[balita-anda] anak ogah makan

2000-03-21 Terurut Topik gaiea sukhsmasharira


ANAK
OGAH MAKAN,
SALAH ORTU Kalau seorang anak ogah-ogahan makan, bisa jadi bukan faktor si anak tetapi 
lantaran kesalahan ortu (orang tua) dalam menerapkan pola makan pada anak. Lantas apa 
yang harus dilakukan? Berikut paparan Dr. Ali Khomsan, ahli gizi yang juga dosen GMSK, 
Faperta IPB.

Asupan gizi yang baik sering tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena faktor dari 
luar dan dalam. Faktor luar lantaran keterbatasan ekonomi keluarga. Sedangkan faktor 
internal ada dalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan anak.
Problema makan ini misalnya dijumpai dalam bentuk anak enggan makan. Perilaku ogah 
makan bukanlah persoalan sepele. Tidak ada obat mujarab yang bisa segera memulihkan 
nafsu makan anak. Anak yang malas makan selalu berusaha mencari-cari alasan untuk 
tidak makan. Misalnya dengan ngemut makanan, mempermainkan, atau memuntahkan makanan.
Picky eater (pilih-pilih makanan) sering dijumpai pada anak yang membuat orang tua 
bingung. Anak yang cenderung berperilaku picky eater akan mengalami kesulitan dalam 
meramu variasi makanan untuk memenuhi kecukupan gizinya. Makanan yang dikonsumsi 
sehari-hari cenderung seragam, padahal keanekaragaman makanan merupakan cara terbaik 
untuk memenuhi kebutuhan gizi. Anak-anak ini pun bisa saja setelah besar tidak mau 
mengkonsumsi makanan yang keras. Bahkan nasi pun harus diganti bubur.
Mengapa problema makan ini muncul pada anak? Secara psikologis dapat diterangkan, 
perilaku makan timbul karena anak meniru atas apa yang dilakukan oleh anggota keluarga 
lainnya. Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang enggan makan, lantaran diet 
misalnya, akan mengembangkan perilaku enggan makan pula.
Perilaku sulit makan juga dapat timbul karena orang tua tidak mengakui ego anak. Orang 
tua selalu memaksakan anak harus makan ini-itu dengan porsi yang sudah ditentukan. 
Misalnya dengan mengharuskan menghabiskan makanan di piring. Maksud orang tua mungkin 
benar mereka menginginkan anaknya tumbuh sehat dengan gizi cukup. Tetapi mereka kurang 
menyadari kalau makan bukan melulu persoalan gizi tetapi terdapat pula unsur 
psikologis.
Soalnya, anak balita dalam rangka menuju proses kemandirian sebenarnya ingin pula 
diakui egonya. Jadi, sekali-kali beri mereka kebebasan untuk mengambil makanan sendiri 
tanpa harus disuapi.
Ulah ortu
Ada perbedaan mendasar bagaimana orang Barat mempersiapkan proses kemandirian anak 
dibandingkan dengan orang Timur. Di sini kita selalu cenderung meladeni anak, termasuk 
dalam hal makan karena tidak ingin makanan tumpah berceceran. Membuang-buang makanan 
adalah tabu dan bisa kualat. Sehingga dalam masyarakat kita bisa dijumpai orang tua 
masih menyuapi anak yang sudah kelas V SD. Hal ini nyaris tidak kita temukan pada 
masyarakat Barat yang sejak dini melatih anak untuk bisa makan sendiri.
Perilaku makan yang kurang pas sering kali muncul karena ulah orang tua. Semisal 
kebiasaan untuk menenangkan anak yang sedang rewel dengan cara membelikan jajanan yang 
padat kalori (permen, minuman ringan, coklat, dsb.). Anak yang sudah mengkonsumsi 
makanan padat kalori perutnya akan segera kenyang sehingga ia tidak mau makan.

 Variasi makanan sangat menunjang tumbuh kembang anak.
Karena itu kegiatan makan bagi seorang anak harus dibuat dalam suasana yang 
menyenangkan. Jangan ada unsur paksaan sehingga timbul kesan saat makan menjadi 
sesuatu yang menjengkelkan atau bahkan merupakan hukuman. Kebiasaan makan bersama yang 
sudah mulai ditinggalkan ada baiknya dihidupkan lagi. Anak balita pun bisa merasakan 
nikmatnya makan bila semua anggota keluarga duduk bersama-sama di meja makan.
Problema makan pada anak dapat berakibat buruk bagi tumbuh kembang anak. Sedikitnya 
makanan yang masuk ke dalam perut anak dapat menjadi indikasi bahwa anak itu mempunyai 
peluang besar untuk menderita kurang gizi. Indikator status gizi kurang dicerminkan 
oleh berat badan atau tinggi badan anak di bawah standar.
Dengan menggunakan ukuran standar sebagai pembanding kita dapat mengetahui
status gizi seorang anak. Di dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), yang dibagikan secara 
gratis bagi peserta program Posyandu, tergambar grafik pertambahan berat badan 
berdasarkan usia anak. Melalui penimbangan anak balita setiap bulan dapat diketahui 
kecenderungan status gizi seorang anak.
Mereka yang mengalami kegagalan pertumbuhan (berat badan tetap atau turun dalam 
penimbangan bulan berikutnya) sering disebabkan oleh kekurangan gizi atau sakit. 
Anak-anak itu mengalami kekurangan gizi karena kurangnya makanan di tingkat rumah 
tangga.
Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi 
mereka pun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh 
karena itu sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis untuk sekali-kali 
menghidangkan makanan yang memang menjadi kegemaran si anak.
Faktor psikososial yang bisa mempengaruhi nafsu makan anak bisa timbul karena 
pemberian makan yang terlalu 

[balita-anda] Anak Ogah Makan, Salah Ortu

2000-03-20 Terurut Topik gaiea sukhsmasharira





Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Kirim bunga untuk handaitaulan  relasi di jakarta http://www.indokado.com 
Situs sulap pertama di Indonesia http://www.impact.or.id/dmc-sulap/
Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]











[balita-anda] Anak Ogah Makan

2000-03-20 Terurut Topik gaiea sukhsmasharira





Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Kirim bunga untuk handaitaulan  relasi di jakarta http://www.indokado.com 
Situs sulap pertama di Indonesia http://www.impact.or.id/dmc-sulap/
Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]