Bu Gaiea saya tertarik dengan artikel tersebut, bisakah saya
mendapatkannya dari ibu ?
Terima kasih atas bantuannya.
__ Reply Separator _
Subject: [balita-anda] Bayi Matematika
Author: [EMAIL PROTECTED] (gaiea sukhsmasharira) at bngtw
Date:3/20/00 2:52 PM
Dear Netter,
Saya menemukan sebuah artikel tentang Kiat Mengajarkan Matematika untuk Bayi ant
ara 0 - 1 tahun.
Semoga bermanfaat,
+Bunda Gaiea+
KIAT MENGAJARKAN MATEMATIKA
KEPADA BAYI BERUSIA O - 1 TAHUN
OLEH : NASRULLAH IDRIS
bidang studi reformasi Sains/Matematika/Teknologi
P.O.Box 1380 - Bandung 40252 - INDONESIA
e-mail : [EMAIL PROTECTED]
PENDAHULUAN
Bersamaan mulai berfungsinya mata seorang bayi dengan normal, sekaligus melihat
fisik sekitarnya, proses pengajaran matematika sesungguhnya sedang berlangsung.
Karena apa yang dilihatnya jelas berkaitan batasan-batasan benda, yang gilirann
ya pada ukuran dan satuan.
Kemudian diperkuat sikap bermanja sang ibu dengan memperlihatkan benda-benda ke
hadapannya, sebagaimana dalam usaha membuat si bayi beraksi.
Namun mengingat pamor matematika cenderung untuk konsumsi usia sekolah, sehingga
apa yang dilakukan mereka itu seakan- akan tidak berkaitan dengan matematika.
Akibatnya mereka tidak serius, dalam arti, bila ada kesempatan saja. Apalagi ada
nya predikat jelimet, komplek, dan susah yang dilekatkan pada tubuh matematika,
tentu semakin membuat ibu tidak memprioritaskannya dalam jadwal pengasuhan.
Bila seorang ibu sudah bisa menerima perilakunya seperti itu sebagai proses peng
ajaran matematika juga, tentu akan semakin terangsang memberikan input kepada ba
yinya.
Sekarang tinggal pada metode, bagaimana urutan prioritasnya ? Jangan sampai yang
lambat dicerna didulukan ketimbang yang cepat ditangkap, karena itu namanya mel
oncat.
Nah berikut ini akan disampaikan beberapa kiatnya (kita batasi pada aritmatika :
salah satu cabang dari Matematika)
MEMPERLIHATKAN BOLA
Perlihatkanlah sejumlah bola dengan beberapa kali +pindah posisi, yang berwarna
gelap dan berbahan sama.
Diameternya lima ukuran saja dulu, 1 cm s/d 5 cm, yang rasanya standar dengan da
ya penglihatannya. Bukankah puting susu dan daerah hitam pada payudara, yang umu
mnya sering dilihat bayi ketika mulai menyusu, sekitar itu juga ?
Penampilan awalnya hendaknya berurutan dengan selisih waktu yang cukup. Tampilan
acak dilakukan bila bayi sudah akrab.
Pada waktunya timbul kesan adanya perbedaan dan persamaan, yakni ketika semuanya
diperlihatkan, serta membandingkan besar kecilnya.
Dipilih lingkaran mengingat kesempurnaan, kesederhanaan, dan keteraturannya, mes
kipun
diproyeksikan ke bidang, sifat yang tidak dimiliki bangun lainnya.
Satu ukuran yang warnanya berlainan pun boleh, asal tajam serta sudah populer pa
da diri manusia sepanjang hidupnya. Hitam, hijau, merah, biru, dan kuning, misal
kan.
Mana sajalah dulu yang dipakai. Substansinya hampir sama juga, hanya jenisnya la
in.
Ketika tahap sekaligus, pengertian lainnya muncul pada bayi, tepatnya kaitan war
na, ukuran, dan satuan melalui penggabungan dua macam input monumental yang suda
h dikuasainya.
Pakailah lima bola berdiameter sama serta bisa digenggam. Sebanyak lima kali dip
erlihatkan, yang masing-masing diambil satu dan lima. Ini untuk pengurangan. Seb
aliknya penjumlahan dengan menambahkan satu, sampai empat pada bola yang tergeng
gam.
Mengingat cirikhas pada setiap jumlah bola yang sering dilihatnya, bayi pun akan
melihat
kejanggalannya ketika dikurangi atau ditambah. Intersan serupa yang muncul seben
tar-sebentar membuatnya semakin memahami hakikat bertambah dan berkurang, yang d
itandai perubahan luas kelompok.
Apalagi pada peragaan bola yang diameter dan warnanya beragam. Pemahamannya tida
k lagi terikat dengan ukuran, tetapi pada jumlah bola yang tampak.
Adanya perasaan terpisah bila sendiri dan bersama saat digendong, yang sudah mun
cul sebelumnya, sedikit-banyak ikut mempercepat pemahaman tersebut.
Bila sudah maksimal barulah bangun lain dilibatkan yang kerumitannya setingkat d
i atas bola, yaitu kubus, mengingat ketiga sifat bola tersebut masih terkandung
juga di dalamnya.
Proses pengajarannya sama. Hanya waktunya semakin pendek karena formulanya sudah
terjaring pada otak bayi dalam pengajaran bola. Tinggal mengaplikasikanya pada
kubus. Bak mudahnya siswa SD menjawab 2 mangga + 3 mangga di rumah hanya karena
sudah memahami hakikat 4 permen + 1 permen di sekolah.
Bisa diteruskan dengan menampilkan keduanya, kotak dan bola, dalam setiap peraga
an. Ukuran dan warna tidak perlu dipersoalkan lagi, karena yang dibahas terbatas
pada Aritmatika. Masalah jumlah sebaiknya tidak beranjak dari lima, agar semaki
n memperkuat basis intelektualnya. Toh nanti akan terangsang untuk mempertanyaka
n objek