RE: [balita-anda] Mohon kirim ulang,

2002-07-08 Terurut Topik Mochammad Munif

cari aja di arsipnya milis balita www.balita-anda.indoglobal.com

 --
 From: Erwin Hidayat[SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
 Reply To: [EMAIL PROTECTED]
 Sent: 09 Juli 2002 8:57
 To:   balita anda
 Subject:  [balita-anda] Mohon kirim ulang,
 
 File: ATT173506.txt
 Assalamu'alaykum,
 ada yang masih menyimpan artikel curhatnya seorang Direktris,
 mohon japri.
 
 thanks,
 Salamu'alaykum,
 -eh-
 
 


 Kirim bunga ke kota2 di Indonesia dan mancanegara? Klik, http://www.indokado.com/
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]





RE: [balita-anda] Mohon kirim ulang,

2002-07-08 Terurut Topik Rohma Tatiyah

YANG INI BUKAN BAPAK ??

 Subject: Mahalnya sebuah karir seorang Direktris
 
   Saya seorang ibu dengan 2 orang anak , mantan direktur sebuah perusahaan
 multinasional.Mungkin anda termasuk orang yang menganggap saya orang yang
 berhasil dalam karir namun sungguh jika seandainya saya boleh memilih maka
 saya akan berkata kalau lebih baik saya tidak seperti sekarang dan
 menganggap apa yang saya raih sungguh sia-sia.Semuanya berawal ketika
 putri saya satu-satunya yang berusia 19 tahun baru saja meninggal karena
 overdosis narkotika. Sungguh hidup saya hancur berantakan karenanya,
 suaminya saat ini masih terbaring di rumah sakit karena terkena stroke dan
 mengalami kelumpuhan karena memikirkan musibah ini. Putera saya
 satu-satunya juga sempat mengalami depresi berat dan sekarang masih dalam
 perawatan intensif sebuah klinik kejiwaan, dia juga merasa sangat terpukul
 dengan kepergian adiknya. Sungguh apa lagi yang bisa saya harapkan.
   Kepergian Maya dikarenakan dia begitu guncang dengan kepergian Bik Inah
 pembantu kami. Hingga dia terjerumus dalam pemakaian Narkoba. Mungkin
 terdengar aneh kepergian seorang pembantu bisa membawa dampak begitu hebat
 pada putri kami. Harus saya akui bahwa bik Inah sudah seperti keluarga
 bagi kami, dia telah ikut bersama kami sejak 20 tahun yang lalu dan ketika
 Doni berumur 2 tahun. Bahkan bagi Maya dan Doni , bik Inah sudah seperti
 ibu kandungnya sendiri. Ini semua saya ketahui dari buku harian Maya yang
 saya baca setelah dia meninggal. Maya begitu cemas dengan sakitnya bik
 Inah, berlembar-lembar buku hariannya berisi hal ini.Dan ketika saya sakit
 (saya pernah sakit karena kelelahan dan diopname di rumah sakit selama 3
 minggu ) Maya hanya menulis singkat sebuah kalimat di buku hariannya Hari
 ini Mama sakit di Rumah sakit , hanya itu saja. Sungguh hal ini
 menjadikan saya semakin terpukul.
   Tapi saya akui ini semua karena kesalahan saya.Begitu sedikitnya waktu
 saya untuk Doni,Maya dan Suami saya. Waktu saya habis di kantor, otak saya
 lebih banyak berpikir tentang keadaan perusahaan dari pada keadaan mereka.
 Berangkat jam 07:00 dan pulang di rumah 12 jam kemudian bahkan mungkin
 lebih. Ketika sudah sampai rumah rasanya sudah begitu capai untuk
 memikirkan urusan mereka. Memang setiap hari libur kami gunakan untuk
 acara keluarga, namun sepertinya itu hanya seremonial dan rutinitas saja,
 ketika hari Senin tiba saya dan suami sudah seperti robot yang
 terprogram untuk urusan kantor.Sebenarnya ibu saya sudah berkali-kali
 mengingatkan saya untuk berhenti bekerja sejak Doni masuk SMA namun selalu
 saya tolak, saya anggap ibu terlalu kuno cara berpikirnya. Memang Ibu saya
 memutuskan berhenti bekerja dan memilih membesarkan kami 6 orang
 anaknya.Padahal sebagai seorang sarjana ekonomi karir ibu waktu itu
 katanya sangat baik. Dan ayahpun ketika itu juga biasa-biasa saja dari
 segi karir dan penghasilan. Meski jujur saya pernah berpikir untuk
 memutuskan berhenti bekerja dan mau mengurus Doni dan Maya, namun selalu
 saja perasaan bagaimana kebutuhan hidup bisa terpenuhi kalau berhenti
 bekerja, dan lalu apa gunanya saya sekolah tinggi-tinggi ?. Meski
 sebenaranya suami saya juga seorang yang cukup mapan dalam karirnya dan
 penghasilan. Dan biasanya setelah ada nasehat ibu saya menjadi lebih
 perhatian pada Doni dan Maya namun tidak lebih dari dua minggu semuanya
 kembali seperti asal urusan kantor dan karir fokus saya. Dan kembali saya
 menganggap saya masih bisa membagi waktu untuk mereka toh teman yang lain
 di kantor juga bisa dan ungkapan kualitas pertemuan dengan anak lebih
 penting dari kuantitas selalu menjadi patokan saya.Sampai akhirnya semua
 terjadi dan diluar kendali saya dan berjalan begitu cepat sebelum saya
 sempat tersadar. Maya berubah dari anak yang begitu manis menjadi pemakai
 Narkoba dan saya tidak mengetahuinya!
   Sebuah sindiran dan protes Maya saat ini selalu terngiang di telinga.
 Waktu itu bik Inah pernah memohon untuk berhenti bekerja dan memutuskan
 kembali ke desa untuk membesarkan Bagas, putera satu-satunya, setelah dia
 ditinggal mati suaminya.Namun karena Maya dan Doni keberatan maka akhirnya
 kami putuskan agar Bagas dibawa tinggal bersama kami. Pengorbanan bik Inah
 buat Bagas ini sangat dibanggakan Maya. Namun sindiran Maya tidak begitu
 saya perhatikan.
   Akhirnya semua terjadi ,setelah tiba-tiba jatuh sakit kurang lebih dua
 minggu , bik Inah meninggal dunia di Rumah Sakit. Dari buku harian Maya
 saya juga baru tahu kenapa Doni malah pergi dari rumah ketika bik Inah di
 Rumah Sakit.Memang Doni pernah memohon pada ayahnya agar bik Inah dibawa
 ke Singapore untuk berobat setelah dokter di sini mengatakan bahwa bik
 Inah sudah masuk stadium 4 kankernya. Dan usul Doni kami tolak hingga dia
 begitu marah pada kami. Dari sini saya kini tahu betapa berartinya bik
 Inah buat mereka,sudah seperti ibu kandungnya! menggantikan tempat saya
 yang seolah hanya bertugas melahirkan mereka saja ke dunia.Tragis.
   Dan sebuah foto