Re: [balita-anda] Re: Pengalaman seorang ibu kehilangan anak pertamanya]

1999-08-19 Terurut Topik surii



Terima kasih atas pendapat anda.
Perlu saya tambahkan saya tidak bermaksud menyebarluaskan prasangka ke
masyarakat. Saya hanya ingin memberitahukan agar sekiranya hal ini dapat
menjadi perhatian kita semua khususnya bagi mereka yang akan menantikan
kelahiran seorang bayi. Karena mungkin jika kita yang mengalaminya sendiri
akan sulit menerima kenyataan dengan begitu lapang dada atau ikhlas. Dan
sebenarnya hal ini tidak akan menimbulkan prasangka, karena ini merupakan
kenyataan yang telah terjadi. Bahkan Direktur Pembinaan Medis RS tersebut
sendiri telah mengakui adanya kelalaian dan kesalahan prosedur serta tidak
lengkapnya peralatan RS sehingga mereka tidak dapat bertindak cepat dalam
mengatasi masa kritis yang timbul. Selain itu direktur tersebut telah
meminta maaf atas kelalaian, sikap tak peduli serta kelambatan dalam
mengambil keputusan para dokter dan suster yang bertanggung jawab pada saat
itu.

Salam

Intan




Rika - [EMAIL PROTECTED] on 08/18/99 05:22:47 AM

Please respond to [EMAIL PROTECTED]

To:   [EMAIL PROTECTED]
cc:(bcc: Intan Suri/BASF-INDONESIA/BASF)
Subject:  [balita-anda] Re: Pengalaman seorang ibu kehilangan anak
  pertamanya]




[EMAIL PROTECTED] wrote:
Hallo semua, saya akan sedikit memberikan pengalaman yang mungkin berguna
buat rekan-rekan netter sekalian, khususnya bagi mereka yang akan
menantikan kelahiran bayinya
Rekan di kantor saya baru ditimpa musibah karena keponakan pertamanya
meninggal dunia tiga hari setelah dilahirkan. Pengalamannnya sengaja saya
paparkan di milis ini untuk menambah informasi bagi calon bapak  ibu agar
mempersiapkan segala kemungkinan dalam menanti kelahiran bayinya seperti
memilih dokter kandungan yang bagus, rumah sakit yang bagus dimana
mempunyai sarana untuk perawatan bayi bermasalah, serta memperkerjakan
dokter-dokter yang  bertanggung jawab dan melakukan tindakan yang cepat
jika terjadi sesuatu di luar kemampuan mereka.
*


Ibu Intan dan rekan-rekan semua, tentu kita turut bersedih dengan musibah
yang
menimpa keluarga yang kehilangan bayinya tersebut. Namun tentu kita juga
harus
bisa untuk mengambil sikap yang sehat dalam masalah ini.
Mungkin saja dokter dan rumah sakit melakukan kelalaian sehingga kelainan
pada
bayi tersebut tidak sesegera mungkin tertangani dengan baik. Namun alangkah
baiknya bila hal tersebut ditanyakan dahulu kepada pihak rumahsakit melalui
direksinya misalnya supaya jelas permasalahannya. Bila perlu maka pendapat
ahli dari rumahsakit lain dapat pula diminta. Menduga-duga dan berprasangka
tentulah bukan sikap yang bijaksana. Apalagi bila prasangka ini tersebar
luas
ke masyarakat.
Bila memang ada indikasi malpraktek di sana cobalah untuk menuntut melalui
jalur hukum sehingga bisa jelas kesalahannya. Main hakim sendiri tidaklah
hanya terjadi pada kasus maling ayam yang digebuki namun juga pada kasus
pelanggaran etika profesi seperti ini bila prasangka dikembangkan tanpa
melalui pembuktian. Seorang pembunuhpun punya hak untuk membela diri
apalagi
dokter dan rumahsakit tersebut yang tentunya juga tidak akan merasa senang
bila ada pasiennya yang meninggal. Dengan pengajuan ke pengadilan maka kita
juga akan terbiasa untuk mendudukkan masalahnya pada tempat sebenarnya
tanpa
harus terjebak dalam prasangka lagi. Bagi para profesional medis dengan
diajukannya kasus ini ke pengadilan juga akan menjadi pelajaran bagi mereka
supaya tidak mengulang kelalaian yang sama bila nantinya rumahsakit dan
dokternya ternyata terbukti bersalah.

Saya merasa bahwa kasus-kasus semacam ini juga diakibatkan sistem pelayanan
kesehatan dan penyebaran tenaga medis yang kurang merata. Seorang dokter
apalagi dokter ahli yang sudah terkenal kadang berpraktek di banyak
rumahsakit. Di satu sisi, rumahsakit juga ingin pemakaian ruangannya
mencukupi
sehingga impas dengan modalnya sehingga mengundang para dokter ternama
untuk
merawat pasiennya di tempat mereka. Di sisi lain jumlah dokter ahli kita
belum
dapat menjangkau seluruh pusat pelayanan medis disamping mungkin juga bila
seorang dokter hanya berpraktek di satu rumahsakit saja maka penghasilannya
kurang mencukupi untuk keluarganya. Karena dokter juga manusia biasa maka
sepandai-pandainya dia bila harus melayani pasien di banyak tempat
sekaligus
maka kinerjanya akan kurang optimal. Di samping itu di banyak rumahsakit
swasta terutama, pasien adalah pasien pribadi dokter yang bersangkutan. Dan
karena sang dokter tidak full time di tempat itu maka koordinasi dengan
dokter
jaga juga kurang baik. Hal-hal seperti ini juga semoga menjadi pemikiran
bagi
para pengambil keputusan kebijaksanaan kesehatan supaya di masa yang akan
datang jumlah dokter mencukupi untuk bekerja di satu tempat saja sehingga
bisa
memberi pelayanan optimal bagi masyarakat, kita semua.
Sekian dan salam untuk semuanya.

Kunjungi:
http://www.balita-anda.indoglobal.com
"Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat  c

[balita-anda] Re: Pengalaman seorang ibu kehilangan anak pertamanya]

1999-08-18 Terurut Topik Rika -

[EMAIL PROTECTED] wrote:
Hallo semua, saya akan sedikit memberikan pengalaman yang mungkin berguna
buat rekan-rekan netter sekalian, khususnya bagi mereka yang akan
menantikan kelahiran bayinya
Rekan di kantor saya baru ditimpa musibah karena keponakan pertamanya
meninggal dunia tiga hari setelah dilahirkan. Pengalamannnya sengaja saya
paparkan di milis ini untuk menambah informasi bagi calon bapak  ibu agar
mempersiapkan segala kemungkinan dalam menanti kelahiran bayinya seperti
memilih dokter kandungan yang bagus, rumah sakit yang bagus dimana
mempunyai sarana untuk perawatan bayi bermasalah, serta memperkerjakan
dokter-dokter yang  bertanggung jawab dan melakukan tindakan yang cepat
jika terjadi sesuatu di luar kemampuan mereka.
*


Ibu Intan dan rekan-rekan semua, tentu kita turut bersedih dengan musibah yang
menimpa keluarga yang kehilangan bayinya tersebut. Namun tentu kita juga harus
bisa untuk mengambil sikap yang sehat dalam masalah ini. 
Mungkin saja dokter dan rumah sakit melakukan kelalaian sehingga kelainan pada
bayi tersebut tidak sesegera mungkin tertangani dengan baik. Namun alangkah
baiknya bila hal tersebut ditanyakan dahulu kepada pihak rumahsakit melalui
direksinya misalnya supaya jelas permasalahannya. Bila perlu maka pendapat
ahli dari rumahsakit lain dapat pula diminta. Menduga-duga dan berprasangka
tentulah bukan sikap yang bijaksana. Apalagi bila prasangka ini tersebar luas
ke masyarakat.
Bila memang ada indikasi malpraktek di sana cobalah untuk menuntut melalui
jalur hukum sehingga bisa jelas kesalahannya. Main hakim sendiri tidaklah
hanya terjadi pada kasus maling ayam yang digebuki namun juga pada kasus
pelanggaran etika profesi seperti ini bila prasangka dikembangkan tanpa
melalui pembuktian. Seorang pembunuhpun punya hak untuk membela diri apalagi
dokter dan rumahsakit tersebut yang tentunya juga tidak akan merasa senang
bila ada pasiennya yang meninggal. Dengan pengajuan ke pengadilan maka kita
juga akan terbiasa untuk mendudukkan masalahnya pada tempat sebenarnya tanpa
harus terjebak dalam prasangka lagi. Bagi para profesional medis dengan
diajukannya kasus ini ke pengadilan juga akan menjadi pelajaran bagi mereka
supaya tidak mengulang kelalaian yang sama bila nantinya rumahsakit dan
dokternya ternyata terbukti bersalah.

Saya merasa bahwa kasus-kasus semacam ini juga diakibatkan sistem pelayanan
kesehatan dan penyebaran tenaga medis yang kurang merata. Seorang dokter
apalagi dokter ahli yang sudah terkenal kadang berpraktek di banyak
rumahsakit. Di satu sisi, rumahsakit juga ingin pemakaian ruangannya mencukupi
sehingga impas dengan modalnya sehingga mengundang para dokter ternama untuk
merawat pasiennya di tempat mereka. Di sisi lain jumlah dokter ahli kita belum
dapat menjangkau seluruh pusat pelayanan medis disamping mungkin juga bila
seorang dokter hanya berpraktek di satu rumahsakit saja maka penghasilannya
kurang mencukupi untuk keluarganya. Karena dokter juga manusia biasa maka
sepandai-pandainya dia bila harus melayani pasien di banyak tempat sekaligus
maka kinerjanya akan kurang optimal. Di samping itu di banyak rumahsakit
swasta terutama, pasien adalah pasien pribadi dokter yang bersangkutan. Dan
karena sang dokter tidak full time di tempat itu maka koordinasi dengan dokter
jaga juga kurang baik. Hal-hal seperti ini juga semoga menjadi pemikiran bagi
para pengambil keputusan kebijaksanaan kesehatan supaya di masa yang akan
datang jumlah dokter mencukupi untuk bekerja di satu tempat saja sehingga bisa
memberi pelayanan optimal bagi masyarakat, kita semua.
Sekian dan salam untuk semuanya.

Kunjungi:
http://www.balita-anda.indoglobal.com
"Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat  cerdas"


Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]
EMERGENCY ONLY! Jika kesulitan unsubscribe, kirim email ke: 
[EMAIL PROTECTED]
http://pencarian-informasi.or.id/ - Solusi Pencarian Informasi di Internet



Panduan Menulis Email yang Efektif http://hhh.indoglobal.com/email/