Jawapos Selasa, 03/04/2001 - 21:52 WIB Anakku Mbak, Dua-Duanya Mbak... Kisah Tragis Meninggalnya Dua Anak di Kolam Renang SURABAYA-"Anakku meninggal Mbak. Dua-duanya, Mbak." Kalimat itu empat kali diucapkan Mirawati dengan nada lirih dan bergetar ketika ditemui Jawa Pos di ruang 31 persemayaman jenazah Yayasan Adi Jasa kemarin. Dua putri Mira, Ilene K.S. dan Evelyn K.S., meninggal dalam musibah di Klub Bunga Kartika Resort Batu Malang pada 31 Maret lalu (JP kemarin, Red). Raut wajah Mira menyiratkan duka mendalam. Mata sembab dan kelopak mata kehitam-hitaman pertanda kurang tidur. Untuk menopang tubuhnya pun Mira tampak tak kuasa. Jalannya terhuyung-huyung. Ketika hendak ke kamar kecil, dia dipapah oleh dua saudaranya. Setelah itu, Mira kembali berbaring di kasur yang dihamparkan di lantai belakang peti jenazah dua anaknya. Berkali-kali dia menatap peti jenazah tersebut sambil menghela nafas panjang. "Saya sungguh tidak pernah mengira ini akan terjadi," tutur Mira masih dengan nada bergetar. Bahkan, sejurus kemudian dia tak kuasa lagi menahan isak tangisnya. Peristiwa yang merenggut nyawa dua buah hatinya itu terjadi ketika dia dan suaminya justru bermaksud untuk menyenangkan mereka dengan mengajak refreshing di Klub Bunga. Kata Mira, sepanjang perjalanan ke tempat peristirahatan di Batu itu, Ilene dan Evelyn (bukan Eka Krishna dan Elisa yang tertulis kemarin) terlihat begitu ceria. Agar anak-anaknya nyaman sepanjang perjalanan, Mira sampai membawa kasur dan diletakkan di antara jok mobil. Sampai di tempat tujuan, keluarga yang tinggal di Manyar Tirtoasri XI/31 ini langsung istirahat. "Saya buatkan anak-anak Indomie biar perutnya hangat. Soalnya mereka mau renang," ungkap Mira. Usai makan, barulah Ilene dan Evelyn berenang bersama ayahnya. Mira sendiri hanya mengawasi dari kejauhan. Ibu tiga anak ini menyatakan kalau dia tak pernah mempercayakan anak-anaknya pada orang lain. Karena itu, dia berusaha selalu bisa dekat dengan mereka kapan saja, termasuk kala tidur. "Kami biasa tidur berlima," lanjutnya. Saat berenang, Ilene dan Evelyn dilengkapi dengan pelampung. Ketika hari kian petang, sekitar pukul 17.00, mereka menyudahi renangnya. Pelampung pun anaknya pun dilepas. Kwa Gwan Tim menuju ruang ganti pakaian untuk pria, sementara Ilene dan Evelyn ditemani pembantunya menuju ruang ganti wanita. Mira saat itu masih di luar kamar ganti. Dia mengambil handuk plus perlengkapan mandi. "Tapi, ketika saya hendak memberikan handuk itu pada pembantu, dia bilang kalau anak-anak tidak ada di kamar ganti. Deg! Jantung saya langsung berdegup kencang. Saya merasa tidak enak," ungkap Mira seraya terisak-isak. Tangan kirinya yang menggenggam kuat-kuat wartawan Jawa Pos Amri Husniati yang duduk di sampingnya. Mira kemudian memberitahu suaminya, dan mereka mencari bersama-sama. "Saya panggil-panggil, tapi tak ada sahutan," urai Mira. Semula, mereka mengira anaknya itu ada di salah satu kamar ganti dan mainan shower. Bahkan, Mira sempat mengira anaknya ada di ruang ganti pria akibat salah kamar. Ternyata tak kunjung ketemu. Seolah ada yang menuntun, pandangan Mira kemudian terarah pada kolam renang di dekat kamar ganti. "Saya melihat ada hitam-hitam di dasar kolam. Lalu saya teriak: Anakku! Anakku!" Mendengar jeritan Mira yang tangannya nuding ke arah kolam, Kwa Gwan Yin langsung mencebur. Ternyata benar, "hitam-hitam" di dasar kolam itu adalah kakak beradik Ilene dan Evelyn. Gwan Im langsung menjebur dibantu petugas Klub Bunga. Lalu, mengangkat anaknya dari kolam. Setelah mendapatkan pertolongan darurat, mereka dilarikan ke rumah sakit Hasta Brata Batu. "Kata orang-orang, anak saya sudah tak tertolong lagi. Waktu dibawa ke rumah sakit itu mereka sudah meninggal," kata Mira. Kali ini tangisnya meledak lebih kuat. Dia terlihat sangat terpukul dengan musibah tersebut. Mira tak kuasa menahan emosi. Berbeda dengan Gwan Im yang terlihat lebih tegar. Mengenakan hem lengan panjang putih dan celana warna gelap, Gwan Im menemui setiap kenalan maupun kerabat yang datang melayat. "Sungguh saya tak percaya akhirnya akan seperti ini. Saya sudah berusaha mengawasi mereka, tapi rupanya Tuhan berkehendak lain. Anak saya meninggal, Mbak," ujar Mira lirih. Dari matanya, terus menetes air yang juga terus menerus diusapnya dengan sapu tangan putih. Pagi ini, jenazah Evelyn dan Ilene akan dibawa ke Sukorejo untuk dimakamkan di sana. (ami) Lima menit yang Fatal Itu * SEKITAR pukul 17.00, Evelyn, Ilene, dan Kwa Gwan Yin (papa) mengakhiri renangnya. · Pelampung dilepas dari tubuh Evelyn dan Ilene. · Dibawa ke kamar ganti ditemani pembantu. · Mira (mama) mengambil handuk dan perlengkapan mandi. · Mira hendak memberikan handuk, pembantu memberi tahu kalau Evelyn dan Ilene tidak ada di kamar ganti. · Mira mulai panik. Firasatnya akan terjadi apa-apa. Dia ke kolam. Melihat bayangan hitam di dasar kolam. · Sekuat tenaga teriak, "Anakku!". Kwa Gwan Yin langsung menjebur. Diangkatlah dua bocah itu. Langsung dilarikan ke RS. Tapi, sudah tak tertolong lagi. >> kirim bunga, pesan cake & balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]