Re: [balita-anda] Re: Pengalaman seorang ibu kehilangan anak pertamanya]
Terima kasih atas pendapat anda. Perlu saya tambahkan saya tidak bermaksud menyebarluaskan prasangka ke masyarakat. Saya hanya ingin memberitahukan agar sekiranya hal ini dapat menjadi perhatian kita semua khususnya bagi mereka yang akan menantikan kelahiran seorang bayi. Karena mungkin jika kita yang mengalaminya sendiri akan sulit menerima kenyataan dengan begitu lapang dada atau ikhlas. Dan sebenarnya hal ini tidak akan menimbulkan prasangka, karena ini merupakan kenyataan yang telah terjadi. Bahkan Direktur Pembinaan Medis RS tersebut sendiri telah mengakui adanya kelalaian dan kesalahan prosedur serta tidak lengkapnya peralatan RS sehingga mereka tidak dapat bertindak cepat dalam mengatasi masa kritis yang timbul. Selain itu direktur tersebut telah meminta maaf atas kelalaian, sikap tak peduli serta kelambatan dalam mengambil keputusan para dokter dan suster yang bertanggung jawab pada saat itu. Salam Intan Rika - [EMAIL PROTECTED] on 08/18/99 05:22:47 AM Please respond to [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] cc:(bcc: Intan Suri/BASF-INDONESIA/BASF) Subject: [balita-anda] Re: Pengalaman seorang ibu kehilangan anak pertamanya] [EMAIL PROTECTED] wrote: Hallo semua, saya akan sedikit memberikan pengalaman yang mungkin berguna buat rekan-rekan netter sekalian, khususnya bagi mereka yang akan menantikan kelahiran bayinya Rekan di kantor saya baru ditimpa musibah karena keponakan pertamanya meninggal dunia tiga hari setelah dilahirkan. Pengalamannnya sengaja saya paparkan di milis ini untuk menambah informasi bagi calon bapak ibu agar mempersiapkan segala kemungkinan dalam menanti kelahiran bayinya seperti memilih dokter kandungan yang bagus, rumah sakit yang bagus dimana mempunyai sarana untuk perawatan bayi bermasalah, serta memperkerjakan dokter-dokter yang bertanggung jawab dan melakukan tindakan yang cepat jika terjadi sesuatu di luar kemampuan mereka. * Ibu Intan dan rekan-rekan semua, tentu kita turut bersedih dengan musibah yang menimpa keluarga yang kehilangan bayinya tersebut. Namun tentu kita juga harus bisa untuk mengambil sikap yang sehat dalam masalah ini. Mungkin saja dokter dan rumah sakit melakukan kelalaian sehingga kelainan pada bayi tersebut tidak sesegera mungkin tertangani dengan baik. Namun alangkah baiknya bila hal tersebut ditanyakan dahulu kepada pihak rumahsakit melalui direksinya misalnya supaya jelas permasalahannya. Bila perlu maka pendapat ahli dari rumahsakit lain dapat pula diminta. Menduga-duga dan berprasangka tentulah bukan sikap yang bijaksana. Apalagi bila prasangka ini tersebar luas ke masyarakat. Bila memang ada indikasi malpraktek di sana cobalah untuk menuntut melalui jalur hukum sehingga bisa jelas kesalahannya. Main hakim sendiri tidaklah hanya terjadi pada kasus maling ayam yang digebuki namun juga pada kasus pelanggaran etika profesi seperti ini bila prasangka dikembangkan tanpa melalui pembuktian. Seorang pembunuhpun punya hak untuk membela diri apalagi dokter dan rumahsakit tersebut yang tentunya juga tidak akan merasa senang bila ada pasiennya yang meninggal. Dengan pengajuan ke pengadilan maka kita juga akan terbiasa untuk mendudukkan masalahnya pada tempat sebenarnya tanpa harus terjebak dalam prasangka lagi. Bagi para profesional medis dengan diajukannya kasus ini ke pengadilan juga akan menjadi pelajaran bagi mereka supaya tidak mengulang kelalaian yang sama bila nantinya rumahsakit dan dokternya ternyata terbukti bersalah. Saya merasa bahwa kasus-kasus semacam ini juga diakibatkan sistem pelayanan kesehatan dan penyebaran tenaga medis yang kurang merata. Seorang dokter apalagi dokter ahli yang sudah terkenal kadang berpraktek di banyak rumahsakit. Di satu sisi, rumahsakit juga ingin pemakaian ruangannya mencukupi sehingga impas dengan modalnya sehingga mengundang para dokter ternama untuk merawat pasiennya di tempat mereka. Di sisi lain jumlah dokter ahli kita belum dapat menjangkau seluruh pusat pelayanan medis disamping mungkin juga bila seorang dokter hanya berpraktek di satu rumahsakit saja maka penghasilannya kurang mencukupi untuk keluarganya. Karena dokter juga manusia biasa maka sepandai-pandainya dia bila harus melayani pasien di banyak tempat sekaligus maka kinerjanya akan kurang optimal. Di samping itu di banyak rumahsakit swasta terutama, pasien adalah pasien pribadi dokter yang bersangkutan. Dan karena sang dokter tidak full time di tempat itu maka koordinasi dengan dokter jaga juga kurang baik. Hal-hal seperti ini juga semoga menjadi pemikiran bagi para pengambil keputusan kebijaksanaan kesehatan supaya di masa yang akan datang jumlah dokter mencukupi untuk bekerja di satu tempat saja sehingga bisa memberi pelayanan optimal bagi masyarakat, kita semua. Sekian dan salam untuk semuanya. Kunjungi: http://www.balita-anda.indoglobal.com "Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat c
[balita-anda] Re: Pengalaman seorang ibu kehilangan anak pertamanya]
[EMAIL PROTECTED] wrote: Hallo semua, saya akan sedikit memberikan pengalaman yang mungkin berguna buat rekan-rekan netter sekalian, khususnya bagi mereka yang akan menantikan kelahiran bayinya Rekan di kantor saya baru ditimpa musibah karena keponakan pertamanya meninggal dunia tiga hari setelah dilahirkan. Pengalamannnya sengaja saya paparkan di milis ini untuk menambah informasi bagi calon bapak ibu agar mempersiapkan segala kemungkinan dalam menanti kelahiran bayinya seperti memilih dokter kandungan yang bagus, rumah sakit yang bagus dimana mempunyai sarana untuk perawatan bayi bermasalah, serta memperkerjakan dokter-dokter yang bertanggung jawab dan melakukan tindakan yang cepat jika terjadi sesuatu di luar kemampuan mereka. * Ibu Intan dan rekan-rekan semua, tentu kita turut bersedih dengan musibah yang menimpa keluarga yang kehilangan bayinya tersebut. Namun tentu kita juga harus bisa untuk mengambil sikap yang sehat dalam masalah ini. Mungkin saja dokter dan rumah sakit melakukan kelalaian sehingga kelainan pada bayi tersebut tidak sesegera mungkin tertangani dengan baik. Namun alangkah baiknya bila hal tersebut ditanyakan dahulu kepada pihak rumahsakit melalui direksinya misalnya supaya jelas permasalahannya. Bila perlu maka pendapat ahli dari rumahsakit lain dapat pula diminta. Menduga-duga dan berprasangka tentulah bukan sikap yang bijaksana. Apalagi bila prasangka ini tersebar luas ke masyarakat. Bila memang ada indikasi malpraktek di sana cobalah untuk menuntut melalui jalur hukum sehingga bisa jelas kesalahannya. Main hakim sendiri tidaklah hanya terjadi pada kasus maling ayam yang digebuki namun juga pada kasus pelanggaran etika profesi seperti ini bila prasangka dikembangkan tanpa melalui pembuktian. Seorang pembunuhpun punya hak untuk membela diri apalagi dokter dan rumahsakit tersebut yang tentunya juga tidak akan merasa senang bila ada pasiennya yang meninggal. Dengan pengajuan ke pengadilan maka kita juga akan terbiasa untuk mendudukkan masalahnya pada tempat sebenarnya tanpa harus terjebak dalam prasangka lagi. Bagi para profesional medis dengan diajukannya kasus ini ke pengadilan juga akan menjadi pelajaran bagi mereka supaya tidak mengulang kelalaian yang sama bila nantinya rumahsakit dan dokternya ternyata terbukti bersalah. Saya merasa bahwa kasus-kasus semacam ini juga diakibatkan sistem pelayanan kesehatan dan penyebaran tenaga medis yang kurang merata. Seorang dokter apalagi dokter ahli yang sudah terkenal kadang berpraktek di banyak rumahsakit. Di satu sisi, rumahsakit juga ingin pemakaian ruangannya mencukupi sehingga impas dengan modalnya sehingga mengundang para dokter ternama untuk merawat pasiennya di tempat mereka. Di sisi lain jumlah dokter ahli kita belum dapat menjangkau seluruh pusat pelayanan medis disamping mungkin juga bila seorang dokter hanya berpraktek di satu rumahsakit saja maka penghasilannya kurang mencukupi untuk keluarganya. Karena dokter juga manusia biasa maka sepandai-pandainya dia bila harus melayani pasien di banyak tempat sekaligus maka kinerjanya akan kurang optimal. Di samping itu di banyak rumahsakit swasta terutama, pasien adalah pasien pribadi dokter yang bersangkutan. Dan karena sang dokter tidak full time di tempat itu maka koordinasi dengan dokter jaga juga kurang baik. Hal-hal seperti ini juga semoga menjadi pemikiran bagi para pengambil keputusan kebijaksanaan kesehatan supaya di masa yang akan datang jumlah dokter mencukupi untuk bekerja di satu tempat saja sehingga bisa memberi pelayanan optimal bagi masyarakat, kita semua. Sekian dan salam untuk semuanya. Kunjungi: http://www.balita-anda.indoglobal.com "Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat cerdas" Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Berhenti berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] EMERGENCY ONLY! Jika kesulitan unsubscribe, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] http://pencarian-informasi.or.id/ - Solusi Pencarian Informasi di Internet Panduan Menulis Email yang Efektif http://hhh.indoglobal.com/email/