Sayang Anak, Bukan Memanjakan Anak

Dani dan Fira baru punya anak pertama. Kebetulan, mereka masih tinggal di
rumah orang tua Dani. Sudah masuk bulan keempat usia anaknya, Fira menjadi
bingung oleh sikap ibu mertuanya. Sang ibu mertua yang pensiunan kepala
sekolah menerapkan pola asuhan yang sangat disiplin. Termasuk dalam
menangani cucunya.

Sang ibu mertua menerapkan jadwal teratur untuk setiap kegiatan perawatan
cucunya. Misalnya, Fira tidak diperbolehkan menyusui anaknya di luar jam-jam
yang sudah ditentukan. Kalau anaknya menangis, ibu mertua melarangnya
menggendong. Cukup ditepuk-tepuk sama sampai tenang. "Jangan sering
digendong, nanti anakmu manja. Anak itu harus dibiasakan mandiri sejak
bayi," kata sang mertua. Sang bayi juga diharuskan tidur di boksnya sendiri,
tidak boleh dikeloni, kecuali waktu menetek.

Apakah benar kepercayaan sang mertua itu?

Masih banyak yang mempercayai konsep semacam itu. Tetapi, di lain pihak,
kini berkembang pesat konsep attachment parenting, yaitu pola asuhan yang
justru mengutamakan keterikatan fisik dan emosional anak dengan orang
tuanya.

Menurut para ahli, pola attachment parenting ini sangat berguna untuk
mengenal anaknya lebih dekat, dan yang paling penting untuk membantu sang
anak merasa aman. Rasa aman dan puas kasih sayang itu akan dibawanya seumur
hidup, menjamin kepribadian yang mantap dan siap menghadapi tantangan hidup.

Tapi, attachment parenting ini tidak mudah dilaksanakan oleh ibu yang
bekerja. "Memang sih, kalau dipikir, saya tidak mungkin selalu menunggui
anak saya. Tapi, saya juga selalu ingin mendekap dan menggendong anak saya,"
katanya.

Anda wanita karir seperti Fira dan ingin mencoba attachment parenting?
Berikut ini beberapa tips dari para ahli:



1. Buat komitmen.

Sebelum bayi lahir, Anda harus membuat komitmen bahwa Anda akan melaksanakan
attachment parenting ini. Buatlah komitmen untuk berusaha menjaga dua
hubungan utama, hubungan dengan anak dan kepada suami. Hal paling berharga
yang bisa Anda berikan kepada anak adalah suasana rumah yang harmonis, yang
hanya bisa didapat dengan landasan pernikahan yang stabil.

Anda dan suami disarankan untuk meraba perut yang sedang mengandung setiap
malam sebelum tidur, seolah-olah Anda berdua sedang membelai-belai si kecil.
Bicaralah tentang komitmen pengasuhan anak itu bersama suami. Kebiasaan yang
mesra ini biasanya akan bertahan setelah yang bayi lahir. "Sering, kalau
saya tidak bisa tidur, saya akan bisa tidur bila membelai kepala anak saya,"
kata seorang dokter.



2. Ciptakan suasana damai di kandungan.

Biarpun masih di kandungan, janin sudah mempunyai kepekaan terhadap
lingkungannya. Janin bisa merasakan yang dirasakan ibunya. Bila ibunya
sedih, si bayi juga ikut sedih. Jika di tiga bulan pertama si ibu mengalami
stres emosi, sang jabang bayi punya peluang untuk tumbuh menjadi anak yang
mudah cemas dan sulit tidur.



3. Persiapkan diri.

Banyak pasangan yang menghabiskan waktu dan uang untuk menyiapkan
pernik-pernik keperluan bayi. Padahal, sang bayi tidak peduli pada warna cat
dinding kamarnya, pada bentuk boks bayinya, pada baju-baju yang akan
dipakainya.

Yang diinginkan oleh sang bayi adalah persiapan Anda sebagai orang tuanya.
Persiapkan fisik dan mental, serta lingkungan untuk menyambut kehadiran bayi
Anda. Ibu yang siaga akan tahu tanda-tanda yang disampaikan oleh si jabang
bayi dari dalam rahimnya, sehingga menjadi lebih waspada.



4. Menyusui.

Menyusui sendiri tak diragukan lagi akan memberikan ikatan emosional luar
biasa antara ibu dan bayi. Anda juga bisa mengenali kemauan bayi Anda dengan
terbiasa menyusui ini. Anda jadi tahu kapan anak Anda lapar, dan berapa
banyak yang dibutuhkannya, bukannya menunggu-nunggu melihat jam untuk
menyusui dan menakar-nakar susu dan makanannya. Anda dan sang bayi akan
saling mengenal lebih baik, dan akan tercipta harmoni satu sama lain.



5. Menyapih.

Sangat tidak disarankan untuk menyapih anak terlalu dini. Meski demikian,
ketika saat menyapih tiba, bukan berarti ikatan antara anak dan ibunya juga
lepas. Sepanjang si anak dan ibunya merasa nyaman menyusu, teruskan saja.

Penyapihan harusnya tidak berarti negatif. Sebab, manusia akan selalu
mengalami penyapihan dalam kehidupannya. Disapih dari kandungan, disapih
dari ASI, disapih dari susu botol, disapih dari tempat tidur orang tuanya,
disapih dari rumah untuk sekolah, dan seterusnya. Penyapihan harus
dipartikan sebagai proses pematangan. Anak yang puas dalam kehidupannya,
saat disapih akan siap menghadapi tahap kehidupan selanjutnya.



6. Respon tangis bayi.

Bayi cuma bisa menangis untuk mengungkapkan keinginan dan perasaannya.
Karena itu, orang tua harus tanggap terhadap tangis bayinya. Tangis bayi
yang disambut tangan sang ibu adalah jaringan komunikasi yang tercipta
antara anak dan ibu. Kecepatan respon terhadap tangis bayi akan meningkatkan
kepekaan anak, dan meningkatkan kepekaan Anda sebagai orang tua.

7. Pola tidur bayi.

Bayi sering membuat orang tua bertanya-tanya tentang pola tidurnya. Ada bayi
yang diletakkan di kasur saja langsung tidur lelap. Ada yang harus
digendong, ada yang suka diayun, ada yang suka ditepuk-tepuk, dan
sebagainya. Terbukalah pada setiap kemungkinan tersebut, dan sesuaikan diri
dengan kebiasaannya.

Mengajak bayi tidur bersama orang tua juga membuat anak tahu bahwa orang
tuanya sayang, percaya, dan terbuka kepadanya. Bila Anda dan suami merasa
tidak apa-apa anak tidur satu kamar, lakukan saja. Bila Anda tidak merasa
nyaman, jangan dilakukan. (yul)

Jawa Pos, Minggu, 04 Juli 1999


Kunjungi:
http://www.balita-anda.indoglobal.com
"Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat & cerdas"

------------------------------------------------------------------------
Berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]
Saran/ kritik/pertanyaan mengenai milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
http://pencarian-informasi.or.id/ - Solusi Pencarian Informasi di Internet





Kirim email ke