla yang ngak memberi PR   kasihan 
> bener-bener deh ... percuma sekolah di sekolahan favorit .. kalo cuma
> ngejer nilai doang ... setelah besar ilmu nya ngak dipake sama sekali
> ...
> pusing juga yah  sebagai orang tua harus cermat mengamati perkembangan
> pendidikan saat ini ...
>


AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!

Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]