Rekans Netter, Beberapa waktu lalu topik KB vs KB alami sedang hangat di milis kita. Artikel ini saya temukan di Intisari edisi Mei 2000, mungkin bisa jadi alternatif dalam ber KB. Karena cukup panjang akan saya bagi dalam 2 bagian. Semoga berguna. Mamanya Dafi Ki Urat: Antihamil Plus Obat Kuat Pergeseran sifat kegiatan seksual dari prokreasi menjadi rekreasi menyebabkan industri farmasi melahirkan obat dan alat kontrasepsi. Sayang, harganya relatif mahal. Di lain pihak, kegiatan rekreasi tidak bisa begitu saja ditiadakan hanya demi mencegah kehamilan. Solusinya, berpaling ke alam! Gitu aja kok repot! Kenapa populasi masyarakat di Tibet tidak mengalami perubahan yang berarti selama lebih dari 200 tahun? Begitulah pertanyaan yang menggoda benak para peneliti melihat Tibet yang nyaris tak terdengar dalam soal kependudukan selama dua abad. Selidik punya selidik, ternyata dalam menu makanan mereka hampir selalu ditemui ercis (Pisum sativum), atau dalam bahasa mereka matar. Di Indonesia kacang ini dikenal dengan banyak nama: kacang kapri, kacang polong, atau gamet. Dari penelitian yang intensif di laboratorium akhirnya diketahui, biang kerok kejadian itu adalah senyawa kimia yang diberi nama m-xilohidroksiquinon. Senyawa ini merupakan senyawa utama yang terdapat dalam minyak kacang ercis. Dari hasil pengujian terhadap hewan dan manusia terbukti bahwa senyawa m-xilohidroksiquinon sangat efektif untuk mengalangi terjadinya pembuahan indung telur oleh spermatozoa. Bahasa medisnya adalah senyawa antifertilitas nonsteroida. Senyawa m-xilohidroksiquinon yang terkandung dalam ercis tidak bersifat toksik atau racun bagi wanita. Di dalam tubuh, senyawa ini memiliki cara kerja yang berlawanan dengan vitamin E yang kadung dikenal sebagai vitamin penyubur. Untuk keperluan pembatasan kehamilan, kacang ercis harus dikonsumsi dua kali sebulan, yaitu pada hari ke-16 dan 21 siklus haid. Jumlah asupan sekitar 200 - 250 gr sekali makan. Cara penyajiannya bisa diatur, mau dibikin sayur bening, sop, atau jus. Itu semua tergantung pada selera masing-masing. Bisa juga dijadikan menu sehari-hari layaknya masyarakat Tibet. Kembang sepatu si tukang ganggu Sampai saat ini, obat kontrasepsi oral yang efektif dan paling banyak digunakan adalah dari golongan steroida. Hampir seratus persen jenis obat tersebut adalah hasil sintetis di laboratorium. Memang, tidak semuanya dibuat secara sintetis total. Namun, paling tidak obat tersebut merupakan hasil dari parsial sintetis bahan alam. Akibatnya, sifat alami dari obat tersebut juga berubah drastis, yang berujung pada efek sampingan yang merugikan. Pada beberapa orang, efek itu tampak nyata: berat badan tidak terkendali, alergi, gangguan pada siklus haid, dll. Berkaca dari kenyataan tadi, masyarakat mulai menengok ramuan tradisional yang tergusur oleh budaya instan dan global. Kacang ercis bukan satu-satunya ramuan penghambat kehamilan. Masih ada akar kelimpar atau areuy kacembang (Embelia ribes). Tumbuhan yang di Indonesia hanya dikenal sebagai obat cacing ini mengandung senyawa embelin. Inilah senyawa yang cukup tokcer dalam mencegah terjadinya kehamilan. Caranya dengan membuat campuran 7 g seluruh bagian tumbuhan areuy kacembang, 7 g cabe jawa atau lada panjang (Piper longum), dan 7 g boraks yang diminum setiap hari selama 22 hari dengan tidak melakukan hubungan suami-istri. Setelah "puasa" selama 22 hari itu, hubungan intim bisa dilakukan. Dengan cara itu, ramuan ini dapat mengalangi terjadinya kehamilan selama setahun! Senyawa rottlerin yang terdapat pada ki meyong (Mallotus philippensis) juga bersifat antifertilitas. Penggunaan senyawa ini dengan dosis 10 mg/kg berat badan (BB) dapat efektif 100% untuk mengalangi pembuahan selama sepuluh hari, dan hanya sekitar 84% dalam 20 hari. Tapi, jika dosis ditingkatkan menjadi 20 mg/kg BB maka dapat mengalangi terjadinya pembuahan secara total selama sebulan. Dari kalangan tanaman hias, kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) bisa menjadi pilihan lain. Malahan bisa dikategorikan sebagai tumbuhan kontrasepsi AC/DC; untuk pria jos, wanita pun manjur. Penelitian di laboratorium memperlihatkan bahwa ekstrak kembang sepatu ini memiliki sifat antiestrogenik yang bisa menimbulkan terganggunya keseimbangan hormon reproduksi pada pria maupun wanita. Akibat lanjutannya, kegiatan ya, ya, ya, ... pun bebas dari kekhawatiran akan memunculkan adik baru. Pada pria, ekstrak (air rebusan) bunga kembang sepatu selain akan mengganggu keseimbangan hormon reproduksi (progesteron), juga akan memberikan efek menghambat terhadap perbanyakan sperma, mengganggu fungsi endokrin, dan memperkecil ukuran testis. Tapi, pengaruh itu hanya timbul selama pemberian ekstrak itu berlangsung. Kalau dihentikan, organ reproduksi akan bekerja normal kembali. Dalam pengobatan formal, hanya satu jenis senyawa alami dari tumbuhan yang telah digunakan sebagai obat konstrasepsi dan diresepkan oleh banyak dokter, yaitu senyawa sparteina. Senyawa ini banyak dijumpai pada tumbuhan dari famili Leguminosae atau polong-polongan, terutama marga Ammodendron, Baptisia, Cytisus, Genista, Gobelia, Lupinus, Retama, Sarothamnus, Templetonia, dan Thermopsis. Sayangnya, tumbuhan tersebut bukanlah tanaman asli Indonesia. Besar kemungkinan belum pernah ditanam di Indonesia. -continue--- __________________________________________________ Do You Yahoo!? Yahoo! Photos - 35mm Quality Prints, Now Get 15 Free! http://photos.yahoo.com/ ### FREE DOMAIN [.COM|.NET|.ORG *] >> http://www.indoglobal.com << ## >> Kirim bunga ke-20 kota di Indonesia? Klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]